Anda di halaman 1dari 57

COVID-19 Michael Alexander (20220420002)

Pembimbing : dr. Sri Sarwosih Indah M., Sp. P


DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI
RSPAL DR.RAMELAN SURABAYA
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2023
Definisi
Sebuah penyakit infeksius yang sangat
menular yang disebabkan oleh severe acute
respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-
CoV-2).
Epidemiologi

Hu, B., Guo, H., Zhou, P. et al. Characteristics of SARS-CoV-2 and COVID-19. Nat Rev Microbiol 19,
141–154 (2021). https://doi.org/10.1038/s41579-020-00459-7
Epidemiologi (cont.)
Epidemiologi (cont.)

id
Etiologi
• Virus corona adalah virus RNA positif strand ber-
envelope
• Famili coronaviridae
• Genus betacoronavirus
• Analisis filogenetik  penyebab COVID19
(betacoronavirus) subgenus = virus SARS, tapi
berbeda klade.
• 29.891 nukleotida yang mengenkode 9860 asam
amino protein structural.
• Struktur : spike, envelope, membran,
nukleokapsip
Etiologi (cont.)
Etiologi (cont.)
• Spike pegang peran penting antigenisitas. 1 subunit; S1 & S2
• S1 untuk binding dengan reseptor. S2 untuk fusi membrane
• Kecepatan mutase : 10−6 per site per siklus (rendah)
• Transmisibilitas tinggi
• Host : kelelawar (natural), tenggiling (intermediate ?), babi, anjing,
kucing, manusia (incidental)
• Reseptor ACE2
• Periode Inkubasi ± 5.2 hari, Periode Onset 6-41 hari (median 14 hari)
• Shelf life di udara 3 jam, shelf life di benda tergantung dari jenis benda
Etiologi (cont.)
Variants Name (Lineage) First Detected Country of First Detection

Variant of Alpha (B.1.1.7) December 2020 UK


Concern
Beta (B.1.351) December 2020 South Africa
Gamma (B.1.1.28.1) November 2020 Japan/Brazil
Delta (B.1.617.2) May 2021 India
Omicron (B.1.1.529) November 2021 South Africa
Variant Under Epsilon (B.1.427) January 2021 California
Monitoring
Eta (B.1.525) December 2020 South Africa
Lota (B.1.526) November 2020 USA
Kappa (B.1.617.1) October 2020 India
C.1.2 (B.1.1.1.1.2) May 2021 South Africa
Etiologi (cont.)
Variants Name (Lineage) First Detected Country of First Detection

Variant of Interest Lambda (B.1.1.1.37) August 2020 Peru


Theta (B.1.1.28.3) February 2021 Philippines
Mu (B.1.621) January 2021 Kolumbien
Zeta (B.1.1.28.2) July 2021 Brazil
Transmisi
• Origin : zoonosis
• Reservoir : mamalia & ungags
• Penyebaran : person-person
• Via droplet saat batuk atau bersin dari individu terinfeksi,
kontak dgn permukaan benda yg terkontaminasi
• Transmisi via transfusi darah, transplatasi organ,
transmisi vertikal ibu-neonatus perlu studi lbh lanjut
Faktor Risiko
Kondisi Medis Immunocompromised
Kanker, CKD, Penyakit HIV/AIDS,
Hati Kronik, Penyakit Kortikosteroid jangka
Paru Kronik, Cystic panjang, Kemoterapi,
Fibrosis, Diabetes, Kanker, Baru saja
Dementia, TBC Transplantasi Organ

Usia Disabilitas
+81% kematian terjadi di ADHD, Cereblal Palsy,
usia > 65 thn. 97x lbh Defek Kongenital, Down
tinggi banding usia 18-29 Syndrome, Gangguan
thn Intelejensia, Spinal Cord
Injury
Faktor Risiko (cont.)

