1490122075
2022
A. Defenisi
PPOK merupakan penyakit paru bersifat kronik dan menjadi salah satu factor yang
menyebabkan sesak napas bagi penderita karena ditandai oleh hambatan aliran udara yang
bersifat progresif dan berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas
yang beracun atau berbahaya (Rumampuk & Thalib, 2020).
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyakit yang umum, dapat
dicegah dan dapat diobati yang ditandai dengan gejala berupa respirasi yang menetap dan
keterbatasan aliran udara yang disebabkan oleh abnormalitas saluran udara dan/atau alveolar
yang biasanya disebabkan oleh pajanan partikel atau gas-gas berbahaya (Susanto, 2021).
PPOK adalah penyakit saluran napas yang bersifat kronik, progresif irreversible atau
reversibel sebagian yang ditandai dengan adanya obstruksi saluran napas akibat reaksi
inflamasi abnormal, hiperaktivasi saluran napas, destruksi dinding alveolar dan bronchus
yang menyebabkan terjadinya penurunan jumlah oksigen yang masuk, memanjangnya masa
ekspirasi akibat penurunan daya elastisitas paru (Sulistiowati et al., 2021).
B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi paru-paru
Paru-paru manusia terletak pada rongga dada, bentuk dari paru- paru adalah
berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya
berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu bagian yaitu paru kanan dan
paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri
mempunyai dua lobus. Setiap paru- paru terbagi lagi menjadi beberapa sub-bagian,
terdapat sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments. Paru-
paru bagian kanan dan bagian kiri dipisahkan oleh sebuah ruang yang disebut
mediastinum (Nabella, 2017).
Gambar 1.1 Paru-Paru Manusia
Paru-paru manusia dibungkus oleh selaput tipis yang bernama pleura. Pleura terbagi menjadi
pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu selaput tipis yang langsung
membungkus paru, sedangkan pleura parietal yaitu selaput yang menempel pada rongga
dada. Diantara kedua pleura terdapat rongga yang disebut cavum pleura (Nabella, 2017).
Menurut (Nabella, 2017) sistem pernafasan manusia dapat dibagi ke dalam sistem pernafasan
bagian atas dan pernafasan bagian bawah.
a. Pernafasan bagian atas meliputi hidung, rongga hidung, sinusparanasal dan faring.
b. Pernafasan bagian bawah meliputi laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveolus paru.
Sistem pernapasan terbagi menjadi dari dua proses, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi
adalah pergerakan dari atmosfer ke dalam paru, sedangkan ekspirasi adalah pergerakan dari
dalam paru ke atmosfer. Agar proses ventilasi dapat berjalan lancar dibutuhkan fungsi yang baik
pada otot pernafasan dan elastisitas jaringan paru. Otot-otot pernafasan dibagi menjadi dua yaitu
a. Otot inspirasi yang terdiri atas, otot interkostalis eksterna,
sternokleidomastoideus, skalenus dan diafragma.
b. Otot-otot ekspirasi adalah rektus abdominis dan interkostalis internus.
2. Fisologi paru-paru
Paru-paru dan dinding dada mempunyai struktur yang elastis. Dalam keadaan
normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru – paru dan dinding dada sehingga
paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada karena memiliki struktur yang
elastis. Tekanan yang masuk pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada
di bawah tekanan atmosfer (Nabella, 2017).
Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara darah dan
atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus
berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme seseorang, akan tetapi
pernafasan harus tetap dapat berjalan agar pasokan kandungan oksigen dan karbon
dioksida bisa normal. Udara yang dihirup dan masuk ke paru-paru melalui sistem
berupa pipa yang menyempit (bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua
belah paruparu utama (trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung- gelembung
paruparu (alveoli) yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan
karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir (Nabella, 2017).
Menurut (Nabella, 2017), untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan dapat
dibagi menjadi empat mekanisme dasar, yaitu :
a. Ventilasi paru yang berfungsi untuk proses masuk dan keluarnya udara
antara alveoli dan atmosfer.
b. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah.
c. Transport dari pasokan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan
tubuh ke dan dari sel.
d. Pengaturan ventilais pada sistem pernapasan.
Pada waktu menarik nafas atau inspirasi maka otot-otot pernapasan
berkontraksi, tetapi pengeluaran udara pernafasan dalam proses yang pasif.
Ketika diafragma menutup, penarikan nafas melalui isi rongga dada kembali
memperbesar paru-paru dan dinding badan bergerak hingga diafragma dan
tulang dada menutup dan berada pada posisi semula.
Inspirasi merupakan proses aktif kontraksi otot-otot. Selama bernafas
tenang, tekanan intrapleura kira-kira 2,5 mmHg relatif lebih tinggi terhadap
atmosfer. Pada permulaan, inspirasi menurun sampai 6 mmHg dan paru-paru
ditarik ke posisi yang lebih mengembang dan tertanam dalam jalan udara
sehingga menjadi sedikit negatif dan udara mengalir ke dalam paru-paru. Pada
akhir inspirasi, recoil menarik dada kembali ke posisi ekspirasi dimana
tekanan recoil paru-paru dan dinding dada seimbang. Tekanan dalam jalan
pernafasan seimbang menjadi sedikit positif sehingga udara mengalir ke luar
dari paru-paru (Nabella, 2017).
Batuk
Sel yang memakan proses Hipertropi kelenjar
mukosa
Bersihan jalan napas
tidak Penyempitan
saluran udara
Ekspansi paru
Pertukaran gas O2 menurun
dan CO2 tidak Peningkatan frekuensi
adekuat pernapasan
Suplai O2 tidak
adekuat
Gangguan
pertukaran gas
Hipoksia
Intoleransi Aktivitas
Sesak nafas
G. Asuhan Keperawatan
1. Data Identitas
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku,
status perkawinan, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
no medik dan alamat
b. Identitas penanggung jawab
Nama, umur agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan alamat
2. Keluhan utama Termasuk dalam keluhan utama pada sistem pernapasan yaitu batuk,
batuk berdarah, produksisputum berlebih,sesak napas, dan nyeri dada.
a. Proboking insiden : apa ada peristiwa faktor nyeri
b. Quality of pain : bagaimana rasanya nyeri saat dirasakan pasien. Apakah panas,
berdenyut / menusuk.
c. Region Radiation of pain: apakah sakitbisa reda dalam sekejap, apa terasa
sakit menjalar, dan dimana posisi sakitnya.
d. Severity/scale of pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien berdasarkan
skala nyeri
e. Time: berapakah waktu nyeri berlangsung, apa bertambah buruk pada waktu
malam hari atau pagi hari.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang Biasanya pasien PPOK mnegalami sesak nafas,
batuk disertai sputum, dada terasa berat, nyeri dada, terdapat suara tambahan
wheezing pasien juga sering mengeluh kelelahan.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang
sama ataupun penyakit pernafasan lain.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga Adakah penyakit yang diderita oleh anggota
keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien
sekarang
4. Pemeriksaan Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi Hidup sehat Klien PPOK apakah akan mengalami perubahan
pada status kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolisme Dikaji tentang frekuensi makan, porsi makan,
riwayat alergi terhadap suatu jenis makanan tertentu dan jenis minuman, jumlah
minuman, adakah pantangan.
c. Pola eliminasi Perubahan. BAK/BAB dalam sehari, apakah mengalami kesulitan
waktu BAB di kaenakan imobilisasi, feses warna kuning.
d. Pola istirahat dan tidur. Waktu tidur, lamanya tidur setiap hari, apakah ada
kesulitan dalam tidur. Pada klien PPOK sering sesak dan hal ini mungkin akan
mengganggu istirahat tidur klien.
e. Pola aktivitas dan latihan Aktivitas pada klien yang mengalami gangguan
mengakibatkan kebutuhan pasien perlu dibantu oleh perawat atau keluarga.
f. Pola persepsi dan konsep diri Klien mengalami gangguan percaya diri
sebab tubuhnya perubahan pasien takut cacat / tidak dapat bekerja lagi.
g. Pola hubungan peran Terjadi hubungan peran interpersonal yaitu klien
merasa tidak berguna sehingga menarik diri.
h. Pola penggulangan stress Penting ditanyakan apakah membuat pasien menjadi
depresi / kepikiran mengenai kondisinya.
i. Pola reproduksi seksual Jika pasien sudah berkeluarga maka mengalami
perubahan pola seksual dan reproduksi, jika pasien belum berkeluarga
pasien tidak mengalami gangguan pola reproduksi seksual.
j. Pola tata nilai dan kepercayaan Terjadi kecemasan/stress untuk pertahanan
klien meminta mendekatakan diri pada Allah .
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum Keadaan umum pada klien dengan PPOK biasanya apatis,
dan somnolen kadang juga compos mentis (Muttaqin, 2008).
b. Tanda- tanda Vital TD dapat normal/ naik/ turun, nadi dapat normal, penuh/tidak
kuat, lemah/kuat, teratur/tidak, Respiratory rate meningkat, Suhu dapat normal,
meningkat/demam.
c. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1. Mata
Inspeksi : Konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis (karena
hipoksia) (Andarmoyo, 2012).
Palpasi : Tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
2. Hidung
Inspeksi : Adanya pernafasan cuping hidung (megap-megap, dyspnea)
(Andarmoyo, 2012).
Palpasi : Tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
3. Mulut dan bibir
Inspeksi : Membran mukosa sianosis (karena penurunan oksigen), bernafas
dengan mengerutkan mulut (dikaitkan dengan Penyakit Paru Kronik)
(Andarmoyo, 2012)
4. Telinga
Inspeksi : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada lesi Palpasi : Tidak ada nyeri
tekan
5. Leher
Inspeksi : Tidak ada ada lesi Palpasi : Adanya distensi/bendungan (dikaitkan
dengan gagal jantung kanan) (Andarmoyo, 2012)
6. Thorax dan dada
Inspeksi: Bentuk dada Barrel chest, pada bernafas klien menggunakan otot
bantu pernafasan (retraksi intercosta), irama/pola nafas tidak teratur
(Muttaqin, 2012)
Palpasi : Taktil fremitus biasanya menurun (Muttaqin, 2012)
Perkusi : Hiperresonan pada area paru (mis: jebakaan udara dengan
emfisema); bunyi pekak ada area paru (mis: konsulidasi, cairan, mukosa).
Auskultasi : Pasien Penyakit Paru Obstrutif Kronik sering mengalami
penurunan suara nafas, ekspirasi memanjang, bunyi jantung menjauh, terdapat
ronki atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa.
7. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ics midclavikula sinistra
Perkusi : Pekak Auskultasi: BJ 1 dan 2 terdengar tunggal
8. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi, kulit merata
Auskultasi : Bising usus 12x menit 30 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan Perkusi
: Tympani
9. Integumen
Inspeksi : Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunya aliran darah perifer),
sianosis secara umum (hipoksemia), penurunan turgor (dehidrasi)
(Andarmoyo, 2012)
10. Genetalia
Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
11. Ekstermitas
Inspeksi : Edema (dikaitkan dengan gagal jantung kiri dan gagal jantung
kanan) (Andarmoyo, 2012)
H. Analisa Data
menurun Hipoksia
- Kapasitras vital
Sesak
menurun
- Tekanan
ekspirasi Pola nafas tidak efektif
menurun
3 Data subjektif: Rokok dan Polusi Gangguan pertukaran
gas
- Dispenea
- Pusing
Induksi aktivitas makrofag dan
Data Objektif: leukosit
- PCO2
Pelepasan faktor kemotaktik
meningkat neutrofil
- pH arteri
Peningkatan jumlah neutrofil di
menurun daerah yang terpapar
- Bunyi nafas
Respon inflamasi
tambahan
- Nafas kuping Lisis dinding alveoli
hidung Kerusakan elveolar
- Pola nafas
Kolaps saluran nafas kecil saat
abnormal ekspirasi
- Kesadaran Emfisema
menurun
Obstruksi pada pertukaran O2
dan CO2 dari dan ke paru-
paru
Hipoksemia
- Gambaran
EKG Intoleransi aktivitas
menunjukan
aritmia saat
aktivitas
- Gambaran
EKG
menunjukan
iskimia
I. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
(D.0001)
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Hambatan upaya napas (mis.
kelemahan otot pernapasan) (D.0005)
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
(D.0003)
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme. (D0019)
5. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (D.0056)
6. Gangguan Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (D. 0055)
J. Rencana Asuhan Keperawatan
Rosyid, A. N., Marhana, I. A., & Hasan, H. (2020). Kedokteran Respirasi 2020.
Airlangga University Press.
Rumampuk, E., & Thalib, A. H. (2020). Efektifitas terapi nebulizer terhadap bersihan
jalan napas tidak efektif pada pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Jurnal Mitrasehar, l0(2), 250- 259
Satryasa, A. B. S., Suryantari, S. A. A., Pratama, G. M. C. T., Hartawan, I. G. N. R. M.,
& Muliarta, I. M. (2018). Potensi Pranayama Dalam Meditasi Raja Yoga Sebagai
Modalitas Pencegahan Serta Terapi Komplementer Pada Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (Ppok). Essential: Essence of Scientific Medical Journal, l6(1), 21—29.
www.pubmed.com
Sulistiowati, S. Sitorus, R,. & Herawati, T (2021). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK). Jurnal Ilmiah Kesehatan Keris Husada,5 (1),
30- 38. http://repository.ump.ac.id/1077/5/ENDAH RETNO HAPSARI BAB II.pdf
Susanto, A. D. (2021). Problems of Chronic Obstructive Pulmonary Disease
(COPD) Among Workers. Jurnal Respirologi Indonesia, 4l(1), 64—73.
https://doi.org/10.36497/jri.v41i1.148
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: DPP PPNI