Anda di halaman 1dari 20

Laporan Kasus

SEORANG LAKI-LAKI DEWASA DENGAN PNEUMONIA VARISELA


Yuly Rahmawati
Daniel Maranatha

PENDAHULUAN
Chickenpox, atau disebut juga varisela, adalah penyakit sangat menular
yang disebabkan oleh infeksi varicella zoster virus (VZV). Penyakit ini ditandai
dengan ruam kulit berupa vesikel kecil, gatal dan membentuk krusta.1 Varisela
biasanya self-limited dan tidak berbahaya pada anak. Namun, varisela pada orang
dewasa cenderung menimbulkan komplikasi serius seperti pneumonia varisela.2
Varisela pada dewasa terhitung hanya sebanyak 2% dari sekitar 3-4 juta
kasus varisela di Amerika Serikat setiap tahunnya, dan 25% kasus fatal terjadi
dalam kelompok umur ini.3 Proporsi kematian usia dewasa (di atas 20 tahun)
terhadap total kematian akibat varisela menunjukkan peningkatan dari 20% pada
periode 1970-1974 menjadi 54,3% pada periode 1990-1994. Orang dewasa 25 kali
lebih berisiko mengalami kematian akibat varisela dibandingkan dengan anak usia
1-4 tahun.4
Pneumonia varisela, pertama kali diungkapkan 1942, dapat menjadi berat
dan bahkan fatal pada orang yang sebelumnya sehat. 5 Kejadian pneumonia
dilaporkan sebanyak 0,25% hingga 10% terjadi pada orang dewasa dengan
varisela, sedangkan angka kematian akibat pneumonia varisela adalah sekitar 5%-
23%. Data dari Inggris dan Wales menunjukkan bahwa proporsi kematian usia
dewasa akibat varisela yang berkaitan dengan pneumonia adalah 42,3%.
Pneumonia varisela memberat secara bertahap, sekitar 1-6 hari setelah timbulnya
ruam khas varisela dengan gejala berupa sesak dan batuk.4
Pneumonia varisela merupakan komplikasi serius tersering akibat varisela
pada orang dewasa dengan jumlah rawat inap sekitar 1 orang dalam setiap 400
kasus varisela pada dewasa.6 Berikut dilaporkan kasus seorang pria dewasa
penderita varisela yang datang ke unit gawat darurat dalam keadaan sesak napas
berat yang kemudian terdiagnosis sebagai pneumonia varisela.

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran UNAIR – RSUD dr. Soetomo Surabaya
2019
LAPORAN KASUS
Identitas Penderita

Seorang pria, Tn. D, usia 44 tahun, suku Jawa, agama Islam, pendidikan
terakhir D3, wiraswasta, berasal dari Situbondo. Merupakan pasien rawat inap di
RSUD Dr. Soetomo Surabaya tanggal 10 Oktober sampai dengan 19 Oktober
2018.
Keluhan Utama : sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan sesak napas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit
yang semakin memberat. Batuk dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
disertai dahak berwarna merah muda. Demam dirasakan 5 hari sebelum masuk
rumah sakit disertai nyeri persendian dan nyeri perut. Vesikel pertama kali
didapatkan di belakang telinga pada hari kedua demam. Vesikel kemudian
menyebar keseluruh tubuh diikuti naiknya demam. Pasien telah menjalani
perawatan selama 3 hari di salah satu rumah sakit di Situbondo dan kemudian
dirujuk dengan permasalahan sesak yang bertambah. Selama perawatan di dua
rumah sakit berbeda sebelum dirujuk pasien telah mendapat antibiotik cefotaksim,
ceftriakson dan meropenem.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien diketahui memiliki penyakit hepatitis sejak 7 tahun yang lalu dan tidak
minum obat rutin. Pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi.
Riwayat OAT : Pasien belum pernah mendapat OAT sebelumnya
Riwayat Sosial : Pekerjaan wiraswasta
Pemeriksaan Fisik saat di IRD RS dr. Soetomo (10 Oktober 2018)
Keadaan umum lemah, tampak sesak, gelisah, GCS 456 dengan tekanan
darah 124/75 mmHg, nadi 100x/menit, respirasi 40x/menit, suhu aksila 38,4
derajat celcius, saturasi oksigen perifer 86% dengan non rebreathing mask 10 lpm.
Pada pemeriksaan kepala leher anemia tidak didapatkan pada konjungtiva,
tidak ditemukan ikterus pada sklera, tidak didapatkan sianosis. Pada kulit wajah
terlihat multipel krusta kehitaman dengan multipel erosi, tidak didapatkan lesi
mukosa. Tidak didapatkan peningkatan tekanan vena jugularis dan tidak
ditemukan pembesaran KGB, namun didapatkan pernapasan cuping hidung.