Kehamilan Overweight & Obesitas


Ibu Hamil & yang baru Overweight BMI 25-30
saja melahirkan (±42 Obesitas BMI 30-40
hari) Obesitas Berat BMI >40

Aktivitas FIsik Kondisi Mental


Orang yg tidak / kurang Gangguan afek, spektrum
aktivitas fisik skizofrenia, gangguan
bipolar
Patogenesis Patofisiologi
• ACE2 adalah protein intramembrane yg berperan dalam
mennyeimbangkan pengaruh hemostatic ACE di CVS.
• Virus attach di ACE2  endositosis  penurunan jumlah
ACE2 di surface  merusak balance ACE & ACE2 
angiotensin II naik  aktivasi enzim (disintegrin,
metalloprotease17)  inflamasi
• Omicron memiliki ikatan dengan ACE2 yang lebih kuat
dibanding varian lain
Patogenesis Patofisiologi (cont.)
• Fase 1 (Awal)
1. SARS-CoV-2 infiltrasi parenkim paru  proliferasi
2. Subunit S1 attach di ligand selule ACE2 di surface
3. TMPRSS2 memfasilitasi pemotongan S1/S2 subunit
4. S2 subunit melakukan fusi virus melewati membran sel
5. Replikasi dan transkripsi genom
Patogenesis Patofisiologi (cont.)
• Fase 2 (Pulmonary)
o Ditandai respon inflamasi, kerusakan jaringan, gagal napas
o Masuknya virus di jar. paru  disfungsi ringan sal. napas atas
o Replikasi dan budding virus  apoptosis sel alveolar tipe 2 
aktivasi makrofag  overaktivasi respon inflamasi  badai
sitokin
o Menyebabkan jejas pada barrier kapiler alveolar, edema paru,
inflamasi, pertukaran gas inefektif, gangguan faal paru dan
penurunan oksigenasi yang menyerupai ARDS
Patogenesis Patofisiologi (cont.)
• Fase 3 (Hiperinflamasi)
o Ditandai inflamasi sistemik dan kerusakan organ akibat
naiknya respon inflamasi host dan hiperkoagulabilitas
o Multi organ failure
o Leukosit ↑ dengan limfopenia, sitokin proinflamasi (IL-1,
IL-6, IL-7, IL-10, CRP, G-CSF, IP10, MCP1, MIP1α,
TNFα) ↑
Patogenesis Patofisiologi (cont.)
• Perubahan HistoPA utamanya di paru :
 Diffused alveolar damage
 Formasi membran hialin
 Deskuamasi pneumosit
 Deposit fibrin
 Eksudat inflamasi
Patogenesis Patofisiologi (cont.)
Patogenesis Patofisiologi (cont.)
Patogenesis Patofisiologi (cont.)
Klasifikasi Kasus
Klasifikasi Kasus (cont.)
Klasifikasi Kasus (cont.)
Klasifikasi Kasus (cont.)
Klasifikasi Kasus (cont.)
Klasifikasi Kasus (cont.)
Gejala
• Paling umum : demam, batuk, fatigue, produksi sputum,
sakit kepala, hemoptysis, diare, dispnea, anosmia, sakit
tenggorokan
• Dibagi jadi 3 cluster :
 Respirasi (batuk, sputum, dispnea)
 Muskuloskeletal (myalgia, arthralgia, fatigue)
 Digestif (diare, mual muntah, abdominal pain)
Gejala (cont.)
• Kebanyakan orang bisa mengalami gangguan napas
ringan-sedang (pneumonia ringan, dispnea, hipoksia) dan
pulih tanpa pengobatan khusus
• Lansia & orang dgn komorbid berpotensi mengalami
gejala-gejala serius (gagal napas, syok, multiorgan
dysfunction) dan memiliki masa sembuh yang lama (long
COVID)
Gejala (cont.)
Derajat Keparahan
1. Tanpa Gejala
Paling ringan. Tidak ada gejala

