Nama : An. YA
Anamnesis (Alloanamnesis)
Ibu pasien mengeluhkan pasien batuk pilek kemudian dibawa ke klinik. Namun, menurut
klinik pasien lemas dan perlu cek Mantoux, sehingga dirujuk ke RSUD Kota Bandung.
Sesampainya di RSUD Kota Bandung pasien diindikasikan untuk rawat inap karena lemas. Ibu
pasien mengatakan pasien tidak mau makan dan minum selama 1 hari SMRS. Batuk dikeluhkan
sudah terjadi 2 bulan SMRS dengan dahak berwarna, serta pilek. Keluhan muntah disangkal.
Pasien mengalami mencret 6x1 terakhir pada hari Kamis, yaitu 1 hari SMRS. Riwayat batuk
pada keluarga dialami oleh ibu pasien.
Pasien baru pertama kali mengalami gejala seperti ini. Tidak terdapat anggota keluarga
yang memiliki gejala yang sama dengan pasien. Tidak terdapat riwayat alergi pada pasien dan
keluarga pasien. Tidak terdapat riwayat kontak dengan orang dewasa penderita batuk lama
ataupun sedang mengonsumsi OAT 6 bulan.
Pasien merupakan anak ke 1 dari Ibu P1A0. Pasien lahir cukup bulan, lahir normal dan
langsung menangis. Proses kelahiran dibantu oleh bidan dengan berat lahir ± 2900 gram. Saat
kehamilan, ibu pasien tidak mengalami sakit apapun. Ibu pasien sering kontrol ke bidan selama
masa kehamilannya dan mengonsumsi vitamin serta zat besi dari puskesmasnya.
Pasien bisa duduk usia 8 bulan. Tumbuh kembang pasien sesuai dengan usianya
Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi dasar (BCG, DPT, Polio, HiB, HepB, Campak) pasien lengkap di
bidan.
Riwayat Nutrisi
Riwayat nutrisi pasien diberikan ASI 5 – 7 kali sehari. Pasien sudah diberikan susu
formula mulai usia 10 bulan. Pasien mulai MPASI sejak usia 12 bulan. Pasien mulai makan
makanan padat sejak usia 12 bulan.
Pemeriksaan Fisik (20 April 2021)
Thoraks :
Pulmo : Bentuk dan gerak simetris, tidak ada retraksi, VBS kanan= Kiri, Crackle
-/-, wheezing -/-,
Cor : S1-S2 murni reguler
Pemeriksaan Penunjang
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri TB
(Mycobacterium Tuberculosis), suatu basil tahan asam, yang biasanya menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya.
EPIDEMIOLOGI
Di negara-negara berkembang jumlah anak berusia kurang dari 15 tahun adalah 40-50% dari jumlah
seluruh populasi umum dan terdapat sekitar 500.000 anak di dunia menderita TB setiap tahun. Proporsi
kasus TB Anak di antara semua kasus TB di Indonesia pada tahun 2010 adalah 9,4%, dan 9% pada tahun
2015. Proporsi tersebut bervariasi antar provinsi, dari 1,2% sampai 17,3%.
▸ Usia seseorang terinfeksi (kelompok usia >65 tahun atau < 5 tahun)
▸ Tingkat daya tahan tubuh seseorang (kondisi cancer, malaria, kehamilan, DM)
CARA PENULARAN
Proses terjadinya infeksi oleh M. tuberculosis biasanya secara inhalasi, sehingga TB paru merupakan
manifestasi klinis yang paling sering dibanding organ lainnya. Penularan penyakit ini sebagian besar
melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru
dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam (BTA). Pada TB kulit atau
jaringan lunak penularan bisa melalui inokulasi langsung.
