Anda di halaman 1dari 39

AU T H O R N AG.

Gunawan,
ME Pantja Dharma Oetojo, Indra Andika Prananda, F. Silvester

Pemanfaatan
Batu Karang dan Pasir Laut
An InDesign template for untuk Bidang
books, eBooks, papers and Jalan
reports
Teknologi Jalan Ramah
Lingkungan

This template is designed by Otto Coster and provided to you by Smashing Magazine
PEMANFAATAN BATU KARANG DAN PASIR LAUT UNTUK BIDANG
JALAN TEKNOLOGI JALAN RAMAH LINGKUNGAN

Drs. G. Gunawan, M.Si., Ir. Pantja Dharma Oetojo, M.Eng. Sc.,


Indra Andika Prananda, Amd., F. Silvester, S.ST

Cetakan Ke-1 Desember 2011


© Pemegang Hak Cipta Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan

No. ISBN : 978-602-8256-43-8


Kode Kegiatan: : PPK 2-01-115-11
Kode Publikasi : IRE-TR-016/ST/2011
Kata kunci: batu karang, pasir laut, bahan lokal, teknologi jalan ramah lingkungan

Koordinator Penelitian
Ir. Pantja Dharma Oetojo, M.Eng.Sc.
PUSLITBANG JALAN DAN JEMBATAN

Ketua Program Penelitian


Drs. Gugun Gunawan, M.Si

Editor
Ir. Agus Bari Sailendra, MT.
.
Desain & Tata Letak
Andrian Roult, SE.

Diterbitkan oleh:
Kementerian Pekerjaan Umum
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan
Jl. A.H. Nasution No. 264 Ujungberung – Bandung 40294
Pemesanan melalui:
Perpustakaan Puslitbang Jalan dan Jembatan
info@pusjatan.pu.go.id

KEANGGOTAAN SUB TIM TEKNIS


BALAI TEKNIK LALU LINTAS & LINGKUNGAN JALAN
Ketua:
Ir. Agus Bari Sailendra, MT.

Sekretaris:
Ir. Nanny Kusminingrum

Anggota:
Ir. Gandhi Harahap, M.Eng.
Dr. Ir. IF Poernomosidhi, M.Sc.
Dr. Ir. Hikmat Iskandar, M.Sc.
Ir. Sri Hendarto, M.Sc.
Dr. Ir. Tri Basuki Juwono, M.Sc.

Nara Sumber:
Ir. Iyan Suwargana, MT.

Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut


i untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
© PUSJATAN 2011
Naskah ini disusun dengan sumber dana APBN Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2011, pada paket pekerjaan
Penyusunan Naskah Ilmiah Litbang Teknologi Jalan Perkotaan yang berwawasan lingkungan DIPA Puslitbang Jalan dan
Jembatan. Pandangan-pandangan yang disampaikan di dalam publikasi ini merupakan pandangan penulis dan tidak
selalu menggambarkan pandangan dan kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum maupun institusi pemerintah lainnya.
Penggunaan data dan informasi yang dimuat di dalam publikasi ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.

Kementerian Pekerjaan Umum mendorong percetakan dan memperbanyak informasi secara eklusif untuk perorangan
dan pemanfaatan nonkomersil dengan pemberitahuan yang memadai kepada Kementerian Pekerjaan Umum. Tulisan
ini dapat digunakan secara bebas sebagai bahan referensi, pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seijin
pemegang HAKI dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebut sumbernya.

Buku ini juga dibuat dalam versi e-book dan dapat diunduh dari website pusjatan.pu.go.id. Untuk keperluan pencetakan
bagi perorangan dan pemanfaatan non-komersial dapat dilakukan melalui pemberitahuan yang memadai kepada
Kementerian Pekerjaan Umum.

Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut


untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan ii
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN

Pusat Litbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan) adalah lembaga riset yang berada di bawah Badan Litbang Kementerian
Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Lembaga ini memiliki peranan yang sangat strategis di dalam mendukung tugas
dan fungsi Kementerian Pekerjaan Umum dalam menyelenggarakan jalan di Indonesia. Sebagai lembaga riset, Pusjatan
memiliki visi sebagai lembaga penelitian dan pengembangan yang terkemuka dan terpercaya, dalam menyediakan jasa
keahlian dan teknologi bidang jalan dan jembatan yang berkelanjutan, dan dengan misi sebagai berikut :

• Meneliti dan mengembangkan teknologi bidang jalan dan jembatan yang inovatif, aplikatif, dan berdaya saing;
• Memberikan pelayanan teknologi dalam rangka mewujudkan jalan dan jembatan yang handal; dan
• Menyebarluaskan dan mendorong penerapan hasil litbang bidang jalan dan jembatan.

Pusjatan memfokuskan dukungan kepada penyelenggara jalan di Indonesia, melalui penyelenggaraan litbang terapan
untuk menghasilkan inovasi teknologi bidang jalan dan jembatan yang bermuara pada standar, pedoman, dan manual.
Selain itu, Pusjatan mengemban misi untuk melakukan advis teknik, pendampingan teknologi, dan alih teknologi
yang memungkinkan infrastruktur Indonesia menggunakan teknologi yang tepat guna. Kemudian Pusjatan memilliki
fungsi untuk memastikan keberlanjutan keahlian, pengembangan inovasi, dan nilai-nilai baru dalam pengembangan
infrastruktur.

Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut


iii untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Pengantar

P
Puji syukur kami panjatkan kehadiaran Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunianya kepada kami sehingga kami berhasilmenyelesaikan Naskah ini yang
berjudul Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut P Sumba NTT untuk Konstruksi
Perkerasan Jalan yang Ramah Lingkungan.

Naskah ini berisikan tentang informasi dan pengertian tentang kajian lingkungan
pemanfaatan batu karang dan pasir laut di P SUMBA Nusa Tenggara Timur, yang meliputi
bahasan tentang kondisi lingkungan, geologi, potensi mineral dan pertambangan P
Sumba, uraian tentang Pasir Laut serta pemanfaatan batu karang dan pasir laut untuk
Bidang Infrastruktur Jalan dan Pengelolaan Lingkungan hidup Pemanfaatan Batu karang
dan Pasir Laut., diharapkan naskah ini dapat memberikan informasi kepada kita tentang
Pemanfaatan bahan lokal umumnya dari aspek lingkungan dan khususnya tentang
pemanfaatan batu karang dan pasir laut di P Sumba NTT untuk Bidang Jalan

Kami menyadari bahwa makalh ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan naskah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan naskah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut


untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan iv
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
v untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2. Isu Isu Terkait Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut 4

Bab II Kondisi Lingkungan dan Geologi di Pulau Sumba 5


1) Geologi Umum 6
2) Sejarah Geologi Pulau Sumba 7
3) Struktur Geologi 8

Bab III Potensi Sumber Daya Mineral Pulau Sumba 9

Bab IV Potensi Pertambangan NTT 13

Bab V Pasir Laut 17

Bab VI Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut Pulau Sumba 20


1) Gambaran umum Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut 20
2) Aplikasi Skala Penuh Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut 21
3) Kondisi Lingkungan Sumber Batu Karang, Pasir Laut dan Tanah Timbunan 23

Bab VII Kajian Lingkungan Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut untuk Bidang Jalan 25
1) Identifikasi Dampak Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut 25
2) Evaluasi Dampak (Hasil Kajian dokumen AMDAL) 27

Penutup 29

Lampiran 30

Daftar Istilah 33

1
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Peta Geologi Pulau Sumba 6
Gambar 2. Daerah Katewel-Tambolaka P. Sumba 7
Gambar 3. Batu Karang di Tambolaka P.Sumba 7
Gambar 4. Bukit Batu Kapur Lokasi Elopada Tambolaka P. Sumba 7
Gambar 5. Kondisi Lingkungan Sekitar Daerah Kadul-Tambolaka P. Sumba 7
Gambar 6. Penambangan Pasir Laut Di Pantai Sumba Barat 17
Gambar 7. Kondisi Lingkungan Ujicoba Skala Penuh Batu karang dan Pasir Laut Di Tambolaka 22
Gambar 8. Kondisi Jalan di depan rencana uji coba Di Tambolaka 23
Gambar 9. Tanah masyarakat yang mengandung batukarang 23
Gambar 10. Batu karang 23
Gambar 11. Batu Karang 23
Gambar 12. Material Tanah timbunan 23
Gambar 13. Material tanah timbunan 24
Gambar 14. Agregat Batu gamping 24
Gambar 15. Kondisi Pertambangan Pasir Laut 24
Gambar 16. Kondisi Pertambangan Pasir Laut 24
Gambar 17. Kondisi Pertambangan Pasir Laut 24
Gambar 18. Kondisi Pertambangan Pasir Laut 24
Gambar 19. Kondisi Pertambangan Pasir Laut 24
Gambar 20. AMP 24

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil eksplorasi bahan galian Golongan C di wilayah Nusa Tenggara Timur 14

Tabel 2 Perbandingan Karakteristik Batu Karang Nusa Penida dengan Standar Mutu Bina Marga 21

Tabel 3. Volume Pekerjaan 21

Tabel.4. Matriks Interaksi Komponen Lingkungan dengan Kegiatan Pemanfaatan Batu Karang dengan Pasir Laut
untuk Bid. Jalan 25

Tabel. 5. Identifikasi Dampak Pemanfaatan Batu Karang dengan Pasir Laut untuk Bid. Jalan 26

Tabel 6. Prakiraan Dampak Pemanfaatan Batu Karang dengan Pasir Laut untuk Bid. Jalan
(lokasi Kajian Tambolaka P Sumba) 27

