Anda di halaman 1dari 11

Laporan Kasus

KILOTORAKS BILATERAL
Yuly Rahmawati
Ariani Permata Sari

PENDAHULUAN
Rongga pleura dilapisi oleh dua membran, pleura viseral yang melapisi
paru dan pleura parietal yang melapisi dinding dada dan diafragma. Dalam
kondisi normal, cairan dan protein dari sirkulasi sistemik dapat memasuki rongga
ini dan diserap kembali oleh sistem limfatik pleura parietal. Akumulasi cairan
dalam rongga pleura dapat terjadi bila arus cairan yang masuk ke dalamnya
meningkat atau reabsrobsinya menurun, menyebabkan efusi pleura. Meningkatnya
aliran masuk cairan ke dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh peningkatan
filtrasi melewati kapiler sistemik atau paru atau masuknya cairan lain, salah
satunya chyle.1
Chyle atau kilus adalah cairan yang mengalir dalam duktus torasikus,
berwarna putih susu.2 Kilus mengandung sejumlah besar kilomikron, trigliserida,
kolesterol dan vitamin larut lemak.3 Kilotoraks adalah adanya kilus di dalam
rongga pleura yang disebabkan oleh kerusakan atau sumbatan duktus torasikus.4
Kilotoraks paling sering disebabkan oleh trauma atau infiltrasi tumor ke duktus
torasikus. Limfoma adalah penyebab terbanyak kilotoraks karena keganasan
(75%). Bedah kardiotoraks dapat menimbulkan komplikasi kilotoraks paska
operasi pada 4% kasus esofagektomi. Suatu kilotoraks disebut idiopatik bila tidak
diketahui penyebab yang mendasarinya.5
Gejala klinis kilotoraks tergantung dari penyakit dasarnya. Kilotoraks
dengan jumlah sedikit dapat tidak bergejala dan ditemukan secara tidak sengaja.
Kilotoraks masif biasanya menimbulkan gejala akibat efek tekanan mekanis pada
pengembangan paru. Sesak napas progresif, penurunan kemampuan olah raga,
dada terasa berat adalah keluhan yang sering dirasakan penderita.6 Tulisan ini
akan menyampaikan tentang kasus kilotoraks pada seorang penderita laki-laki.

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
2019
1
LAPORAN KASUS
Identitas Penderita

Seorang pria, Tn.M, usia 67 tahun, suku Jawa, agama Islam, pendidikan
terakhir S1, berasal dari Bojonegoro. Merupakan pasien rawat inap di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya tanggal 17 Januari sampai dengan 29 Januari 2019.
Keluhan Utama : sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita merasakan sesak napas hilang timbul sejak 2 bulan sebelum
masuk rumah sakit, sesak memberat 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan
batuk, demam dan nyeri dada tidak didapatkan. Penderita mengalami penurunan
berat badan dan nafsu makan satu bulan terakhir. Tidak didapatkan keringat
malam.
Riwayat Penyakit Dahulu
Penderita mempunyai riwayat darah tinggi sejak 1 tahun yang lalu, rutin
konsumsi amlodipin 5 mg per hari. Tidak ada riwayat diabetes melitus, asma dan
batuk lama. Penderita adalah seorang perokok sejak 46 tahun yang lalu,
menghabiskan kurang dari 1 bungkus per hari. Penderita sempat memeriksakan
keluhan sesaknya ke rumah sakit setempat pada November 2018 dan dilakukan
foto toraks dengan hasil dicurigai efusi pleura, namun penderita tidak kontrol
kembali. Penderita datang ke Poli Paru RSUD dr. Soetomo pada pertengahan
Januari 2019, dilakukan pungsi cairan pleura dengan kesan makroskopis berupa
cairan berwarna putih susu.
Riwayat OAT : Pasien belum pernah mendapat OAT sebelumnya
Riwayat Sosial : Pensiunan pegawai negeri sipil Departemen Agama
Pemeriksaan Fisik saat di IRD RS dr. Soetomo (16 Januari 2019)
Keadaan umum lemah, GCS 456 dengan tekanan darah 140/100 mmHg, nadi
90x/menit, respirasi 22x/menit, suhu aksila 36,7oC, saturasi oksigen perifer 93%
dengan oksigen ruangan.