2. Ringan
Bergejala tanpa bukti virus pneumonia / tanpa hikposia.
Demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas pendek, myalgia,
sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare,
mual muntah, anosmia, ageusia. SpO2 > 95% dgn udara
ruangan
Derajat Keparahan (cont.)
3. Sedang
Remaja/Dewasa : Tanda klinis pneumonia (demam, batuk,
sesak, takipnea) tapi tidak ada tanda pneumonia berat
termasuk SpO2 ≥ 93% dgn udara ruangan
ATAU
Anak : Tanda klinis pneumonia tidak berat (batuk/sulit
napas + takipnea dan/atau retraksi dada) dan tidak ada
tanda pneumonia berat
Derajat Keparahan (cont.)
4. Berat/Pneumonia Berat
Remaja/Dewasa : Tanda klinis pneumonia (demam, batuk,
sesak, takipnea) ditambah 1 dari (RR >30 x/min, distress
napas berat, SpO2 < 93% udara ruangan)
ATAU
Anak : Tanda klinis pneumonia tidak berat (batuk/sulit
napas) ditambah minim 1 dari (sianosis central / SpO2
<93%, distress napas berat, tanda bahaya umum,
takipnea/retraksi dada)
Derajat Keparahan (cont.)
5. Kritis
Px dengan ARDS, sepsis, dan syok sepsis, atau kondisi
lain yang butuh alat penunjang hidup seperti ventilasi
mekani atau terapi vasopressor
Diagnosis
Gold Standard : deteksi molekuler asam nukleat SARS-
CoV-2

Metode : real-time reverse transcription polymerase chain


reaction (rRT-PCR)

Pengambilan spesimen : sal. napas atas (swab


naso/orofaring) atau sal. napas bawah (sputum,
bronchoalveolar lavage, aspirat endotracheal)
Diagnosis (cont.)
Temuan radiologis :
• Foto polos : konsolidasi,
ground glass opacity
• CT : ground glass opacity,
crazy paving appearance,
konsolidasi, penebalan
bronkovaskular, traction
bronchiectasis
Diagnosis (cont.)
Tatalaksana
Tanpa Gejala
• Isolasi, pemantauan, dan edukasi
• Terdapat komorbid, dianjurkan untuk tetap melanjutkan pengobatan yang rutin
dikonsumsi. Apabila pasien rutin meminum terapi obat antihipertensi dengan
golongan obat ACE-inhibitor dan Angiotensin Reseptor Blocker perlu berkonsultasi
ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam atau Dokter Spesialis Jantung
• Vitamin C 500 mg
o Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
o Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
o Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam (selama 30 hari)
• Vitamin D 1000-5000 IU/hari
• Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern Asli
Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat dipertimbangkan untuk
diberikan namun dengan tetap memperhatikan perkembangan kondisi klinis
pasien.
• Obat-obatan yang memiliki sifat antioksidan dapat diberikan.
Tatalaksana (cont.)
Derajat Ringan
• Isolasi, pemantauan, dan edukasi. Isolasi sejak muncul gejala maksimal 10 hari /
lebih sampai gejala hilang + 3 hari bebas gejala demam dan gangguan pernapasan.
• Vitamin C dan D
• Salah satu dari antivirus berikut ini:
o Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan
selanjutnya 2 x600 mg (hari ke 2-5), ATAU
o Molnupiravir (sediaan 200 mg, oral), 800 mg per 12 jam, selama 5 hari, ATAU
o Nirmatrelvir/Ritonavir (sediaan 150 mg/100 mgdalam bentuk kombinasi),
Nirmatrelvir 2 tablet per 12 jam, Ritonavir 1 tablet per 12 jam, diberikan selama
5 hari. Sesuai dengan ketersediaan obat di fasyankes masing-masing
o Pengobatan simptomatis seperti parasetamol bila demam.
• Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern Asli
Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat dipertimbangkan untuk diberikan
namun dengan tetap memperhatikan perkembangan kondisi klinis pasien.
• Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada serta pengobatan simtomatis
Tatalaksana (cont.)
Isolasi Kasus Asimptomatis & Ringan
• Isolasi dapat dilakukan secara mandiri di rumah masing-masing atau secara terpusat
• Pemeriksaan awal sebaiknya dilakukan di Fasilitas pelayanan Kesehatan terdekat
untuk menentukan laik tidaknya isolasi mandiri. Kunjungan berikutnya dapat dilakukan
melalui telemedicine
• Isolasi dapat dilakukan secara mandiri jika syarat klinis dan syarat rumah sebagai
berikut dapat dipenuhi:
- Syarat klinis:
1) Usia <45 tahun; DAN
2) Tidak memiliki komorbid; DAN
3) Tanpa gejala/bergejala ringan;
- Syarat rumah:
1) Dapat tinggal di kamar terpisah; DAN
2) Ada kamar mandi di dalam rumah.
Tatalaksana (cont.)