2
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Pendahuluan

Chapter title

BAB I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi
Visi Departemen Pekerjaan Umum dalam manusia. Namun disisi lain pembangunan telah
penyediaan infrastruktur adalah tersedianya menyebabkan merosotnya kualitas hidup manusia
infrastruktur PU yang handal, bermanfaat dan itu sendiri.
berkelanjutan untuk mendukung terwujudnya Maka lahirlah kesadaran manusia akan konsep
Indonesia yang aman dan damai, adil dan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
demokratis serta lebih sejahtera. Dalam perannya lingkungan hidup yakni upaya sadar dan terencana,
infrastruktur PU mendukung pertumbuhan yang memadukan lingkungan hidup, termasuk
ekonomi nasional yang dimulai dari proses sumber daya, ke dalam proses pembangunan
produksi, pemasaran barang hasil produksi, untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan
sampai pada dukungan kepada masyarakat sebagai mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa
konsumen akhir. Infrastruktur Pekerjaan Umum depan.
sebagai bangunan fisik seperti jaringan jalan dan Dalam pelaksanaannya ada beberapa hambatan
jembatan, merupakan modal sosial masyarakat yang mengakibatkan pembangunan Infrastruktur
sebagai prasyarat pertumbuhan ekonomi. Jalan dan Jembatan berkelanjutan yang
Pelaksanaan pembangunan infrastruktur Jalan dan berwawasan lingkungan hidup belum sesuai
Jembatan selalu memiliki dua sisi yang berbeda di dengan harapan, diantaranya adalah:
satu sisi, pembangunan bertujuan memberikan • Tersedianya kebijakan dan peraturan lingkungan

3
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Pendahuluan

untuk mewujudkan pembangunan jalan yang pemerintah daerah juga tidak melalui analisis
berwawasan lingkungan belum sepenuhnya mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
dijalankan/diterapkan, sehingga perlu • Rokhmin ,( Ketua Tim Pengendalian dan
ditingkatkan pentaatan peraturan lingkungan Pengawasan Pengusahaan Pasir Laut (TP4L)
hidup bagi para pengelola dan pelaksana Jalan di awal masa tugas TP4L, 2002, para menteri
dan Jembatan melalui penerapan prinsip- hampir sepakat untuk menyetop ekspor pasir
prinsip Good Enviromental Governance laut ini. Mereka menyadari sangat besarnya
• Teknologi dan penggunaan material jalan dan potensi perusakan lingkungan oleh begitu
jembatan yang ramah lingkung masih belum banyak perusahaan penambangan. Dan
dikembangkan dan diterapkan secara optimal. pemerintah akan kesulitan dalam melakukan
Maka untuk mewujudkan infrastruktur jalan pengawasan. Tapi, para wakil provinsi dan
dan jembatan berkelanjutan yang berwawasan kabupaten menuduh aspirasi pemerintah
lingkungan ,telah dilakukan pengkajian pusat itu sebagai anti-daerah. Soalnya, sejak
pemanfaatan bahan lokal untuk perkerasan jalan. 1984, pemerintah pusat telah menikmati hasil
Pada beberapa daerah di Indonesia, sumber bahan (pajak) pasir laut Riau.
lokal (setempat) banyak tersedia, namun belum • Dampak negatif lain yang juga ditimbulkan dari
dimanfaatkan secara optimal karena mempunyai kegiatan penambangan pasir laut yang segera
mutu di bawah standar atau tidak baku digunakan terlihat adalah tenggelamnya pulau-pulau
dalam pembangunan prasaranan dan sarana kecil yang berada di propinsi yang terdiri dari
dasar pekerjaan umum (PSDPU), khususnya tiga ribuan pulau ini. Salah satu pulau kecil
untuk konstruksi perkerasan jalan dan jembatan, yang hampir tenggelam diantaranya adalah
contohnya agregat kuarsa yang berbentuk pasir Pulau Nipah, merupakan pulau kecil yang tidak
laut dan batu karang di daerah Sumba. berpenghuni tetapi sangat penting peranannya.
Persyaratan teknis untuk perkerasan aspal dalam karena pulau ini merupakan tanda dari batas
pemanfaatan agregat batu karang dan pasir laut kontinen negara kita dengan Singapura.
Pulau Sumba, sudah memenuhi spesifikasi teknis • Sementara itu “Sesuai ketentuan peraturan
yang diijinkan, dan pada tahun 2011 dilakukan lingkungan yang berlaku, batu karang sebagai
skala penuh lapangan di Tambolaka P. Sumba. salah satu biota laut tidak boleh dirusak, karena
Agar dalam aplikasi pemanfaatan Batu karang bisa mengancam kelestarian lingkungan laut,”
dan pasir laut di Pulau Sumba susai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
perundang undangan dan peraturan yang berlaku No.38/MEN/2004 Tentang Pedoman Umum
(UU 32 tahun 2009, tertang perlindungan dan Pengelolaan Terumbu Karang.
pengelolaan lingkungan hidup), maka dalam naska • Hasil penelitian menunjukkan bahwa batu
ini disampaikan kajian lingkungan pemanfaatan karang (Pulau Timor) memenuhi spesifikasi
batu karang dan pasir laut yang meliputi bahasan agregat kasar yang ditetapkan SK SNI, ASTM,
tentang kondisi lingkungan, geologi, potensi dan BS kecuali berat volume, dan gradasi
mineral dan pertambangan P Sumba, uraian agregat perlu diperbaiki.
tentang Pasir Laut serta pemanfaatan batu karang
dan pasir laut untuk Bidang Infrastruktur Jalan dan
Pengelolaan Lingkungan hidup Pemanfaatan Batu
karang dan Pasir Laut.

1.2. Isu Isu Terkait Pemanfaatan Batu


Karang dan Pasir Laut
• Penambangan Pasir Laut Di Kabupaten Karimun
dan Kabupaten Kepulauan Riau, laut sudah
seperti kompleks perumahan, yang digunakan
untuk penambangan pasir laut. Jumlah kaveling
yang dibagikan sudah mencapai 147 buah.
Menurut Menteri Lingkungan Hidup Nabiel
Makarim, pemberian kaveling-kaveling oleh

4
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Kondisi Lingkungan dan Geologi di Pulau Sumba

BAB II

Kondisi Lingkungan dan


Geologi di Pulau Sumba
PULAU SUMBA yang termasuk deretan pulau di pandawai, Tabudung, Paberiwai, Rindi-Umalulu,
Nusa Tenggara Timur, di utara dibatasi oleh selat dan Pahungaludu Sedangkan Kabupaten Sumba
Sumba, di Timur oleh Laut Sawu, dan diselatan Barat yang beribukota di Waikabubak terletak di
serta barat oleh samudera hindia. Secara geografis antara garis-garis koordinat 118o 55’ 41” – 119o
daerah Kabupaten Sumba Timur yang beribukota 56’ 02” Bujur Timur dan 9o 20’ 25” – 9o 50’ 15”
di Waingapu terletak diantara garis-garis koordinat Lintang Selatan, dengan luas daratan sekitar
119o 40’ 24” – 120o 49’ 29” Bujur Timur dan 9o 16’ 4.200 kilometer persegi beribukota Waikabubak,
57” – 10o 20’ 28” Lintang Selatan, dengan luas meliputi Kecamatan Kodi, Laratama, Waijewa Bara,
daratan sekitar 6.831 kilometer persegi. beribukota Waijewa Timur, Lauli, Wanokaka dan Katikutana.
kabupaten Waingapu meliputi kecamatan Lewa,

5
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Kondisi Lingkungan dan Geologi di Pulau Sumba

Gambar 1 Peta Geologi Pulau Sumba

Pulau Sumba yang beriklim kering, sebagaian 1) Geologi Umum


daeranya berupa padang rumput dan alang alang; Daerah ini tercakup ke dalam Peta Geologi Lembar
hanya 40% dari luas pulau berupa hutan, yang Waingapu dan Waikabubak berskala 1 : 250.000
dijumpai di Peg. Tanadaro dan beberapa tempat dari Puslitbang Geologi (oleh A.C. Effendi dan T.
lainnya. Tumbuhan yang terdapat di daerah ini Apandi, 1994). Pulau Sumba mempunyai bentuk
antara lain jenis plm, pinang, pohon nyiur, bamboo, lonjong yang memanjang dengan arah barat laut
jati, dadap, jagung, ketela pohon, tembakau, – tenggara. Di wilayah pulau ini dapat dikenali
kopi, kentang dan padi. Hewan liar yang dijumpai 4 (empat) macam satuan morfologi (bentang
diantaranya rusa dan babi hutan. alam) yang berbeda, yaitu bentang alam pesisir
Musim kemarau dan hujan memperngaruhi daerah berundak, daerah perbukitan, daerah karst, dan
ini. Pada musim kemarau, antara Mei dan oktober daerah pegunungan.
sangat kering sehingga air sangar sulit. Musim Bentang alam pesisir berundak, dicirikan
hujan berlangsung anatar September dan Maret. terdapatnya undak sungai dengan junlah 10 – 14
Cuarah hujan tahunan rata-rata 768 mm – 2515 undak dengan beda tinggi antar jarak sejauh 25
mm. penduduk Pulau Sumba masih sangat jarang. – 30 kilometer. Bentang alam ini tersebar mulai
Kepadatannya rata-rata 23 orang/Km2 (Th. 2010). dari daerah Waitabula di bagian barat, menerus
Yang padat penduduknya adalah ibukota kabupaten sepanjang pantai utara hingga daerah Baing di
dan ibukota kecamatan. Kebanyakan orang Sumba bagian tenggara pulau. Batuan penyusun bentang
beragama Ktholik dan Protestan; sebagian kecil alam ini adalah batugamping koral.
Islam. Selain itu penganut animism masih dijumpai. Bentang alam perbukitan, dicirikan dengan
Daerah ini dapat dicapai lewat udara dari Kupang terdapatnya sebaran bukit-bukit bergelombang
dan Denpasar. Jalan darat menghubungkan kedua dengan puncak-puncak bukit mempunyai
ibukota kabupaten, demikian pula ada yang ketinggian yang relatif sama dengan kemiringan
menuju ibu-kota kecamatan. Daerah pedalaman lereng yang landai, lembah tidak dalam dan sungai-
umumnya dapat dicapai dengan jalan setapak; sungai yang ada umumnya membentuk pola
kuda merupakan sarana pengangkutan utama. mendaun (dendritic). Sebaran bentang alam ini

6
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Kondisi Lingkungan dan Geologi di Pulau Sumba

terdapat di sekitar Danau Rinding hingga Waingapu.


