Disusun oleh :
DANISSA MEGA TRIYANI
ANAMNESIS
Alloanamnesis
Keluhan utama : bayi baru lahir
Pasien merupakan anak ketiga dari seorang ibu P3A0. Pasien lahir kurang bulan, lahir
secara sectio caesarea atas indikasi HTK dan PEB dan tidak langsung menangis. Berat badan
lahir 2300 gram dan panjang badan lahir 44 cm. Anak pertama lahir spontan di bidan pada
usia kehamilan 9 bulan pada tahun 2005 dan anak kedua lahir spontan di rumah sakit daerah
PEMERIKSAAN FISIS
Keadaan umum : State 5
Tanda Vital :
Nadi : 138 x/min
Laju napas : 48 x/min
Suhu : 36,7 o C
Capillary refill time : < 3 detik
Kepala : Simetris, deformitas (-), molase (-), caput (-)
Mata : Konjuctiva anemis (-) , sklera ikterik (-)
Hidung : Choanae (+/+), Sekret (-/-), PCH (-)
Telinga : Deformitas (-/-), sekret (-/-)
Mulut : Mukosa mulut dan lidah basah, makroglossal (-), palatum intak
Leher : Retraksi suprasternal(-), KGB tidak teraba
Thoraks : Bentuk dan gerak simetris, retraksi tidak ada
Cor : S1, S2 normal reguler, murmur tidak ada
Pulmo : BVS kiri = kanan, slem -/-, crakles -/-, wheezing -/-
Abdomen : Cembung, lembut, pekak samping dan pekak pindah (-)
Hepar /Lien dalam batas normal
Turgor kulit cepat (< 1s)
BU (+)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 3 detik, edema (-), polidaktili (-)
Genitalia : Perempuan
Anus : Anal dimple (+)
Kulit : Ruam (-), edema (-), mongolian spot (-)
NBS : 30 (36 minggu)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Lanoratorium RS
Tanggal 15 April 2021
Hb : 14,0 gr/dL
PCV : 41 %
Eritrosit : 3,88 Juta/mm3
Leukosit : 15.290 /mm3
Trombosit : 330.000 /mm3
Diff Cunt :
o Basofil :0%
o Eosinofil :0%
o Batang :0%
o Segmen : 71 %
o Limfosit : 19 %
o Monosit : 10 %
GDS : 75 mg/dL
DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSIS KERJA
USULAN PEMERIKSAAN
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
Bayi Berat Lahir Rendah
A. Definisi
Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir (BBLR) <2500 g. Bayi berat
lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu bayi berat lahir <1500 g dan bayi berat lahir amat sangat
rendah (BBLASR) adalah bayi berat lahir <1000 g. Makin rendah usia gestasi dan makin
rendah berat lahir bayi, makin berat pula stres fisiologis dan inflamasi yang dapat dialaminya.
penggolongan berat lahir berbeda-beda, oleh sebab itu dalam tata laksana resusitasi,
stabilisasi, dan mekanisme merujuk pada tiap kelompok tersebut juga berbeda.
B. Epidemiologi
Prevalensi bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) berkurang dari 11,1 persen
tahun 2010 menjadi 10,2 persen tahun 2013. Di Indonesia, berat lahir rendah akibat kurang
bulan adalah penyebab nomor 3 kematian masa perinatal di rumah sakit pada tahun 2005.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, penyebab utama kematian neonatus adalah
komplikasi prematuritas (45%), asfiksia (21%), infeksi (15%). Penyebab kematian lainnya
C. Faktor Risiko
Asupan energi dan protein yang tidak mencukupi pada ibu hamil dapat menyebabkan
Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil dengan KEK berisiko melahirkan bayi berat lahir
rendah (BBLR). Anemia pada ibu hamil dihubungkan dengan meningkatnya kelahiran
prematur, kematian ibu dan anak dan penyakit infeksi. Anemia defisiensi besi pada ibu dapat
setelahnya.