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
2019
2
Pada pemeriksaan kepala leher, anemia tidak didapatkan pada konjungtiva,
tidak ditemukan ikterus pada sklera, tidak didapatkan sianosis. Tidak didapatkan
peningkatan tekanan vena jugularis dan tidak ditemukan pembesaran KGB, tidak
didapatkan pernapasan cuping hidung.
Pada pemeriksaan regio toraks, inspeksi ditemukan pergerakan dada asimetris,
kanan tertinggal, trakea tidak ditemukan deviasi. Sela iga simetris kedua
hemitoraks. Palpasi gerakan napas simetris kedua hemitoraks. Fremitus raba
menurun 2/3 bawah hemitoraks kanan dan 1/3 bawah hemitoraks kiri. Perkusi
redup 2/3 bawah hemitoraks kanan dan 1/3 bawah hemitoraks kiri. Kronik ismus
tidak terdapat kelainan. Auskultasi didapatkan suara napas vesikuler menurun 2/3
bawah hemitoraks kanan dan 1/3 bawah hemitoraks kiri.
Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi vena kolateral tidak didapatkan. Hepar
dan lien tidak teraba membesar. Auskultasi ditemukan bising usus normal. Perkusi
timpani dan tidak ditemukan tanda-tanda asites.
Pada pemeriksaan ekstremitas tidak ada edema, capillary refill time < 2 detik.
Deformitas tidak didapatkan.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
16/01/2019 (Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Soetomo)
Sel dan Kimia Darah BGA (O2 ruangan) Analisis Cairan Pleura
Parameter Hasil Parameter Hasil Parameter Hasil
Hb 13,3 g/dL pH 7,430 pH 8
WBC 6920/uL pCO2 33 mmHg WBC-BF 867/uL
Gr 70,6% pO2 65 mmHg RBC-BF 40/uL
Platelet 286000/uL HCO3 21,9 mol/L MN# 828/uL
PPT 13,5 detik TCO2 22,9 mol/L PMN# 39/uL
APTT 24,6 detik Beecf -2,4 mol/L MN% 95,5%
SGOT 40 U/L SO2 93,0% PMN% 4,5%
SGPT 32 U/L Temp 37 oC Jumlah sel 980/uL
Albumin 3,78 g/dL Glukosa 17 mg/dL
BUN 17mg/dL Protein 5,5 g/dL
SK 1,26 mg/dL LDH 82 U/L
GDA 133 mg/dL
HBs Ag reaktif
HIV NR
Na 143 mmol/L
K 4,9 mol/L

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
2019
3
Cl 108 mol/L

b. Pemeriksaan Radiologi
Foto toraks posisi posteroanterior pada 15 Januari 2019 menunjukkan gambaran
opasitas homogen di lapang bawah hemitoraks kanan dan kiri, mengesankan suatu
efusi pleura bilateral. Foto toraks evaluasi dilakukan setelah pemasangan selang
dada hemitoraks kanan pada 16 Januari 2019, memberi kesan berkurangnya
opasitas pada hemitoraks kanan.

A B

Gambar 1. A. Foto toraks pada 15 Januari 2019, menunjukkan opasitas homogen di


lapang bawah hemitoraks kanan dan kiri, kanan lebih berat. B. Foto toraks pada 16
Januari 2019 setelah pemasangan selang dada di hemitoraks kanan.