Bentang alam karst, dicirikan sering dijumpai sungai
bawah tanah, dolina dan gua-gua, ketinggian antara
450 meter hingga 750 meter di atas permukaan
laut. Sungai-sungai yang ada membentuk pola
hampir sejajar (parallel). Sebaran bentang alam ini
terdapat di bagian tengah pulau. Batuan penyusun
bentang alam ini adalah batugamping dari Formasi
Waikabubak.
Bentang alam pegunungan, dicirikan dengan
ketinggian antara 800 hingga 1200 meter dari
permukaan laut. Sebaran bentang alam ini terdapat
di bagian selatan pulau, meliputi Pegunungan
Masu dengan puncaknya G. Wanggameti (1.225
m), G. Kapunduk (1.040m). Sungai-sungai yang ada Gambar 4. Bukit Batu Kapur Lokasi Elopada Tambolaka
membentuk pola memencar (“radier”). Batuan P. Sumba
penyusun bentang alam ini terdiri dari batuan
gunungapi, batuan beku, dan batuan sedimen.

Gambar 2. Daerah Katewel-Tambolaka P. Sumba

Gambar 5. Kondisi Lingkungan Sekitar Daerah Kadul-


Tambolaka P. Sumba

2) Sejarah Geologi Pulau Sumba


Perkembangan tektonik daerah ini sangat erat
kaitannya dengan sejarah pengendapan batuannya.
Geologi Pulau Sumba sangat berbeda dengan
kawasan disekitarnya. Dengan demikian sejarah
geologi dan perkembangan tektonik pulau ini
sangat berbeda dengan kawasan sekitarnya.
Keadaan geologi pulau ini pada masa sebelum
Kapur tidak diketahui, tampaknya pulau ini secara
geologi berasal dari sekitar lereng atas palung yang
terbentuk sebagai akibat menunjamnya lempeng
samudra dibawah pinggiran Benua Eurasia.
Pada akhir Kapur atau lebih tua tampaknya di
daerah ini merupakan lereng bagian atas dari
palung , dimana diendapkan Formasi Praikajelu
dalam lingkungan kipas laut dalam. Bersamaan
Gambar 3. Batu Karang di Tambolaka P.Sumba dengan pengendapan sedimen ini terjadi pula

7
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Kondisi Lingkungan dan Geologi di Pulau Sumba

leleran batuan gunungapi yang menghasilkan Pergerakan tektonik yang dimulai sejak Awal
Formasi Masu dan diikuti terobosan granit, Kuarter hingga sekarang diperlihatkan oleh
granodiorit dan sienit terjadi pada Kala Paleosen. pembentukan undak-undak batugamping terumbu
Perkembangan selanjutnya, pada kala Eosen (Formasi Kaliangga). Hal ini menunjukkan bahwa
batuan karbonat (Formasi Watopata) dan batuan daerah ini masih terus mengalami pengangkatan.
“flysch” (Formasi Tanahroong) terendapkan.
Zaman Paleogen di daerah ini diakhiri dengan 3) Struktur Geologi
terendapkannya batugamping susut laut (Formasi Secara tektonik lempeng Pulau Sumba merupakan
Paumbapa). tubuh yang unik karena tidak menampakkan
Pada permulaan Neogen kegiatan gunungapi produk penunjaman antar lempeng seperti pada
kembali terjadi yang menghasilkan breksi dan lava pulau-pulau lain di sekitarnya. Posisi Pulau Sumba
bersusun andesit (Formasi Jawila). Pada Miosen terletak diantara Busur Gunungapi Sunda dan
Bawah Formasi Pamalar terendapkan dalam Busur Banda.
lingkungan laut dangkal. Di bagian lain yang lebih Struktur yang dijumpai di Pulau Sumba adalah
dalam terendapka batulempung. Penurunan yang berupa lipatan kecil dan sesar. Sesar yang dijumpai
sudah dimulai pada Niosen Awal terus berlangsung berupa sesar normal berarah barat – timur dan
hingga Akhir Tersier. Di bagian barat pada Kala ini baratlaut – tenggara, memotong batuan Pra Tersier
terendapkan batuan klastika halus mengandung dan Tersier, umumnya berkembang di bagian
abu gunungapi (Formasi Kananggar). selatan pulau.

8
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Potensi Sumber Daya Mineral Pulau Sumba

BAB III

Potensi Sumber Daya


Mineral Pulau Sumba
Batuan yang mempunyai arti ekonomi sebagai Batulempung dari satuan batupasir dan serpih yang
bahan baku untuk keperluan bahan bagnunan ditemukan di sebelah barat kampong Omatena oleh
adalah batugamping, batulempung dan batuan penduduk setempat dipergunakan untuk membuat
beku. Selain untuk bahan bangunan, di daerah alat-alat rumah tangga yaitu berupa periuk, kendi,
sekitar G. Masu dan sekitar Malahonan ditemukan cawan dan sebagainya. Disarankan penelitian lebih
gejala pemineralan pada batuan andesit dan basal lanjut pada mutu lempung tersebut supaya dapat
yang berumur Paleosen, yang ditandai adanya pirit juga dimanfaatkan untuk membuat batubata dan
dan mineral sulfide lainnya. genting.
Batugamping hanpir terdapat di mana-mana Batuan beku terutama yang berasal dari batuan
di Pulau Sumba, sehingga dengan mengadakan terobosan dan lava segar; dapat dipergunakan
penelitian lebih seksama akan mutunya, dapat untuk bahan bangunan
diharapkan untuk membangun pembakaran kapur; 1) Batugamping.
yang sangat dibutuhkan pada saat ini sebagai Batugamping di tersebar luas di kedua wilayah
bahan bangunan. kabupaten ini dengan potensi ditaksir sebesar :

9
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Potensi Sumber Daya Mineral Pulau Sumba

• Daerah Mamboro dan sekitarnya, Kabupaten – 55%) untuk beberapa conto batugamping di
Sumba Barat, sumber daya hipotetik : daerah Mamboro (Sumba Barat) dan Haharu
3.000.000.000 ton. Hasil analisa kimia (Kabupaten Sumba Timur), mengindikasikan
terhadap beberapa conto batugamping dari endapan batugamping ini cocok untuk dijadikan
daerah Kecamatan Mamboro memperlihatkan sebagai bahan baku pembuatan semen portland
kandungan CaO antara 55,19 – 55,40 %, SiO2 ataupun kapur tohor.
0,22 – 0,91 %, Al2O3 0,03 – 0, 15%, Fe2O3 0,03 2) Pasir Besi.
– 0,09%, MgO 0,53 – 0,97 %. Sedangkan untuk Endapan pasir besi juga terdapat di kedua
contoh batugamping dari daerah Ngadu Mbolu kabupaten, dengan potensi masing- masing adalah
hasil analisis kimianya adalah CaO 53,75%, sebagai berikut :
SiO2 1,50%, Al2O3 0,25%, Fe2O3 0,24%, dan - Daerah Mamboro, Kabupaten Sumba Barat, sumber
MgO 0,50%. Untuk daerah Wewewa Barat, daya tereka : 50.000 ton. Hasil analisis butir dan
hasil analisis kimianya adalah CaO 55,29%, kandungan mineral untuk dua conto pasir besi di
SiO2 0,63%, Al2O3 0,05%, Fe2O3 0,06%, dan daerah ini memberikan angka prosentase terbesar
MgO 0,55%. (60- 69%) untuk fraksi ukuran (-1/4 +1/8)mm dan
• Daerah Katikutana dan sekitarnya, Kabupaten 31-39,25% untuk fraksi (-1/2 +1/4)mm. Komposisi
Sumba Barat, sumber daya hipotetik : mineral secara umum terdiri dari magnetit (58,7-
3.375.000.000 ton. 64,7%), ilmenite 10,3- 12,9%, piroksen 11,7%, dan
• Daerah Haharu dan sekitarnya, Kabupaten kuarsa 13,0-13,9%.
Sumba Timur, sumber daya hipotetik : • Daerah Umalulu, Kabupaten Sumba Timur,
4.500.000.000 ton. Hasil analisis kimia sumber daya tereka : 50.000 ton. Hasil analisis
terhadap beberapa conto batugamping butir memperlihatkan prosentase fraksi (-1/4
dari daerah Haharu ini memberikan angka +1/8) mm sebesar 75%, dan fraksi (-1/2 +1/4)
kandungan CaO antara 48,11 - 55,24 %, SiO2 mm sebesar 24,5%. Komposisi mineral terdiri
antara 0,24 – 11,37 %, Al2O3 0,50 – 1,71 %, dari magnetit sebesar 51,65%, ilmenit 16,0%,
Fe2O3 0, 07 – 1,49 %, MgO 0,10 – 1,75 %. piroksen 25,8%, dan kuarsa 6,55%. Endapan
pasir besi dapat digunakan sebagai bijih
Bahan galian batugamping mempunyai banyak untuk menghasilkan logam besi. Besi sendiri
sekali kegunaan baik sebagai bahan baku industri digunakan untuk berbagai tujuan terutama
maupun sebagai bahan bangunan. Di bidang dalam bidang metalurgi, selain juga sebagai
industri, batugamping digunakan antara lain bahan baku imbuhan dalam industry semen.
sebagai bahan baku pembuatan kalsium karbonat Dengan tingginya permintaan dunia akan logam
dan kapur tohor. Sedangkan dalam bidang bahan besi belakangan ini menjadikan endapan pasir
bangunan, batugamping digunakan sebagai bahan besi di Pulau Sumba ini mempunyai prospek
baku utama pembuatan semen portland ataupun yang cukup baik untuk dikembangkan lebih
klinker. Selain itu sebagian batugamping ini lanjut. Endapan pasir besi ini cocok digunakan
terutama batugamping tufaan dapat juga dibentuk sebagai bahan baku imbuhan dalam industry
menjadi balok-balok berbagai ukuran yang dapat semen karena kandungan mineral magnetitnya
digunakan sebagai pengganti batu bata ataupun yang cukup tinggi (antara 51,65 – 64,57%).
untuk pondasi bangunan. 3) Batuhias.
Sebagian endapan batugamping ini, terutama Potensi batuhias di kedua wilayah kabupaten ini
batugamping tufaan yang bersifat padu di adalah sebagai berikut :
daerah Lewa (Kabupaten Sumba Timur) dan • Daerah Lamboya, Kabupaten Sumba Barat,
daerah Katikutana (Kabupaten Sumba Barat) dan sumber daya tereka: 25.000 ton.
telah diusahakan oleh penduduk setempat untuk • Daerah Karera, Kabupaten Sumba Timur, dan
menghasilkan batu balok untuk bahan bangunan sumber daya tereka : 50.000 ton.
sebagai pengganti batu bata. Di beberapa tempat Yang dimaksud dengan batuhias disini adalah
batugamping ini juga dibentuk menjadi seperti bongkah batu di pantai berbagai ukuran dan
meja untuk keperluan adat setempat berupa batu berbagai warna yang berbentuk membundar dan
penutup kuburan. pipih serta mempunyai permukaan yang halus.
Kandungan CaO yang cukup tinggi (antara 50 Penggunaan batuhias ini antara lain adalah sebagai