Umur ibu kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun merupakan umur yang dianggap
berisiko untuk kehamilan. Ibu hamil usia remaja merupakan kelompok yang berisiko untuk
mengalami outcome kehamilan yang tidak diinginkan karena mereka belum siap secara fisik,
psikologis, sosio-ekonomi dan budaya untuk menghadapi kondisi kehamilannya. Pada usia <
20 tahun, alat reproduksi masih berkembang dan belum mencapai kematangan, sedangkan
pada ibu usia > 35 tahun organ reproduksi mengalami penurunan dibandingkan usia 20-35
tahun. Kedua kelompok tersebut berisiko mengalami masalah kesehatan selama persalinan
dan juga berisiko melahirkan bayi BBLR dan cacat bawaan. BBLR umumnya meningkat
seiring dengan meningkatnya status paritas ibu, terutama bila paritas lebih dari tiga.
Paritas yang terlalu tinggi dan kehamilan yang berulang akan menyebabkan
kerusakan pada dinding pembuluh darah uterus sehingga mempengaruhi asupan nutrisi ke
janin pada kehamilan selanjutnya dan juga menimbulkan terjadinya atonia uteri. Selain itu,
paritas yang tinggi juga menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan BBLR.
Jarak kelahiran kurang dari dua tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin yang
kurang baik, melahirkan bayi BBLR dan masalah-masalah kesehatan pada ibu, seperti
perdarahan pada trimester III, ketuban pecah dini (KPD), persalinan lama, perdarahan pada
saat persalinan. Hal tersebut terjadi karena keadaan rahim yang belum pulih.
D. Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan untuk mendiagnosis bayi dengan BBLR lebih difokuskan
kepada ibu yang mengandung. Pertanyaan yang dapat ditanyakan tentunya terkait dengan
faktor risiko yang menjadi latar belakang terjadinya BBLR pada bayi. Berikut ini adalah
beberapa pertanyaan atau informasi yang perlu diketahui oleh dokter untuk mencari tahu
Menurut sebuah studi, prevalensi tertinggi bayi dengan BBLR lahir dari ibu yang
Hari pertama haid terakhir (HPHT) perlu ditanyakan agar dokter dapat mengetahui
dengan jelas usia kehamilan bayi, apakah masuk ke dalam kategori kurang bulan atau cukup
bulan (di bawah usia 37 minggu). Mengetahui HPHT juga dapat membantu dokter untuk
komplikasi selama masa kehamilan, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
Sebuah studi menyatakan bahwa jumlah paritas tidak ada hubungan dengan BBLR,
namun wanita primipara lebih sering melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.
Status nutrisi ibu selama masa kehamilan sangat penting untuk ditanyakan, terutama
terkait peningkatan berat badan selama kehamilan dan pola makan ibu. Peningkatan berat
badan yang direkomendasikan oleh WHO dan Institute of Medicine pada ibu hamil dengan
indeks massa tubuh normal (18,5-24,9 kg/m2) 11-15 kg selama masa kehamilan.
Peningkatan berat badan yang tidak tercapai selama masa kehamilan, atau kurang dari
rekomendasi dapat meningkatkan risiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah.
masa kehamilan meningkatkan risiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.
Ibu yang merokok menurunkan rata-rata berat badan bayi sebanyak 150-200 gram. Ibu yang
sering kelelahan dalam bekerja atau memiliki riwayat trauma fisik memiliki risiko untuk
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis BBLR yaitu
dengan menimbang berat badan bayi dalam satu jam pasca kelahiran. Setelah itu berat badan
Berat Badan Lahir Rendah / BBLR : Berat badan kurang dari 2500 gram
Berat Badan Lahir Sangat Rendah / BBLSR : Berat badan kurang dari 1500 gram
Berat Badan Lahir Amat Sangat Rendah / BBLASR : Berat badan kurang dari 1000
gram.
Setelah mengukur berat badan bayi, perlu dilakukan pemeriksaan fisik lainnya untuk
mengetahui apakah bayi masuk ke dalam kategori cukup bulan atau kurang bulan. Hal ini
dikarenakan tidak semua bayi yang terlahir dengan BBLR pasti bayi prematur atau kurang
bulan.