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran UNAIR – RSUD dr. Soetomo Surabaya
2019
Pada pemeriksaan regio toraks, inspeksi ditemukan pergerakan dada simetris,
trakea tidak ditemukan deviasi. Sela iga simetris kedua hemitoraks. Pada kulit
tampak multipel vesikel berisi cairan keruh dengan dasar makula eritema, kulit
diantara vesikel normal. Palpasi gerakan napas simetris kedua hemitoraks. Iktus
kordis tidak ada pergeseran. Perkusi sonor kedua hemitoraks. Kronik ismus tidak
terdapat kelainan. Auskultasi didapatkan suara napas bronkovesikuler kedua
hemitoraks, rhonki dan mengi kedua hemitoraks.
Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi vena kolateral tidak didapatkan. Pada
kulit tampak multipel vesikel berisi cairan keruh dengan dasar makula eritema,
kulit di antara vesikel normal.. Hepar dan lien tidak teraba membesar. Auskultasi
ditemukan bising usus normal. Perkusi timpani dan tidak ditemukan tanda-tanda
asites.
Pada pemeriksaan ekstremitas tidak ada edema, capillary refill time < 2 detik.
Deformitas tidak didapatkan. Pada kulit ekstremitas tampak multipel papula
dengan dasar makula eritema, beberapa terdapat erosi.

Gambar 2 Pasien Tn.D saat datang di IRD 10 Oktober 2019. Pasien tampak sesak,
terpasang non rebreathing mask dan NGT. Pada kulit tampak multipel vesikel berisi
cairan keruh dasar eritema dan multipel krusta warna kehitaman.

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran UNAIR – RSUD dr. Soetomo Surabaya
2019
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Dari rumah sakit sebelumnya

Parameter 06/10/18 7/10/18 08/10/18


Hb 14,6 15,4 16,8
WBC 6400 8100 6510
Gr 81,3% 87,1% 70,3%
Platelet 219rb 156rb 81rb
SGOT 87
SGPT 41
BUN 12,22
SK 0,9
GDA 113 111 92
HBs Ag reaktif
HIV NR

Laboratorium IRD RSUD Dr. Soetomo (10/10/18)


Sel dan Kimia Darah BGA (O2 NRM 10 LPM)
Parameter Hasil Parameter Hasil
Hb 13,8 pH 7,410
WBC 10860 pCO2 45
Gr 59% pO2 57
Platelet 110rb HCO3 28,5
PPT 11,7 TCO2 29,9
APTT 24,5 Beecf 3,9
SGOT 373 SO2 90,0%
SGPT 152 Temp 37
Albumin 3,26 AaDO2 36,0
BUN 15
SK 0,98
GDA 88
HBs Ag reaktif
HIV NR

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran UNAIR – RSUD dr. Soetomo Surabaya
2019
b. Pemeriksaan radiologis

A. B.
Gambar 1. Foto toraks penderita A. 8 Oktober 2018 posisi AP di RS swasta. B. 10
Oktober 2018 posisi AP di IRD RSUD Dr.Soetomo

Foto toraks tanggal 8 Oktober yang diambil di rumah sakit swasta menunjukkan
mulai terlihat perselubungan di kedua hemitoraks. Pada 10 Oktober 2018, foto
toraks diambil di IRD RSUD DR.Soetomo menunjukkan gambaran
perselubungan semakin meluas memenuhi kedua hemitoraks disertai
airbronchogram, mengesankan suatu pneumonia.

Daftar Masalah Sementara


Berdasarkan data anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium dan radiologis dapat
disusun daftar masalah sementara sebagai berikut :
 sesak napas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit yang semakin
memberat.
 Batuk sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit disertai dahak berwarna
merah muda.
 Demam 5 hari sebelum masuk rumah sakit disertai nyeri persendian dan
nyeri perut.
 Vesikel pertama kali didapatkan di belakang telinga pada hari kedua
demam, kemudian menyebar keseluruh tubuh diikuti naiknya demam.
 Pasien rujukan dari salah satu rumah sakit di Situbondo, telah menjalani
perawatan selama 3 hari dengan permasalahan sesak yang bertambah.
Selama perawatan di dua rumah sakit berbeda sebelum dirujuk pasien
telah mendapat antibiotik cefotaksim, ceftriakson dan meropenem.
 Dispnea (RR 40x/ menit)