10
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Potensi Sumber Daya Mineral Pulau Sumba

batu hiasan / ornamen di taman-taman. Endapan • Daerah Kananggar, Kabupaten Sumba Timur,
batuhias ini sudah diusahakan dalam skala kecil sumber daya hipotetik : 150.000 ton.
oleh penduduk setempat untuk memenuhi • Daerah Karera, Kabupaten Sumba Timur,
permintaan dari luar pulau. Di desa Ringorara, sumber daya tereka : 2.250.000 ton.
Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat Sirtu mempunyai banyak kegunaan dalam bidang
sudah diusahakan pengumpulan dan pengemasan bangunan baik sebagai penguruk badan jalan,
batuhias oleh masyarakat setempat. ataupun penggunaan untuk pasir plester dan pasir
4) Oker. pasang. Di Pulau Sumba ini, sirtu terdapat dalam
Endapan oker terdapat di kedua wilayah kabupaten bentuk sirtu sungai, sirtu darat, dan pasir pantai.
ini dengan potensi masing-masing sebagai berikut : 7) Batusabak.
- Daerah Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, Batusabak hanya terdapat di daerah Katikutana,
sumber daya hipotetik : 25.000.000 ton. Hasil Kabupaten Sumba Barat dengan sumber daya
analisis kimia terhadap dua conto oker dari daerah hipotetik sebesar 25.000.000 ton. Berdasarkan
ini memberikan angka kandungan Fe2O3 antara analisis petrografis, di dalam sayatan tipis batuan
9,59% - 13,39%, SiO2 38,7 – 52,0%, dan Al2O3 menunjukkan tekstur klastik, berbutir sangat halus
22,27-29,93%. Sedangkan hasil analisis XRay – halus, memperlihatkan perlapisan. Komposisi
memperlihatkan komposisi mineralnya terdiri dari mineral terdiri dari kuarsa, plagioklas, muskovit,
kuarsa, hematit, dan montmorilonit. dan kalsit.
• Daerah Katikutana, Kabupaten Sumba Barat, Batusabak dapat digunakan sebagai bahan
sumber daya hipotetik : 2.500.000 ton. bangunan sebagai batu tempel atau pengganti
• Daerah Kananggar, Kabupaten Sumba Timur, genteng di gedung-gedung. Selain itu juga dapat
sumber daya hipotetik : 1.250.000 ton. Hasil digunakan sebagai batu pondasi. Di masa lalu,
analisis kimia memberikan angka kandungan batusabak digunakan sebagai bahan batu tulis.
Fe2O3 sebesar 10,5%, SiO2 46,20%, dan Al2O3 8) Kuarsit.
24,58%. Endapan kuarsit terdapat di daerah Haharu,
Endapan oker di daerah ini berdasarkan hasil Kabupaten Sumba Timur dengan sumber daya
analisis kimia mempunyai kandungan Fe2O3 yang tereka sebesar 250.000 ton. Hasil analisis
cukup tinggi (di atas 9%) sehingga dapat digunakan petrografis menunjukkan tekstur equigranular,
sebagai bahan baku pembuatan cat dasar atau berbutir sangat halus. Komposisi mineral terdiri
meni. dari kuarsa dan kalsedon. Hasil analisis kimia
5) Andesit. menunjukkan kandungan SiO2 sebesar 56,10%,
Andesit terdapat di daerah Lamboya, Kabupaten Al2O3 12,28%, Fe2O3 5,45%, dan CaO 16,37%.
Sumba Barat dengan sumber daya hipotetik sebesar Kuarsit yang mempunyai sifat sangat keras secara
2.500.000 ton. Dari hasil analisis petrografis umum dapat digunakan dalam berbagai bidang
terhadap sayatan tipis conto batuan andesite ini industri ataupun sebagai bahan baku batu poles
memperlihatkan tekstur porfiritik, berbutir sangat untuk batuhias. Mengingat keterdapatannya yang
halus – sedang, bentuk butir anhedral – subhedral, hanya sedikit, pengembangan dapat diarahkan
memperlihatkan struktur aliran, serta terdapatnya untuk kerajinan rakyat.
pengisian oleh mineral klorit, zeolit, dan karbonat. 9) Napal.
Andesit adalah sejenis batuan hasil pembekuan Endapan napal tersebar cukup luas di daerah
magma yang mempunyai sifat sangat keras Umalulu, Kabupaten Sumba Timur, dengan sumber
dibandingkan dengan batuan jenis lainnya. Andesit daya hipotetik sebesar 125.000.000 ton.
ini dapat digunakan sebagai bahan bangunan, baik Napal merupakan sejenis batuan sedimen
sebagai pondasi untuk rumah atau jalan maupun berbutir halus dengan kandungan karbonat cukup
sebagai batu pecah (split) untuk campuran beton tinggi. Dalam beberapa kasus batuan napal ini
atau aspal. dapat digunakan sebagai pengganti (substitusi)
6) Sirtu. batugamping dalam industry semen.
Endapan sirtu (pasir dan batu) terdapat di daerah- 10) Lempung.
daerah : Endapan lempung terdapat di daerah Desa
• Daerah Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, Padiratana dan Mbulur Pangadu, Kecamatan Umbu
sumber daya tereka : 5.000.000 ton. Ratu Nggai dengan sumber daya hipotetik sebesar

11
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Potensi Sumber Daya Mineral Pulau Sumba

2.500.000 ton. Berdasarkan hasil analisis kimia, 13) Granit / Granodiorit.


kandungan SiO2 66,5%, Al2O3 13,45%, Fe2O3 Endapan granit terdapat di beberapa daerah di
2,32%, CaO 2,67%, Na2O 1,81%, K2O 2,89%, dan Kabupaten Sumba Timur dengan perincian sebagai
hilang bakar 8,72%. Komposisi mineral menurut berikut :
hasil analisis X-Ray adalah terdiri dari mineral - Desa Tawui, Kecamatan Karera, sumber daya
kuarsa dan montmorillonit. tereka : 119.375 ton,
Sedangkan di Kabupaten Sumba Timur, endapan - Desa Lailunggi, Kecamatan Karera, sumber daya
lempung terdapat di daerah desa Ngaru Kanuru, tereka : 686.250.000 ton,
Kecamatan Umalulu, dengan sumber daya - Desa Rakawatu, Kecamatan Lewa, sumber daya
hipotetik sebesar 2.500.000 ton. tereka : 862.500.000 ton,
Lempung mempunyai banyak kegunaan terutama - Desa Haray, Kecamatan Pahunga Lodu, sumber
dalam bidang keramik, antara lain sebagai bahan daya tereka : 500.000.000 ton,
baku pembuatan gerabah halus maupun gerabah - Desa Wahang, Kecamatan Pinu Pahar, sumber
kasar. Dalam bidang bahan bangunan lempung daya tereka : 662.500.000 ton.
digunakan sebagai bahan baku pembuatan bata 14) Timbal.
merah atau genteng. Endapan bijih timbal terdapat berupa indikasi di
11) Kayu Terkersikkan. desa Lai Bunggi, Kecamatan Karera, Kabupaten
Kayu terkersikkan terdapat berupa indikasi Sumba Barat. Sumber daya belum diketahui.
di daerah desa Welibo, Kecamatan Lamboya, 15) Diorit.
Kabupaten Sumba Barat. Sumber daya belum Diorit terdapat di desa Welibo, Kecamatan
diketahui. Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, dengan sumber
12) Basal. daya hipotetik sebesar 6.600.000.000 ton.
Endapan basal terdapat di daerah desa 16) Kalsit.
Tawui, Kecamatan Karera, Kabupaten Sumba Kalsit terdapat berupa indikasi di desa Bondotera,
Timur, dengan sumber daya hipotetik sebesar Kecamatan Tana Righu, dan desa Waesuma,
1.600.000.000 ton. Kecamatan Katikutana, Kabupaten Sumba Barat.
Sumber daya belum diketahui

