Anda di halaman 1dari 15

Tinjauan Kepustakaan

LATIHAN RESPIRASI PADA USIA LANJUT

Yuly Rahmawati
Jusri Ichwani

PENDAHULUAN

Data World Population Prospects revisi 2019 menunjukkan 1 dari 11 orang di


dunia akan berusia lebih dari 65 tahun (9%) dan rentang usia tersebut diperkirakan
akan ditemukan pada 1 dari 6 orang pada 2050 (11%). Jumlah orang berusia 65 tahun
atau lebih pada tahun 2018 telah melebihi jumlah anak usia balita secara global untuk
pertama kalinya dalam sejarah. Jumlah orang usia 80 tahun atau lebih diperkirakan
akan bertambah 3 kali lipat, dari 143 juta jiwa di 2019 menjadi 426 juta jiwa di 2050
(United Nation, 2019).
Pertambahan populasi usia lanjut saat ini terjadi lebih cepat dibandingkan di
masa lalu. Sebanyak 80% usia lanjut didapatkan pada negara berpendapatan rendah
dan menengah. Seluruh negara di dunia menghadapi tantangan besar agar dapat
menjamin kesiapan sistem sosial dan kesehatan dalam menghadapi pergeseran
demografi tersebut (World Health Organization, 2018).
Penuaan adalah proses progresif terkait penurunan struktural dan fungsional,
ketidakmampuan sistem pemeliharaan dan perbaikan, kerentanan terhadap penyakit
dan kematian dan berkurangnya kapasitas reproduksi (Cabo dan Couteur, 2018).
Proses penuaan secara kronologis dan biologis tidak berjalan bersamaan saat usia
memasuki dekade kedua dan ketiga (Bowdish, 2019). Penuaan berhubungan dengan
hilangnya fungsi fisik (Roman, Rossiter dan Casaburi, 2016). Penuaan diikuti dengan
perubahan fungsi paru akibat beberapa faktor seperti berkurangnya elastisitas,
kelemahan otot-otot pernapasan dan berkurangnya luas permukaan untuk pertukaran
gas di alveoli (Thomas et al., 2019).
Proses penuaan tidak mengganggu sistem respirasi bila tidak terjadi kegagalan
pertukaran gas atau ventilasi. Hal ini berlaku bagi individu yang biasa berolah raga
(Meyer, 2006). Tinjauan kepustakaan ini akan membahas tentang pengaruh penuaan
terhadap ketahanan latihan fisik.

Tinjauan Kepustakaan Departemen-SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unair-RSUD Dr. Soetomo


Surabaya, September 2019
FISIOLOGI PERNAPASAN PADA USIA LANJUT

Penuaan paru mengakibatkan penurunan performa progresif selama sisa


hidup, meskipun demikian, bila tidak terkena penyakit, paru dapat mempertahankan
pertukaran gas adekuat sepanjang hidup manusia (Janssens, Pache dan Nicod, 1999).
Efek kumulatif penuaan akan menyebabkan penurunan pada efisiensi pernapasan,
walaupun sistem respirasi masih dapat menjalankan fungsinya secara efektif. Efek ini
dapat dikurangi dengan olah raga teratur (Knight dan Nigam, 2017).
Paru manusia mencapai massa dan kapasitas fungsional maksimalnya pada
dua puluh tahun pertama kehidupan. Proses penuaan paru normal menyebabkan
berkurangnya jaringan dan fungsi paru bertahap, dimulai sejak usia 30-an. Perubahan
ini awalnya tidak terlihat namun umumnya bergejala pada dekade ke-enam, tanpa
menyingkirkan variasi individual pada derajat dan kecepatan penurunan fungsi paru
nonpatologis terkait umur. Paru manusia diperkirakan dapat mendukung kehidupan
tidak lebih dari 130-140 tahun karena efek proses penuaan alamiah pada fungsi paru
(Meyer, 2006). Sekilas perbandingan kondisi paru saat muda dan usia lanjut dapat
dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Skema perubahan paru pada proses penuaan (Bowdish, 2019)


Perubahan Struktural
Kemampuan rongga toraks untuk mengembang akan berkurang seiring
bertambahnya usia. Dinding dada menjadi kaku akibat kalsifikasi dan perubahan
struktural lain pada tulang dan sendi yang menyokongnya (Janssens, Pache dan
Nicod, 1999). Osteoporosis mengakibatkan berkurangnya tinggi vertebra torakal dan
kiposis. Semua perubahan tersebut membuat rongga dada tidak dapat mengembang
dengan optimal selama inspirasi dan kontraksi diafragma menjadi tidak efektif
(Sharma, 2006). Skema perubahan pada dinding dada tersebut ditampilkan pada
gambar 2.

