KOMPETENSI 3A
Dokter Pembimbing Supervisor Pembimbing
dr. Cut Wirdatussa’adah dr. Aizah Lawang,M.Kes,Sp.A(K)
dr. Viqa Faiqah
Suhu 36.8
jantung berdebar-debar, ada Nadi 90/menit
WBC 10.000
PLT 220.000
HB 8,2
MCV 83
MCH 28
GDS 144
UR/CR 59/1,26
Albumin 3,0
ASSESMENT
• Nefritis lupus
• Acute kidney injury
PLANNING
• Decompensasi cordis dextra et sinistra ec penyakit jantung
didapat ec penyakit jantung rematik • Oxygen 1-2 liter/menit via nasal kanul
• Anemia penyakit kronik • Kebutuhan cairan 20%
• Spironolakton/24jam/oral
• Captopril/8jam/oral
• Predinson/6jam/oral
• Rencana ASTO
Chakko S, Bisno AL. Acute Rheumatic Fever. In: Fuster V, Alexander RW,
O’Rourke et al. Hurst The Heart; vol.II; 10th ed. Mc Graw-Hill : New
York, 2001; p. 1657 –65
EPIDEMIOLOGI
•Penyakit jantung rematik menyebabkan setidaknya 200.000-250.000 kematian bayi
premature setiap tahun dan penyebab umum kematian akibat penyakit jantung pada
anak-anak dan remaja di negara berkembang.
•Dalam laporan WHO Expert Consultation Geneva, 29 Oktober–1 November 2001
yang diterbitkan tahun 2004 angka mortalitas untuk PJR 0,5 per 100.000 penduduk
di Negara maju hingga 8,2 per 100.000 penduduk di negara berkembang di daerah Asia
Tenggara diperkirakan 7,6 per 100.000 penduduk. Diperkirakan sekitar 2.000-332.000
penduduk yang meninggal diseluruh dunia akibat penyakit tersebut.
•Prevalensi demam rematik di Indonesia belum diketahui secara pasti, meskipun
beberapa penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa prevalensi penyakit
jantung rematik berkisar antara 0,3 sampai 0,8 per 1.000 anak sekolah
Marijon E, Mirabel M, ,et al. Rheumatic fever. Paris: Lancet 2012; 379: 953–643.World Health Organization. Rheumatic
fever and rheumatic heart disease WHO Technical report series 923. Report of a WHO Expert Consultation
Geneva, 29 October–1 November 2001.
ETIOLOGI
Etiologi terpenting dari penyakit jantung reumatik adalah demam
reumatik. Demam reumatik merupakan penyakit vaskular kolagen
multisistem yang terjadi setelah infeksi Streptococcus grup A
pada individu yang mempunyai faktor predisposisi.
Chakko S, Bisno AL. Acute Rheumatic Fever. In: Fuster V, Alexander RW, O’Rourke et al. Hurst The
Heart; vol.II; 10th ed. Mc Graw-Hill : New York, 2001; p. 1657 –65.
FAKTOR RESIKO
ika-Paotonu D., Beaton A., Raghu A, et al. 2017. Acute Rheumatic Fever and Rheumatic Heart Disease. National Center for Biotechnology information.
NK, R., Iskandar, B., Albar, H., & Daud, D. (2016). Faktor Risiko Serangan Berulang Demam Rematik/Penyakit Jantung Rematik. Sari Pediatri, 14(3), 179. https://doi.org/10.14238/sp14.3.2012.179-84
PATOGENESIS
KRITERIA DIAGNOSIS
Kriteria Jones untuk Diagnosis Rheumatic Fever
ANAMNESIS
1.Gejala Sistemik : 2.Gejala Khusus :
a)Onset demam a)Nyeri sendi bermigrasi
h)Orthopneu
j)Riwayat muntah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
• C-reactive protein (CRP) dan Peningkatan LED
• Rapid Test Antigen Streptococcus
• Antistreptolisin O/ASTO
• Kultur tenggorok untuk mengetahui ada tidaknya streptococcus
beta hemolitikusgrup A.
Inc. 2010.
MEDIKAMENTOSA
a. Terapi Antibiotik
1)Profilaksis Primer :
- Penicillin G benzathine 0,6-1,2 juta Unit IM sekali
- Penicillin V Potassium 250-500 mg oral 2-3 kali sehari selama 10 hari
-Amoxicillin 50 mg/kgBB (maks 1 gr) oral 1 kali sehari selama 10 hari
Untuk pasien yang alergi Penicillin :
-Azithromycin 12 mg/kgBB/hari (maks 500 mg) 1 x sehari selama 5 hari
-Clarithomycin 15 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis (maks 250 mg 2 x sehari) selama 10 hari
-Clindamycin 20 mg/kgBB/hari oral (maks 1,8 gr/ hari) dibagi menjadi 3 dosis untuk 10 hari
-Penicillin G benzathine 0,6-1,2 juta Unit IM setiap 4 minggu sekali
-Penicillin V Potassium 250 oral 2 x sehari
-Sulfadiazine 0,5-1 gr oral 1 x sehari
MEDIKAMENTOSA
b. Terapi Anti Inflamasi
Non Steroid :
-Aspirin 100-125 mg/kgBB/hari dan jika sudah capai dosis stabilselama 2 minggu dapat diturunkan
dosisnya menjadi 60-70 mg/kgBB/hari untuk 3-6 minggu
-Naproxen 10-20 mg/kgBB/hari
Steroid :
-Prednison 2 mg/kgBB/hari ( maks 80 mg/hari selama 2 minggu) diberikan 1 x sehari. Jika sudah 2-3
minggu dosis diturunkan 20-25% tiap minggu
-Metylprednisolon 30 mg/kgBB/hari
Armstrong, C. AHA Guidelines on Prevention of Rheumatic Fever and Diagnosis and Treatment of Acute Streptococcal Pharyngitis. Am Fam Physician. 2010 1;81(3):346-359.