12
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Potensi Pertambangan NTT

BAB IV

Potensi Pertambangan
NTT
Sebagai daerah kepulauan yang beriklim tropis , bahan galian golongan A dan B pun banyak tersebar
Propinsi Nusa tenggara Timur tidak saja berpotensi diantara 566 buah pulau. Selain bahan galian
investasi di bidang tanaman pangan, perkebunan, vital (emas, tembaga, mangan, besi, timbal, pasir
peternakan, perikanan terpadu, pariwisata, besi, belerang) dan bahan galian strategis (batu
perindustrian dan perdagangan tetapi sektor bara, timah, nekel), migaspun merupakan potensi
pertambanganpun memiliki prospek yang bagus, mineral yang saat ini oleh pemerintah sedang
bila sektor ini mampu diolah dan dikembangkan diupayakan untuk dieksploitasi diantaranya yang
secara optimal dan professional oleh pemerintah disebut Rote I dan Rote II di Kabupaten Rote Ndao
dan dunia usaha secara bergandengan tangan. (4 jam pelayaran dengan KM atau 20 menit dengan
Hasil eksplorasi umum oleh beberapa kuasa penerbangan MNA)
pertambangan membuktikan bahwa secara Hasil eksplorasi bahan galian Golongan C di wilayah
geologi Propinsi Nusa Tenggara Timur tidak saja Nusa Tenggara Timur, terdapat 9 (sembilan) bahan
memiliki potensi bahan galian golongan Ctetapi galian yang diunggulkan, yaitu :

13
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Potensi Pertambangan NTT

Tabel 1 Hasil eksplorasi bahan galian Golongan C di wilayah Nusa Tenggara Timur

Cadangan /
Komoditi Uraian Manfaat Lokasi/ Kabupaten
Deposit (M3)

Alor 13.520.000

Batuan intermediat yang Lembata 307.020.000


berasal hasil proses Sebagai bahan
pendinginan magma dan matereial untuk Flores Timur 6.562.500
Andesit permukaan bumi atau yang pembuatan jalan /
merupakan hasil produk jembatan atau lain Sikka 7.800.000
gunung api seperti lava atau sebagainya
Ende 46.784.400
aglomerat
Ngada 73.735.000

Sebagai bahan baku Alor 21.360.000


Barang material yang pembuatan amplas
dihasilkan gunung api efusif untuk logam, montar Lembata 24.425.000
yang kaya akan silica atau dan beton, batu
Batu Apung Sikka 241.000
buih kaca alm (rock froth) ringan, bahan tahan
berwarna abu-abu terang api, filter, bahan Ende 7.500
hingga putih cat, pasta gigi dan
lain-lain Ngada 11.250
Kupang 10.359.750
Batuan sedimen zeolith
berwarna hijau pucat hingga TTS 5.967.360
coklat pucat dengan bentuk
Batu Hias/ Batu Alor 26.000.000
butir membulat tanggung Ornament dan taman
Warna
yang diendapkan di daerah
Ende 270.000
pantai sebagai proses abrasi
dan transportasi
Sumba Timur 12.500

Merupakan mineral yang


terbentuk secara alamiah TTU 148.750
Bahan perhiasan dan
Batu Setengah dan jarang ditemukan.
kebutuhan rumah
Permata Sifatnya keras, indah,
tangga
transparan dan tahan Belu -
terhadap reaksi kimia

Bebatuan padat terobosan Ende 83.475.000


yang terjadi melalui proses
pembekuan magma di
Bahan baku Ngada 360.000
permukaan bumi dengan
pembuatan tegel,
Granit temperatur yang stabil.
batu hias dan lain-
Bersifat asam, berbutir kasar
lain
hinggga sedang, bewarna
Sumba Timur 343.227.666
terang keabuan, kecoklatan
dan kemerahan

14
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Potensi Pertambangan NTT

Batuan padat keras Kupang 1.041.524.000


dan kristalin, berwana
putih, merah (teroksidasi TTS 29.000.000
oleh Fe), berwarna
Sebagai bahan TTU 39.800.000
hijau (mengandung
Marmer bangunan (dinding,
sepantin), berwarna hitam Belu 25.800.000
lantai dan ornamen)
(mengandung karbon) yang
merupakan hasil proses Ngada 14.900.000
peralihan dari batu gamping
/ dolomit Manggarai 1.896.393.126

Benda material yang Kupang 11.214.800


terjadi dari akibat proses Bahan campuran
evaporasi (penguapan air semen Portland, TTU 1.708.300
Gypsum laut), berwarna putih bening bahan pembuatan
Alor 1.179.125
dengan sdikit pengotoran, patung, cat gelas dan
kuning, abu-abu, merah dan porselen
jingga Flores Timur 182.850

Kupang 232.636.950
TTS 19.245.000
TTU 1.469.250

Flores Timur 19.066.500


Portland, industri
Pelapukan batuan Sikka 700.000
Tanah Liat keramik dan batu
asalnya(residual clay)
tahan api
Ngada 3.470.625

Manggarai 290.611.667

Sumba Barat 58.767.708

Sumba Timur 4.238.608.698

Kabupaten Kupang 3.575.260.000


TTS 41.233
TTU 186.982.000
Belu 2.279.400.000

Sebagai bahan baku Alor 319.605.000


Bebatuan fospat yang
utama pembuatan Lembata 262.380.000
sebagian besar tersusun oleh
Batu Gamping semen Portland,
mineral kalsium karbonat
industri kermik, obat- Flores Timur 7.470.000
(CaCo)
obatan dan lain-laian
Sikka 54.690.000
Ende 7.698.000
Ngada 37.000.000
Manggarai 5.558.771.299
Sumba Barat 4.708.606.782.
Sumba Timur 3.704.907.916

15
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Potensi Pertambangan NTT

Disamping bahan galian Golongan C, terdapat Timor Tengah Selatan, Lembata, Sikka, Ngada,
bahan galian Golongan A dan B,namun belum Manggarai Barat, Sumba Barat dan Sumba Timur;
dilakukan penelitian kandungan depositnya, baru - Tembaga, terdapat di Kabupaten Timor Tengah
sebatas identifikasi lokasi keberadaannya. Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Alor, Lembata
Bahan Galian Golongan A : dan Ende;
- Nikel, terdapat di Kabupaten Kupang, Timor - Mangan, terdapat di Kabupaten Kupang,
Tengah Utara dan Belu; Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan
- Batu Bara, terdapat di Kabupaten Ngada; Manggarai;
- Timah, terdapat di Kabupaten Ngada dan - Timbal, terdapat di Kabupaten Alor, Lembata dan
Manggarai. Sumba Timur;
Bahan Galian Golongan B : - Besi, terdapat di Kabupaten Lembata, Sikka, Ende,
- Emas, terdapat di Kabupaten Timor Tengah Utara, Ngada dan Sumba Barat.

16
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Pasir Laut

BAB V

Pasir Laut
Pasir laut menurut geologi adalah semua materi dalam keputusan menteri, yakni materi galian
seukuran pasir dan mengalami proses transportasi, pasir yang berada di perairan Indonesia dan tidak
lalu terendap dalam sedimen didasar lautan. mengandung mineral golongan A dan golongan B.
Sedangkan menurut pemerintah yang tertuang

Gambar 6. Penambangan Pasir Laut Di Pantai Sumba Barat

17
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Pasir Laut

Pasir pantai terdiri dari butiran – butiran batu dan rahang yang berkembang baik, gigi yang kuat, dan
cangkang dengan warna sangat terantung dari faring yang kasar untuk menghancurkan material
asalnya yang dapat diklasifikasi ke dalam 3 tipe yang ditelan menjadi partikel – partikel berukuran
utama, yaitu : pasir.