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang dengan
ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Yang tergolong dalam bakteri Mycobacterium tuberculosae
complex adalah: 1). M tuberculosae, 2). Varian Asian, 3). Varian African I, 4. Varian African 11, 5. M.
bovis. Pembagian tersebut adalah berdasarkan perbedaan secara epidemiologi. Kelompok bakteri
Mycobacteria Other Than TB (MOTT) atypical adalah: 1. M. kansasi, 2. M. avium, 3. M. intra cellulare,
4. M. scrofulaceum, 5. M. malmacerse, 6. M. xenopi.
Sebagian besar-dinding bakteri terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian peptidoglikan dan
arabinomannan. Lipid inilah yang membuat bakteri lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga
disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Bakteri
dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun tahun dalam
lemari es). Hal ini terjadi karena bakteri berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini bakteri dapat
bangkit kembali dan menjadikan penyakit tuberkulosis menjadi aktif lagi.
Di dalam jaringan, bakteri hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma makrofag.
Makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid.
Sifat lain bakteri ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa bakteri lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya. Dalam ha1 ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi
dari bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Paru merupakan port d’entree lebih dari 98% kasus infeksi TB. Bakteri TB dalam droplet (<5
mikrometer) akan terhirup dan dapat mencapai alveolus. Pada individu yang tidak dapat
menghancurkan seluruh bakteri, makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB yang sebagian
besar dihancurkan. Akan tetapi sebagian kecil bakteri TB yang tidak dapat dihancurkan terus
berkembang bak dalam makrofag dan akhirnya menyebabkan lisis makrofag. Selanjutnya,
kuman TB membentuk lesi di tempat tersebut, yang dinamakan fokus primer Ghon. Dari fokus
primer Ghon, bakteri TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe regional.
Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar
life (limfadenitis) yang terkena. Gabungan antara fokus primer, limfangitis, dan limfadenitis
dinamakan kompleks primer (primary complex).
Paru merupakan port d’entree lebih dari 98% kasus infeksi TB. Bakteri TB dalam droplet
(<5 mikrometer) akan terhirup dan dapat mencapai alveolus. Pada individu yang tidak dapat
menghancurkan seluruh bakteri, makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB yang sebagian
besar dihancurkan. Akan tetapi sebagian kecil bakteri TB yang tidak dapat dihancurkan terus
berkembang bak dalam makrofag dan akhirnya menyebabkan lisis makrofag. Selanjutnya,
kuman TB membentuk lesi di tempat tersebut, yang dinamakan fokus primer Ghon. Dari fokus
primer Ghon, bakteri TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe regional.
Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar
life (limfadenitis) yang terkena. Gabungan antara fokus primer, limfangitis, dan limfadenitis
dinamakan kompleks primer (primary complex).
Waktu yang diperlukan sejak masuk bateri TB hingga terbentuknya kompleks primer secara
lengkap disebut masa inkubasi. Masa inkubasi TB bervariasi selama 2-12 minggu, biasanya
berlangsung 4-8 minggu. Setelah terjadi kompleks primer, imunitas seluler tubuh terhadap TB
terbentuk, yang dapat diketahui dengan adanya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu
uji tuberkulin positif. Setelah imunitas seluler terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya
akan mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau klasifikasi setelah terjadi
nekrosis perkijuan dan enkapsulasi.
Gambar 1. Patogenesis TB
*Catatan :
2. Kompleks primer terdiri dari fokus primer (1),limfangitis (2), dan limfadenitis regional
(3)
4. TB pasca primer terjadi dengan mekanisme reaktivasi fokus lama TB (endogen), ini
disebut TB tiper dewasa (adult type TB)
Diagnosis
1. Gejala klinis
Gejala klinis TB pada anak dapat berupa gejala sistemik/umum atau sesuai organ terkait.
a. Gejala sistemik/umum
i. Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya atau terjadi
gagal tumbuh (Failure to thrive) meskipun telah diberikan upaya
perbaikan gizi yang baik dalam waktu 1-2 bulan.
ii. Demam lama (22 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas
(bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain).
