PENDAHULUAN
Chickenpox, atau disebut juga varisela, adalah penyakit sangat menular
yang disebabkan oleh infeksi varicella zoster virus (VZV). Penyakit ini ditandai
dengan ruam kulit berupa vesikel kecil, gatal dan membentuk krusta.1 Varisela
biasanya self-limited dan tidak berbahaya pada anak. Namun, varisela pada orang
dewasa cenderung menimbulkan komplikasi serius seperti pneumonia varisela.2
Varisela pada dewasa terhitung hanya sebanyak 2% dari sekitar 3-4 juta
kasus varisela di Amerika Serikat setiap tahunnya, dan 25% kasus fatal terjadi
dalam kelompok umur ini.3 Proporsi kematian usia dewasa (di atas 20 tahun)
terhadap total kematian akibat varisela menunjukkan peningkatan dari 20% pada
periode 1970-1974 menjadi 54,3% pada periode 1990-1994. Orang dewasa 25 kali
lebih berisiko mengalami kematian akibat varisela dibandingkan dengan anak usia
1-4 tahun.4
Pneumonia varisela, pertama kali diungkapkan 1942, dapat menjadi berat
dan bahkan fatal pada orang yang sebelumnya sehat. 5 Kejadian pneumonia
dilaporkan sebanyak 0,25% hingga 10% terjadi pada orang dewasa dengan
varisela, sedangkan angka kematian akibat pneumonia varisela adalah sekitar 5%-
23%. Data dari Inggris dan Wales menunjukkan bahwa proporsi kematian usia
dewasa akibat varisela yang berkaitan dengan pneumonia adalah 42,3%.
Pneumonia varisela memberat secara bertahap, sekitar 1-6 hari setelah timbulnya
ruam khas varisela dengan gejala berupa sesak dan batuk.4
Pneumonia varisela merupakan komplikasi serius tersering akibat varisela
pada orang dewasa dengan jumlah rawat inap sekitar 1 orang dalam setiap 400
kasus varisela pada dewasa.6 Berikut dilaporkan kasus seorang pria dewasa
penderita varisela yang datang ke unit gawat darurat dalam keadaan sesak napas
berat yang kemudian terdiagnosis sebagai pneumonia varisela.
Seorang pria, Tn. D, usia 44 tahun, suku Jawa, agama Islam, pendidikan
terakhir D3, wiraswasta, berasal dari Situbondo. Merupakan pasien rawat inap di
RSUD Dr. Soetomo Surabaya tanggal 10 Oktober sampai dengan 19 Oktober
2018.
Keluhan Utama : sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan sesak napas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit
yang semakin memberat. Batuk dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
disertai dahak berwarna merah muda. Demam dirasakan 5 hari sebelum masuk
rumah sakit disertai nyeri persendian dan nyeri perut. Vesikel pertama kali
didapatkan di belakang telinga pada hari kedua demam. Vesikel kemudian
menyebar keseluruh tubuh diikuti naiknya demam. Pasien telah menjalani
perawatan selama 3 hari di salah satu rumah sakit di Situbondo dan kemudian
dirujuk dengan permasalahan sesak yang bertambah. Selama perawatan di dua
rumah sakit berbeda sebelum dirujuk pasien telah mendapat antibiotik cefotaksim,
ceftriakson dan meropenem.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien diketahui memiliki penyakit hepatitis sejak 7 tahun yang lalu dan tidak
minum obat rutin. Pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi.
Riwayat OAT : Pasien belum pernah mendapat OAT sebelumnya
Riwayat Sosial : Pekerjaan wiraswasta
Pemeriksaan Fisik saat di IRD RS dr. Soetomo (10 Oktober 2018)
Keadaan umum lemah, tampak sesak, gelisah, GCS 456 dengan tekanan
darah 124/75 mmHg, nadi 100x/menit, respirasi 40x/menit, suhu aksila 38,4
derajat celcius, saturasi oksigen perifer 86% dengan non rebreathing mask 10 lpm.
Pada pemeriksaan kepala leher anemia tidak didapatkan pada konjungtiva,
tidak ditemukan ikterus pada sklera, tidak didapatkan sianosis. Pada kulit wajah
terlihat multipel krusta kehitaman dengan multipel erosi, tidak didapatkan lesi
mukosa. Tidak didapatkan peningkatan tekanan vena jugularis dan tidak
ditemukan pembesaran KGB, namun didapatkan pernapasan cuping hidung.
Gambar 2 Pasien Tn.D saat datang di IRD 10 Oktober 2019. Pasien tampak sesak,
terpasang non rebreathing mask dan NGT. Pada kulit tampak multipel vesikel berisi
cairan keruh dasar eritema dan multipel krusta warna kehitaman.
A. B.
Gambar 1. Foto toraks penderita A. 8 Oktober 2018 posisi AP di RS swasta. B. 10
Oktober 2018 posisi AP di IRD RSUD Dr.Soetomo
Foto toraks tanggal 8 Oktober yang diambil di rumah sakit swasta menunjukkan
mulai terlihat perselubungan di kedua hemitoraks. Pada 10 Oktober 2018, foto
toraks diambil di IRD RSUD DR.Soetomo menunjukkan gambaran
perselubungan semakin meluas memenuhi kedua hemitoraks disertai
airbronchogram, mengesankan suatu pneumonia.