Daftar Masalah Sementara


 Sesak napas hilang timbul sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, sesak
memberat 1 hari sebelum masuk rumah sakit
 Penurunan berat badan dan nafsu makan satu bulan terakhir
 Riwayat darah tinggi sejak 1 tahun yang lalu, rutin konsumsi amlodipin 5
mg per hari
 Seorang perokok sejak 46 tahun yang lalu, menghabiskan kurang dari 1
bungkus per hari
 Hipertensi (140/100 mmHg)
 Saturasi oksigen perifer 93%
 Pergerakan dada asimetris, kanan tertinggal
 Fremitus raba menurun 2/3 bawah hemitoraks kanan dan 1/3 bawah
hemitoraks kiri
 Perkusi redup 2/3 bawah hemitoraks kanan dan 1/3 bawah hemitoraks kiri

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
2019
4
 Suara napas vesikuler menurun 2/3 bawah hemitoraks kanan dan 1/3
bawah hemitoraks kiri
 HbsAg reaktif
 Analisis cairan pleura : kesan eksudat
 Analisis gas darah : hipoksemia ringan
 Foto toraks : opasitas homogen lapang bawah hemitoraks kanan dan kiri kanan
lebih berat.
Sequence Of Event

Daftar Masalah Tetap


1. Sesak napas
2. Efusi pleura bilateral kanan lebih berat
3. Hepatitis B kronis

N Analisis Rencana Rencana Terapi Rencana


o Diagnosis Monitoring
1. Sesak napas - O2 nasal 3 lpm Klinis, tanda
vital, BGA
2. Efusi pleura
bilateral kanan
lebih berat
Assesment :

Kilotoraks - Trigliserida - Pemasangan selang - Klinis, tanda


cairan pleura dan dada vital
darah - Diet rendah lemak - DL,
- Kolesterol cairan - Terapi sesuai penyebab albumin, SE
pleura dan darah evaluasi,
- Kilomikron - Produksi
cairan pleura cairan,
- USG abdomen undulasi
- USG lymphnode - Foto toraks
- CT scan toraks evaluasi
dengan kontras
3. Hepatitis B IgM Anti HBc Hindari obat-obatan Klinis, tanda
kronis HBV DNA hepatotoksik vital
HbeAg
USG abdomen

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
2019
5
Perkembangan Penderita
Rawat Inap
17 Januari 2019
S Keluhan sesak penderita berkurang, tidak ada batuk
O Keadaan umum lemah, GCS 456
Tensi 130/80 mmHg; Nadi 90x/mnt; frekuensi napas 20x/mnt; suhu
36.4oC; SPO2 96% (O2 nasal kanul 4 lpm)
Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan fisik toraks menunjukkan suara napas
vesikuler menurun di lapang bawah hemitoraks kanan dan rhonki di paru
kanan bawah.
Produksi cairan pleura : 2250 ml dalam 18 jam, cairan berwarna putih.
Sampel cairan pleura kanan diambil untuk pemeriksaan kadar trigliserida
(TG) dan kolesterol dengan hasil TG cairan pleura 2205 mg/dL dan
kolesterol cairan pleura 167 g/dL.
A Sesak napas + kilotoraks dextra on WSD Dekstra + hepatitis kronis
P Mencegah infeksi dengan pemberian antibiotik, mengatasi kilotoraks,
penegakkan diagnosis kilotoraks
I Dx : Profil lipid darah, sampel cairan pleura kanan diambil untuk diperiksakan
kultur aerob
Tx :
 O2 nasal 4 lpm
 Ceftriaxone 1 gr tiap 12 jam iv
 Codein 20 mg tiap 8 jam per oral
 Antrain 1 ampul tiap 8 jam intravena