Sehingga BBLR dapat terbagi lagi menjadi dua klasifikasi berdasarkan usia gestasi
yaitu bayi cukup bulan (37 – 42 minggu) dan bayi kurang bulan atau prematur (di bawah 37
minggu). Berikut ini adalah pemeriksaan fisik tambahan untuk menentukan apakah bayi
Tanda-tanda Prematuritas
Tanda prematuritas dapat ditemui melalui pemeriksaan fisik dasar pada bayi, yakni
meliputi pemeriksaan pada telinga, telapak kaki, payudara, dan alat genital. Telinga bayi
prematur memiliki bentuk pina yang mendatar, lentur, dan memiliki kartilago yang rendah.
Telapak kaki pada bayi prematur hanya memiliki garis-garis pada sisi anterior saja, atau
cenderung halus.
Bayi prematur tidak memiliki jaringan payudara dan areola tidak terlalu tampak.
Sedangkan pada alat genital, pada laki-laki diperhatikan pada bagian skrotum dan testis,
sedangkan pada perempuan diperhatikan bagian klitoris dan labia mayor maupun minor. Pada
bayi prematur laki-laki, memiliki skrotum yang mendatar dan tidak ada rugae, sedangkan
pada bayi perempuan klitoris tampak besar dan labia datar atau kecil.
New Ballard Skor digunakan untuk menilai atau menentukan usia gestasi bayi baru
lahir. Ada dua hal yang perlu dinilai dalam skor Ballard, yakni maturitas dari fisik bayi dan
maturitas dari neuromuskular. Pada pemeriksaan maturitas dari fisik bayi, komponen-
komponen yang perlu dilihat yakni kulit, lanugo, permukaan plantar, dada atau payudara,
telinga, genital.
Sedangkan pada pemeriksaan maturitas dari neuromuskular bayi, komponen yang
perlu dinilai yakni postur bayi, perlu dilakukan gerakan pada pergelangan tangan untuk
menilai square window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign, dan gerakan tumit ke telinga.
Setelah melakukan seluruh pemeriksaan, akan didapatkan skor dengan rentang -10 hingga 50.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang mutlak dilakukan apabila bayi dengan berat badan lahir
rendah juga merupakan bayi kurang bulan atau prematur. Pemeriksaan yang dapat dilakukan
adalah pemeriksaan tes kocok atau gastric shake test, foto rontgen toraks, USG kepala (bayi
Tes Kocok
Tes kocok atau gastric shake test bertujuan untuk menilai surfaktan yang ada pada
paru-paru bayi atau secara garis besar menilai tingkat kematangan paru pada bayi. Tes ini
Cara melakukan tes ini yakni dengan mengambil sebanyak 0,5 cc cairan lambung 20
menit setelah bayi lahir, kemudian cairan lambung dicampurkan ke dalam 0,5 cc cairan
normal salin selama 15 detik, dan 1 cc etanol 95%, campuran ketiga cairan tersebut akan
Setelah 15 menit, amati apakah muncul gelembung. Jika ada gelembung, maka tes
dinyatakan positif (kadar surfaktan dalam paru bayi cukup). Namun, jika tidak ada
gelembung maka hasil tes menjadi negatif (kadar surfaktan paru sangat minimal). Kadar
surfaktan yang kurang pada bayi berkaitan dengan penyakit Hyaline Membrane
Disease (HMD).
Pemeriksaan foto rontgen toraks dilakukan untuk menilai parenkim paru dan bentuk
atau ukuran jantung pada bayi yang dicurigai mengalami gangguan pernapasan. Gambaran
bronchogram.
USG Kepala
Pemeriksaan USG kepala dilakukan terutama pada bayi di bawah usia 35 minggu
E. Manifestasi Klinis
Presentasi klinis pada bayi baru lahir usia gestasi >32 minggu dan berat lahir >1500
g yang memiliki fungsi fisiologis yang imatur (apne of prematurity, tidak mampu
mempertahankan suhu tubuh, dan tidak mampu menerima diet per oral (PO). Ukuran tubuh
BBLR yang kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil dan tidak dapat menghisap.