Perkembangan Penderita
Saat masuk rumah sakit pada 10 Oktober 2018, pasien dalam keadaan
sesak berat dengan kesadaran kompos mentis. Pasien kemudian di rawat di Ruang
Isolasi Khusus.
12 Oktober 2018
S Sesak napas
O Kondisi Umum lemah, GCS 4x6
TD : 129/81 mmHg, Nadi : 78x/menit, RR : 20x/menit, Temp : 37,7 oC,
SpO2 100% dengan T-Piece 3 lpm
Kepala dan leher : dispneu membaik
Toraks : suara napas vesikuler pada hemitoraks D dan S dengan suara
napas tambahan ronkhi di 2/3 bawah hemitoraks D dan S.
Laboratorium:
BGA dengan O2 T-piece 3 lpm:
PCO2 41 PO2 129 HCO3 29,8 SO2 99%
A Sesak napas + mild ARDS (membaik) + severe pneumonia ec susp
pneumonia varisela DD bakterial (membaik) + Varisela (membaik) +
hepatitis B kronis
P Dx : BGA, DL
Tx :
Diet TKTP 250 ml 6 kali sehari
O2 SM 6 lpm (setelah ekstubasi)
Balans cairan I = O
IVFD Aminofluid 1500 ml/24 jam
Meropenem 1 gr tiap 8 jam iv
Levofloxacin 750 mg tiap 24 jam iv
Parasetamol 1000mg tiap 8 jam per oral bila demam >38oC
Asiklovir 5 x 800 mg per oral
Natrium Fusidat salep untuk lesi erosi
13 Oktober 2018
S Sesak membaik
O Kondisi Umum cukup, GCS 456
TD : 127/70 mmHg, Nadi : 70x/menit, RR : 22x/menit, Temp : 36,8 oC,
SpO2 100% dengan SM 6 lpm
Kepala dan leher : dispneu tidak ada
Toraks : suara napas vesikuler pada hemitoraks D dan S dengan suara
napas tambahan ronkhi di 2/3 bawah hemitoraks D dan S.
Laboratorium:
CRP 3,8 WBC 7460
BGA dengan O2 SM 6 lpm:
PCO2 35 PO2 151 SO2 99%
A Sesak napas + severe pneumonia ec susp pneumonia varisela DD bakterial
(membaik) + Varisela + hepatitis B kronis
P Dx : BGA
Tx :
Diet TKTP 2100 Kcal perhari
O2 SM 6 lpm
Balans cairan I = O
IVFD Aminofluid 500 ml/24 jam
Asiklovir 5 x 800 mg per oral
Natrium Fusidat salep untuk lesi erosi
Bedak salisil untuk vesikel
M Klinis dan tanda vital
14 Oktober 2018
S Tidak sesak
O Kondisi Umum cukup, GCS 456
TD : 130/80 mmHg, Nadi : 68x/menit, RR : 20x/menit, Temp : 36,8 oC,
SpO2 99% dengan nasal canule 3 lpm
Kepala dan leher : dispneu tidak ada
Toraks : suara napas vesikuler pada hemitoraks D dan S dengan suara
napas tambahan ronkhi di 2/3 bawah hemitoraks D.
Kultur dahak aerob : tidak ditemukan pertumbuhan kuman aerob
A Severe pneumonia ec susp pneumonia varisela DD bakterial (membaik) +
16 Oktober 2019
S Tidak sesak
O Kondisi Umum cukup, GCS 456
TD : 124/80 mmHg, Nadi : 70x/menit, RR : 22x/menit, Temp : 37,2 oC,
SpO2 99% dengan nasal canule 3 lpm
Kepala dan leher : dispneu tidak ada
Toraks : suara napas vesikuler pada hemitoraks D dan S dengan suara
napas tambahan ronkhi di 1/3 bawah hemitoraks D dan S
Kulit : varisela sudah dalam stadium krustasi.
Laboratorium : Alb 3,1 SGOT 89 SGPT 88 WBC 9,4rb Gr 68,7% Plt
346rb
Kultur dahak aerob : tidak ditemukan pertumbuhan kuman aerob
Foto toraks : perselubungan pada hemitoraks kanan dan kiri, kesan
membaik dibanding foto toraks 11/10/18
A Severe pneumonia ec pneumonia varisela (membaik) + Varisela (membaik)
+ hepatitis B kronis
P Dx : BGA
Tx :
Diet TKTP 2100 Kcal perhari
O2 nasal 3 lpm
Balans cairan I = O
IVFD Aminofluid 500 ml/24 jam
Asiklovir 5 x 800 mg per oral
Natrium Fusidat salep untuk lesi erosi
Bedak salisil untuk vesikel
Pasien disetujui untuk pindah ke Palem 2
M Klinis dan tanda vital
19 Oktober 2018
S Tidak sesak
O Kondisi Umum baik, GCS 456
TD : 130/80 mmHg, Nadi : 60x/menit, RR : 18x/menit, Temp : 37 oC, SpO2
97% dengan O2 ruangan
Kepala dan leher : dispneu tidak ada
Toraks : suara napas vesikuler pada hemitoraks D dan S dengan suara
napas tambahan ronkhi di 1/3 bawah hemitoraks D dan S
Kulit : varisela sudah dalam stadium krustasi.
