Yuly Rahmawati
Jusri Ichwani
PENDAHULUAN
2
A. B
Gambar 2. Perubahan dinding dada akibat penuaan (Knight dan Nigam, 2017)
Kekuatan diafragma berkurang pada usia lanjut, disebabkan oleh atrofi otot
dan berkurangnya serat fast twitch yang bertanggung jawab menambah tekanan
rongga dada. Penurunan kekuatan ini dapat menyebabkan kelelahan diafragma dan
kegagalan ventilasi pada orang usia lanjut saat terjadi peningkatan beban ventilasi
pada sistem respirasi (Sharma, 2006). Tabel 1 di bawah ini menunjukkan perubahan
struktural disertai akibatnya pada fungsi paru.
Tabel 1. Perubahan Struktural dan Fungsional pada Paru dan Toraks Orang Usia
Lanjut
Sistem Morfologi/Struktur Fungsi
Paru Luas permukaan alveoli berkurang Kapasitas difusi berkurang,
ruang rugi fisiologis
bertambah
Jaringan ikat interstisial bertambah Ruang rugi anatomis
Duktektasia (pelebaran bronkiolus bertambah
respiratorius dan duktus alveolus)
3
saluran napas kecil saat pernapasan normal dan dapat menimbulkan air-trapping serta
hiperinflasi, disebut juga dengan “senile emphysema” (Sharma, 2006).
4
Pertukaran Gas
Sistem Imun
5
model penelitan hewan usia lanjut. Disregulasi netrofil menyebabkan akumulasi dan
waktu inflamasi yang lebih panjang dan menimbulkan kerusakan yang lebih luas pada
jaringan paru (Lalley, 2013; Miller dan Linge, 2017). Jaringan paru mengalami
perubahan signifikan pada usia lanjut. Konsentrasi Natural killer (NK), NK-T
limfosit, imunoglobulin dan interleukin-6 lebih tinggi namun makrofag lebih rendah
dibandingkan orang dewasa muda (Lalley, 2013).
Tabel 3. Perubahan akibat penuaan yang mungkin menambah kerentanan lansia
terhadap keradangan dan infeksi paru.
Kriteria Pengamatan
Imunitas Adaptif (spesifik Cell-mediated
antigen) Involusi timus
Produksi limfosit T naif
Gangguan fungsi memori sel T
Peningkatan sel T memori perifer
Penurunan respons proliferasi
Pergeseran sitokin Th1 ke Th2
Peningkatan ekspresi HLA-DR
Peningkatan Regulatory T cells
Peningkatan sel T CD4+ dan CD28-
Imunitas Humoral Penurunan jumlah sel B
Penurunan pembentukan pusat Germinal
Gangguan respon Ab terhadap Ag spesifik
Penurunan limfosit B reseptor
Penurunan produksi sel B memori
Penurunan pembentukan Ab berafinitas
tinggi
Peningkatan IgA dan IgG
Peningkatan autoantibodi
Imunitas Bawaan penurunan jumlah dan fungsi sel dendritik
penurunan induksi Toll receptor &
disregulasi produksi sitokin
penurunan fungsi makrofag dan neutrofil
penurunan aktivitas sel NK
penurunan jumlah dan proliferasi sel T γδ
Perubahan lain peningkatan stres oksidatif
pemendekan telomere/ defisiensi
telomerase
peningkatan Stress kinase dan aktivasi
faktor transkripsi
penurunan ekspresi molekul Anti-aging
penurunan sensitivitas Glukokortikoid
penurunan respons Stem cell
Sumber : (Meyer, 2010)
Tabel 3 menunjukkan perubahan masing-masing sistem imun di paru. Rasio
sel T naif dan terdiferensiasi akan menurun, juga kemampuan untuk merespon
antibodi dari sel B. Jumlah sitokin inflamasi yang beredar dalam darah meningkat,
membuat orang usia lanjut mudah terkena pneumonia. Pajanan kronis sitokin kadar
6
rendah dan terutama tumor necrosis factor alpha (TNF-α) mengganggu
perkembangan, kemampuan migrasi dan respon monosit dan makrofag terhadap
molekul mikroba. Makrofag paru kehilangan kemampuan untuk mengatur inflamasi
yang berakibat hiporesponsif pada infeksi atau hiperespon terhadap jejas (Bowdish,
2019).