a. Pasir mineral, terdiri dari butiran mineral dan/ Bioerosi karang keras oleh ikan Kakatua
atau pecahan batu. Tipe pantai ini banyak menghasilkan material pasir yang dapat mencapai
dijumpai pada lokasi dengan gelombang besar, 1.017,7 ± 186,3 kg/tahun (0,41 ± 0,07 m³/tahun)
yang membatasi pertumbuhan terumbu karang untuk jenis Chlorurus gibbus(Bellwood, 1995
di dekatnya. Komponen umum penyusun pasir dalam http://en.wikipedia.org/). Ikan Kakatua ini
ini adalah butiran kuarsa yang sangat umum memakan alga yang terdapat pada polip karang
dijumpai dan sangat tahan terhadap cuaca; (coral), sehingga kerangka karang yang terbuat
butiran feldspar yang berwarna pink, coklat dari kapur (calcium carbonate) yang ikut tertelan
muda sampai kuning; butiran magnetite oleh ikan Kakatua ini akan dikeluarkan menjadi
yang berwarna hitam dan bermagnet; dan pasir tersebut. Selain ikan Kakatua, pasir pantai
butiran hornblende yang berwarna hitam dan yang berasal dari terumbu karang juga dihasilkan
berbentuk seperti prisma. oleh alga, fungi, bakteri pengebor, sponge, bivalvia,
b. Pasir biogenik, terdiri dari coral, alga merah, polichaeta, dan barnakel yang mengasilkan
skeleton crustacean, dan cangkang kerang. sedimen sangat halus dengan diameter 10 – 100
Pantai tipe ini banyak dijumpai di kawasan micrometer. Apabila coral yang dimakan oleh
Taman Nasional Komodo oleh karena banyak ikan Kakatua atau organism yang lain adalah
terdapat terumbu karang di kawasan ini yang Karang Merah (Tubipora musica), maka pasir yang
secara signifikan merupakan sumber partikel dihasilkan juga akan menjadi merah seperti yang
pasir pantai. Komponen yang biasanya dapat dijumpai di Pantai Merah (Pulau Komodo),
dijumpai pada pasir ini adalah coral yang dapat Loh Kerbau dan Tambora (Pulau Rinca), dan pantai-
diidentifikasi dari banyaknya lubang berbentuk pantai di Pulau Padar.
bulat; pecahan cangkang yang dapat berasal
dari kima, remis, dan kerang dengan warna Mineral ikutan yang dihasilkan memiliki harga
yang bervariasi; dan duri bulu babi yang tinggi dalam perdagangan dunia. Beberapa jenis
berbentuk batang atau pipa dengan warna mineral yang diperdagangkan diantaranya: Zirkon,
yang bervariasi pula. Lekosen, limenit, Rutil dan Monasit.
c. Pasir campuran mineral dan biogenik. Dalam endapan pasir di laut banyak terdapat
jenis mineral berat, sepert kuarsa, feldspar, dan
Terbentuknya Pasir Pantai : Terumbu karang bromoform. Serta terdapat pula mineral ikutan
dengan kondisi yang bagus mempunyai kontribusi atau gangue minerals. Beberapa unsure logam.
yang signifikan terhadap terbentuknya pasir Seperti bijih besi bijih timah merupakan sasaran
pantai yang putih bersih hingga kemerahan pertambangan pasir di laut.
seperti yang terlihat di Pantai Merah, Pulau Zircon nermanfaat dalam perindustrian teknologi
Komodo. Pembentukan pasir pantai yang berasal tingkat tinggi sebagai bahan tahan panas dalam
dari terumbu karang banyak dilakukan oleh ikan produksi baja, atau stellworks refractories. Bahan
kakatua (parrotfishes) yang umumnya mempunyai tahan panas untuk proses pembuatan kaca, atau
panjang 30 – 50 cm, namun ada pula yang mampu glasswork refractories. Serta menjadi pewarna dan
mencapai panjang 1,3 m. Ikan kakatua yang banyak pelapis industry keramik. Zircon dimanfaatkan pula
dijumpai di kawasan Taman Nasional Komodo untuk mengetahui umur deformasi batuan asal,
merupakan anggota familia Scaridae dengan serta menjadi indicator dalam penelitian pantai
jumlah sekitar 90 spesies yang tersebar di perairan purba di muka bumi.
dangkal tropis dan sub tropis di seluruh dunia. Ikan Limenit dalam jumlah besar menjadi sumber
yang banyak dijumpai di terumbu karang, daerah titanium, bersifat tahan panas, spesifik graffiti
berbatu sampai padang lamun ini mempunyai rendah, dan karosi, menjadikannya bahan penting
kontribusi signifikan terhadap bio-erosi terutama dalam pembuatan pesawat terbang. Mineral
pada terumbu karang dengan menggunakan otot rutil memiliki manfaat sama dengan ilmenit, dan

18
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Pasir Laut

menjadi bahan penting dalam insdutri detector pasir ini dihentikan dengan Keputusan Menteri
gelombang radio. Juga digunakan sebagai pigmen Perindustrian dan Perdagangan No. 117/MPP/
coklat dalam industry keramik. Kep/2/2003 tentang Penghentian sementara
Karena kandungan pasir yang berharga, Eksport pasir laut. Lalu 18 April 2002, dikeluarkan
pencegahan kerusakan pesisir pantai, pelestarian instruksi Presiden No. 2 yang melarang penjualan
pulau – pulau kecil, maka kegiatan perdagangan pasir untuk reklamasi daratan Singapura.

19
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut Pulau Sumba

BAB VI

Pemanfaatan Batu
Karang dan Pasir Laut
Pulau Sumba
1) Gambaran umum Pemanfaatan Batu Propinsi Nusa Tenggara Timur adalah salah
satu propinsi yang dikenal untuk ketersediaan
Karang dan Pasir Laut
agregat standar sangat terbatas, sehingga untuk
Kebutuhan agregat standar untuk bahan jalan
pelaksanaan preservasi dan pembangunan
pelaksanaan preservasi dan pembangunan
jalan baru selalu mendatangkan agregat standar
jalan baru dari tahun ke tahun terus meningkat.
dari daerah lain. Pada tahun anggaran 2010,
keperluan agregat standar untuk bahan jalan
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan melakukan
tidak hanya untuk campuran beraspal tetapi
penelitian pemanfaatan agregat lokal atau agregat
untuk lapis pondasi, sedangkan ketersediaannnya
substandard dan propinsi Nusa Tenggara Timur
dari tahun ke tahun menurun. salah satu jalan
yang berupa batu karang yang berada di darat
keluarnya adalah memanfaatkan secara optimum
(batu gamping) dan pasir laut. Berdasarkan hasil
penggunaan bahan lokal dan bahan sub standar.

20
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut Pulau Sumba

penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa batu meningkatkan efisiensi biaya penyelenggaraan
karang yang berada di darat (batu gamping) dan konstruksi jalan khususnya di propinsi Nusa
pasir laut yang berada di Propinsi Nusa Tenggara Tenggara Timur.
Timur dapat dimanfaatkan sebagai bahan jalan, 2) Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
baik untuk campuran beraspal panas dan dingin Gradasi agregat kasar, sedang dan halus, serta abu
maupun untuk lapis pondasi jalan khususnya untuk batu karang Nusa Penida memenuhi Baku Mutu
lalu lintas sedang dan ringan. Standar Bina Marga, walaupun gradasi agregat kasar
Untuk membuktikan keandalan agregat lokal dan cenderung agak kasar. Batu karang Nusa Penida
agregat substandard tersebut terhadap pengaruh dapat dipecah pada mesin pemecah batu. Agregat
lalu lintas dan lingkungan perlu dilakukan uji coba batu karang cukup baik untuk bahan campuran
skala penuh atau skala lapangan. Untuk pelaksanaan perkerasan jalan baik untuk lapisan pondasi bawah,
uji coba skala penuh atau skala lapangan tersebut pondasi atas dan lapis campuran perkerasan jalan,
dilaksanakan pada tahun anggaran 2011. dilihat dari sifat fisik agregat , yaitu; berat jenis
Tujuan dari kegiatan ini adalah pembuatan model 2,6 gram/cm, abrasi 27,3%, soundness 5,9% dan
fisik uji coba skala penuh teknologi pemanfaatan kelekatan terhadap aspal > 95% masih dalam batas
bahan lokal dan bahan sub standar dalam rangka rentang baku mutu standar Bina Marga.

Tabel 2 Perbandingan Karakteristik Batu Karang Nusa Penida dengan Standar Mutu Bina Marga

Karakteristik Jenis agregat


Standar Mutu Bina Marga
kasar sedang halus abu batu
Berat Jenis bulk 2,48 2,39 2,38 2,49 >2,5 gr/cm3
Berat Jenis apparent 2,60 2,55 2,54 2,64
absorpsi 1,77 2,65 2,69 2,51 ≤ 3,0%
abrasi 27,28 <40%
sand equivalent 72,28% ≥50%
soundness 5,90% ≤12%
kadar lempung 0,37% 0,64% ≤0,25%
kelekatan terhadap aspal 97,65 97,7 ≥95%

2) Aplikasi Skala Penuh Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut


Ujicoba Skala Penuh Teknologi Bahan Perkerasan Dengan Bahan Lokal dan Bahan Sub Standar (Batu Karang
dan Pasir Laut) di Tambolaka, Kab. Sumba Barat Daya–Prop NTT. (dokumen spesifikasi terlampir)
Tabel 3. Volume Pekerjaan

Uraian
Perkiraan Kuantitas

Drainase
pasang batu dengan Mortar 2.00 m3
Pekerjaan tanah
Galian biasa 760.00 m3
Penyiapan badan jalan 10.000,00 m3
Pelebaran perkerasan dan bahu jalan
Lapis Fondasi batu karang kelas A batu karang 151.60 m3
Lapis Fondasi batu karang kelas B batu karang 40.40 m3
Bahan aspal untuk pekerjaan pelaburan 2.560,00 m3
Perkerasan berbutir
Lapis Fondasi batu karang kelas A 1.020,00 m3

21
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut Pulau Sumba

Lapis Fondasi Batu karang kelas B 1.040,00 m3


Perkerasan aspal
Lapis Resap pengikat 3.000,00 m3
Laston lapis aus (AC-WC) tebal 5 cm tanpa pasir laut 3.000,00 m3
Laston lapis aus (AC_WC) tebal 5 cm dengan pasir laut 3.000,00 m3
Additive letamin 150 liter
Struktur
Beton K350 10,00 m3
Baja tulangan U24 polos 714,00 Kg
Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor
Marka jalan Termoplastik 56,25 m3