.
18 Januari 2019
S Keluhan sesak penderita berkurang, tidak ada batuk
O Keadaan umum lemah, GCS 456
Tensi 114/80 mmHg; Nadi 97x/mnt; frekuensi napas 20x/mnt; suhu
36.3oC; SPO2 96% (O2 nasal kanul 3 lpm)
Pemeriksaan fisik : sama seperti 17/01/19
Produksi cairan pleura : 1500 ml dalam 20 jam
Laboratorium darah : kolesterol 151 mg/dL; TG 41 mg/dL; HDL 34
mg/dL; LDL 102 mg/dL
A Sesak napas + kilotoraks dextra on WSD Dekstra + hepatitis kronis
P Mencegah infeksi dengan pemberian antibiotik, mengatasi kilotoraks,
penegakkan diagnosis kilotoraks
I Dx : tumor marker AFP, β HCG
Tx :
 O2 nasal 4 lpm

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
2019
6
 Ceftriaxone 1 gr tiap 12 jam iv
 Codein 20 mg tiap 8 jam per oral
 Antrain 1 ampul tiap 8 jam intravena

19 Januari 2019
S Keluhan sesak penderita berkurang, tidak ada batuk
O Keadaan umum lemah, GCS 456
Tensi 120/80 mmHg; Nadi 88x/mnt; frekuensi napas 20x/mnt; suhu
36.3oC; SPO2 97% (O2 nasal kanul 3 lpm)
Pemeriksaan fisik toraks: vesikuler turun 1/3 bawah hemitoraks kanan,
tidak ada rhonki
Produksi cairan pleura : 2300 ml dalam 24 jam
Laboratorium darah : AFP 1,9 mg/ml; βhcg < 2,0
A Sesak napas + kilotoraks dextra on WSD Dekstra + hepatitis kronis
P Mencegah infeksi dengan pemberian antibiotik, mengatasi kilotoraks,
penegakkan diagnosis kilotoraks
I Dx : foto toraks evaluasi
Tx :
 O2 nasal 3 lpm
 Aminofluid 1000 ml/24 jam
 Diet TKTP rendah lemak
 Ceftriaxone 1 gr tiap 12 jam iv
 Codein 20 mg tiap 8 jam per oral
 Antrain 1 ampul tiap 8 jam intravena
 Klem selang dada separuh

21 Januari 2019
S Keluhan sesak penderita berkurang
O Keadaan umum lemah, GCS 456
Tensi 130/80 mmHg; Nadi 90x/mnt; frekuensi napas 18x/mnt; suhu
36.8oC; SPO2 97% (O2 nasal kanul 3 lpm)
Pemeriksaan fisik toraks: vesikuler kedua hemitoraks, rhonki di lapang
bawah hemitoraks kanan
Produksi cairan pleura : 950 ml dalam 24 jam
Laboratorium darah : Albumin 3,4 g/dL; BUN 14,14 mg/dL; SK 1,1
mg/dL; LDH 153 U/L; HbeAg non reaktif; Anti Hbe reaktif
Dilakukan proof pungsi pada pelura kiri dengan hasil lab cairan pleura :
kolesterol 145 mg/dL; TG 1313 mg/dL; LDH 99 U/L
A Sesak napas + kilotoraks bilateral on WSD Dekstra + hepatitis kronis
P Mencegah infeksi dengan pemberian antibiotik, mengatasi kilotoraks,
penegakkan diagnosis kilotoraks
I Dx : CT scan toraks dengan kontras, USG lymphnode dan abdomen
Tx :
 Sama seperti 19/01/19

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
2019
7
 Klem selang dada seperuh

Gambar 2. Foto toraks evaluasi posisi AP 20 Januari 2019, tidak didapatkan efusi
pada hemitoraks kanan dan terdapat gambaran opasitas homogen lapang paru kiri
yang bertambah.

Pungsi pleura kiri dilakukan untuk mengeluarkan cairan efusi, diperoleh


cairan sebanyak 330 ml berwarna putih kemerahan.