MEDIKAMENTOSA
a. Terapi Gagal Jantung
-Digoxin 30 mcg/kgBB dosis total digitalisasi, 7,5 mcg/kgBB/hari dosis pemeliharaan
-Diuretik :
•Furosemide 0,5-2 mg/kgBB/hari
•Metolazone 0,2-0,4 mg/kgBB/hari
-Vasodilator :
•Captopril 0,25 mg/kgBBdosis percobaan, dinaikkan 1,5-3 mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis
•Sodium nitroprusside 0,5-10 mcg/kgBB/min infus
-Inotropik :
•Dobutamin 2-20 mcg/kg/menit per-infus
•Dopamine 2-20 mcg/kg/meni per-infus
NON-MEDIKAMENTOSA
a. Diet dan aktivitas
-Diet bernutrisi tanpa retriksi
-Jika pasien diberikan kortikosteroid atau diuretic maka pasien dapat diberikan suplementasi kalium
-Tirah baring :
• Untuk Pasien Tanpa karditis dilakukan selama 2 minggu, mobilisasi bertahap selama 2 minggu
• Untuk Pasien karditis tanpa kardiomegali dilakukan selama 4 minggu, mobilisasi berahap selama 4 minggu
• Untuk Pasien karditis dengan kardiomegali dilakukan selama 6 minggu, mobilisasi berahap selama 6 minggu
• UntukPasien karditis dengan kardiomegali dan gagal jantung dilakukan selama gagal jantung, mobilisasi berahap
selama 3 minggu
1. Rilantono, LI. Penyakit Kardiovaskular (PKV). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013;331-335 .
2. HO. Rhematic fever and Rheumatic Heart Disease. Report of a WHO expert Consultation. 2004. [Online]. Melalui: http://www.who.int/cardiovascular_diseases/resources/en/cvd_trs923.pdf
3. Chin TK. 2014. Pediatric Rheumatic Heart disease. Medscape. [Online] Melalui:http://emedicine.medscape.com/article/891897-overview#a0199
NON-MEDIKAMENTOSA
b. Terapi Operatif
Pasien dengan disfungsi ventrikel atau mengalami gangguan katup yang berat, juga
memerlukan tindakan intervensi .
a. Stenosis Mitral: pasien dengan stenosis mitral murni yang ideal, dapat dilakukan ballon mitral
valvuloplasty (BMV). Bila BMV tak memungkinkan, perlu dilakukan operasi.
b. Regurgitasi Mitral: Rheumatic fever dengan regurgitasi mitral akut (mungkin akibat ruptur
khordae)/kronik yang berat dengan rheumatic heart disease yang tak teratasi dengan obat, perlu segera
dioperasi untuk reparasi atau penggantian katup.
c. Stenosis Aortik: stenosis katut aorta yang berdiri sendiri amat langka. Intervensi dengan balon
biasanya kurang berhasil, sehingga operasi lebih banyak dikerjakan.
d. Regurgitasi Aortik: regurgitasi katup aorta yang berdiri sendiri atau kombinasi dengan lesi lain,
biasanya ditangani dengan penggantian katup.
Rilantono, LI. Penyakit Kardiovaskular (PKV). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013;331-335
DIAGNOSIS
BANDING
WHO Technical Report Series. Rheumatic fever and rheumatic heart disease. Geneva: WHO; 2004
Streptococcus pyogenes : Basic Biology to Clinical Manifestations. Ferretti JJ, Stevens DL, Fischetti VA. 2016
PROGNOSIS
Prognosis penyakit jantung rematik dapat menimbulkan morbiditas dan
mortalitas jangka panjang. Komplikasi yang sering terjadi meliputi gagal
jantung, atrial fibrilasi, hingga endokarditis. Oleh karena itu, perlu penanganan
komprehensif terkait penyakit demam rematik agar progresi penyakit dapat
dikontrol
- Gagal jantung. Gagal jantung dapat terjadi akibat katup jantung yang
menyempit atau bocor.
- Endokarditis. Ini adalah infeksi bakteri pada selaput jantung, dan dapat
terjadi ketika demam rematik telah merusak katup jantung.
- Katup jantung pecah. Ini adalah keadaan darurat medis yang harus
ditangani dengan pembedahan untuk mengganti atau memperbaiki katup
jantung segera.
TERIMA KASIH