Laboratorium :
BGA dengan oksigen ruangan PCO2 31 PO2 92 SO2 97%
WBC 8,83rb Gr 73,5% PLT 454rb
Foto toraks : Parenkim paru tidak ada kelainan, kesan pneumonia telah
mengalami resolusi (dibandingkan dengan foto toraks 16/10/18)
USG abdomen : chronic parenchymal liver disease saat ini belum tampak
gambaran sirosis hepatis maupun degenerasi maligna
A pneumonia varisela (membaik) + Varisela (membaik) + hepatitis B kronis
P Dx : BGA
Tx :
Diet TKTP 2100 Kcal perhari
Balans cairan I = O
IVFD NaCl 500 ml/24 jam
Natrium Fusidat salep untuk lesi erosi
M Klinis dan tanda vital
A. B.
Gambar A.Pasien sudah tidak membutuhkan oksigen tambahan, klinis
membaik dan B. Seluruh vesikel telah menjadi krusta kehitaman.
Penularan
Infeksi VZV terutama muncul sebagai ruam kulit difus (chickenpox) atau
herpes zoster.3,10 Infeksi VZV umumnya akan sembuh dengan sendirinya dan
memiliki angka kematian dan kesakitan rendah.3
VZV dapat menyebar dengan banyak cara, tetapi sebagian besar penularan
adalah melalui droplet pernapasan. Cara lain adalah melalui kontak langsung
Diagnosis
Terapi
Varisela adalah penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya pada anak,
dan penggunaan antivirus seperti asiklovir tidak rutin diberikan untuk kasus
varisela tanpa komplikasi.20 The American Academy of Pediatrics (AAP)
merekomendasikan asiklovir atau valasiklovir oral untuk kelompok tertentu yang
berisiko mengalami varisela derajat sedang atau berat. Kelompok risiko tinggi
tersebut meliputi : 21
Orang sehat berusia di atas 12 tahun.
Penderita kelainan kulit atau paru kronis.
Pengguna salisilat jangka panjang.
Pengguna steroid jangka pendek, intermiten atau aerosol.
Asiklovir adalah adalah deoksiguanosin analog dengan target DNA
polimerase virus, bekerja sebagai pemutus rantai dan aktif pada herpes simplex
dan VZV.22 Dosis asiklovir oral yang disepakati untuk varisela adalah 200 mg
(maksimum 800 mg) 4-5 kali sehari selama 5 hari.23
6. Guess HA, Broughton DD, Melton Ill LJ, Kurland LT. Population-Based
Studies of Varicella Complications. Pediatrics [Internet] 1986 [cited 2019
Feb 2];78(suppl):723–727. Available from: www.aappublications.org/news
12. Centers for Disease Control and Prevention. Clinical Features, Incubation
Period and Prodrome Varicella in Unvaccinated Persons [Internet].
Chickenpox (Varicella). 2019 [cited 2019 Feb 23];1–8. Available from:
https://www.cdc.gov/chickenpox/hcp/index.html
13. Pugh RNH, Omar RI, Hossain MM. Varicella infection and pneumonia
among adults. Int J Infect Dis 1998;
14. Choo PW, Donahue JG, Werner JAE, Platt R. The epidemiology of
varicella and its complications. J Infect Dis 1995;
15. Celik N, Celik O, Unal O. Early Treatment Was Life Saving in Varicella
Pneumonia of an Immunocompetent Adult. Arch Iran Med
2018;21(5):223–225.
16. Kumar Gupta L, Lalit MKS, Gupta K, Singhi MK. Tzanck smear: A useful
diagnostic tool. Indian J Dermatol Venereol Leprol [Internet] 2005 [cited
2019 Mar 1];71:295–304. Available from: http://www.bioline.org.br/pdf?
dv05100
17. Mueller NH, Gilden DH, Cohrs RJ, Mahalingam R, Nagel MA. Varicella
Zoster Virus Infection: Clinical Features, Molecular Pathogenesis of
18. The ARDS Definition Task Force. Acute Respiratory Distress Syndrome:
The Berlin Definition. J Am Med Assoc 2012;307(23):2526–2533.
21. Centers for Disease Control and Prevention. Chickenpox | For Healthcare
Professionals | Varicella | CDC [Internet]. Chickenpox (Varicella). [cited
2019 Feb 23];Available from:
https://www.cdc.gov/chickenpox/hcp/index.html?CDC_AA_refVal=https
%3A%2F%2Fwww.cdc.gov%2Fchickenpox%2Fhcp%2Fclinical-
overview.html