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran UNAIR – RSUD dr. Soetomo Surabaya
2019
 Takikardi (HR : 100 x / menit)
 Febris (suhu axilla 38,4 derajat celcius)
 Saturasi oksigen perifer 86% dengan non rebreathing mask 10 lpm
 SGOT 373 SGPT 152
 HbsAg Reaktif
 BGA : alkalosis metabolik terkompensasi asidosis respiratorik dengan
hipoksemia berat.
SEQUENCE OF EVENT

Daftar Masalah Tetap


1. Sesak napas
2. Gagal napas tipe 2
3. Severe Pneumonia
4. Varisela
5. Hepatitis B kronis
Analisis Masalah dan Rencana Terapi
NO Masalah Rencana Diagnosis Rencana terapi Monitoring
1. Sesak napas - O2 Ventilator Tanda vital dan
klinis
2. Gagal napas tipe O2 Ventilator Tanda vital dan
2 klinis, BGA
evaluasi
 
3. Severe  Pewarnaan gram Meropenem 1 gr Tanda vital dan
Pneumonia dahak tiap 8 jam iv klinis, evaluasi
 Kultur aerob foto toraks
dahak
4 Varisela Tzank test Asiklovir 800 mg Tanda vital dan
tiap 5 jam per oral klinis
5. Hepatitis B kronis IgM Anti HBc, Hindari obat- Tanda vital dan
HBV DNA, HbeAg, obatan klinis
USG abdomen hepatotoksik

Perkembangan Penderita

Saat masuk rumah sakit pada 10 Oktober 2018, pasien dalam keadaan
sesak berat dengan kesadaran kompos mentis. Pasien kemudian di rawat di Ruang
Isolasi Khusus.

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran UNAIR – RSUD dr. Soetomo Surabaya
2019
10 Oktober 2018
S Sesak napas, gelisah
O Kondisi Umum lemah, GCS 456
TD : 117/76 mmHg, Nadi : 120x/menit, RR : 30x/menit, Temp : 39,1 oC,
SpO2 92% dengan O2 NRM 10 lpm
Kepala dan leher : dispneu, JVP tidak meningkat, pembesaran KGB ada.
Toraks : Cor : S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-). Pulmo : gerak dada
simetris. Fremitus raba meningkat pada kedua hemitoraks D dan S, perkusi
redup pada hemitoraks D dan S, suara napas bronkovesikuler pada
hemitoraks D dan S dengan suara napas tambahan ronkhi di seluruh
hemitoraks D dan S.
Abdomen : supel, bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat kering merah, tidak ada edema dan clubbing
finger
Kulit : multipel vesikel berisi cairan keruh dasar eritema, multipel krusta
warna kehitaman, multipel papula, beberapa tempat terdapat erosi, kulit
diantara vesikel normal.
Laboratorium:
BGA dengan NRM 10 lpm : pH 7,41 pCO2 45 pO2 57 HCO3 28,5 SO2
90%
Foto toraks : gambaran perselubungan di kedua lapangan paru
A Sesak napas + gagal napas tipe 2 + severe pneumonia ec susp pneumonia
varisela DD bakterial + Varisela + hepatitis B kronis
P Dx : DL, BGA, Procalcitonin, IgM Anti HBc, HBV DNA, HbeAg, USG
abdomen, foto toraks, Smear Gram, K/S aerob sputum, konsul ke sejawat
anestesi untuk ventilasi mekanik, tzank test
Tx :
O2 NRM 10 lpm
IVFD NaCl 0.9% 1500 ml/24 jam
Meropenem 1 gr tiap 8 jam iv
Levofloxacin 750 mg tiap 24 jam iv
Parasetamol 1000mg tiap 8 jam per oral bila demam >38oC
Asiklovir 5 x 800 mg per oral
Natrium Fusidat salep untuk lesi erosi
Bedak salisil untuk vesikel
M Klinis dan tanda vital

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran UNAIR – RSUD dr. Soetomo Surabaya
2019
11 Oktober 2018
S Sesak napas
O Kondisi Umum lemah, GCS 4x6
TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80x/menit, RR : 20x/menit, Temp : 37,4 oC,
SpO2 97% dengan ventilator PEEP 8 FiO2 30%
Kepala dan leher : dispneu
Toraks : suara napas bronkovesikuler pada hemitoraks D dan 1/3 bawah
hemitoraks S dengan suara napas tambahan ronkhi di seluruh hemitoraks D
dan S.
Kulit : beberapa vesikel mulai menjadi krusta kehitaman.
Laboratorium:
BGA dengan O2 ventilator: PH 7,37 PCO2 37 PO2 84 TCO2 28 BE 3,2
SO2 97% HCO3 26,9 PaO2/FiO2 280
Foto toraks : gambaran perselubungan di kedua lapangan paru berkurang
dibandingkan foto toraks 10/10/18
A Sesak napas + mild ARDS + severe pneumonia ec susp pneumonia varisela
DD bakterial + Varisela + hepatitis B kronis
P Dx : BGA, foto toraks
Tx :
Diet sonde 200 ml susu 6 kali sehari
O2 ventilator PEEP 8, FiO2 30%
Balans cairan I = O
IVFD Aminofluid 1500 ml/24 jam
Meropenem 1 gr tiap 8 jam iv
Levofloxacin 750 mg tiap 24 jam iv
Parasetamol 1000mg tiap 8 jam per oral bila demam >38oC
Asiklovir 5 x 800 mg per oral
Natrium Fusidat salep untuk lesi erosi
Bedak salisil untuk vesikel
M Klinis dan tanda vital