Isolasi Kasus Asimptomatis & Ringan (cont.)


• Apabila tidak dapat memenuhi syarat klinis dan atau rumah maka kasus Covid-19
dapat menjalani isolasi di tempat isolasi terpusat
• Apabila pasien Covid-19 berusia > 45 tahun maka dapat dilakukan pemeriksaan
lanjutan di poliklinik rawat jalan Covid-19 dan DPJP dapat menentukan apakah pasien
dapat menjalani isolasi mandiri atau tidak
• Selama menjalani isolasi mandiri atau terpusat, pasien dipantau oleh tenaga
Kesehatan Fasilitas Kesehatan terdekat
Tatalaksana (cont.)
Isolasi Kasus Asimptomatis & Ringan (cont.)
• Pasien mendapatkan layanan telemedicine oleh dokter (faskes yang telah ditunjuk
sebelumnya) berupa konsultasi klinis yang mencakup:
o Anamnesis
o Pemeriksaan fisis tertentu yang dilakukan melalui audiovisual
o Pemberian anjuran/nasihat yang dibutuhkan berdasarkan hasil pemeriksaan
penunjang dan/atau hasil pemeriksaan fisik tertentu
o Penegakkan diagnosis
o Penatalaksanaan dan pengobatan pasien
o Penulisan resep dan/atau alat Kesehatan secara elektronik
o Penerbitan surat rujukan
Tatalaksana (cont.) Derajat Sedang
• Isolasi (RS) dan pemantauan
• Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam
diberikan secara drips Intravena (IV) selama perawatan
• Vitamin D 1000-5000 IU/hari
• Antivirus : Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip (hari
ke 2-5 atau hari ke 2-10). Jika Redemsivir tidak tersedia, salah satu dari antivirus
berikut ini:
o Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan
selanjutnya 2 x600 mg (hari ke 2-5), ATAU
o Molnupiravir (sediaan 200 mg, oral), 800 mg per 12 jam, selama 5 hari, ATAU
o Nirmatrelvir/Ritonavir (sediaan 150 mg/100 mgdalam bentuk kombinasi),
Nirmatrelvir 2 tablet per 12 jam, Ritonavir 1 tablet per 12 jam, diberikan selama
5 hari.
Tatalaksana (cont.)

Derajat Sedang (cont.)


•Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
•Pengobatan simptomatis seperti parasetamol bila demam.
•Pengobatan simptomatis (Parasetamol dan lain-lain).
•Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
Tatalaksana (cont.) Derajat Berat/Kritis
• Isolasi (ICU atau HCU) dan pemantauan
• Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi (terapi cairan),
dan oksigen
• Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap beriku dengan hitung jenis, bila
memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, Hemostasis,
LDH, D-dimer.
• Pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan
• Gunakan high flow nasal cannula (HFNC) atau non-invasive mechanical ventilation
(NIV) pada pasien dengan ARDS atau efusi paru luas serta SpO2<93%. Dilakukan
diruangan bertekanan negative atau tekanan normal tetapi psien terisolasi dari pasien
lain.
• Pembatasan resusitasi cairan, terutama pada pasien dengan edema paru.
• Pada kasus ARDS berat, disarankan menggunakan ventilator.
Tatalaksana (cont.)
Derajat Berat/Kritis (cont.)
• Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam
diberikan secara drips Intravena (IV) selama perawatan
• Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena
• Vitamin D 1000-5000 IU/hari
• Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena ko-infeksi bakteri,
pemilihan antibiotic disesuaikan dengan kondisi klinis, fokus infeksi, dan faktor risiko
yang ada pada pasien. Pemeriksaan kultur darah harus dikerjakan dan
pemeriksaan kultur sputum patut dipertimbangkan.
• Salah satu antivirus seperti pada derajat sedang
• Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena ko-infeksi bakteri,
pemilihan antibiotik disesuaikan dengan kondisi klinis, fokus infeksi dan faktor risiko
yang ada pada pasien. Pemeriksaan kultur darah harus dikerjakan dan
pemeriksaan kultur sputum (dengan kehati-hatian khusus) patut dipertimbangkan.
Tatalaksana (cont.)
Derajat Berat/Kritis (cont.)
• Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP (lihat halaman 56-64)
• Deksametason dengan dosis 6 mg/ 24 jam selama 10 hari atau kortikosteroid lain
yang setara seperti hidrokortison pada kasus berat yang mendapat terapi oksigen
atau kasus berat dengan ventilator.
• Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
• Apabila terjadi syok, lakukan tatalaksana syok sesuai pedoman tatalaksana syok
yang sudah ada.
• Obat suportif lainnya dapat diberikan sesuai indikasi
Tatalaksana (cont.)
Tatalaksana (cont.)
Tatalaksana (cont.)
Komplikasi
Neurologi
Cerebral Venous Ginjal
Thrombosis, ensefalitis, Acute Kidney Injury,
myelitis, tubular injury, interstitial
meningoensefalitis, GBS nephritis,
glomerulonephritis