BBLR sering mendapatkan ASI dengan bantuan, membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah
yang lebih sedikit tapi sering. BBLR dengan kehamilan > 35 minggu dan berat lahir > 2.000
Pada BBLR yang stabil, tata laksana selanjutnya adalah di ruang rawat gabung. Untuk
BBLR bermasalah misalnya mengalami ancaman gagal napas, gagal sirkulasi atau syok, dan
kelainan kongenital berat, maka tata laksana berikutnya adalah merujuk ke ruang rawat bayi
berisiko tinggi atau ke rumah sakit lain dengan fasilitas unit perinatal yang lengkap.
Bayi berat lahir sangat rendah yang memperoleh perawatan NICU (meskipun tidak
lahir di fasilitas level III tetapi mengalami rujukan), kesintasannya lebih tinggi 21%
dibandingkan dengan BBLSR yang tidak dirawat di NICU. Studi epidemiologi menunjukkan
bahwa BBLSR yang lahir di rumah sakit yang mempunyai fasilitas level III, mencapai
kesintasan yang lebih tinggi hingga 51% dibandingkan dengan BBLSR yang lahir di level
perawatan neonatal yang lebih rendah atau BBLSR yang mengalami rujukan. Dengan
demikian perawatan di NICU adalah penting untuk kesintasan BBLR, demikian pula merujuk
kasus BBLSR yang bermasalah. Dalam mengerjakan mekanisme merujuk, tenaga kesehatan
harus terlebih dahulu memastikan bahwa BBLR dalam kondisi yang sudah stabil.
Pada BBLR yang stabil, tata laksana selanjutnya adalah di ruang rawat gabung. Untuk
BBLR bermasalah misalnya mengalami ancaman gagal napas, gagal sirkulasi atau syok, dan
kelainan kongenital berat, maka tata laksana berikutnya adalah merujuk ke ruang rawat bayi
berisiko tinggi atau ke rumah sakit lain dengan fasilitas unit perinatal yang lengkap.
Kebutuhan Nutrisi
Pada masa neonatus, nutrisi BBLR merupakan kebutuhan paling besar dibandingkan
kebutuhan pada masa manapun dalam kehidupan; untuk mencapai tumbuh kembang optimal.
Pertumbuhan BBLR yang direfleksikan per kilogram berat badan hampir dua kali lipat bayi
cukup bulan, sehingga BBLR membutuhkan dukungan nutrisi khusus dan optimal untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Pada umumnya BBLR dengan berat lahir kurang dari 1500 g,
memerlukan nutrisi parenteral segera sesudah lahir. Belum ada standar kebutuhan nutrien
yang disusun secara tepat untuk BBLR, sebanding dengan air susu ibu (ASI). Rekomendasi
yang ada ditujukan untuk memenuhi kebutuhan nutrien yang mendekati kecepatan tumbuh
dan komposisi tubuh janin normal sesuai masa gestasi serta mempertahankan kadar normal
Energi
individual, anjuran asupan energi untuk nutrisi enteral sebesar 105-130 kkal/kgbb/hari
Protein
Masukan protein sebesar 2.25-4.0 g/kgbb/hari dinilai adekuat dan tidak toksik.