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran UNAIR – RSUD dr. Soetomo Surabaya
2019
Gambar Foto toraks Tn. D setelah intubasi pada 11 Oktober 2018, posisi AP.
Tampak gambaran ETT dan perselubungan di kedua hemitoraks, kanan lebih
berat.

12 Oktober 2018

S Sesak napas
O Kondisi Umum lemah, GCS 4x6
TD : 129/81 mmHg, Nadi : 78x/menit, RR : 20x/menit, Temp : 37,7 oC,
SpO2 100% dengan T-Piece 3 lpm
Kepala dan leher : dispneu membaik
Toraks : suara napas vesikuler pada hemitoraks D dan S dengan suara
napas tambahan ronkhi di 2/3 bawah hemitoraks D dan S.
Laboratorium:
BGA dengan O2 T-piece 3 lpm:
PCO2 41 PO2 129 HCO3 29,8 SO2 99%
A Sesak napas + mild ARDS (membaik) + severe pneumonia ec susp
pneumonia varisela DD bakterial (membaik) + Varisela (membaik) +
hepatitis B kronis
P Dx : BGA, DL
Tx :
Diet TKTP 250 ml 6 kali sehari
O2 SM 6 lpm (setelah ekstubasi)
Balans cairan I = O
IVFD Aminofluid 1500 ml/24 jam
Meropenem 1 gr tiap 8 jam iv
Levofloxacin 750 mg tiap 24 jam iv
Parasetamol 1000mg tiap 8 jam per oral bila demam >38oC
Asiklovir 5 x 800 mg per oral
Natrium Fusidat salep untuk lesi erosi

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran UNAIR – RSUD dr. Soetomo Surabaya
2019
Bedak salisil untuk vesikel
M Klinis dan tanda vital

13 Oktober 2018

S Sesak membaik
O Kondisi Umum cukup, GCS 456
TD : 127/70 mmHg, Nadi : 70x/menit, RR : 22x/menit, Temp : 36,8 oC,
SpO2 100% dengan SM 6 lpm
Kepala dan leher : dispneu tidak ada
Toraks : suara napas vesikuler pada hemitoraks D dan S dengan suara
napas tambahan ronkhi di 2/3 bawah hemitoraks D dan S.
Laboratorium:
CRP 3,8 WBC 7460
BGA dengan O2 SM 6 lpm:
PCO2 35 PO2 151 SO2 99%
A Sesak napas + severe pneumonia ec susp pneumonia varisela DD bakterial
(membaik) + Varisela + hepatitis B kronis
P Dx : BGA
Tx :
Diet TKTP 2100 Kcal perhari
O2 SM 6 lpm
Balans cairan I = O
IVFD Aminofluid 500 ml/24 jam
Asiklovir 5 x 800 mg per oral
Natrium Fusidat salep untuk lesi erosi
Bedak salisil untuk vesikel
M Klinis dan tanda vital

14 Oktober 2018

S Tidak sesak
O Kondisi Umum cukup, GCS 456
TD : 130/80 mmHg, Nadi : 68x/menit, RR : 20x/menit, Temp : 36,8 oC,
SpO2 99% dengan nasal canule 3 lpm
Kepala dan leher : dispneu tidak ada
Toraks : suara napas vesikuler pada hemitoraks D dan S dengan suara
napas tambahan ronkhi di 2/3 bawah hemitoraks D.
Kultur dahak aerob : tidak ditemukan pertumbuhan kuman aerob
A Severe pneumonia ec susp pneumonia varisela DD bakterial (membaik) +

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran UNAIR – RSUD dr. Soetomo Surabaya
2019
Varisela (membaik) + hepatitis B kronis
P Dx : BGA, foto toraks
Tx :
Diet TKTP 2100 Kcal perhari
O2 nasal 3 lpm
Balans cairan I = O
IVFD Aminofluid 500 ml/24 jam
Asiklovir 5 x 800 mg per oral
Natrium Fusidat salep untuk lesi erosi
Bedak salisil untuk vesikel
M Klinis dan tanda vital