Pada gambar di bawah terlihat kondisi lingkungan laut, diperlukan ijin khusus dari instansi terkait,
sekitar lokasi ujicoba, dengan kondisi tataguna diantaranya Kementerian Lingkungan. Hal ini
lahan yang ada dan kondisi penduduk serta volume dikarenakan kegiatan penambangan, pengerukan,
pekerjaan badan jalan sekitar 1 Ha, maka menurut pengangkutan, dan perdagangan pasir laut, yang
Peraturan Lingkungan kegiatan tersebut tidak selama ini berlangsung tidak terkendali, telah
memerlukan Kajian Lingkungan AMDAL dan UKL- menyebabkan kerusakan ekosistem pesisir dan
UPL, akan tetapi pemanfaatan Batu Karang dan laut, keterpurukan nelayan dan pembudidaya ikan,
Pasir laut sesuai Kepres No 33 Tahun 2002 tentang serta jatuhnya harga pasir laut.
Pengendalian dan Pengawasan Pengusahaan Pasir

Gambar 7. Kondisi Lingkungan Ujicoba Skala Penuh Batu karang dan Pasir Laut Di Tambolaka

22
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut Pulau Sumba

Gambar 8. Kondisi Jalan di depan rencana uji coba Di Tambolaka

Kondisi Lingkungan Sumber Batu Karang, Pasir Laut dan Tanah Timbunan (dokumen
Foto)
Sumber batu karang di Tambulaka umunya berada disekitar tanah masyarakat (lihat gambar 4.1 Peta geologi),
hamper seluruh tanah di Tambulaka dilapisan 20 cm ke dalam mengandung batu karang , seperti terlihat
pada gambar dibawah ini.

Gambar 9. Tanah masyarakat yang mengandung


batukarang Gambar 10. Batu karang

Gambar 11. Batu Karang Gambar 12. Material Tanah timbunan

23
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut Pulau Sumba

Gambar 13. Material tanah timbunan Gambar 14. Agregat Batu gamping

Gambar 15. Kondisi Pertambangan Pasir Laut Gambar 16. Kondisi Pertambangan Pasir Laut

Gambar 17. Kondisi Pertambangan Pasir Laut Gambar 18. Kondisi Pertambangan Pasir Laut

Gambar 19. Kondisi Pertambangan Pasir Laut Gambar 20. AMP

24
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
KajianLingkunganPemanfaatanBatuKarangdanPasirLautuntukBidangJalan

BAB VI

Kajian Lingkungan
Pemanfaatan Batu Karang dan
Pasir Laut untuk Bidang Jalan
1) Identifikasi Dampak Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
Tabel.4. Matriks Interaksi Komponen Lingkungan dengan Kegiatan Pemanfaatan Batu Karang dengan Pasir Laut untuk
Bid. Jalan

Kegiatan Kegiatan
Pra Kon-
Proyek Konstruksi Pasca Kons Lain yang
struksi
Terkait
Komponen
Lingkungan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
I. Geo Fisik Kimia x x x
1. Geologi dan tanah x x x x
2. Topografi x x
3. Hidrologi x x x x x
4. Tata Guna Lahan x x
5. Iklim x x x x x x x
II. Biologi
1. Flora x x x
2. Fauna x x
III. Sosekbud x
A. Sosek
1. Kesempatan kerja dan x x x
berusaha
2. Mata Pencaharian x x x
B. Sosbud
1. Persepsi Masyarakat x x x
x
2. Kondisi Lalu Lintas x x x x x x
Keterangan :
Kegiatan Pra-Konstruksi (I) : B. Pelaksanaan Kegiatan Pasca Kontruksi (III)
1. Penentuan Lokasi & Trase jalan 6. Penyiapan tanah dasar 10. Pengoperasian
2. Pengadaan Lahan 7. Galian dan timbunan 11. Pemeliharaan Jalan
Kegiatan Kontruksi (II) : 8. Pekerjaan Pengelolaan
A. Persiapan Quarry dan Borrow area
3. Mobilisasi Tenaga Kerja 9. Kontruksi Lapis Perkerasan
4. Pembuatan/pengoperasian Base camp
5. Pengadaan bahan Galian/material

25
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
KajianLingkunganPemanfaatanBatuKarangdanPasirLautuntukBidangJalan

Pada pelaksanaan aplikasi skala penuh dilapangan untuk dampak lain diperkirakan kecil mengingat
hasil kajian dan pengamatan lapangan diperkirakan lokasi kegiatan yang dilalui tidak ada lokasi
dampak yang akan muncul adalah di lokasi pemukiman (jalan baru) dan lokasi yang dilalui
pekerjaan pengelolaan quarry dari agregat batu bukan daerah pertanian hanya rumput dan semak.
karang dan pasir laut. (lihat matrik), sementara itu
Tabel. 5. Identifikasi Dampak Pemanfaatan Batu Karang dengan Pasir Laut untuk Bid. Jalan

Komponen Kegiatan yang menimbul- Komponen Lingkungan Indikasi dampak Penting yang
No.
kan dampak Penting yang terkena dampak timbul
A. TAHAP PRA KONSTRUKSI
1. Penentuan trase jalan Sosial Budaya/persepsi Keresahan masyarakat
Kekhawatiran thd ganti rugi
Kekecewaan thd ganti rugi
Perubahan mata pencaharian

2. Pengadaan lahan Sosial Ekonomi/Persepsi

B. TAHAP KONSTRUKSI
1. Mobilisasi Tenaga Kerja Sosial Ekonomi Kecemburuan sosial
Hidrologi Perubahan kualitas air
Sosial Budaya Kecemburuan sosial
Iklim Kualitas udara & kebisingan

2. Pembuatan Base camp, bengkel dan Hidrologi Perubahan aliran permukaan


gudang Biologi Migrasi satwa
Iklim Kualitas udara & kebisingan
Topografi Perubahan Stabilitas lereng
Geologi dan tanah Terjadinya erosi
3. Penyiapan Tanah dasar (Pembersihan Hidrologi Perubahan kualitas air
dan Pematangan lahan) Iklim Kualitas udara & kebisingan

4. Pengadaan bahan Galian/Material Hidrologi Perubahan aliran permukaan


Topografi Perubahan bentang alam
Geologi dan tanah Terjadinya erosi
Iklim Kualitas udara & kebisingan

5. Pekerjaan gali timbun tanah Hidrologi Perubahan tanah dan air


Geologi dan tanah Erosi/longsor
Iklim Kualitas udara & kebisingan
fauna
6. Pekerjaan Pengelolaan Quarry dan Bor- Sosek Kondisi lalu lintas
rowarer Iklim Kualitas udara & Kebisingan

7. Konstruksi Lapis Perkerasan dan Pe- Sosek Kondisi lalu lintas


rataan Iklim Kualitas udara & Kebisingan

C. TAHAP PASCA KONSTRUKSI

1. Pengoperasian jalan Sosek Kondisi Lalu Lintas


Biologi Gangguan Fauna/satwa
Geofisik amblesan

2. Pemeliharaan jalan Sosek Kondisi lalu lintas


Kualitas udara dan kebisingan

26
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
KajianLingkunganPemanfaatanBatuKarangdanPasirLautuntukBidangJalan

Tabel 6. Prakiraan Dampak Pemanfaatan Batu Karang dengan Pasir Laut untuk Bid. Jalan (lokasi Kajian Tambolaka P
Sumba)

Tingkat Kepentingan
Jenis Dampak Penting Sifat dampak Besaran Dampak
Dampak
TAHAP PRA KONSTRUKSI
a. Keresahan Masyarakat Negatif kecil Tidak Penting
b. Kekhawatiran nilai ganti rugi tanah Negatif Kecil Tidak Penting
c. Kekecewaan terhadap nilai ganti rugi tanah Negatif kecil Tidak Penting
d. Perubahan mata pencaharian masyarakat Negatif kecil Tidak Penting

TAHAP KONSTRUKSI
a. Kecemburuan sosial terhadap kesempatan
kerja dan berusaha Negatif Kecil Tidak Penting
b. Perubahan aliran permukaan Negatif Sedang Penting
c. Migrasi satwa dan penurunan
keanekaragaman flora Negatif Kecil Tidak Penting
d. Perubahan bentang alam Negatif Sedang Penting
e. Terjadinya erosi Negatif sedang Penting
f. Perubahan kualitas air Negatif Kecil Tidak penting
g. Perubahan kualitas udara dan kebisingan Negatif Kecil Tidak penting
h. Kemacetan lalu lintas Negatif Kecil Tidak penting
TAHAP PASCA KONSTRUKSI
a. Perubahan kualitas udara dan kebisingan Negatif Kecil Tidak penting
b. Meningkatnya kecelakaan lalu lintas Negatif kecil Tidak Penting
c. Perubahan tata guna lahan Negatif Sedang Penting
d. Longsor/gerakan tanah dan amblesan Negatif sedang Penting
e. Perburuan satwa liar Negatif Kecil Tidak penting
f. Kemacetan lalu lintas Negatif Kecil Tidak penting