Jumlah serat otot total pada usia lanjut hanya sekitar 20% dari total serat otot
pada usia 20 tahunan. Otot interkosta sekeliling rongga dada dan kekuatan diafragma
berkurang sebanyak 25% akibat sarkopenia dan atrofi (Albuquerque et al., 2013).
Fungsi otot respirasi yang lemah berujung pada menurunnya kapasitas latihan dan
aktivitas fisik pada orang usia lanjut. Hal tersebut kemudian dapat berperan dalam
7
penurunan fungsi fisiologis keseluruhan yang lebih cepat (Albuquerque et al., 2013;
Alvarenga et al., 2018).
Sejumlah perubahan penting terjadi dalam proses bernapas saat latihan
berlangsung. Hambatan aliran udara timbul pada intensitas latihan yang lebih rendah
di usia lebih lanjut. Seseorang berusia 69 tahun, normal dan sehat, akan merasakan
adanya keterbatasan aliran pada latihan intensitas sedang (Protas, 1996). Kecepatan
dan besarnya perubahan proses bernapas bergantung pada banyak faktor seperti status
kebugaran, usia dan jenis latihan (Hillegass, 1994).
Seluruh perubahan yang terjadi akibat penuaan akan mempengaruhi fungsi
mekanika sistem pernapasan, namun hal itu dapat terjadi lebih lambat pada orang
lanjut yang aktif dan dapat diperbaiki bila orang usia lanjut dengan keterbatasan
gerak kembali melakukan latihan fisik secara teratur (Chaunchaiyakul et al., 2004).
Pengamatan pada kelompok lanjut usia sehat selama 6 tahun menunjukkan efek dari
penuaan terhadap fungsi paru saat istirahat dan selama latihan, dimana terjadi
penurunan VO2 maksimal sebanyak 11%. Seluruh partisipan penelitian tersebut telah
terlatih melakukan latihan aerobik dan nilai VO2 mereka masih dua kali lipat dari
nilai prediksi maksimum menurut umur (Sharma, 2006).
Akibat yang ditimbulkan oleh penuaan pada fungsi paru dan latihan sangat
bervariasi di antara lansia sehat pada usia yang sama. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi efek ini dan berperan dalam variabilitas yaitu, riwayat merokok,
kebiasaaan olah raga, dan kebugaran fisik. Bermacam efek penuaan pada olah raga
diantaranya adalah peningkatan kebutuhan ventilasi yang menyebabkan keterbatasan
laju ekspirasi, hiperinflasi relatif, peningkatan beban kerja elastis flowresistive,
terbentuknya tekanan tinggi oleh otot inspirasi dan pada beberapa kasus terjadi
keterbatasan mekanis absolut pada ventilasi saat latihan maksimal (McClaran et al.,
1995).
Hilangnya kekuatan otot respirasi ditambah perubahan lain karena berbagai
penyakit berakibat menurunnya mobilitas dan hilangnya toleransi terhadap aktivitas
fisik. Otot pernapasan dapat diperkuat dengan olah raga teratur. Latihan untuk
seluruh otot tubuh serta aktivitas harian rutin secara langsung memperbaiki atau
menjaga fungsi otot pernapasan (Cebrià I Iranzo et al., 2014). Program latihan harus
komprehensif dan didasarkan pada kebutuhan fungsional pasien (Hillegass, 1994).
Orang lanjut lebih intoleran terhadap panas dibanding yang lebih muda, oleh
karena itu mereka harus lebih berhati-hati saat berlatih dalam cuaca panas, dan harus
waspada terhadap tanda dan gejala stres panas. Edukasi tentang pentingnya asupan
cairan yang cukup wajib diberikan. Waktu penyesuaian dan pemulihan sehabis
latihan yang lebih lambat dapat disebabkan oleh menurunnya respon sistem
8
kardiovaskuler terhadap katekolamin, menurunnya kebugaran atau keduanya. Jeda
istirahat selama satu hari dapat diberikan pada jadwal latihan untuk usia lanjut
(Hillegass, 1994).
Latihan fisik dapat meningkatkan fungsi otot pernapasan, ventilasi spontan
maksimal, minute ventilation maksimal, dan volume paru statis pada orang usia lanjut
aktif. Penelitian lain membuktikan bahwa penurunan fungsi paru berlangsung lebih
lambat bila latihan fisik dilakukan dalam jangka panjang. Latihan fisik tersebut juga
dapat menambah efisiensi keseluruhan pompa torakopulmoner, relatif pada orang
usia lanjut dengan keterbatasan gerak (Chaunchaiyakul et al., 2004). Kegiatan fisik
dengan hanya bernapas melalui hidung secara signifikan mengurangi nadi pada olah
raga dengan intensitas yang sama yang menggunakan pernapasan mulut atau
kombinasi (Rakhimov, 2018).
Efek aktivitas fisik dan olah raga pada sistem respirasi terutama tergantung
pada perubahan kadar CO2 alveoli. Pernapasan setelah olah raga menjadi lebih ringan
dan lambat karena adaptasi sistem respirasi dan pusat napas terhadap kadar CO2 yang
lebih tinggi. Akibatnya, jumlah oksigen tubuh meningkat selama beberapa jam
setelah kegiatan fisik. Latihan hipoksik hiperkapnik intermiten, dengan pernapasan
melalui hidung (masuk dan keluar) adalah cara yang baik untuk memperbaiki VO 2
max, kdanungan oksigen tubuh, dan adaptasi pusat napas terhadap kadar CO 2 lebih
tinggi (Rakhimov, 2018).
Jenis Latihan
Latihan otot pernapasan merupakan intervensi yang dapat mengurangi efek
buruk kelemahan otot pernapasan pada orang usia lanjut. Pilates adalah salah satu
metode latihan yang digunakan untuk meningkatkan keseimbangan otot melalui
latihan untuk pusat tubuh (Alvarenga et al., 2018). Suatu penelitian menunjukkan
bahwa setelah 24 sesi latihan pilates didapatkan perbaikan pada aktivitas fisik,
mobilitas torakoabdominal, kekuatan otot respirasi dan lingkar pinggang mengecil,
walaupun tidak ada perbedaan signifikan dibandingkan dengan kontrol (Tiziotto De
Jesus et al., 2015). Pilates memicu hipertrofi dinding abdomen dan meningkatkan
kekuatan dan kemampuan otot respirasi, mencegah kelemahan otot abdomen dan
disfungsi ventilasi (Giacomini et al., 2016).
Orang usia lanjut dapat melakukan jenis gerakan pilates sederhana, seperti
berikut ini (Elder Strength, 2019) :
1. Abdominal Scoop : gerakan ini dilakukan dengan menarik pusar ke arah
tulang belakang dalam posisi berbaring.
2. The Hundred : gerakan ini merupakan core exercise juga breathing
exercise, dilakukan dalam posis berbaring, mengangkat kaki dan menekuk
9
lutut dengan bentuk seperti meja sambil melakukan abdominal scoop
secara simultan, kemudian tangan diangkat ke sisi tubuh dan digerakkan
naik turun cepat sambil bernapas secara penuh dan stabil.
3. One leg circle : latihan ini bertujuan untuk stabilasasi pelvis dan
mobilisasi sendi pinggu. Latihan dilakukan dalam posis berbaring, kaki
diangkat tegak lurus, kemudian putar salah satu kaki pada sendi pinggul
dengan menjaga lutut tetap lurus.
4. Half roll down : gerakan dimulai pada posisi duduk, kaki ditekuk di depan
badan, lengan berpegangan pada paha, kemudian badan dijatuhkan ke
belakang sejauh lengan dan lalu kembali ke posisi awal.
5. Front support : gerakan ini merupakan modifikasi dari plank namun tidak
dengan siku namun dengan posisi lengan lurus.
Latihan lain yang dapat dilakukan adalah Inspiratory Muscle Training (IMT).
IMT adalah jenis latihan ketahanan yang melatih otot inspirasi, terutama otot
diafragma dan interkosta. IMT meningkatkan tekanan inspirasi maksimal, ketebalan
diafragma saat volume residu, dan arus puncak respirasi. IMT memberikan perubahan
positif pada fungsi dan struktur otot inspirasi tanpa menambah inflamasi sistemik dan
stres oksidatif maupun meningkatkan kemampuan latihan, physical activity level
(PAL) atau kualitas hidup (Mills et al., 2015). IMT dan Incentive spirometry (IS)
membantu memperbaiki kekuatan otot inspirasi pada orang lanjut. IS meningkatkan
mobilitas dada dan dapat dimanfaatkan pada latihan harian (Reychler et al., 2016).
Alat bantu yang dapat digunakan untuk latihan ini salah satunya adalah
POWERbreathe®, dapat dilihat pada gambar 3 di bawah.
10
3) Alat dipegang salah satu tangan
4) Mouthpiece dimasukkan dalam mulut, pastikan mulut mencucu dan tertutup
5) Hembuskan nafas sampai habis, kemudian tarik napas cepat dan kuat melalui
mulut. Hisap udara sebanyak dan secepat mungkin.
6) Keluarkan napas dengan perlahan dan santai.
7) Tahan dan ambil napas dengan cepat dan kuat kembali.
8) ulangi langkah 5-7 sebanyak 30 kali.
Respiratory Muscle Training (RMT) memicu adaptasi struktur dalam otot
inspirasi. Proporsi otot napas ditemukan meningkat yaitu sebanyak 38% (serat tipe I)
dan 21% (serat tipe II). Perubahan morfologi tersebut dikaitkan dengan perbaikan
pada kekuatan dan ketahanan otot inspirasi. Perubahan struktur otot inspirasi
konsisten dengan peningkatan ketahanan terhadap keletihan yang pada akhirnya
memperbaiki homoestasis sel secara keseluruhan (McConnell dan Romer, 2004).
Salah satu jenis RMT adalah latihan Voluntary isocapnic hyperpnea (VIH).
Pasien diminta untuk melakukan ventilasi cepat selama 30 menit. Hipokapnia
mungkin terjadi saat latihan, untuk mencegahnya pasien cukup bernapas kembali
melalui ruang rugi. Sebagian besar penelitian menggunakan perangkat tambahan
asupan O2 untuk mencegah hipoksemia sambil memelihara isokapni. Sesi latihan
dilakukan 3-5 kali per minggu pada volume 60±90% maximum voluntary ventilation
(MVV) (McConnell and Romer, 2004).
RINGKASAN
Penuaan diikuti dengan perubahan fungsi paru akibat beberapa faktor seperti
berkurangnya elastisitas, kelemahan otot-otot pernapasan dan berkurangnya luas
permukaan umtuk pertukaran gas di alveoli. Proses penuaan paru normal
menyebabkan berkurangnya jaringan dan fungsi paru bertahap, dimulai sejak usia 30-
11
an. Paru manusia diperkirakan dapat mendukung kehidupan tidak lebih dari 130-140
tahun. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa sistem imun bawaan dapat menjadi
lemah atau lebih kuat akibat proses penuaan.
Seluruh perubahan pada mekanika sistem pernapasan dapat terjadi lebih
lambat pada orang usia lanjut yang aktif dan dapat diperbaiki bila orang usialanjut
dengan keterbatasan gerak kembali melakukan latihan fisik secara teratur. Latihan
fisik dapat meningkatkan fungsi otot pernapasan, ventilasi spontan maksimal, minute
ventilation maksimal, dan volume paru statis. Jenis latihan fisik yang dapat dilakukan
pada orang usia lanjut diantaranya pilates, inspiratory muscle training dan
respiratory muscle training.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
Janssens, J. P., Pache, J. C. and Nicod, L. P. (1999) ‘Physiological changes in
respiratory function associated with ageing’, European Respiratory Journal, 13(1),
pp. 197–205. doi: 10.1034/j.1399-3003.1999.13a36.x.
Knight, J. and Nigam, Y. (2017) ‘anatomy and physiology of ageing 2 : the
respiratory system’, Nursing Times, 113(3), pp. 53–55.
Lalley, P. M. (2013) ‘Respiratory Physiology & Neurobiology The aging respiratory
system — Pulmonary structure , function and neural control’, Respiratory Physiology
& Neurobiology. Elsevier B.V., 187(3), pp. 199–210. doi:
10.1016/j.resp.2013.03.012.
Leddy, J. J. et al. (2007) ‘Isocapnic hyperpnea training improves performance in
competitive male runners’, European Journal of Applied Physiology, 99, pp. 665–
676. doi: 10.1007/s00421-006-0390-7.
McClaran, S. R. et al. (1995) ‘Longitudinal effects of aging on lung function at rest
and exercise in healthy active fit elderly adults’, Journal of Applied Physiology,
78(5), pp. 1957–1968. doi: 10.1152/jappl.1995.78.5.1957.
McConnell, A. K. and Romer, L. M. (2004) ‘Respiratory muscle training in healthy
humans: Resolving the controversy’, International Journal of Sports Medicine, 25,
pp. 284–293. doi: 10.1055/s-2004-815827.
Meyer, K. C. (2006) The Aging Human Lung: Age-Associated Changes in Structure
and Function. Second Edi, Handbook of Models for Human Aging. Second Edi.
Elsevier Inc. doi: 10.1016/B978-012369391-4/50061-8.
Meyer, K. C. (2010) ‘The Role of Immunity and Inflammation in Lung Senescence
and Susceptibility to Infection in the Elderly’, Semin Respir Crit Care Med, 1(212),
pp. 561–574.
Miller, E. J. and Linge, H. M. (2017) ‘Age-Related Changes in Immunological and
Physiological Responses Following Pulmonary Challenge’, Int. J. Mol. Sci, 18, p.
1294. doi: 10.3390/ijms18061294.
Miller, M. R. (2010) ‘Structural and physiological age-associated changes in aging
lungs’, Seminars in Respiratory and Critical Care Medicine, pp. 521–527. doi:
10.1055/s-0030-1265893.
Mills, D. E. et al. (2015) ‘The Effects of Inspiratory Muscle Training in Older
Adults’, Medicine & Science in Sports & Exercise, 47(30), pp. 691–697. doi:
10.1249/MSS.0000000000000474.
Protas, E. J. (1996) ‘The Aging Patient’, in Frownfelter, D. and Dean, E. (eds)
Principles and Practice of Cardiopulmonary Physical Therapy. 3rd edn. St. Louis:
Mosby-Year Book, pp. 674–677.
Rakhimov, A. (2018) Exercise Effects on the Respiratory System : Short- and Long-
Term CO2 changes. Available at: normalbreathing.com.
Reychler, G. et al. (2016) ‘Randomized Controlled Trial of the Effect of Inspiratory
Muscle Training and Incentive Spirometry on Respiratory Muscle Strength, Chest
Wall Expansion, and Lung Function in Elderly Adults’, Journal of the American
Geriatrics Society, 64(5), pp. 1128–1130. doi: 10.1111/jgs.14097.
Roman, M. A., Rossiter, H. B. and Casaburi, R. (2016) ‘Exercise , ageing and the
lung’, Eur Respir J, 48(7), pp. 1471–1486. doi: 10.1183/13993003.00347-2016.
Sharma, G. (2006) ‘Effect of aging on respiratory system physiology and
immunology’, 1(3), pp. 253–260.
14
Taylor, N. A. . (2011) ‘Pulmonary Function in Aging Human’, in Carstensen, L. L.
and Rando, T. A. (eds) Handbook of the Biology of Aging. 7th edn. New York:
Elsevier, pp. 421–439.
Thomas, E. T. et al. (2019) ‘Rate of normal lung function decline in ageing adults : a
systematic review of prospective cohort studies’, BMJ, 9, pp. 1–13. doi:
10.1136/bmjopen-2018-028150.
Tiziotto De Jesus, L. et al. (2015) ‘Effects of the Pilates method on lung function,
thoracoabdominal mobility and respiratory muscle strength: non-randomized placebo-
controlled clinical trial’, Fisioterapia e Pesquisa, 22(3), pp. 213–222. doi:
10.590/1809-2950/12658022032015.
United Nation (2019) Key Conferences on Ageing. Available at:
https://www.un.org/en/sections/issues-depth/ageing/.
World Health Organization (2018) Ageing and health, Key facts. Available at:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/ageing-and-health.
Zaugg, M. and Luccinetti, E. (2000) ‘Respiratory Function In The Elderly’, Geriatric
Anesthesia, 18(1), pp. 47–59. doi: 10.1136/bmj.1.4818.1050-b.
15