16 Oktober 2019
S Tidak sesak
O Kondisi Umum cukup, GCS 456
TD : 124/80 mmHg, Nadi : 70x/menit, RR : 22x/menit, Temp : 37,2 oC,
SpO2 99% dengan nasal canule 3 lpm
Kepala dan leher : dispneu tidak ada
Toraks : suara napas vesikuler pada hemitoraks D dan S dengan suara
napas tambahan ronkhi di 1/3 bawah hemitoraks D dan S
Kulit : varisela sudah dalam stadium krustasi.
Laboratorium : Alb 3,1 SGOT 89 SGPT 88 WBC 9,4rb Gr 68,7% Plt
346rb
Kultur dahak aerob : tidak ditemukan pertumbuhan kuman aerob
Foto toraks : perselubungan pada hemitoraks kanan dan kiri, kesan
membaik dibanding foto toraks 11/10/18
A Severe pneumonia ec pneumonia varisela (membaik) + Varisela (membaik)
+ hepatitis B kronis
P Dx : BGA
Tx :
Diet TKTP 2100 Kcal perhari
O2 nasal 3 lpm
Balans cairan I = O
IVFD Aminofluid 500 ml/24 jam
Asiklovir 5 x 800 mg per oral
Natrium Fusidat salep untuk lesi erosi
Bedak salisil untuk vesikel
Pasien disetujui untuk pindah ke Palem 2
M Klinis dan tanda vital

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran UNAIR – RSUD dr. Soetomo Surabaya
2019
Gambar Foto toraks Tn. D pada 15 Oktober 2018, posisi AP. Masih tampak
gambaran perselubungan di kedua hemitoraks.

19 Oktober 2018
S Tidak sesak
O Kondisi Umum baik, GCS 456
TD : 130/80 mmHg, Nadi : 60x/menit, RR : 18x/menit, Temp : 37 oC, SpO2
97% dengan O2 ruangan
Kepala dan leher : dispneu tidak ada
Toraks : suara napas vesikuler pada hemitoraks D dan S dengan suara
napas tambahan ronkhi di 1/3 bawah hemitoraks D dan S
Kulit : varisela sudah dalam stadium krustasi.
Laboratorium :
BGA dengan oksigen ruangan PCO2 31 PO2 92 SO2 97%
WBC 8,83rb Gr 73,5% PLT 454rb
Foto toraks : Parenkim paru tidak ada kelainan, kesan pneumonia telah
mengalami resolusi (dibandingkan dengan foto toraks 16/10/18)
USG abdomen : chronic parenchymal liver disease saat ini belum tampak
gambaran sirosis hepatis maupun degenerasi maligna
A pneumonia varisela (membaik) + Varisela (membaik) + hepatitis B kronis
P Dx : BGA
Tx :
Diet TKTP 2100 Kcal perhari
Balans cairan I = O
IVFD NaCl 500 ml/24 jam
Natrium Fusidat salep untuk lesi erosi
M Klinis dan tanda vital

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran UNAIR – RSUD dr. Soetomo Surabaya
2019
Gambar Foto toraks posisi PA tn. D pada 19/10/18, sehari sebelum pasien
dipulangkan, parenkim paru kesan didapatkan reticulogranular pattern di kedua
lapang paru, konsolidasi kesan membaik dibanding foto toraks pada 16/10/18.

A. B.
Gambar A.Pasien sudah tidak membutuhkan oksigen tambahan, klinis
membaik dan B. Seluruh vesikel telah menjadi krusta kehitaman.

Pada perawatan hari ke 9 (hari ke 3 di Palem 2), dengan pertimbangan


kondisi pasien yang telah membaik secara klinis, laboratorium dan radiologis,
pasien dipulangkan.
PEMBAHASAN
Struktur Varicella Zoster Virus
VZV adalah anggota subfamili human alphaherpesvirus neurotropik dari
famili herpesviridae genus varicellovirus.7,8 Manusia adalah satu-satunya inang
alamiah dari VZV. Virus dapat menjadi laten dalam ganglion sensoris spinal milik
inang, setelah infeksi primer varisela. Bentuk genomik VZV adalah DNA linear

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran UNAIR – RSUD dr. Soetomo Surabaya
2019
double-stranded terdiri dari 124,884 pasangan basa yang mengkode paling sedikit
71 open reading frames (ORFs) unik dan rangkaian promoter.9
DNA linear VZV berada di dalam inti nukleokapsid ikosahedral yang
mengandung protein spesifik. Sebuah lapisan tegumen berupa struktur yang
tersusun dari protein berfungsi mengatur regulasi di sekitar kapsid. Komponen
terluar virus adalah selubung membran lipid yang berasal dari membran sel
dengan tambahan glikoprotein virus, seperti gB/gH-gL. VZV mempunyai 6-8
selubung glikoprotein. Glikoprotein gP1, gP2, gP3 dapat merangsang tubuh untuk
memproduksi antibodi. GP1 adalah protein utama yang tersebar di permukaan
membran dan berkaitan dengan epitop virus. GP2 berperan penting pada infeksi
awal virus, berhubungan dengan invasi dan fusi virus ke dalam sel. GP3 berperan
dalam penyebaran virus dari sel ke sel.9

Gambar. Struktur Varicella Zoster Virus.9

Penularan

Infeksi VZV terutama muncul sebagai ruam kulit difus (chickenpox) atau
herpes zoster.3,10 Infeksi VZV umumnya akan sembuh dengan sendirinya dan
memiliki angka kematian dan kesakitan rendah.3
VZV dapat menyebar dengan banyak cara, tetapi sebagian besar penularan
adalah melalui droplet pernapasan. Cara lain adalah melalui kontak langsung

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran UNAIR – RSUD dr. Soetomo Surabaya
2019
dengan cairan konjungtiva, liur atau cairan vesikel dari individu yang terinfeksi.
Penularan dapat terjadi 2 hari sebelum lesi timbul.11
Periode inkubasi rata-rata varisela adalah 14-16 hari setelah pajanan
terhadap varisela atau herpes zoster, dengan rentang 10-21 hari. 12 Pada kasus ini
sumber penularan penderita berasal dari anaknya yang sudah terlebih dulu terkena
varisela 2 minggu sebelumnya. Penderita diketahui belum pernah terkena infeksi
varisela di masa lalu.

Diagnosis

Pneumonia varisela adalah salah satu manifestasi klinis dan komplikasi


tersering dari infeksi varisela yang berpotensi letal pada orang dewasa yang
sebelumnya sehat.13,14 Diagnosis pneumonia varisela didasarkan pada adanya
kontak dengan penderita varisela, riwayat penyakit dan temuan radiologis. Faktor
risiko terjadinya cedera paru akut akibat varisela yaitu laki-laki dewasa, perokok,
jumlah lesi >100, wanita hamil, kontak erat dengan penderita varisela dan
imunosupresi.15 Penderita pada kasus ini mempunyai index case yaitu anaknya.
Faktor risiko lain yang ditemukan pada kasus ini adalah jenis kelamin laki-laki,
usia dewasa dan lesi yang banyak dan tersebar diseluruh tubuh.
Gambaran radiologis pneumonia varisela adalah opasitas bilateral bersifat
nodular yang menuju ke batas luar paru dan menjadi lebih padat disekitar basal
atau tengah paru. Infiltrat umumnya terlih at diseluruh lapang paru. 11 Foto toraks
saat penderita berada di IRD menunjukkan gambaran infiltrat bilateral memenuhi
kedua lapang paru. Foto toraks tersebut memberi kesan perburukan bila
dibandingkan dengan foto toraks dua hari sebelumnya, sebelum pasien dirujuk.
Pemeriksaan Tzanck smear dilakukan di hari ke 5 onset varisela pada
penderita untuk mendukung diagnosis, didapatkan hasil negatif untuk Giant cell
dan bakteri. Hasil pemeriksaan Tzanck smear pada lesi vesikobulosa akibat
infeksi virus akan menunjukkan multinucleated giant cell dan acantholytic cell
dengan syarat spesimen harus diambil dari vesikel yang berumur maksimal 3
hari.16 Lesi yang lebih lama kemungkinan akan menunjukkan hasil negatif, seperti
yang didapatkan pada penderita ini.