2
A. B
Gambar 2. Perubahan dinding dada akibat penuaan (Knight dan Nigam, 2017)

Kekuatan diafragma berkurang pada usia lanjut, disebabkan oleh atrofi otot
dan berkurangnya serat fast twitch yang bertanggung jawab menambah tekanan
rongga dada. Penurunan kekuatan ini dapat menyebabkan kelelahan diafragma dan
kegagalan ventilasi pada orang usia lanjut saat terjadi peningkatan beban ventilasi
pada sistem respirasi (Sharma, 2006). Tabel 1 di bawah ini menunjukkan perubahan
struktural disertai akibatnya pada fungsi paru.
Tabel 1. Perubahan Struktural dan Fungsional pada Paru dan Toraks Orang Usia
Lanjut
Sistem Morfologi/Struktur Fungsi
Paru Luas permukaan alveoli berkurang  Kapasitas difusi berkurang,
ruang rugi fisiologis
bertambah
Jaringan ikat interstisial bertambah  Ruang rugi anatomis
Duktektasia (pelebaran bronkiolus bertambah
respiratorius dan duktus alveolus)

Proteolisis elastin meningkat  Ketidakstabilan trakeo-


(cross-linking menurun), gangguan bronkial karena penutupan
alokasi dan orientasi serat elastin awal jalan napas kecil,
Rasio elastin/kolagen menuurn compliance meningkat (dada
Surfaktan menurun (serta barrel-shaped, difragma
perubahan komposisi) datar), perubahan volume
paru, V/Q mismatch dengan
gangguan oksigenasi arteri.

Toraks Bertambah kaku (kalsifikasi kosta  Volume tidal turun, frekuensi


dan sendi vertebra) napas meningkat
Massa otot respirasi berkurang  Tekanan respirasi spontan
maksimum menurun
Sumber : Zaugg, 2000

Hilangnya elastisitas jaringan paru dan saluran napas menyebabkan diameter


bronkiolous respiratorius dan duktus alveoli melebar. Setelah usia 50 tahun, terjadi
degenerasi serat elastis duktus alveoli, menyebabkan dilatasi (Knight dan Nigam,
2017). Berkurangnya jaringan pendukung menyebabkan penutupan prematur pada

3
saluran napas kecil saat pernapasan normal dan dapat menimbulkan air-trapping serta
hiperinflasi, disebut juga dengan “senile emphysema” (Sharma, 2006).

Uji Fungsi Paru

Hilangnya elastic recoil mengakibatkan penutupan jalan napas kecil yang


lebih awal pada orang usia lanjut dibandingkan usia muda pada volume paru yang
sama. Lama-kelamaan, hal ini akan menimbulkan penurunan nilai forced expiratory
volume dalam 1 detik (FEV1) dan forced expiratory flow antara 25% dan 75%
kapasitas vital (FEF25–75). Tertutupnya jalan napas lebih awal menyebabkan gas
terperangkap dalam paru sehingga residual volume (RV) bertambah, forced vital
capacity (FVC) dan inspiratory capacity (IC) berkurang dan rasio FEV1/FVC
menurun (Janssens et al., 1999; Miller, 2010). Perubahan nilai uji fungsi paru pada
usia lanjut dapat dilihat pada tabel 2 di bawah.
Proses penuaan juga menyebabkan berkurangnya luas permukaan alveoli dan
jumlah kapiler, menyebabkan penurunan kapasitas difusi paru untuk
karbonmonoksida (DLCO). Nilai DLCO menggambarkan kemampuan oksigen untuk
berpindah dari ruang alveoli, melewati lapisan epitel-endotel dan mencapai sirkulasi
kemudian berikatan dengan hemoglobin. Pertukaran gas di dalam paru akan
berkurang, ditandai dengan menurunnya DLCO, seiiring dengan bertambahnya usia
(Meyer, 2006). Fungsi paru menurun mengikuti pertambahan usia pada orang dewasa
asimtomatik, dengan kecepatan yang lebih tinggi pada laki-laki dibanding wanita
(Thomas et al., 2019).
Tabel 2. Performa paru pada usia muda dan perubahan saat lanjut
Ukuran Nilai, 15-40 th Perubahan, 60 th
FRC 2.4 LM, 1.8 LFa meningkat
TLC 6.0 L , 4.2 L
M F
tidak berubah
TV 0.6 LM, 0.5 LF sedikit meningkat
IRV 3.0 L , 1.9 L
M F
sedikit meningkat
RV 1.2 LM, 1.1 LF meningkat
ERV 1.2 L , 1.0 L
M F
meningkat
VC 4.8 LM, 3.4 LF menurun
IC 3.6 L , 2.4 L
M F
meningkat
FVC 5.5 LM, 3.8 LF menurun
FEV1 4.6 LM, 3.3 LF menurun
FEV1/FVC 0.84 , 0.87
M F
menurun
Arus puncak respirasi 600–670 L min−1M menurun
425–465 L min−1 F

Compliance dinding dada saat FRC 0.2 L cm−1 H2O menurun


Compliance paru saat FRC 0.2 L cm H2O
−1 meningkat
Tekanan pleura rata-rata −5 cm H2O tidak berubah
Tahanan jalan napas 2.0 L cm H2O s
−1 −1 meningkat
Sumber: Lalley 2013

4
Pertukaran Gas

Kemampuan paru untuk melakukan pertukaran gas akan berkurang selama


proses penuaan. Tekanan oksigen parsial darah arteri (PaO 2) mulai menurun di usia
30-an, dan rata-rata PaO2 cenderung stabil pada nilai 70 mmHg pada usia 80-an
(Meyer, 2006; Miller, 2010). Berdasarkan hal tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa nilai variabel pertukaran gas paru akan menurun sesuai usia. Luas permukaan
alveoli akan bertambah, namun tidak diiringi oleh pertambahan suplai darah,
sehingga distribusi ventilasi alveoli dan perfusi juga akan berubah (Miller, 2010).
Ketidakseimbangan rasio ventilasi/perfusi ini akan menimbulkan gangguan
oksigenasi yang cenderung diakibatkan oleh adanya shunt dan dead-space ketimbang
penurunan kapasitas difusi. Perubahan rasio ventilasi/perfusi kemungkinan besar
disebabkan oleh distribusi gas inspirasi yang tidak rata yang merupakan akibat dari
penutupan jalan napas kecil yang lebih awal akibat hilangnya elastic recoil, seperti
telah dijelaskan sebelumnya. Perubahan rasio ventilation/perfusi disertai penurunan
fungsi alveoli secara signifikan menurunkan kapasitas difusi paru. Hal ini lebih
banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita (0.24 mL oksigen/mm Hg/tahun
dibdaning 0.16 mL oksgen/mm Hg/tahun). Wanita usia 25 sampai 46 tahun
mengalami penurunan kapasitas difusi paling sedikit, diperkirakan karena efek
protektif dari esterogen (Zaugg dan Luccinetti, 2000).
Pajanan faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap pertukaran gas.
Penelitian menunjukkan pria paruh baya bukan perokok tidak mengalami penurunan
nilai TLCO dalam periode 22 tahun, namun sebaliknya penurunan yang signifikan
dialami oleh perokok (Green dan Pinkerton, 2015).

Sistem Imun

Disregulasi imun akibat penuaan mungkin diakibatkan efek gabungan


stimulus antigen berulang dari lingkungan dan penurunan respon terhadap pajanan
antigen tersebut (Sharma, 2006). Sistem imun bawaan bersifat nonspesifik dan
berkembang baik pada seluruh organisme multiseluer. Sistem imun adaptif yang
berkembang belakangan, mempunyai respon spesifik antigen yang melibatkan
pengenalan dan memori terhadap patogen. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
sistem imun bawaan dapat menjadi lemah atau lebih kuat akibat proses penuaan
(Meyer, 2006).
Jumlah netrofil mungkin tidak berubah, namun kemampuan kemotaksisnya
berkurang. Rekrutmen netrofil in vivo juga terganggu pada pasien usia lanjut dan

5
model penelitan hewan usia lanjut. Disregulasi netrofil menyebabkan akumulasi dan
waktu inflamasi yang lebih panjang dan menimbulkan kerusakan yang lebih luas pada
jaringan paru (Lalley, 2013; Miller dan Linge, 2017). Jaringan paru mengalami
perubahan signifikan pada usia lanjut. Konsentrasi Natural killer (NK), NK-T
limfosit, imunoglobulin dan interleukin-6 lebih tinggi namun makrofag lebih rendah
dibandingkan orang dewasa muda (Lalley, 2013).
Tabel 3. Perubahan akibat penuaan yang mungkin menambah kerentanan lansia
terhadap keradangan dan infeksi paru.
Kriteria Pengamatan
Imunitas Adaptif (spesifik  Cell-mediated
antigen)  Involusi timus
 Produksi limfosit T naif
 Gangguan fungsi memori sel T
Peningkatan sel T memori perifer
Penurunan respons proliferasi
Pergeseran sitokin Th1 ke Th2
 Peningkatan ekspresi HLA-DR
 Peningkatan Regulatory T cells
 Peningkatan sel T CD4+ dan CD28-
Imunitas Humoral  Penurunan jumlah sel B
 Penurunan pembentukan pusat Germinal
 Gangguan respon Ab terhadap Ag spesifik
 Penurunan limfosit B reseptor
 Penurunan produksi sel B memori
 Penurunan pembentukan Ab berafinitas
tinggi
 Peningkatan IgA dan IgG
 Peningkatan autoantibodi
Imunitas Bawaan  penurunan jumlah dan fungsi sel dendritik
 penurunan induksi Toll receptor &
disregulasi produksi sitokin
 penurunan fungsi makrofag dan neutrofil
 penurunan aktivitas sel NK
 penurunan jumlah dan proliferasi sel T γδ
Perubahan lain  peningkatan stres oksidatif
 pemendekan telomere/ defisiensi
telomerase
 peningkatan Stress kinase dan aktivasi
faktor transkripsi
 penurunan ekspresi molekul Anti-aging
 penurunan sensitivitas Glukokortikoid
 penurunan respons Stem cell
Sumber : (Meyer, 2010)
Tabel 3 menunjukkan perubahan masing-masing sistem imun di paru. Rasio
sel T naif dan terdiferensiasi akan menurun, juga kemampuan untuk merespon
antibodi dari sel B. Jumlah sitokin inflamasi yang beredar dalam darah meningkat,
membuat orang usia lanjut mudah terkena pneumonia. Pajanan kronis sitokin kadar

6
rendah dan terutama tumor necrosis factor alpha (TNF-α) mengganggu
perkembangan, kemampuan migrasi dan respon monosit dan makrofag terhadap
molekul mikroba. Makrofag paru kehilangan kemampuan untuk mengatur inflamasi
yang berakibat hiporesponsif pada infeksi atau hiperespon terhadap jejas (Bowdish,
2019).

Respon Terhadap Hipoksia

Respon hipoksia berkurang pada orang usia lanjut. Sebuah penelitian


mengungkapkan bahwa respon ventilasi terhadap hipoksia pada orang lanjut
berkurang sebanyak 50% (Roman, Rossiter dan Casaburi, 2016). Episode berulang
(3-5 menit) hipoksia sedang diselingi normoksia membangkitkan peningkatan
keluaran motorik respirasi selama periode normoksia, disebut dengan long-term
facilitation (LTF). LTF bertahan selama satu jam setelah periode hipoksik, ditandai
dengan peningkatan frekuensi napas, namun tidak pada volume tidal (Lalley, 2013).
Penurunan respon ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia pada orang usia
lanjut melibatkan gangguan pada fungsi kemosensoris dan perubahan struktur paru
dan dinding dada yang menghambat gerak motorik (Lalley, 2013). Respon ventilasi
terhadap rangsang hipoksia dan hiperkapni menjadi kurang sensitif pada sebagian
besar orang usia lanjut (Taylor, 2011). Sebaliknya, orang usia lanjut lebih responsif
terhadap hiperkapnia selama latihan dibandingkan yang lebih muda (Green dan
Pinkerton, 2015).
Hal ini mungkin disebabkan oleh berkurangnya sensitivitas kemoreseptor.
Bukti yang ditemukan pada manusia mengarah pada berkurangnya respons otot
inspirasi karena gangguan sistem saraf pusat. Penelitian menunjukkan atrofi badan
karotid pada tikus usia lanjut. Karena itu, penurunan sesitivitas ventilasi mengikuti
umur dapat disebabkan oleh perubahan pada fungsi kemoreseptor dan medula. Sistem
respirasi membutuhkan timbal balik dari sensor mekanis dan metabolik dan proses
penuaan jelas mempengaruhi feedback mekanoreseptor karena lansi menjadi kurang
dapat membedakan beban respirasi elastis atau resistif (Taylor, 2011).

LATIHAN UNTUK USIA LANJUT

Jumlah serat otot total pada usia lanjut hanya sekitar 20% dari total serat otot
pada usia 20 tahunan. Otot interkosta sekeliling rongga dada dan kekuatan diafragma
berkurang sebanyak 25% akibat sarkopenia dan atrofi (Albuquerque et al., 2013).
Fungsi otot respirasi yang lemah berujung pada menurunnya kapasitas latihan dan
aktivitas fisik pada orang usia lanjut. Hal tersebut kemudian dapat berperan dalam

7
penurunan fungsi fisiologis keseluruhan yang lebih cepat (Albuquerque et al., 2013;
Alvarenga et al., 2018).
Sejumlah perubahan penting terjadi dalam proses bernapas saat latihan
berlangsung. Hambatan aliran udara timbul pada intensitas latihan yang lebih rendah
di usia lebih lanjut. Seseorang berusia 69 tahun, normal dan sehat, akan merasakan
adanya keterbatasan aliran pada latihan intensitas sedang (Protas, 1996). Kecepatan
dan besarnya perubahan proses bernapas bergantung pada banyak faktor seperti status
kebugaran, usia dan jenis latihan (Hillegass, 1994).
Seluruh perubahan yang terjadi akibat penuaan akan mempengaruhi fungsi
mekanika sistem pernapasan, namun hal itu dapat terjadi lebih lambat pada orang
lanjut yang aktif dan dapat diperbaiki bila orang usia lanjut dengan keterbatasan
gerak kembali melakukan latihan fisik secara teratur (Chaunchaiyakul et al., 2004).
Pengamatan pada kelompok lanjut usia sehat selama 6 tahun menunjukkan efek dari
penuaan terhadap fungsi paru saat istirahat dan selama latihan, dimana terjadi
penurunan VO2 maksimal sebanyak 11%. Seluruh partisipan penelitian tersebut telah
terlatih melakukan latihan aerobik dan nilai VO2 mereka masih dua kali lipat dari
nilai prediksi maksimum menurut umur (Sharma, 2006).
Akibat yang ditimbulkan oleh penuaan pada fungsi paru dan latihan sangat
bervariasi di antara lansia sehat pada usia yang sama. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi efek ini dan berperan dalam variabilitas yaitu, riwayat merokok,
kebiasaaan olah raga, dan kebugaran fisik. Bermacam efek penuaan pada olah raga
diantaranya adalah peningkatan kebutuhan ventilasi yang menyebabkan keterbatasan
laju ekspirasi, hiperinflasi relatif, peningkatan beban kerja elastis flowresistive,
terbentuknya tekanan tinggi oleh otot inspirasi dan pada beberapa kasus terjadi
keterbatasan mekanis absolut pada ventilasi saat latihan maksimal (McClaran et al.,
1995).
Hilangnya kekuatan otot respirasi ditambah perubahan lain karena berbagai
penyakit berakibat menurunnya mobilitas dan hilangnya toleransi terhadap aktivitas
fisik. Otot pernapasan dapat diperkuat dengan olah raga teratur. Latihan untuk
seluruh otot tubuh serta aktivitas harian rutin secara langsung memperbaiki atau
menjaga fungsi otot pernapasan (Cebrià I Iranzo et al., 2014). Program latihan harus
komprehensif dan didasarkan pada kebutuhan fungsional pasien (Hillegass, 1994).
Orang lanjut lebih intoleran terhadap panas dibanding yang lebih muda, oleh
karena itu mereka harus lebih berhati-hati saat berlatih dalam cuaca panas, dan harus
waspada terhadap tanda dan gejala stres panas. Edukasi tentang pentingnya asupan
cairan yang cukup wajib diberikan. Waktu penyesuaian dan pemulihan sehabis
latihan yang lebih lambat dapat disebabkan oleh menurunnya respon sistem

8
kardiovaskuler terhadap katekolamin, menurunnya kebugaran atau keduanya. Jeda
istirahat selama satu hari dapat diberikan pada jadwal latihan untuk usia lanjut
(Hillegass, 1994).
Latihan fisik dapat meningkatkan fungsi otot pernapasan, ventilasi spontan
maksimal, minute ventilation maksimal, dan volume paru statis pada orang usia lanjut
aktif. Penelitian lain membuktikan bahwa penurunan fungsi paru berlangsung lebih
lambat bila latihan fisik dilakukan dalam jangka panjang. Latihan fisik tersebut juga
dapat menambah efisiensi keseluruhan pompa torakopulmoner, relatif pada orang
usia lanjut dengan keterbatasan gerak (Chaunchaiyakul et al., 2004). Kegiatan fisik
dengan hanya bernapas melalui hidung secara signifikan mengurangi nadi pada olah
raga dengan intensitas yang sama yang menggunakan pernapasan mulut atau
kombinasi (Rakhimov, 2018).
Efek aktivitas fisik dan olah raga pada sistem respirasi terutama tergantung
pada perubahan kadar CO2 alveoli. Pernapasan setelah olah raga menjadi lebih ringan
dan lambat karena adaptasi sistem respirasi dan pusat napas terhadap kadar CO2 yang
lebih tinggi. Akibatnya, jumlah oksigen tubuh meningkat selama beberapa jam
setelah kegiatan fisik. Latihan hipoksik hiperkapnik intermiten, dengan pernapasan
melalui hidung (masuk dan keluar) adalah cara yang baik untuk memperbaiki VO 2
max, kdanungan oksigen tubuh, dan adaptasi pusat napas terhadap kadar CO 2 lebih
tinggi (Rakhimov, 2018).
Jenis Latihan
Latihan otot pernapasan merupakan intervensi yang dapat mengurangi efek
buruk kelemahan otot pernapasan pada orang usia lanjut. Pilates adalah salah satu
metode latihan yang digunakan untuk meningkatkan keseimbangan otot melalui
latihan untuk pusat tubuh (Alvarenga et al., 2018). Suatu penelitian menunjukkan
bahwa setelah 24 sesi latihan pilates didapatkan perbaikan pada aktivitas fisik,
mobilitas torakoabdominal, kekuatan otot respirasi dan lingkar pinggang mengecil,
walaupun tidak ada perbedaan signifikan dibandingkan dengan kontrol (Tiziotto De
Jesus et al., 2015). Pilates memicu hipertrofi dinding abdomen dan meningkatkan
kekuatan dan kemampuan otot respirasi, mencegah kelemahan otot abdomen dan
disfungsi ventilasi (Giacomini et al., 2016).
Orang usia lanjut dapat melakukan jenis gerakan pilates sederhana, seperti
berikut ini (Elder Strength, 2019) :
1. Abdominal Scoop : gerakan ini dilakukan dengan menarik pusar ke arah
tulang belakang dalam posisi berbaring.
2. The Hundred : gerakan ini merupakan core exercise juga breathing
exercise, dilakukan dalam posis berbaring, mengangkat kaki dan menekuk

9
lutut dengan bentuk seperti meja sambil melakukan abdominal scoop
secara simultan, kemudian tangan diangkat ke sisi tubuh dan digerakkan
naik turun cepat sambil bernapas secara penuh dan stabil.
3. One leg circle : latihan ini bertujuan untuk stabilasasi pelvis dan
mobilisasi sendi pinggu. Latihan dilakukan dalam posis berbaring, kaki
diangkat tegak lurus, kemudian putar salah satu kaki pada sendi pinggul
dengan menjaga lutut tetap lurus.
4. Half roll down : gerakan dimulai pada posisi duduk, kaki ditekuk di depan
badan, lengan berpegangan pada paha, kemudian badan dijatuhkan ke
belakang sejauh lengan dan lalu kembali ke posisi awal.
5. Front support : gerakan ini merupakan modifikasi dari plank namun tidak
dengan siku namun dengan posisi lengan lurus.
Latihan lain yang dapat dilakukan adalah Inspiratory Muscle Training (IMT).
IMT adalah jenis latihan ketahanan yang melatih otot inspirasi, terutama otot
diafragma dan interkosta. IMT meningkatkan tekanan inspirasi maksimal, ketebalan
diafragma saat volume residu, dan arus puncak respirasi. IMT memberikan perubahan
positif pada fungsi dan struktur otot inspirasi tanpa menambah inflamasi sistemik dan
stres oksidatif maupun meningkatkan kemampuan latihan, physical activity level
(PAL) atau kualitas hidup (Mills et al., 2015). IMT dan Incentive spirometry (IS)
membantu memperbaiki kekuatan otot inspirasi pada orang lanjut. IS meningkatkan
mobilitas dada dan dapat dimanfaatkan pada latihan harian (Reychler et al., 2016).
Alat bantu yang dapat digunakan untuk latihan ini salah satunya adalah
POWERbreathe®, dapat dilihat pada gambar 3 di bawah.

Gambar 3. POWERbreathe® (Churchill Surgical Physiotherapy Team, 2019)


Cara menggunakannya adalah (Churchill Surgical Physiotherapy Team,
2019):
1) Posisi duduk atau berdiri tegak
2) Hidung ditutup dengan klip

10
3) Alat dipegang salah satu tangan
4) Mouthpiece dimasukkan dalam mulut, pastikan mulut mencucu dan tertutup
5) Hembuskan nafas sampai habis, kemudian tarik napas cepat dan kuat melalui
mulut. Hisap udara sebanyak dan secepat mungkin.
6) Keluarkan napas dengan perlahan dan santai.
7) Tahan dan ambil napas dengan cepat dan kuat kembali.
8) ulangi langkah 5-7 sebanyak 30 kali.
Respiratory Muscle Training (RMT) memicu adaptasi struktur dalam otot
inspirasi. Proporsi otot napas ditemukan meningkat yaitu sebanyak 38% (serat tipe I)
dan 21% (serat tipe II). Perubahan morfologi tersebut dikaitkan dengan perbaikan
pada kekuatan dan ketahanan otot inspirasi. Perubahan struktur otot inspirasi
konsisten dengan peningkatan ketahanan terhadap keletihan yang pada akhirnya
memperbaiki homoestasis sel secara keseluruhan (McConnell dan Romer, 2004).
Salah satu jenis RMT adalah latihan Voluntary isocapnic hyperpnea (VIH).
Pasien diminta untuk melakukan ventilasi cepat selama 30 menit. Hipokapnia
mungkin terjadi saat latihan, untuk mencegahnya pasien cukup bernapas kembali
melalui ruang rugi. Sebagian besar penelitian menggunakan perangkat tambahan
asupan O2 untuk mencegah hipoksemia sambil memelihara isokapni. Sesi latihan
dilakukan 3-5 kali per minggu pada volume 60±90% maximum voluntary ventilation
(MVV) (McConnell and Romer, 2004).

Gambar 4. Aparatus Voluntary isocapnic hyperpnea (VIH) (Leddy et al.,


2007)

RINGKASAN
Penuaan diikuti dengan perubahan fungsi paru akibat beberapa faktor seperti
berkurangnya elastisitas, kelemahan otot-otot pernapasan dan berkurangnya luas
permukaan umtuk pertukaran gas di alveoli. Proses penuaan paru normal
menyebabkan berkurangnya jaringan dan fungsi paru bertahap, dimulai sejak usia 30-

11
an. Paru manusia diperkirakan dapat mendukung kehidupan tidak lebih dari 130-140
tahun. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa sistem imun bawaan dapat menjadi
lemah atau lebih kuat akibat proses penuaan.
Seluruh perubahan pada mekanika sistem pernapasan dapat terjadi lebih
lambat pada orang usia lanjut yang aktif dan dapat diperbaiki bila orang usialanjut
dengan keterbatasan gerak kembali melakukan latihan fisik secara teratur. Latihan
fisik dapat meningkatkan fungsi otot pernapasan, ventilasi spontan maksimal, minute
ventilation maksimal, dan volume paru statis. Jenis latihan fisik yang dapat dilakukan
pada orang usia lanjut diantaranya pilates, inspiratory muscle training dan
respiratory muscle training.

12
DAFTAR PUSTAKA

Albuquerque, I. M. De et al. (2013) ‘Effects of short inspiratory muscle training on


inspiratory muscle strength and functional capacity in physically active elderly: A
quasi-experimental study’, European Journal of Physiotherapy, 15(1), pp. 11–17.
doi: 10.3109/21679169.2013.764925.
Alvarenga, G. M. De et al. (2018) ‘The influence of inspiratory muscle training
combined with the Pilates method on lung function in elderly women : A randomized
controlled trial’, pp. 1–5. doi: 10.6061/clinics/2018/e356.
Bowdish, D. M. E. (2019) ‘The Aging Lung Is Lung Health Good Health for Older
Adults ?’, CHEST. Elsevier Inc, 155(2), pp. 391–400. doi:
10.1016/j.chest.2018.09.003.
Cabo, R. de and Couteur, D. G. Le (2018) ‘The Biology of Aging’, in Jameson, J. L.
et al. (eds) Harrison’s Internal Medicine. 20th edn. New York: McGraw-Hill
Education, p. 3414.
Cebrià I Iranzo, M. D. À. et al. (2014) ‘Effects of inspiratory muscle training and
yoga breathing exercises on respiratory muscle function in institutionalized frail older
adults: A randomized controlled trial’, Journal of Geriatric Physical Therapy.
Lippincott Williams and Wilkins, 37(2), pp. 65–75. doi:
10.1519/JPT.0b013e31829938bb.
Chaunchaiyakul, R. et al. (2004) ‘The impact of aging and habitual physical activity
on static respiratory work at rest and during exercise’, American Journal of
Physiology - Lung Cellular and Molecular Physiology, 287(6 31-6), pp. 1098–1106.
doi: 10.1152/ajplung.00399.2003.
Churchill Surgical Physiotherapy Team (2019) ‘Inspiratory Muscle Training ( IMT )
Using POWERbreathe®’. Oxford: Oxford University Hospitals NHS Foundation
Trust, pp. 1–8.
Elder Strength (2019) Elder Strength, 5 easy pilates exercises for seniors and the
elderly. Available at: https://elderstrength.com/5-easy-pilates-exercises-for-seniors-
and-the-elderly/ (Accessed: 16 September 2019).
Giacomini, M. B. et al. (2016) ‘The Pilates Method Increases Respiratory Muscle
Strength and Performance as well as Abdominal Muscle Thickness’, Journal of
Bodywork & Movement Therapies. Elsevier Ltd, 20(2), pp. 258–264. doi:
10.1016/j.jbmt.2015.11.003.
Green, F. H. . and Pinkerton, K. E. (2015) ‘Environmental Determinants of Lung
Aging’, in Harding, R. and Pinkerton, K. E. (eds) The Lung. 2nd edn. London:
Elsevier Ltd., pp. 471–484.
Hillegass, E. (1994) ‘The Well Individual’, in Hillegass, E. and Sadowsky, H. S.
(eds) The Essential of Cardiopulmonary Physical Therapy. 1st edn. Philadelphia:
W.B. Saunders, pp. 737–738.

13
Janssens, J. P., Pache, J. C. and Nicod, L. P. (1999) ‘Physiological changes in
respiratory function associated with ageing’, European Respiratory Journal, 13(1),
pp. 197–205. doi: 10.1034/j.1399-3003.1999.13a36.x.
Knight, J. and Nigam, Y. (2017) ‘anatomy and physiology of ageing 2 : the
respiratory system’, Nursing Times, 113(3), pp. 53–55.
Lalley, P. M. (2013) ‘Respiratory Physiology & Neurobiology The aging respiratory
system — Pulmonary structure , function and neural control’, Respiratory Physiology
& Neurobiology. Elsevier B.V., 187(3), pp. 199–210. doi:
10.1016/j.resp.2013.03.012.
Leddy, J. J. et al. (2007) ‘Isocapnic hyperpnea training improves performance in
competitive male runners’, European Journal of Applied Physiology, 99, pp. 665–
676. doi: 10.1007/s00421-006-0390-7.
McClaran, S. R. et al. (1995) ‘Longitudinal effects of aging on lung function at rest
and exercise in healthy active fit elderly adults’, Journal of Applied Physiology,
78(5), pp. 1957–1968. doi: 10.1152/jappl.1995.78.5.1957.
McConnell, A. K. and Romer, L. M. (2004) ‘Respiratory muscle training in healthy
humans: Resolving the controversy’, International Journal of Sports Medicine, 25,
pp. 284–293. doi: 10.1055/s-2004-815827.
Meyer, K. C. (2006) The Aging Human Lung: Age-Associated Changes in Structure
and Function. Second Edi, Handbook of Models for Human Aging. Second Edi.
Elsevier Inc. doi: 10.1016/B978-012369391-4/50061-8.
Meyer, K. C. (2010) ‘The Role of Immunity and Inflammation in Lung Senescence
and Susceptibility to Infection in the Elderly’, Semin Respir Crit Care Med, 1(212),
pp. 561–574.
Miller, E. J. and Linge, H. M. (2017) ‘Age-Related Changes in Immunological and
Physiological Responses Following Pulmonary Challenge’, Int. J. Mol. Sci, 18, p.
1294. doi: 10.3390/ijms18061294.
Miller, M. R. (2010) ‘Structural and physiological age-associated changes in aging
lungs’, Seminars in Respiratory and Critical Care Medicine, pp. 521–527. doi:
10.1055/s-0030-1265893.
Mills, D. E. et al. (2015) ‘The Effects of Inspiratory Muscle Training in Older
Adults’, Medicine & Science in Sports & Exercise, 47(30), pp. 691–697. doi:
10.1249/MSS.0000000000000474.
Protas, E. J. (1996) ‘The Aging Patient’, in Frownfelter, D. and Dean, E. (eds)
Principles and Practice of Cardiopulmonary Physical Therapy. 3rd edn. St. Louis:
Mosby-Year Book, pp. 674–677.
Rakhimov, A. (2018) Exercise Effects on the Respiratory System : Short- and Long-
Term CO2 changes. Available at: normalbreathing.com.
Reychler, G. et al. (2016) ‘Randomized Controlled Trial of the Effect of Inspiratory
Muscle Training and Incentive Spirometry on Respiratory Muscle Strength, Chest
Wall Expansion, and Lung Function in Elderly Adults’, Journal of the American
Geriatrics Society, 64(5), pp. 1128–1130. doi: 10.1111/jgs.14097.
Roman, M. A., Rossiter, H. B. and Casaburi, R. (2016) ‘Exercise , ageing and the
lung’, Eur Respir J, 48(7), pp. 1471–1486. doi: 10.1183/13993003.00347-2016.
Sharma, G. (2006) ‘Effect of aging on respiratory system physiology and
immunology’, 1(3), pp. 253–260.

14
Taylor, N. A. . (2011) ‘Pulmonary Function in Aging Human’, in Carstensen, L. L.
and Rando, T. A. (eds) Handbook of the Biology of Aging. 7th edn. New York:
Elsevier, pp. 421–439.
Thomas, E. T. et al. (2019) ‘Rate of normal lung function decline in ageing adults : a
systematic review of prospective cohort studies’, BMJ, 9, pp. 1–13. doi:
10.1136/bmjopen-2018-028150.
Tiziotto De Jesus, L. et al. (2015) ‘Effects of the Pilates method on lung function,
thoracoabdominal mobility and respiratory muscle strength: non-randomized placebo-
controlled clinical trial’, Fisioterapia e Pesquisa, 22(3), pp. 213–222. doi:
10.590/1809-2950/12658022032015.
United Nation (2019) Key Conferences on Ageing. Available at:
https://www.un.org/en/sections/issues-depth/ageing/.
World Health Organization (2018) Ageing and health, Key facts. Available at:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/ageing-and-health.
Zaugg, M. and Luccinetti, E. (2000) ‘Respiratory Function In The Elderly’, Geriatric
Anesthesia, 18(1), pp. 47–59. doi: 10.1136/bmj.1.4818.1050-b.

15

Anda mungkin juga menyukai