Kebutuhan yang diperkirakan berdasarkan untuk penambahan berat badan janin adalah 3.5-
4.0 g/kgbb/hari. Pada umumnya bayi yang mendapat formula predominant whey
menunjukkan indeks metabolik dan komposisi asam amino plasma mendekati bayi yang
mendapat ASI. Bayi dengan asupan protein sebesar 2.8-3.1 g/kgbb/ hari dengan 110-120
Lemak
Lemak merupakan sumber energi terbesar (40-50%) yang setara dengan masukan
sebesar 5-7 g/kgbb/hari. Lemak ASI lebih mudah diserap karena komposisi asam lemak serta
asam palmitat dalam posisi β di samping adanya lipase pada ASI. Lemak pada formula untuk
bayi prematur mengandung campuran lemak rantai sedang (MCT) medium chain triglyevide
dan lemak tumbuhan yang kaya akan lemak tidak jenuh rantai ganda serta trigliserida rantai
panjang. Campuran ini mengandung cukup asam lemak esensial paling sedikit 3% dan energi
berupa asam linoleat dengan sedikit tambahan asam α-linolenat. Terdapat laporan yang tidak
menganjurkan konsentrasi MCT sebesar 40-50% karena hal ini mungkin melebihi kapasitas
β-oksidasi pada mitokondria. ASI mengandung AA dan DHA merupakan nutrien yang
bersifat esensial kondisional, sehingga kini formula prematur juga disuplernentasi dengan
Program STABLE adalah panduan yang dibuat untuk tata laksana bayi baru lahir
yang sakit, mulai dari pasca-resusitasi/pra-transportasi. Program ini berisi standar tahap-tahap
stabilisasi pasca-resusitasi untuk memperbaiki kestabilan, keamanan, dan luaran bayi.
S: SUGAR and SAFE care (kadar gula darah dan keselamatan bayi)
T: TEMPERATURE (suhu)
Catatan:
I. Prognosis
Meta-analisis oleh Laswell et al (2010) menunjukkan bayi berat lahir sangat rendah
(BBLSR) yaitu bayi dengan berat lahir <1500 g, memiliki risiko kematian yang lebih tinggi
jika lahir bukan di rumah sakit dengan fasilitas perawatan neonatal level III. Morbiditas
BBLSR tersebut juga meningkat, hal ini berhubungan dengan tingginya kejadian perdarahan
perkembangan saraf.
Kesintasan BBLR kini makin baik berkat penggunaan surfaktan dan steroid maternal,
serta kemajuan teknologi perawatan neonatal dalam 50 tahun terakhir. Di negara maju
bahkan viabilitas BBLR dapat tercapai mulai kelahiran usia gestasi 23 minggu. Meskipun
mortalitas menurun, proporsi BBLR hidup yang kemudian mengalami gejala sisa berat
seperti penyakit paru kronik, kelainan ginjal, gangguan kognitif dan gangguan perilaku, palsi
serebral, serta defisit neurosensorik termasuk kebutaan dan ketulian ternyata tetap besar.
Faktor yang berpengaruh buruk terhadap kesintasan BBLSR terdiri atas kelahiran
sebelum tiba di rumah sakit, skor APGAR rendah, tidak bernapas spontan di ruang bersalin,
intubasi di ruang bersalin, memerlukan kompresi dada atau adrenalin di ruang bersalin,
resusitasi di ruang bersalin, respiratory distress syndrome (RDS), hipotensi, dan penggunaan
nasal continuous positive airway pressure (NCPAP). Sedangkan faktor yang berpengaruh
tersebut menunjukkan bahwa upaya resusitasi neonatus yang tepat akan memengaruhi luaran
BBLR.
Daftar Pustaka
1. PNPK Resusitasi, Stabilisasi, dan Transport Berat Bayi Lahir Rendah 2018
2. Sari Pediatri, Vol. 5, No. 4, Maret 2004: 165 – 170. Tata laksana Nutrisi pada Bayi
Berat Lahir Rendah.
3. Lega, Nipsyah. Pengaruh Komplikasi Kehamilan Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah (Bblr) Di Indonesia (Analisis Data Survey Demografi Dan Kesehatan
Indonesia Tahun 2007). Vol. 1 No. 1 (2018): Jurnal Kompeten Vol 1 No 1 Tahun
2018.
4. Nurlaila, Nurlaila. Hubungan Pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru (Pmk) Dengan
Kejadian Hipotermi Pada Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr). Husada Mahakam:
Jurnal Kesehatan, [S.L.], V. 3, N. 9, P. 466– 473, July 2017. Issn 2461-0402.
Available At: <Http://Husadamahakam.Poltekkes-
ltim.Ac.Id/Ojs/Index.Php/Home/Article/View/25>. Date Accessed: 26 Apr. 2021.
5. Mariyana, Mariyana. Karakteristik Ibu Yang Mempunyai Bayi Berat Lahir Rendah.
Vol. 5 No. 1 (2018).