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran UNAIR – RSUD dr. Soetomo Surabaya
2019
Gejala Klinis dan Komplikasi
Karakteristik gejala varisela adalah demam disertai ruam kulit berupa
vesikel kecil, gatal, yang biasanya muncul dimulai dari dada, punggung, wajah
dan akhirnya ke seluruh tubuh, diikuti rasa lelah, sakit kepala dan penurunan
nafsu makan.17 Gejala yang dirasakan penderita pertama kali adalah demam.
Vesikel muncul pertama kali di belakang telinga pada hari kedua demam dan
dengan cepat menyebar keseluruh tubuh. Penderita juga merasakan sakit kepala,
nyeri persendian dan nyeri perut. Keluhan inilah yang membawa penderita pergi
ke rumah sakit.
Selain keluhan khas varisela penderita juga mengalami batuk diikuti sesak
napas pada hari kedua demam. Selama 3 hari perawatan di rumah sakit
sebelumnya, sesak dirasakan memberat. Penderita diberi antibiotik dan
oksigenasi menggunakan nonrebreathing mask, namun kondisi tidak membaik
dan mulai menunjukkan penurunan kesadaran hingga akhirnya dirujuk. Kondisi
penderita yang demikian, didukung oleh data penunjang seperti anamnesis, foto
toraks dan laboratorium, mengarahkan diagnosis pada Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS). Sesuai Kriteria Berlin, definisi ARDS adalah :18
1. Gejala respirasi terjadi dalam waktu 1 minggu, baik gejala baru atau
perburukan.
2. Foto toraks menunjukkan opasitas bilateral yang tidak dapat dijelaskan
apakah itu efusi, kolaps paru, atau nodul.
3. Edema paru bukan karena gagal jantung atau overload cairan. Penilaian
objektif diperlukan untuk menyingkirkan edema hidrostatik bila tidak ada
faktor risiko.
4. Oksigenasi :
 Ringan : 200 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg, dengan PEEP atau CPAP
≥ 5 cmH2O
 Sedang : 100 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 200 mmHg, dengan PEEP atau
CPAP ≥ 5 cmH2O
 Berat : PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg, dengan PEEP atau CPAP ≥ 5 cmH2O
Pada penderita ditemukan onset perburukan gejala respirasi berlangsung
cepat yaitu dalam 3 hari sejak onset varisela, didapatkan batuk dengan dahak

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran UNAIR – RSUD dr. Soetomo Surabaya
2019
berwarna merah muda, tampak gambaran perselubungan diseluruh hemitoraks
kanan dan kiri. Pemasangan ventilator dilakukan pada 10/10/18 untuk mencukupi
oksigenasi, dimana evaluasi BGA paska pemasangan ventilator menunjukkan
PO2 84, PaO2/FiO2 280 dengan PEEP 8. Hal tersebut sesuai dengan kriteria
ARDS ringan.
Komplikasi selain pneumonia dan ARDS yang dialami oleh penderita
adalah penurunan platelet (81000/uL) yang terjadi pada hari ketiga demam, dan
hepatitis akut dengan peningkatan SGOT 373 IU/l dan SGPT 152 IU/l. Hitung
platelet dan nilai fungsi hati berangsur kembali normal seiring dengan perbaikan
kondisi penderita. Lee et al melaporkan temuan serupa di Jepang pada 2003,
yaitu seorang laki-laki dewasa imunokompeten penderita varisela disertai dengan
komplikasi berat ARDS, hepatitis akut, trombositopenia, DIC dan
rhabdomyolysis.19

Terapi
Varisela adalah penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya pada anak,
dan penggunaan antivirus seperti asiklovir tidak rutin diberikan untuk kasus
varisela tanpa komplikasi.20 The American Academy of Pediatrics (AAP)
merekomendasikan asiklovir atau valasiklovir oral untuk kelompok tertentu yang
berisiko mengalami varisela derajat sedang atau berat. Kelompok risiko tinggi
tersebut meliputi : 21
 Orang sehat berusia di atas 12 tahun.
 Penderita kelainan kulit atau paru kronis.
 Pengguna salisilat jangka panjang.
 Pengguna steroid jangka pendek, intermiten atau aerosol.
Asiklovir adalah adalah deoksiguanosin analog dengan target DNA
polimerase virus, bekerja sebagai pemutus rantai dan aktif pada herpes simplex
dan VZV.22 Dosis asiklovir oral yang disepakati untuk varisela adalah 200 mg
(maksimum 800 mg) 4-5 kali sehari selama 5 hari.23

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran UNAIR – RSUD dr. Soetomo Surabaya
2019
1. Binazeez A, Kothari S, Dave D, et al. Case Report Acute respiratory
distress syndrome due to viral pneumonitis in case of varicella zoster in
adult : case report. 2015;3(12):3924–3927.

2. Shirai T, Sano K, Matsuyama S, et al. Varicella pneumonia in a healthy


adult presenting with severe respiratory failure. Intern Med Tokyo Japan
1996;35(4):315–318.

3. Sandor Feldman M.D. Varicella-Zoster Virus Pneumonitis. Chest


1994;106(1):22S–27S.

4. Ho BCH, Tai DYH. Severe Adult Chickenpox Infection Requiring


Intensive Care. Ann Acad Med Singapore 2004;33(1):84–88.

5. Davidson RN, Lynn W, Savage P, Wansbrough-Jones MH. Chickenpox


pneumonia: Experience with antiviral treatment. Thorax 1988;43(8):627–
630.