22 Januari 2019
S Keluhan sesak penderita berkurang
O Keadaan umum lemah, GCS 456
Tensi 130/80 mmHg; Nadi 90x/mnt; frekuensi napas 18x/mnt; suhu
36.8oC; SPO2 97% (O2 nasal kanul 3 lpm)
Pemeriksaan fisik toraks: vesikuler kedua hemitoraks, rhonki di lapang
bawah hemitoraks kanan
Produksi cairan pleura : 950 ml dalam 24 jam
Laboratorium darah : Albumin 3,4 g/dL; BUN 14,14 mg/dL; SK 1,1
mg/dL; LDH 153 U/L; HbeAg non reaktif; Anti Hbe reaktif
Dilakukan proof pungsi pada pelura kiri dengan hasil lab cairan pleura :
kolesterol 145 mg/dL; TG 1313 mg/dL; LDH 99 U/L
A Sesak napas + kilotoraks bilateral on WSD Dekstra + hepatitis kronis
P Mencegah infeksi dengan pemberian antibiotik, mengatasi kilotoraks,
penegakkan diagnosis kilotoraks
I Diagnosis :
Terapi :
 Sama seperti 19/01/19

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
2019
8
 Klem selang dada seperuh

Gambar 3. CT scan toraks dengan kontras pada 22/01/19

CT scan toraks dengan kontras menunjukkan gambaran pneumotoraks


kanan, efusi pleura kiri disertai adjacent compressive atelektasis, limfonodi
subsentimeter di subkarina dan kista ginjal kiri.

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
2019
9
Gambar 4. USG limfonodi

Gambar 5. USG Abdomen

USG limfonodi menunjukkan tidak ada pembesaran kelenjar limfe leher


submandibula, sisi lateral, supraklavikula, aksila, inguinal kanan dan kiri dan paraaorta.
Sedangkan gambaran USG abdomen menunjukkan kesan ireguler daerah supra diafragma
kanan, kesan proses fibrotik pleura dan paru, efusi pleura kiri, pembesaran prostat dengan
perkiraan volume 32 ml, batu buli-buli ukuran 11 mm, gambaran organ abdomen lainnya
baik.

23/ Januari 2019


S Keluhan sesak penderita berkurang
O Keadaan umum lemah, GCS 456
Tensi 124/86 mmHg; Nadi 78x/mnt; frekuensi napas 18x/mnt; suhu
36.8oC; SPO2 97% (O2 nasal kanul 3 lpm)
Pemeriksaan fisik toraks: vesikuler menirun 1/3 bawah kedua hemitoraks,
Produksi cairan pleura : 800 ml dalam 24 jam
Laboratorium darah : Hb 13,9 g/dL; WBC 7110/uL; neutrofil 65,7%;
limfosit 15,7%; platelet 358000/uL
A Sesak napas + kilotoraks bilateral on WSD Dekstra + pneumotoraks

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
2019
10
dekstra + hepatitis kronis
P Mencegah infeksi dengan pemberian antibiotik, mengatasi kilotoraks,
penegakkan diagnosis kilotoraks
I Dx :
Tx :
 Sama seperti sebelumnya
 Continuous suction -40 cmH2O

c. Pemeriksaan Radiologi

1. Broaddus VC, Light RW. Pleural Effusion. In: Mason RJ, Ersnt JD, King Jr
TE, et al., editors. Murray and Nadel’s Textbook of Respiratory Medicine.
Philadelphia: Saunders; 2016. p. 1936.
2. Light RW. Chylothorax and Pseudochylothorax. In: Pleural Disease.
Philadelphia: Lippincott; 2013. p. 412–448.
3. Nair SK, Petko M, Hayward MP. Aetiology and management of
chylothorax in adults. Eur J Cardio-thoracic Surg 2007;32:362–369.
4. Hillerdal G. Chylothorax and pseudochylothorax. Eur Respir J
1997;10(5):1157–1162.
5. Kalomenidis I, Lee YCG. Chylothorax, Pseudochylothorax, LAM, and
Yellow Nail Syndrome. 2006;388–393.
6. Rudrappa M, Paul M. Chylothorax [Internet]. StatPearls Publishing; 2019
[cited 2019 Mar 11]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29083798

Laporan Kasus Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
2019
11

Anda mungkin juga menyukai