Jantung Hematologi
Myocard injury, aritmia, Hipoksia, DIC
gagal jantung, acute
coronary syndrome
Komplikasi
Dermatologi
Erupsi morbilliform, lesi
Muskuloskeletal pernisiosa, Steven
Myositis, rhabdomyolisis
Johnson Syndrome,
periorbital edema

GastroIntestinal
Endokrin
Hepatobiliar DKA, hyperosmolar
GI bleeding, pankreatitis
hyperglycemic state,
akut, kolesistitis akut,
resistensi insulin, adrenal
Budd-Chiari syndrome,
insufficiency
ileus
Prevensi
Prevensi (cont.)
Prognosis
• Penyebab kematian : ARDS, sepsis, multiorgan failure,
tromboemboli, gagal jantung
• Angka kematian akibat ARDS 39%
• Usia < 65 thn risiko kematian kecil
• 99% pasien meninggal memiliki min. 1 komorbid
(paling sering hipertensi, DM, peny. respirasi)
Prognosis (cont.)
Referensi
Hu, B., Guo, H., Zhou, P. et al. Characteristics of SARS-CoV-2 and COVID-19. Nat Rev Microbiol 19, 141–154 (2021). https://doi.org/10.1038/s41579-020-
00459-7

Jamison, D.A., Anand Narayanan, S., Trovão, N.S. et al. A comprehensive SARS-CoV-2 and COVID-19 review, Part 1: Intracellular overdrive for SARS-CoV-2
infection. Eur J Hum Genet 30, 889–898 (2022). https://doi.org/10.1038/s41431-022-01108-8

Rekha, M.S.; Kumar, G.S.; Meghana, G.; Balaji, A.; Kumar, M.S. COVID 19: A Comprehensive Review. Int. J. Pharm. Sci. Rev. Res. 2022, 72, 133–149.

https://covid19.go.id/id

https://covid19.who.int/region/searo/country/id

Cascella M, Rajnik M, Aleem A, et al. Features, Evaluation, and Treatment of Coronavirus (COVID-19) [Updated 2023 Jan 9]. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554776/

Calkovska A, Kolomaznik M, Calkovsky V. Alveolar type II cells and pulmonary surfactant in COVID-19 era. Physiol Res. 2021 Dec 16;70(S2):S195-S208. doi:
10.33549/physiolres.934763. PMID: 34913352; PMCID: PMC8884364.

https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/variants/variant-classifications.html

Kumar, M., Al Khodor, S. Pathophysiology and treatment strategies for COVID-19. J Transl Med 18, 353 (2020). https://doi.org/10.1186/s12967-020-02520-8

John KJ, Nayar J, Mishra AK, Selvaraj V, Khan MS, Lal A. In-hospital clinical complications of COVID-19: a brief overview. Future Virol. 2021 Oct:10.2217/fvl-
2021-0200. doi: 10.2217/fvl-2021-0200. Epub 2021 Nov 4. PMID: 34777553; PMCID: PMC8577718.

Pedoman Tatalaksana COVID-19 Edisi 4. Januari 2022

Anda mungkin juga menyukai