6. Guess HA, Broughton DD, Melton Ill LJ, Kurland LT. Population-Based
Studies of Varicella Complications. Pediatrics [Internet] 1986 [cited 2019
Feb 2];78(suppl):723–727. Available from: www.aappublications.org/news

7. Zerboni L, Sen N, Oliver SL, Arvin AM. NIH Public Access.


2014;12(3):197–210.

8. Pinto MGV, Pfrepper K, Janke T, et al. A systematic approach for the


identification of novel , serologically reactive recombinant Varicella-Zoster
Virus ( VZV ) antigens. Virol J 2010;7(165):1–9.

9. Creative Diagnostics. Varicella Zoster Virus Antigens [Internet]. Viral


Antigens. 2019 [cited 2019 Feb 8];2–5. Available from:

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran UNAIR – RSUD dr. Soetomo Surabaya
2019
https://www.creative-diagnostics.com/tag-varicella-zoster-virus-antigens-
39.htm

10. Ku C, Besser J, Abendroth A, Grose C, Arvin AM. MINIREVIEW


Varicella-Zoster Virus Pathogenesis and Immunobiology : New Concepts
Emerging from Investigations with the SCIDhu Mouse Model.
2005;79(5):2651–2658.

11. John T. Denny M, Zoe M. Rocke B, Valerie A. McRae M, et al. Varicella


Pneumonia: Case Report and Review of a Potentially Lethal Complication
of a Common Disease. J Investig Med High Impact Case Rep [Internet]
2018 [cited 2019 Jan 30];6:1–7. Available from:
https://doi.org/10.1177/2324709618770230

12. Centers for Disease Control and Prevention. Clinical Features, Incubation
Period and Prodrome Varicella in Unvaccinated Persons [Internet].
Chickenpox (Varicella). 2019 [cited 2019 Feb 23];1–8. Available from:
https://www.cdc.gov/chickenpox/hcp/index.html

13. Pugh RNH, Omar RI, Hossain MM. Varicella infection and pneumonia
among adults. Int J Infect Dis 1998;

14. Choo PW, Donahue JG, Werner JAE, Platt R. The epidemiology of
varicella and its complications. J Infect Dis 1995;

15. Celik N, Celik O, Unal O. Early Treatment Was Life Saving in Varicella
Pneumonia of an Immunocompetent Adult. Arch Iran Med
2018;21(5):223–225.

16. Kumar Gupta L, Lalit MKS, Gupta K, Singhi MK. Tzanck smear: A useful
diagnostic tool. Indian J Dermatol Venereol Leprol [Internet] 2005 [cited
2019 Mar 1];71:295–304. Available from: http://www.bioline.org.br/pdf?
dv05100

17. Mueller NH, Gilden DH, Cohrs RJ, Mahalingam R, Nagel MA. Varicella
Zoster Virus Infection: Clinical Features, Molecular Pathogenesis of

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran UNAIR – RSUD dr. Soetomo Surabaya
2019
Disease, and Latency. Neurol Clin [Internet] 2008 [cited 2019 Feb
25];26(3):675. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2754837/pdf/nihms-
137811.pdf

18. The ARDS Definition Task Force. Acute Respiratory Distress Syndrome:
The Berlin Definition. J Am Med Assoc 2012;307(23):2526–2533.

19. Lee S, Ito N, Inagaki T, et al. Fulminant Varicella Infection Complicated


with Acute Respiratory Distress Syndrome, and Disseminated Intravascular
Coagulation in an Immunocompetent Young Adult. Intern Med [Internet]
2004;43(12):1205–1209. Available from:
http://joi.jlc.jst.go.jp/JST.JSTAGE/internalmedicine/43.1205?
from=CrossRef

20. Potgieter PD, Hammond JMJ. Intensive care management of varicella


pneumonia. Respir Med 1997;91(4):207–212.

21. Centers for Disease Control and Prevention. Chickenpox | For Healthcare
Professionals | Varicella | CDC [Internet]. Chickenpox (Varicella). [cited
2019 Feb 23];Available from:
https://www.cdc.gov/chickenpox/hcp/index.html?CDC_AA_refVal=https
%3A%2F%2Fwww.cdc.gov%2Fchickenpox%2Fhcp%2Fclinical-
overview.html

22. A Abba A. Varicella Pneumonia in Adults. JK-Practitioner [Internet] 2005


[cited 2019 Mar 2];12(2):73–77. Available from:
http://medind.nic.in/jab/t05/i2/jabt05i2p73g.pdf

23. Gnann Jr. JW. Antiviral therapy of varicella-zoster virus infections


[Internet]. Cambridge University Press; 2007 [cited 2019 Mar 2]. Available
from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21348091

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran UNAIR – RSUD dr. Soetomo Surabaya
2019

Anda mungkin juga menyukai