Demam umumnya tidak tinggi. Keringat malam saja bukan merupakan
gejala spesifik TB pada anak apabila tidak disertai dengan gejala-gejala
sistemik/umum lain.
iii. Batuk lama 22 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda
atau intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah
dapat disingkirkan. Batuk tidak membaik dengan pemberian antibiotika
atau obat asra (sesuai indikasi).
iv. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain
Pada TB ekstra paru dapat dijumpai gejala dan tanda klinis yang khas pada organ
yang terkena.
i. Tuberkulosis kelenjar
1. Biasanya di daerah leher (regio colli)
2. Pembesaran kelenjar getah bening
(KGB) tidak nyeri, konsistensi kenyal,
multiple dan kadang saling melekat
(konfluens).
3. Ukuran besar (lebih dari 2x2 cm), biasanya pembesaran KGB
terlihat jelas bukan hanya teraba.
4. Tidak berespon terhadap pemberian antibiotika
5. Bisa terbentuk rongga dan discharge
ii. Tuberkulosis sistem saraf pusat
1. Meningitis TB: Gejala-gejala meningitis dengan seringkali disertai
gejala akibat keterlibatan saraf-saraf otak yang terkena.
2. Tuberkuloma otak: Gejala-gejala adanya lesi desak ruang
iii. Tuberkulosis sistem skeletal
1. Tulang belakang (spondilitis): Penonjolan tulang belakang
(gibbus).
2. Tulang panggul (koksitis): Pincang, gangguan berjalan, atau tanda
peradangan di daerah panggul.
3. Tulang lutut (gonitis): Pincang dan/atau bengkak pada lutut tanpa
sebab yang jelas.
4. Tulang kaki dan tangan (spina ventosa/daktilitis).
iv. Tuberkulosis mata
1. Konjungtivitis fliktenularis (conjunctivitis phlyctenular)
2. Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi).
v. Tuberkulosis kulit (skrofuloderma)
Ditandai adanya ulkus disertai dengan jembatan kulit antar tepi ulkus (skin
bridge).
a. Berdahak
i. Pada anak >5 tahun biasanya sudah dapat mengeluarkan dahak / sputum
secara langsung.
b. Bilas lambung
i. Bilas lambung menggunakan NGT dapat dilakukan pada anak yang tidak
dapat mengeluarkan dahak. Dianjurkan spesimen dikumpulkan minimal 2
hari berturut-turut pada pagi hari.
c. Induksi sputum
i. Induksi sputum relatif aman dan efektif untuk dikerjakan pada anak semua
umur, dengan hasil yang lebih baik dari aspirasi lambung, terutama
apabila menggunakan lebih dari 1 sampel. Metode ini bisa dikerjakan
secara rawat jalan, tetapi diperlukan pelatihan dan peralatan yang
memadai untuk melakukan metode ini.
Beberapa pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis
TB pada anak:
● Uji tuberkulin
○ Uji tuberkulin bermanfaat untuk membantu menegakkan diagnosis TB pada
anak, khususnya jika riwayat kontak dengan pasien TB tidak jelas. Uji tuberkulin
tidak bisa membedakan antara infeksi dan sakit TB. Hasil uji positif tuberculin
menunjukkan adanya infeksi dan tidak menunjukkan ada tidaknya sakit TB.
Sebaliknya, hasil negatif uji tuberkulin belum tentu menyingkirkan diagnosis TB.
● Foto toraks
○ Foto toraks merupakan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
diagnosis TB pada anak. Namun gambaran foto toraks pada TB tidak khas
kecuali gambaran TB milier. Secara umum, gambaran radiologis yang
menunjang TB adalah sebagai berikut:
■ Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/atau tanpa
infiltrate (visualisasinya selain dengan foto thoraks AP, harus
disertai foto toraks lateral).
■ Konsolidasi segmental/lobar
■ Efusi pleura
■ Milier
■ Atelectasis
■ Kavitas
■ Klasifikasi dengan infiltrate
■ Tuberkuloma.
● Histopatologi
○ Pemeriksaan PA akan menunjukkan gambaran granuloma dengan nekrosis
perkejuan di tengahnya dan dapat pula ditemukan gambaran sel datia
langhans dana tau bakteri TB.
4. Alur Diagnosis
Langkah awal pada alur diagnosis TB adalah pemeriksaan bakteriologis (mikroskopis/
TCM/Kultur). Pemeriksaan tsb. Tetap menjadi pemeriksaan utama untuk konfirmasi diagnosis
TB pada anak.
● Jika (+) → TB terkonfirmasi bakteriologis
● Jika (-) / spesimen tidak bisa diambil → uji tuberkulin dan foto toraks
Pada layanan yang memiliki fasilitas tuberkulin dan rontgen, hitung total skor dengan sistem
skoring :
● Skor ≥ 6 → TB terdiagnosis secara klinis
● Skor <6, tuberkulin (+) atau kontak erat → TB terdiagnosis secara klinis
● Skor <6, tuberkulin (-) atau tidak ada kontak erat → observasi 2-4 minggu, bila menetap
evaluasi ulang kemungkinan diagnosis TB atau dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang lebih tinggi.
Jika ditemukan salah satu keadaan di bawah ini, pasien dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan rujukan:
b. Penurunan kesadaran
● Bayi di bawah 5 kg pemberian OAT secara terpisah, tidak dalam bentuk KDT
dan sebaiknya dirujuk ke RS
● Apabila ada kenaikan BB maka dosis atau jumlah tablet yang diberikan
disesuaikan dengan berat badan saat itu
● Untuk anak dengan obesitas, dosis KDT berdasarkan Berat Badan ideal (sesuai
umur). Tabel Berat Badan berdasarkan umur dapat dilihat di lampiran
● OAT KDT harus diberikan secara utuh (tidak boleh dibelah, dan tidak boleh
digerus)
● Obat dapat diberikan dengan cara ditelan utuh, dikunyah/dikulum (chewable),
atau dimasukkan air dalam sendok (dispersible).
● Obat diberikan pada saat perut kosong, atau paling cepat 1 jam setelah makan
● Bila INH dikombinasi dengan Rifampisin, dosis INH tidak boleh melebihi 10
mg/kgBB/hari
● Apabila OAT lepas diberikan dalam bentuk puyer, maka semua obat tidak boleh
digerus bersama dan dicampur dalam satu puyer
c. Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat diberikan pada kondisi:
○ TB meningitis
○ Sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar (endobronchial TB)
○ Perikarditis TB
○ TB milier dengan gangguan napas yang berat
○ Efusi pleura TB
○ TB abdomen dengan asites.
Obat yang sering digunakan adalah prednison dengan dosis 2 mg/kg/ hari,
sampai 4 mg/kg/hari pada kasus sakit berat, dengan maksimal 60 mg/hari
selama 4 minggu. Tappering off dilakukan secara bertahap setelah 2 minggu
pemberian kecuali pada TB meningitis pemberian selama 4 minggu seburn
tappering-off.
d. Piridoksin
Isoniazid dapat menyebabkan defisiensi piridoksin simptomatik, terutama pada anak
dengan malnutrisi berat dan anak dengan HIV yang mendapatkan antiretroviral therapy
(ART) Suplementasi piridoksin (5-10 mg/hari) direkomendasikan pada HIV positif dan
malnutrisi berat.
e. Nutrisi
Status gizi pada anak dengan 'TB akan mempengaruhi keberhasilan pengobatan TB.
Malnutrisi berat meningkatkan risiko kematian pada anak dengan TB. Penilaian status
gizi harus dilakukan secara rutin selama anak dalam pengobatan. Penilaian dilakukan
dengan mengukur berat, tinggi, lingkar lengan atas atau pengamatan gejala dan tanda
malnutrisi seperti edema atau muscle wasting.
Pemberian makanan tambahan sebaiknya diberikan selama pengobatan. Jika tidak
memungkinkan dapat diberikan suplementasi nutrisi sampai anak stabil dan TB dapat
diatasi. Air susu ibu tetap diberikan jika anak masih dalam masa menyusu.