Dampak Lingkungan Hidup Pelaksanaan bahan material batu karang (batu gamping).
pembangunan jalan dengan pemanfaatan  Terganggunya tata air, sumber-sumber air
batu karang dan pasir laut di Tabolaka Pulau akibat kegiatan penambangan.
Sumba provinsi NTT, secara umum dampak yang  Menurunnya tingkat satwa burung akibat
diperkirakan akan muncul dan cukup penting serta kegiatan penambangan.
perlu pengelolaan adalah: a) Pengelolaan
• Perubahan aliran permukaan (Tahap • Melakukan penambangan dengan cara
prakontruksi) tunda(delayed blasting), memakaii bahan
• Perubahan bentang alam (Tahap konstruksi) peledak tidak lebih dari 1 ton untuk satu kali
• Terjadinya erosi (Tahap Konstruksi) paledakan, penyiraman jalan-jalan tambang
• Longsor/gerakan tanah dan amblesan (Tahap yang berdebu secara teratur, mensponsori
Konstrksi-quarry) penelitian ilmiah mengenai ekosistem burung
• Perubahan tata guna lahan (Tahap di daerah penambangan.
Pascakonstruksi) • Penambangan dapat dilakukan secara bertahap
dengan system trap.
2) Evaluasi Dampak (Hasil Kajian • Mempertahankan zona vegetasi untuk
menanggulangi debu dan kebisingan serta
dokumen AMDAL) mengharuskan pekerja memakai masker dan
pelindung telinga.
a. Isu isu Dampak Lingkungan Penambangan Batu b) Pemantauan
gamping (Batu karang) • Memantau kerusakan lingkungan atau
 Menurunnya kualitas udara dan kebisingan, gas perubahan tata guna lahan sekitar
dan getaran akibat kegiatan dan penambangan penambangan

27
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
KajianLingkunganPemanfaatanBatuKarangdanPasirLautuntukBidangJalan

• Memantau peningkatan debu menggunakan serta sampah lainya ke laut


peralatan seperti Hi-vol. • Melakukan perbaikan kapal isap TSHD
• Melaksanakan perbaikan-perbaikan terhadap
b. Isu Pokok Dalam Kegiatan Penambangan Pasir manajemen kegiatan penambangan.
Laut 5) Terganggunya fungsi ekosistem pantai, dikelola
Isu Pokok Dalam Kegiatan Penambangan Pasir Laut dengan:
adalah: • Melakukan penambangan dengan kedalaman
• Gangguan terhadap stabilitas pantai/ Abrasi tidak boleh lebih dalam dari –2,8 m
Pantai; • Melakukan monitoring terumbu karang untuk
• Penurunan kualitas air laut; mengamati kerusakan yang ditimbulkan
• Gangguan terhadap fungsi ekosistem pantai; kegiatan penambangan pasir laut
• Gangguan terhadap kegiatan nelayan; • Jika terjadi gangguan terhadap mangrove,
• Gangguan terhadap kegiatan transportasi terumbu karang dan lamun, pemrakarsa
(lalulintas) domestik dan internasional serta akan menghentikan sementara kegiatan
peluang terjadinya penyelundupan; penambangan pasir laut.
• Konflik dan/atau keresahan sosial masyarakat 6) Terganggunya kegiatan nelayan, dikelola
sekitar lokasi kegiatan; dengan:
• Persepsi kurang baik dari masyarakat terhadap • Membatasi kegiatan penambangan pada
kegiatan penambangan pasir laut musim penangkapan ikan, biasanya bulan
a) Pengeloaan Penambangan Pasir Laut oktober – Januari jika dianggap mengganggu
1) persepsi masyarakat terhadap kegiatan kegiatan penangkapan ikan.
penambangan pasir laut, dikelola dengan: • Menampung keluhan dan protes yang muncul
• Melakukan sosialisasi rencana kerja/ darimasyarakat nelayan
rencana usaha kepada masyarakat di lokasi 7) Peluang terjadinya konflik dan keresahan sosial,
penambangan. dikelola dengan:
• Merencanakan dan melaksanakan detail • Melakukan pembinaan terhadap desa-desa di
program bantuan sosial dan lingkungan hidup lokasi kegiatan.
2) Terbukanya kesempatan kerja, dikelola dengan : • Melaksanakan program bantuan sosialdan
• Melaporkan lowongan kerja yang ada kepada lingkungan hidup sesuai dengan yang
instansi terkait direncanakan dari awal kegiatan.
• Memberi prioritas kepada tenaga kerja lokal • Senantiasa menjaga komunikasi dengan
yang berasal dari desa-desa sekitar masyarakat sekitar.
• Memberikan pelatihan yang memadai tentang • Menangani permasalahan yang berhubungan
job deskription dengan masyarakat secara musyawarah.
• Memberikan upah dan insentif yang sesuai 8) Misal lokasi pemanfaatan ruang, dikelola
dengan UMR dengan:
• Memberikan pengarahan terhadap tenaga kerja • Menentukan zona buffer dengan lebar minimal
pendatang 1 mil dari bibir pantai pulau terse but.
3) Terganggunya kestabilan pantai (abrasi), • Pembuatan bench mark (BM) pada tepi-tepi
dikelola dengan: pantai terdekat dengan lokasi kegiatan yang
• Melakukan penambangan tidak boleh melebihi belum mempunyai BM sebagai tolok ukur
kedalaman –2,8 m terjadinya abrasi.
• Penetapan kawasan konservasi pulau sepanjang 9) Terganggunya kegiatan transportasi laut,
1 mil dari pesisir terutama dari pulau2 yang dikelola dengan:
dekat dengan lokasi penambangan. • Memberikan rambu-rambu/sarana bantu
4) Penurunan kualitas air laut, dikelola dengan: navigasi pelayaran (SPNP) secara jelas antar
• Rencana penggunaan kapal isap TSHD dalam pulau.
kegiatan penambangan dengan menggunakan • Memperketat jadwal penambangan pasir laut
kapal termodern. sesuai dengan blok-blok penambangan.
• Melakukan pembatasan kegiatan penambangan
• Tidak membuang oli dan minyak pelumas bekas

28
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Penutup

BAB VII

Penutup
o Daerah Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Sumba Timur secara geologi sebagian besar disusun
oleh berbagai jenis batuan sedimen yang berumur dari Kapur hingga Peistosen, selain itu juga batuan
terobosan dan batuan metamorfosa.
o Jenis-jenis bahan galian yang terdapat di Kabupaten Sumba Barat adalah batu gamping, pasir besi,
batuhias, oker, andesit, sirtu, batusabak, kayu terkersikkan, diorit, kalsit, dan.lempung.
o Sedangkan di Kabupaten Sumba Timur terdapat jenis-jenis bahan galian batugamping, pasir besi,
batuhias, oker, sirtu, kuarsit, basal, timbal, dan granit.
o Di antara bahan galian tersebut, bahan galian yang dapat segera dikembangkan lebih lanjut untuk bidang
ke PU-an adalah batu gamping yang tersebar sangat luas di kedua wilayah kabupaten dengan sumber
daya sebesar 6.375.000.000 ton di Kabupaten Sumba Barat dan 4.500.000.000 ton di Kabupaten Sumba
Timur. Batu gamping ini secara kuantitas dan kualitas cukup bagus dan mempunyai prospek untuk dapat
dikembangkan dalam berbagai bidang terutama untuk bahan baku semen.
o Hasil Kajian lingkungan hidup untuk pembangunan skala penuh pemanfaatan batu karang dan pasir laut
dampak penting yang perlu menjadi perhatian adalah:
 Perubahan aliran permukaan (Tahap prakontruksi)
 Perubahan bentang alam (Tahap konstruksi)
 Terjadinya erosi (Tahap Konstruksi)
 Longsor/gerakan tanah dan amblesan (Tahap Konstrksi-quarry)
 Perubahan tata guna lahan (Tahap Pascakonstruksi)
o Batu karang yang digunakan di P sumba adalah jenis batu gamping, sehingga diusulkan penamaannya
diganti menjadi “batu gamping pulau Sumba”.
o Penggalian Batu Karang di tanah masyarakat, memerlukan SOP Penggalian dan penambangan yang
memperhatikan aspek lingkungan , diperkirakan akan terjadi perubahan bentang alam disamping
gangguan debu, polusi udara , drainase, flora dan fauna.
o Penambangan Pasir laut Memerlukan Pedoman PLH pasir laut agar tidak terjadi gangguan terhadap
ekosistem pantai.

29
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Lampiran

Lampiran
LAMPIRAN 1
FOTO KEGIATAN TAHAP KONSTRUKSI DAN TAHAP PASCA-KONSTRUKSI PEMAMFAATAN BATU KARANG DAN
PASIR LAUT DI TAMBOLAKA P. SUMBA

A. Tahap Konstruksi Penghamparan


Identifikasi
Foto Kegiatan (Sumber: Silvester –Puslitbang Jalan dan Jembatan)
Dampak

Perubahan ali-
ran permukaan

Migrasi satwa
dan penurunan
keanekaraga-
man flora

Perubahan ben-
tang alam

Terjadinya erosi

Perubahan
kualitas air

Perubahan
kualitas udara
dan kebisingan
Gangguan lalu
lintas

30
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Lampiran

B. Tahap Pasca-Konstruksi
Foto Kegiatan Identifikasi Dampak

• Perubahan
kualitas udara
dan kebisingan

• Meningkatnya
kecelakaan lalu
lintas

• Perubahan tata
guna lahan

• Longsor/
gerakan tanah
dan amblesan

• Gangguan lalu
lintas

• Gangguan adat
istiadat (social
budaya)

31
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Lampiran

Lokasi Katewel akibat Penambangan di masyarakat

32
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan
Daftar Istilah

Daftar Istilah
1. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda , daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya.
2. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang
meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan,
dan pengendalian lingkungan hidup.
3. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana,
yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk
menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
4. Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen
yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber
daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
5. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/
atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukannya.
6. Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh
suatu usaha dan/atau kegiatan
7. Pelestarian fungsi lingkungan hidup addalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

33
Pemanfaatan Batu Karang dan Pasir Laut
untuk Bidang Jalan yang Ramah Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai