Anda di halaman 1dari 17

CLINICAL REPORT SESSION :

BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

Disusun oleh :
DANISSA MEGA TRIYANI

UNIVERSITAS PADJADJARAN – RSUD KOTA BANDUNG


FAKULTAS KEDOKTERAN
BANDUNG
2021
IDENTITAS PASIEN

Nama : By. Ny Rini Maryani


Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 2 hari
Tanggal Lahir : 17 April 2021
Alamat : Parakan Saat, Arcamanik
Suku : Sunda
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 19 April 2021

IDENTITAS ORANG TUA PASIEN

Nama : Ny. Rini Maryani


Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 32 thn
Alamat : Parakan Saat, Arcamanik
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

ANAMNESIS

Alloanamnesis
Keluhan utama : bayi baru lahir
Pasien merupakan anak ketiga dari seorang ibu P3A0. Pasien lahir kurang bulan, lahir

secara sectio caesarea atas indikasi HTK dan PEB dan tidak langsung menangis. Berat badan

lahir 2300 gram dan panjang badan lahir 44 cm. Anak pertama lahir spontan di bidan pada

usia kehamilan 9 bulan pada tahun 2005 dan anak kedua lahir spontan di rumah sakit daerah

pada usia kehamilan 8 bulan pada tahun 2014.


STATUS ANTROPOMETRI
Berat badan : 2300 gr
Banjang badan : 44 cm
Lingkar kepala : 33 cm
Lingkar dada : 23 cm
Lingkar perut : 25 cm
Jarak kepala simfisis : 26 cm
Lubcenco Growth Curve : > 25 persentil
Kesan : berat bayi lahir rendah

PEMERIKSAAN FISIS
Keadaan umum : State 5
Tanda Vital :
Nadi : 138 x/min
Laju napas : 48 x/min
Suhu : 36,7 o C
Capillary refill time : < 3 detik
Kepala : Simetris, deformitas (-), molase (-), caput (-)
Mata : Konjuctiva anemis (-) , sklera ikterik (-)
Hidung : Choanae (+/+), Sekret (-/-), PCH (-)
Telinga : Deformitas (-/-), sekret (-/-)
Mulut : Mukosa mulut dan lidah basah, makroglossal (-), palatum intak
Leher : Retraksi suprasternal(-), KGB tidak teraba
Thoraks : Bentuk dan gerak simetris, retraksi tidak ada
Cor : S1, S2 normal reguler, murmur tidak ada
Pulmo : BVS kiri = kanan, slem -/-, crakles -/-, wheezing -/-
Abdomen : Cembung, lembut, pekak samping dan pekak pindah (-)
Hepar /Lien dalam batas normal
Turgor kulit cepat (< 1s)
BU (+)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 3 detik, edema (-), polidaktili (-)
Genitalia : Perempuan
Anus : Anal dimple (+)
Kulit : Ruam (-), edema (-), mongolian spot (-)
NBS : 30 (36 minggu)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Lanoratorium RS
Tanggal 15 April 2021
 Hb : 14,0 gr/dL
 PCV : 41 %
 Eritrosit : 3,88 Juta/mm3
 Leukosit : 15.290 /mm3
 Trombosit : 330.000 /mm3
 Diff Cunt :
o Basofil :0%
o Eosinofil :0%
o Batang :0%
o Segmen : 71 %
o Limfosit : 19 %
o Monosit : 10 %
 GDS : 75 mg/dL

DIAGNOSIS BANDING

1. BCB KMK SC a/i Bekas SC + HTK + PEB + BBLR


2. BCB KMK SC a/i Bekas SC + HTK + PEB + BBLR + Hipoglikemi
3. BCB SMK SC a/i Bekas SC + HTK + PEB

DIAGNOSIS KERJA

1. BCB KMK SC a/i Bekas SC + HTK + PEB + BBLR


TATALAKSANA
Farmakologi :
1. CPAP PEEP 7 FiO2 30 %
2. Injeksi Vit K 1 mg i.m
3. Zalf mata ODS
4. ASI/SF 8 x 20cc
5. Injeksi Hep B0 0,5 mg i.m sebelum pulang

USULAN PEMERIKSAAN

1. Pemeriksaan GDS kembali


2. Foto rontgen toraks

PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
Bayi Berat Lahir Rendah
A. Definisi

Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir (BBLR) <2500 g. Bayi berat

lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu bayi berat lahir <1500 g dan bayi berat lahir amat sangat

rendah (BBLASR) adalah bayi berat lahir <1000 g. Makin rendah usia gestasi dan makin

rendah berat lahir bayi, makin berat pula stres fisiologis dan inflamasi yang dapat dialaminya.

Respons tubuh terhadap stres pada masing-masing kelompok BBLR berdasarkan

penggolongan berat lahir berbeda-beda, oleh sebab itu dalam tata laksana resusitasi,

stabilisasi, dan mekanisme merujuk pada tiap kelompok tersebut juga berbeda.

B. Epidemiologi

Prevalensi bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) berkurang dari 11,1 persen

tahun 2010 menjadi 10,2 persen tahun 2013. Di Indonesia, berat lahir rendah akibat kurang

bulan adalah penyebab nomor 3 kematian masa perinatal di rumah sakit pada tahun 2005.

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, penyebab utama kematian neonatus adalah

komplikasi prematuritas (45%), asfiksia (21%), infeksi (15%). Penyebab kematian lainnya

adalah kelainan bawaan (13%), dan lain-lain (6%).

C. Faktor Risiko

Asupan energi dan protein yang tidak mencukupi pada ibu hamil dapat menyebabkan

Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil dengan KEK berisiko melahirkan bayi berat lahir

rendah (BBLR). Anemia pada ibu hamil dihubungkan dengan meningkatnya kelahiran

prematur, kematian ibu dan anak dan penyakit infeksi. Anemia defisiensi besi pada ibu dapat

memengaruhi pertumbuhan dan berkembangan janin/bayi saat kehamilan maupun

setelahnya.
Umur ibu kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun merupakan umur yang dianggap

berisiko untuk kehamilan. Ibu hamil usia remaja merupakan kelompok yang berisiko untuk

mengalami outcome kehamilan yang tidak diinginkan karena mereka belum siap secara fisik,

psikologis, sosio-ekonomi dan budaya untuk menghadapi kondisi kehamilannya. Pada usia <

20 tahun, alat reproduksi masih berkembang dan belum mencapai kematangan, sedangkan

pada ibu usia > 35 tahun organ reproduksi mengalami penurunan dibandingkan usia 20-35

tahun. Kedua kelompok tersebut berisiko mengalami masalah kesehatan selama persalinan

dan juga berisiko melahirkan bayi BBLR dan cacat bawaan. BBLR umumnya meningkat

seiring dengan meningkatnya status paritas ibu, terutama bila paritas lebih dari tiga.

Paritas yang terlalu tinggi dan kehamilan yang berulang akan menyebabkan

kerusakan pada dinding pembuluh darah uterus sehingga mempengaruhi asupan nutrisi ke

janin pada kehamilan selanjutnya dan juga menimbulkan terjadinya atonia uteri. Selain itu,

paritas yang tinggi juga menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan BBLR.

Jarak kelahiran kurang dari dua tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin yang

kurang baik, melahirkan bayi BBLR dan masalah-masalah kesehatan pada ibu, seperti

perdarahan pada trimester III, ketuban pecah dini (KPD), persalinan lama, perdarahan pada

saat persalinan. Hal tersebut terjadi karena keadaan rahim yang belum pulih.

D. Diagnosis

Anamnesis

Anamnesis yang dilakukan untuk mendiagnosis bayi dengan BBLR lebih difokuskan

kepada ibu yang mengandung. Pertanyaan yang dapat ditanyakan tentunya terkait dengan

faktor risiko yang menjadi latar belakang terjadinya BBLR pada bayi. Berikut ini adalah

beberapa pertanyaan atau informasi yang perlu diketahui oleh dokter untuk mencari tahu

faktor risiko terjadinya BBLR pada bayi.


Usia Ibu

Menurut sebuah studi, prevalensi tertinggi bayi dengan BBLR lahir dari ibu yang

berusia di bawah 18 tahun dan di atas 35 tahun.

Hari Pertama Haid Terakhir

Hari pertama haid terakhir  (HPHT) perlu ditanyakan agar dokter dapat mengetahui

dengan jelas usia kehamilan bayi, apakah masuk ke dalam kategori kurang bulan atau cukup

bulan (di bawah usia 37 minggu). Mengetahui HPHT juga dapat membantu dokter untuk

mengetahui hari perkiraan lahir.

Riwayat Kehamilan Sebelumnya

Riwayat kehamilan sebelumnya perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah terdapat

komplikasi selama masa kehamilan, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah

sebelumnya, riwayat penyakit yang diderita selama masa kehamilan sebelumnya

(seperti hipertensi, diabetes, anemia), dan riwayat keguguran.

Sebuah studi menyatakan bahwa jumlah paritas tidak ada hubungan dengan BBLR,

namun wanita primipara lebih sering melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.

Status Nutrisi Ibu selama Masa Kehamilan

Status nutrisi ibu selama masa kehamilan sangat penting untuk ditanyakan, terutama

terkait peningkatan berat badan selama kehamilan dan pola makan ibu. Peningkatan berat

badan yang direkomendasikan oleh WHO dan Institute of Medicine pada ibu hamil dengan

indeks massa tubuh normal (18,5-24,9 kg/m2) 11-15 kg selama masa kehamilan.
Peningkatan berat badan yang tidak tercapai selama masa kehamilan, atau kurang dari

rekomendasi dapat meningkatkan risiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir

rendah.

Aktivitas atau Gaya Hidup Ibu

Merokok dan penggunaan obat-obatan (obat-obatan terlarang, antidepresan) selama

masa kehamilan meningkatkan risiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.

Ibu yang merokok menurunkan rata-rata berat badan bayi sebanyak 150-200 gram. Ibu yang

sering kelelahan dalam bekerja atau memiliki riwayat trauma fisik memiliki risiko untuk

melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis BBLR yaitu

dengan menimbang berat badan bayi dalam satu jam pasca kelahiran. Setelah itu berat badan

bayi dapat dibagi dalam klasifikasi berikut:

 Berat Badan Lahir Rendah / BBLR : Berat badan kurang dari 2500 gram

 Berat Badan Lahir Sangat Rendah / BBLSR : Berat badan kurang dari 1500 gram

 Berat Badan Lahir Amat Sangat Rendah / BBLASR : Berat badan kurang dari 1000

gram.

Setelah mengukur berat badan bayi, perlu dilakukan pemeriksaan fisik lainnya untuk

mengetahui apakah bayi masuk ke dalam kategori cukup bulan atau kurang bulan. Hal ini

dikarenakan tidak semua bayi yang terlahir dengan BBLR pasti bayi prematur atau kurang

bulan.
Sehingga BBLR dapat terbagi lagi menjadi dua klasifikasi berdasarkan usia gestasi

yaitu bayi cukup bulan (37 – 42 minggu) dan bayi kurang bulan atau prematur (di bawah 37

minggu). Berikut ini adalah pemeriksaan fisik tambahan untuk menentukan apakah bayi

masuk ke dalam kategori cukup bulan atau kurang bulan.

Tanda-tanda Prematuritas

Tanda prematuritas dapat ditemui melalui pemeriksaan fisik dasar pada bayi, yakni

meliputi pemeriksaan pada telinga, telapak kaki, payudara, dan alat genital.  Telinga bayi

prematur memiliki bentuk pina yang mendatar, lentur, dan memiliki  kartilago yang rendah.

Telapak kaki pada bayi prematur hanya memiliki garis-garis pada sisi anterior saja, atau

cenderung halus.

Bayi prematur tidak memiliki jaringan payudara dan areola tidak terlalu tampak.

Sedangkan pada alat genital, pada laki-laki diperhatikan pada bagian skrotum dan testis,

sedangkan pada perempuan diperhatikan bagian klitoris dan labia mayor maupun minor. Pada

bayi prematur laki-laki, memiliki skrotum yang mendatar dan tidak ada rugae, sedangkan

pada bayi perempuan klitoris tampak besar dan labia datar atau kecil.

New Ballard Skor

New Ballard Skor digunakan untuk menilai atau menentukan usia gestasi bayi baru

lahir. Ada dua hal yang perlu dinilai dalam skor Ballard, yakni maturitas dari fisik bayi dan

maturitas dari neuromuskular. Pada pemeriksaan maturitas dari fisik bayi, komponen-

komponen yang perlu dilihat yakni kulit, lanugo, permukaan plantar, dada atau payudara,

telinga, genital.
Sedangkan pada pemeriksaan maturitas dari neuromuskular bayi, komponen yang

perlu dinilai yakni postur bayi, perlu dilakukan gerakan pada pergelangan tangan untuk

menilai square window, arm recoil,  sudut popliteal, scarf sign, dan gerakan tumit ke telinga.

Setelah melakukan seluruh pemeriksaan, akan didapatkan skor dengan rentang -10 hingga 50.

Skor akan dicocokkan dengan usia bayi.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang mutlak dilakukan apabila bayi dengan berat badan lahir

rendah juga merupakan bayi kurang bulan atau prematur. Pemeriksaan yang dapat dilakukan

adalah pemeriksaan tes kocok atau gastric shake test, foto rontgen toraks, USG kepala (bayi

di bawah usia 35 minggu).

Tes Kocok

Tes kocok atau gastric shake test  bertujuan untuk menilai surfaktan yang ada pada

paru-paru bayi atau secara garis besar menilai tingkat kematangan paru pada bayi. Tes ini

memiliki sensitivitas sebesar 100% dan spesifisitas sebesar 92%.

Cara melakukan tes ini yakni dengan mengambil sebanyak 0,5 cc cairan lambung 20

menit setelah bayi lahir, kemudian cairan lambung dicampurkan ke dalam 0,5 cc cairan

normal salin selama 15 detik, dan 1 cc etanol 95%, campuran ketiga cairan tersebut akan

teragitasi selama 15 detik.

Setelah 15 menit, amati apakah muncul gelembung. Jika ada gelembung, maka tes

dinyatakan positif (kadar surfaktan dalam paru bayi cukup). Namun, jika tidak ada

gelembung maka hasil tes menjadi negatif (kadar surfaktan paru sangat minimal). Kadar
surfaktan yang kurang pada bayi berkaitan dengan penyakit Hyaline Membrane

Disease  (HMD).

Foto Rontgen Toraks

Pemeriksaan foto rontgen toraks dilakukan untuk menilai parenkim paru dan bentuk

atau ukuran jantung pada bayi yang dicurigai  mengalami gangguan pernapasan. Gambaran

radiologi yang biasanya ditemukan berupa corakan retikulogranular dengan air

bronchogram.

USG Kepala

Pemeriksaan USG kepala dilakukan terutama pada bayi di bawah usia 35 minggu

untuk mendeteksi adanya perdarahan intrakranial pada bayi prematur.

E. Manifestasi Klinis

Presentasi klinis pada bayi baru lahir usia gestasi >32 minggu dan berat lahir >1500

g yang memiliki fungsi fisiologis yang imatur (apne of prematurity, tidak mampu

mempertahankan suhu tubuh, dan tidak mampu menerima diet per oral (PO). Ukuran tubuh

BBLR yang kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil dan tidak dapat menghisap.

BBLR sering mendapatkan ASI dengan bantuan, membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah

yang lebih sedikit tapi sering. BBLR dengan kehamilan > 35 minggu dan berat lahir > 2.000

gram umumnya bisa langsung menetek


F. Tatalaksana

Pada BBLR yang stabil, tata laksana selanjutnya adalah di ruang rawat gabung. Untuk

BBLR bermasalah misalnya mengalami ancaman gagal napas, gagal sirkulasi atau syok, dan

kelainan kongenital berat, maka tata laksana berikutnya adalah merujuk ke ruang rawat bayi

berisiko tinggi atau ke rumah sakit lain dengan fasilitas unit perinatal yang lengkap.

Bayi berat lahir sangat rendah yang memperoleh perawatan NICU (meskipun tidak

lahir di fasilitas level III tetapi mengalami rujukan), kesintasannya lebih tinggi 21%

dibandingkan dengan BBLSR yang tidak dirawat di NICU. Studi epidemiologi menunjukkan

bahwa BBLSR yang lahir di rumah sakit yang mempunyai fasilitas level III, mencapai

kesintasan yang lebih tinggi hingga 51% dibandingkan dengan BBLSR yang lahir di level

perawatan neonatal yang lebih rendah atau BBLSR yang mengalami rujukan. Dengan

demikian perawatan di NICU adalah penting untuk kesintasan BBLR, demikian pula merujuk

kasus BBLSR yang bermasalah. Dalam mengerjakan mekanisme merujuk, tenaga kesehatan

harus terlebih dahulu memastikan bahwa BBLR dalam kondisi yang sudah stabil.

Pada BBLR yang stabil, tata laksana selanjutnya adalah di ruang rawat gabung. Untuk

BBLR bermasalah misalnya mengalami ancaman gagal napas, gagal sirkulasi atau syok, dan

kelainan kongenital berat, maka tata laksana berikutnya adalah merujuk ke ruang rawat bayi

berisiko tinggi atau ke rumah sakit lain dengan fasilitas unit perinatal yang lengkap.

Kebutuhan Nutrisi

Pada masa neonatus, nutrisi BBLR merupakan kebutuhan paling besar dibandingkan

kebutuhan pada masa manapun dalam kehidupan; untuk mencapai tumbuh kembang optimal.

Pertumbuhan BBLR yang direfleksikan per kilogram berat badan hampir dua kali lipat bayi

cukup bulan, sehingga BBLR membutuhkan dukungan nutrisi khusus dan optimal untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Pada umumnya BBLR dengan berat lahir kurang dari 1500 g,

memerlukan nutrisi parenteral segera sesudah lahir. Belum ada standar kebutuhan nutrien

yang disusun secara tepat untuk BBLR, sebanding dengan air susu ibu (ASI). Rekomendasi

yang ada ditujukan untuk memenuhi kebutuhan nutrien yang mendekati kecepatan tumbuh

dan komposisi tubuh janin normal sesuai masa gestasi serta mempertahankan kadar normal

nutrien dalam darah dan jaringan tubuh

Energi

Kebutuhan energi yang dihitung berdasarkan ekspenditur, pertumbuhan/sintesis,

cadangan dan ekskresi, diperkirakan sebesar 90-120 kkal/kgbb/hari. Adanya variasi

individual, anjuran asupan energi untuk nutrisi enteral sebesar 105-130 kkal/kgbb/hari

agaknya mampu untuk BBLR mencapai pertumbuhan yang memuaskan.

Protein

Masukan protein sebesar 2.25-4.0 g/kgbb/hari dinilai adekuat dan tidak toksik.

Kebutuhan yang diperkirakan berdasarkan untuk penambahan berat badan janin adalah 3.5-

4.0 g/kgbb/hari. Pada umumnya bayi yang mendapat formula predominant whey

menunjukkan indeks metabolik dan komposisi asam amino plasma mendekati bayi yang

mendapat ASI. Bayi dengan asupan protein sebesar 2.8-3.1 g/kgbb/ hari dengan 110-120

kkal/kgbb/hari menunjukkan pertumbuhan yang paling menyerupai pertumbuhan janin.

Lemak

Lemak merupakan sumber energi terbesar (40-50%) yang setara dengan masukan

sebesar 5-7 g/kgbb/hari. Lemak ASI lebih mudah diserap karena komposisi asam lemak serta

asam palmitat dalam posisi β di samping adanya lipase pada ASI. Lemak pada formula untuk

bayi prematur mengandung campuran lemak rantai sedang (MCT) medium chain triglyevide

dan lemak tumbuhan yang kaya akan lemak tidak jenuh rantai ganda serta trigliserida rantai
panjang. Campuran ini mengandung cukup asam lemak esensial paling sedikit 3% dan energi

berupa asam linoleat dengan sedikit tambahan asam α-linolenat. Terdapat laporan yang tidak

menganjurkan konsentrasi MCT sebesar 40-50% karena hal ini mungkin melebihi kapasitas

β-oksidasi pada mitokondria. ASI mengandung AA dan DHA merupakan nutrien yang

bersifat esensial kondisional, sehingga kini formula prematur juga disuplernentasi dengan

kedua zat tersebut.

G. Resusitasi Bayi Baru Lahir

Gambar 1. Algoritma Resusitasi Bayi Baru Lahir

H. Program STABLE: Membuat Kondisi Bayi “Warm, Pink, And Sweet”

Program STABLE adalah panduan yang dibuat untuk tata laksana bayi baru lahir

yang sakit, mulai dari pasca-resusitasi/pra-transportasi. Program ini berisi standar tahap-tahap
stabilisasi pasca-resusitasi untuk memperbaiki kestabilan, keamanan, dan luaran bayi.

STABLE tersebut merupakan singkatan dari:

S: SUGAR and SAFE care (kadar gula darah dan keselamatan bayi)

T: TEMPERATURE (suhu)

A: AIRWAY (jalan napas)

B: BLOOD PRESSURE (tekanan darah)

L: LAB WORK (pemeriksaan laboratorium)

E: EMOTIONAL SUPPORT (dukungan emosional)

Catatan:

Di dalam proses stabilisasi, penting mengutamakan stabilisasi pernafasan, di samping

stabilisasi suhu. Aspek stabilisasi yang lain, dilakukan kemudian.

I. Prognosis

Meta-analisis oleh Laswell et al (2010) menunjukkan bayi berat lahir sangat rendah

(BBLSR) yaitu bayi dengan berat lahir <1500 g, memiliki risiko kematian yang lebih tinggi

jika lahir bukan di rumah sakit dengan fasilitas perawatan neonatal level III. Morbiditas

BBLSR tersebut juga meningkat, hal ini berhubungan dengan tingginya kejadian perdarahan

intraventrikular dan leukomalasia periventrikular, yang berkaitan dengan kelainan

perkembangan saraf.

Kesintasan BBLR kini makin baik berkat penggunaan surfaktan dan steroid maternal,

serta kemajuan teknologi perawatan neonatal dalam 50 tahun terakhir. Di negara maju

bahkan viabilitas BBLR dapat tercapai mulai kelahiran usia gestasi 23 minggu. Meskipun

mortalitas menurun, proporsi BBLR hidup yang kemudian mengalami gejala sisa berat
seperti penyakit paru kronik, kelainan ginjal, gangguan kognitif dan gangguan perilaku, palsi

serebral, serta defisit neurosensorik termasuk kebutaan dan ketulian ternyata tetap besar.

Faktor yang berpengaruh buruk terhadap kesintasan BBLSR terdiri atas kelahiran

sebelum tiba di rumah sakit, skor APGAR rendah, tidak bernapas spontan di ruang bersalin,

intubasi di ruang bersalin, memerlukan kompresi dada atau adrenalin di ruang bersalin,

resusitasi di ruang bersalin, respiratory distress syndrome (RDS), hipotensi, dan penggunaan

nasal continuous positive airway pressure (NCPAP). Sedangkan faktor yang berpengaruh

memperbaiki kesintasan BBLR adalah kelahiran di fasilitas kesehatan tersier. Faktor-faktor

tersebut menunjukkan bahwa upaya resusitasi neonatus yang tepat akan memengaruhi luaran

BBLR.

Daftar Pustaka

1. PNPK Resusitasi, Stabilisasi, dan Transport Berat Bayi Lahir Rendah 2018
2. Sari Pediatri, Vol. 5, No. 4, Maret 2004: 165 – 170. Tata laksana Nutrisi pada Bayi
Berat Lahir Rendah.
3. Lega, Nipsyah. Pengaruh Komplikasi Kehamilan Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah (Bblr) Di Indonesia (Analisis Data Survey Demografi Dan Kesehatan
Indonesia Tahun 2007). Vol. 1 No. 1 (2018): Jurnal Kompeten Vol 1 No 1 Tahun
2018.
4. Nurlaila, Nurlaila. Hubungan Pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru (Pmk) Dengan
Kejadian Hipotermi Pada Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr). Husada Mahakam:
Jurnal Kesehatan, [S.L.], V. 3, N. 9, P. 466– 473, July 2017. Issn 2461-0402.
Available At: <Http://Husadamahakam.Poltekkes-
ltim.Ac.Id/Ojs/Index.Php/Home/Article/View/25>. Date Accessed: 26 Apr. 2021.
5. Mariyana, Mariyana. Karakteristik Ibu Yang Mempunyai Bayi Berat Lahir Rendah.
Vol. 5 No. 1 (2018).

Anda mungkin juga menyukai