Anda di halaman 1dari 20

Otitis Media Akut

Patricia Sry Citra Nabut (102014188)

Kelompok A4

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk-Jakarta Barat 11510

No. Telp (021) 5694-2061

e-mail: patricianabut@yahoo.com

Pendahuluan

Otitis media akut (OMA) adalah penyakit ke 2 yang paling umum terjadi setelah
infeksi pernapasan atas (ISPA) yang memerlukan terapi medis untuk anak-anak kurang dari
5 tahun. Setiap tahun, Diperkiraan ada sekitar 16 juta kunjungan ke dokter akibat penyakit
Otitis Media, ini tidak termasuk kunjungan ke gawat darurat. Di Amerika biaya tahunan total
masyarakat untuk penyakit ini dan untuk otitis media dengan efusi (OME) sampai miliaran
dolar. Meskipun penelitian pencegahan dan terapi tetap dilakukan, tetapi biaya penyakit ini
terus meningkat sementara kejadian tetap berlanjut. Munculnya resisten antimikroba bakteri
membutuhkan reevaluasi manajemen tradisional. Terapi antibiotika dan kunjungan ke dokter
THT dalam proses perbaikan sangat disarankan.1

Definisi

Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid yang terjadi secara mendadak
selama 3 minggu.1 OMA terjadi karena faktor pertahan tubuh terganggu. Sumbatan tuba
eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Salah satu pertimbangan
munculnya pengelolahan dari OMA adalah bahwa kepastian diagnostik dari penyakit ini
berdasarkan dari 3 kriteria berikut, seperti yang telah ditetapkan oleh American Academy of
Pediatrics (AAP) dan American Academy of Family Physicians ( AAFP), yaitu: onset akut,
efusi telinga tengah, dan radang telinga tengah.2

1
Gambar 1. Sumber : www.pennmedicine.org/health_info/images/19324.jpg

Anamnesis

Anamnesis terhadap kasus OMA dapat dilakukan autoanamnesis apabila keadaan


memungkinkan, apabila keadaan tidak memungkinkan untuk bertanya langsung pada pasien,
dapat dilakukan alloanamnesis terhadap keluarga (orang tua, pengasuh bayi) yang merawat
pasien.  Anamnesis yang perlu dilakukan meliputi :2

1. Identitas Pasien.
Menanyakan kepada pasien :
Nama lengkap pasien, umur,tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan,agama,
pekerjaan,suku bangsa.
Berikut data pasien yang didapatkan:
Nama :An. X
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 3 tahun
Data yang lain harus ditanyakan kepada pasien dengan jelas.
2. Keluhan Utama
Keluhan Utama : Ibunya mengatakan : anaknya demam sejak 3 hari yang lalu
Keluhan Tambahan : anaknya tidak mau makan, hidung mengeluarkan ingus encer
dan tadi malam anaknya tiba-tiba menangis dan memegang kuping kanannya.
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Anamnesis dimulai dengan mengajukan pertanyaan tentang sifat dan beratnya keluhan
yang disampaikan pasien kepada dokter.3

2
- Menanyakan sejak kapan penyakit dimulai (akut,subakut, atau kronis dan
bagaimana mulanya, bagaimana perjalanannya (bertambah, berkurang, tetap,
terjadi sebentar-bentar, naik turun), dan bagaimana frekuensinya.3
- Menanyakan sejak kapan demamnya pasien, bagaimana suhu tubuh pasien,
menanyakan bagaimana perjalanan demamnya, terus-menerus atau naik turun.3
- Menanyakan onset dan durasi terjadinya nyeri telinga, biasanya pada OMA nyeri
akan dikeluhkan pada malam hari.
- Menanyakan status gizi pasien, yaitu berat badan dan tinggi badan pasien, apakah
menurun atau tidak, bagaimana nafsu makan pasien
- Menanyakan riwayat ISPA (infeksi saluran napas yang dialami pasien), sejak
kapan, bagaiman sekret yang dikeluarkan
- Menanyakan Gejala lain termasuk diare, muntah, kehilangan pendengaran
mendadak, hidung tersumbat, pilek, dan bersin. Tanyakan apakah anak telah
menunjukkan kelesuan, pusing, tinitus, dan jalan yang tidak mantap.
- Setelah itu, diajukan beberapa pertanyaan tentang keadaan telinga, hidung,
tenggorok. 3
4. Riwayat penyakit keluarga.3
- Menanyakan apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
yang dialami oleh pasien?
5. Riwayat penyakit dahulu.3
- Menanyakan apakah pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya?
- Menanyakan apakah pasien pernah mengalami trauma pada telinga, apakah
pernah kemasukan benda asing, apakah pasien pernah berenang.
6. Riwayat Psikososial.3
- Menanyakan apakah pasien masih suka minum susu dari botol atau sambil
tiduran.
- Menanyakan apakah ada anggota keluarga yang satu rumah dengan pasien yang
menghisap rokok.
7. Riwayat pengobatan/obat.3

Pemeriksaan Fisik

Menilai keadaan umum pasien, Kesadaran, Tanda-tanda vital terdiri dari: tekanan
darah , nadi, pernapasan, dan suhu pasien. Identifikasi awal yang penting adalah apakah

3
kasus yang dihadapi adalah apakah kasus bedah atau non bedah, jika kasus bedah maka
tindakan operasi harus segera dilakukan.

Telinga

Pada pemeriksaan fisik ini periksa masing-masing telinga : 1,4-5

Aurikula
 Inspeksi aurikula, dan belakang daun telinga/ retroaurikuler apakah terdapat tanda
peradangan atau sikatriks bekas operasi.
 Jika kita mencurigai adanya otitis : Gerakkannlah aurikula keatas da kebawah, dan
tekan pada tragusnya ( kemungkinan nyeri pada otitis eksterna).
 Tekan dengan kuat/ Palpasi belakang telinga (kemungkinan nyeri tekan pada kasus
otitis media, mastoiditis)

Liang Telinga dan Gendang Telinga


Terdapat dua posisi untuk anak-anak (berbaring atau duduk). Biasanya yang digunakan
adalah otoskop dan/atau otoskop pneumatik, yang merupakan standart perawatan.
Penggunaan otoskop pneumatik untuk meningkatkan keakuratan dalam mendiagnosis
otitis media pada anak-anak. Dengan menekan balon berisi udara yang dihubungkan ke
otoskop , bolus kecil udara dapat diinjeksikan kedalam telinga luar.

Gambar 2. Sumber : http://health.nytimes.com/health/guides/disease/ear-infection-


acute/print.html

Gendang Telinga/Membran Timpani :

Masukkan spekulum, dapatkan kerapatan yang tepat. Pada otitis media akut akan
ditemukan kemerahan mukosa dan penonjolan membran timpani akibat terjadinya efusi di
telinga tengah, apakah sudah terjadi perforasi atau belum. Penonjolan membran timpani
mungkin dikuadran posterior, dan lapisan epitel superfisial mungkin menunjukkan
penampilan seperti tersiram air panas, seperti pada gambara dibawah ini :

4
Gambar 3. Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/859316-clinical#a0256

Ketika udara masuk ke kanal telinga normal, membran timpani dan refleks cahaya bergerak
ke dalam. Ketika udara dikeluarkan, membran timpani bergerak ke luar ke arah anda.
Penurunan gerakan membran timpani pada otitis media akut , tidak ada gerakan pada otitis
media dengan efusi. Nyeri pada gerakan daun telinga dapat dijumpai pada kasus otitis
eksterna.

Timpanometri, suatu pemeriksaan untuk menilai kondisi telinga tengah. Gambaran


timpanometri yang abnormal (adanya cairan atau tekanan negatif dalam telinga) merupakan
petunjuk adanya gangguan pendengaran konduktif. Melalui probe tone (sumbat liang telinga)
yang dipasang pada liang telinga dapat diketahui besarnya tekanan di liang telinga
berdasarkan energi suara yang dipantulkan kembali (ke arah luar) oleh gendang telinga. Pada
orang dewasa atau bayi berusia diatas 7 bulan digunakan probe tone 226 Hz. Terdapat 4 tipe
jenis timpanogram : 1) Tipe A normal, 2) tipe AD: diskontunitas tulang-tulang pendengaran,
3) Tipe As : kekakuan rangkaian tulang pendengaran, 4) Tipe B : cairan didalam ruang telinga
tengah, 5) Tipe C: Gangguan fungsi tuba Eustachius.1

Hidung dan Sinus 1,4-5

 Inspeksi hidung eksternal : bentuk hidung diperhatikan apakah deviasi atau depresi
hidung. Adakah pembengkakan diaerah hidung dan sinus paranasal
 Palpasi : Apakah ada krepitasi atau fraktur pada os nasal atau nyeri tekan pada
peradangan hidung dan sinus paranasal
 Inspeksi dengan Rinoskopi, diperlukan spekulum:
Pada anak dan bayi kadang-kadang tidak diperlukan.
Memeriksa rongga hidung bagian dalam dari depan disebut Rinoskopi anterior :
- Vestibulum hidung, mukosa nasal yang melapisi septum terutama anterior dan
konka inferior, media, dan superior perlu diperhatikan perhatikan warnanya dan

5
pembengkakan. Pembengkakan dan kemerahan pada rinitis virus, bengkak dan
pucat pada rinitis alergi. Jika terdapat edema mukosa maka perlu dimasukan
tampon kapas adrenalin pentokain beberapa menit untuk mengurangi edema
mukosa dan menciutkan konka, sehingga rongga hidung lebih lapang.
- Septum nasal terhadap posisi dan integritas. Kemungkinan temuan adanya
deviasi
Memeriksa rongga Hidung bagian belakang hidung disebut Rinoskopi posterior
sekalian untuk melihat keadaan nasofaring:
- Melihat konka superior, media, dan inferior, melihat meatus superior dan media,
kita juga dapat mengidentifikasi muara tuba eustachius. Daerah nasofaring lebih
jelas terlihat bila pemeriksaan dilakukan dengan memakai nasofaringoskop.
Untuk pemeriksaan ini dipakai kaca tenggorok no.2-4. Kaca ini dipanaskan dulu
dengan lampu spritus atau dengan merendamkannya di air panas supaya kaca
tidak menjadi kabur oleh nafas pasien. Lidah pasien ditekan dengan spatula
lidah, pasien bernafas melalui mulut kemudian kaca tenggorok dimasukkan ke
belakang uvula dengan arah kaca ke atas. Setelah itu pasien diminta bernafas
melalui hidung dan kemudian kita dapat melihat bagian belakang rongga
hidung.
 Palpasi sinus frontalis dan maksilaris untuk adanya nyeri tekan. Nyeri tekan pada
sinusitis akut.

Mulut dan Faring

Untuk anak yang gelisah atau masih kecil, kita dapat menunda pemeriksaan ini sampai
di akhir pemeriksaan.

Dengan lampu kepala yang diarahkan ke rongga mulut, dilihat keadaan bibir, mukosa
rongga mulut, lidah dan gerakan lidah.

Mungkin memerlukan bantuan dari orang tua. Jika perlu menggunakan spatel lidah,
teknik terbaik dengan menekan kebawah dan menarik perlahan ke arah pemeriksa, sementara
anak mengatakan “ah”. Hati-hati jangan masukan spatel terlalu jauh ke posterior karena dapat
menimbulkan refleks muntah. Pemeriksaan dimulai dengan melihat keadaan dinding
belakang faring serta kelenjar limfanya, uvula, arkus faring serta gerakan, tonsilnya, mukosa
pipi, gusi dan gigi geligi.

6
Palpasi rongga mulut diperlukan bila ada massa tumor, kista, dan lain-lain.

Pada Kasus didapatkan hasil pemeriksaan telinga kanan: membran timpani menonjol,
hiperemis, refleks cahaya negatif; telinga kiri : utuh, seperti mutiara, refleks cahaya +. 1,4-5

Pemeriksaan Penunjang

 Timpanosintesis
Adalah pungsi pada membran timpani untuk mendapatkan sekret guna pemeriksaan
mikrobiologik untuk menentukan organisme penyebab (dengan semprit dan jarum
khusus) dan juga adalah cara yang pasti membuktikan keberadaan dan tipe efusi
telinga tengah. Dilakukan dengan menyelipkan, melalui bagian inferior membrana
timpani, jarum spinal ukuran 18 yang dilekatkan pada semprit atau perangkap
pengumpulan. Indikasi timpanosintesis yang mungkin adalah OMA yang tidak
berespon terhadap terapi konvensional, OMA pada neonatus atau pasien yang respon
imunnya lemah.1,5
 Pemeriksaan Darah
Secara umum, penghitungan sel darah putih terlalu bervariasi untuk membantu dalam
membedakan anak dengan otitis media akibat bakteri patogen dari anak dengan otitis
media dan efusi steril. Namun, data menunjukkan bahwa rata-rata jumlah sel darah
putih pada anak-anak dengan otitis media bakteri lebih tinggi daripada anak-anak
dengan steril menengah telinga efusi. 
Peningkatan tingkat sedimentasi juga ditemukan pada anak dengan otitis media.
 Evaluasi Radiografi.5
Computed tomography (CT) telah menggantikan pemeriksaan sinar X standar sebagai
cara terbaik untuk mendiagnosis atau mengevaluasi patologi telinga secara
radiografis. CT juga mempunyai peran dalam mengevaluasi tumor dan mendeteksi
penyakit radang telinga. Pencitraan resonansi magnetic (MRI) memiliki peran yang
terbatas pada mengevaluasi penyakit peradangan pada tulang temporal, tetapi lebih
sensitif untuk pencitraan tumor. 5

Differential Diagnosis

1. Otitis media akut stadium perforasi.1


Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi
kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar

7
mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadi gelisah sekarang
menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur dengan nyenyak
2. Otitis media subakut.1

Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga lebih dari 3 minggu, maka
keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut

3. Otitis media supuratif kronik.1

Bila perforasi menetap dan sekret keluar terus-menerus atau hilang timbul, sekret
mungkin encer, kental, bening atau berupa nanah lebih dari dua bulan, maka keadaan
ini disebut otitis media supuratif kronis (OMSK). Beberapa faktor yang menyebabkan
OMA menjadi OMSK ialah terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya
tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk. OMSK terbagi menjadi 2
yaitu tipe maligna dan benigna:1

Tabel 1. Perbedaan OMSK tipe Benigna dan Maligna

Benigna (tubo-timpanik) Maligna (atiko antral)


Penyebab Otitis media supuratif Disfungsi tuba
akut rekuren Eksantema Eustachius dengan
terbentuknya retraksi
kantong di atik atau
perforasi. Migrasi epitel
abnormal
Otalgia ringan Sedang
Otorea Mukopus, banyak Sangat sedikit dan
terserang Pseudomonas /
Proteus
Kelainan khas di Perforasi sentral Perforasi marginal
membran timpani dengan kolesteatom dan
polip telinga
Tulang pendengaran Biasanya utuh Biasanya terdapat
nekrosis inkus (terutama
dengan kolesteatom)
Kolesteatom Tidak terdapat Biasa terdapat
Pemeriksaan Rontgen Pneumatisasi tulang Pneumatisasi tulang
tulang mastoid mastoid baik tanpa erosi mastoid buruk. Erosi

8
biasa terdapat
Komplikasi intratemporal Jarang Biasa terdapat

4. Miringitis atau inflamasi pada membran timpani merupakan salah satu jenis
kelainan yang dapat mengakibatkan gangguan pendengaran dan menimbulkan
sensasi kongesti serta nyeri telinga. Setelah tiga minggu, suatu miringitis akut
akan menjadi subakut, dan apabila tidak tertangani hingga 3 bulan, maka kita
sudah dapat mengkategorikannya sebagai suatu kasus kronik.1
Miringitis bulosa merupakan suatu miringitis akut yang ditandai oleh adanya
pembentukan bulla pada membran timpani.1

Working Diagnosis

Pada kasus didiagnosa OMA, karena telah memenuhi 3 hal berikut ini :2

1. Penyakit ini onsetnya mendadak (akut)


2. Ditemukannya tanda efusi di telinga tengah dengan tanda-tanda berikut:
- Terbatas/ tidak adanya gerakan membran timpani
- Adanya bayangan cairan dibelakang telinga
- Cairan yang keluar dari telinga
3. Adanya tanda gejala peradangan pada telinga tengah yang dibuktikan dengan
adanya salah satu diantara berikut : kemerahan pada membran timpani dan nyeri
telinga yang menggagu tidur dan aktivitas normal.

Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis (penusukan


terhadap gendang telinga). Sehingga pada kasus ini diagnosa kerjanya adalah “Otitis media
akut stadium supurasi”

Otitis Media

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Secara mudah otitis media terbagi atas otitis
media supuratif dan otitis media non supuratif (sama dengan otitis media serosa, otitis media
sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi/OME). 1

Masing-masing golongan punya bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media supuratif
akut (otitis media akut=OMA) dan otitis media supuratif kronis (OMSK/ OMP). Begitu pula
otitis media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut (barotrauma=aerotitis ) dan otitis

9
media serosa kronis. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media
tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain ialah otitis media adhesiva. 1

Otitis Media Akut

Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapata mikroba dinasofaring dan faring.
Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga
tengah oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim dan antibodi. 1,2

Otitis media akut (OMA) terjadi karena faktor pertahanan tubuh terganggu. Sumbatan
tuba eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba
eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu,
sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan. 1

Dikatakan juga bahwa pencetus terjadi OMA ialah infeksi pernapasan atas. Pada
anak, makin sering anak terserang infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan terjadinya
OMA. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba eustachiusnya pendek, lebar
dan letaknya agak horisontal. 1

Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya otitis media adalah umur, jenis kelamin, ras, faktor genetik,
status sosioekonomi serta lingkungan, asupan air susu ibu (ASI) atau susu formula,
lingkungan merokok, kontak dengan anak lain, abnormalitas kraniofasialis kongenital, status
imunologi, infeksi bakteri atau virus di saluran pernapasan atas, disfungsi tuba Eustachius,
inmatur tuba Eustachius dan lain-lain . 1,2
Faktor umur juga berperan dalam terjadinya OMA. Peningkatan insidens OMA pada
bayi dan anak -anak kemungkinan disebabkan oleh struktur dan fungsi tidak matang atau
imatur tuba Eustachius. Selain itu, sistem pertahanan tubuh atau status imunologi anak juga
masih rendah. Insidens terjadinya otitis media pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding
dengan anak perempuan. 1,2
Faktor genetik juga berpengaruh. Status sosioekonomi juga berpengaruh, seperti
kemiskinan, kepadatan penduduk, fasilitas higiene yang terbatas, status nutrisi rendah, dan
pelayanan pengobatan terbatas, sehingga mendorong terjadinya OMA pada anak-anak. ASI
dapat membantu dalam pertahanan tubuh. Oleh karena itu, anak-anak yang kurang asupan
ASI banyak menderita OMA. Lingkungan merokok menyebabkan anak-anak mengalami
OMA yang lebih signifikan dibanding dengan anak-anak lain. Dengan adanya riwayat kontak

10
yang sering dengan anak-anak lain seperti di pusat penitipan anak-anak, insidens OMA juga
meningkat. Anak dengan adanya abnormalitas kraniofasialis kongenital mudah terkena OMA
karena fungsi tuba Eustachius turut terganggu, anak mudah menderita penyakit telinga
tengah. Otitis media merupakan komplikasi yang sering terjadi akibat infeksi saluran napas
atas, baik bakteri atau virus.2

Epidemiologi

Hampir 85% anak mempunyai paling sedikit satu edpisode otitis media akut pada
umur 3 tahun, dan 50% anak akan mempunyai dua episode atau lebih. Bayi dan anak kecil
berisiko paling tinggi untuk otitis media, frekuensi insiden adalah 15-20% dengan puncak
terjadi dari umur 6-36 bulan dan 4-6 tahun. Anak yang menderita otitis media pada umur
tahun pertama mempunyai kenaikan resiko penyakit akut kumat atau kronis. Sesudah episode
pertama, sekitar 40% anak akan menderita efusi telingah tengah yang menetap selama 4
minggu dan 10% menderita efusi yang masih ada pada 3 bulan. Insiden penyakit cenderung
menurun sebagai fungsi dari umur sesudah umur 6 tahun. Insiden tinggi pada anak laki-laki,
kelompok sosial ekonomi yang rendah, suku asli Alaska, suku asli Amerika, dan lebih tinggi
pada orang kulit putih daripada orang kulit hitam. Insiden juga bertambah pada musim dingin
dan awal musim semi.6

Etiologi

Otitis media supuratif akut adalah keadaan infeksi akut yang paling sering dijumpai
oleh dokter anak. Keadaan ini disebabkan oleh:5

 Infeksi virus atau bakteri pada telinga tengah. Otitis media akut dapat terjadi
mendadak pada anak sehat tetapi paling sering menyertai ISPA virus atau bakteri
difus. Pasien yang menderita OME (otitis media efusi) dan defisiensi imun adalah
sasaran penyakit otitis media akut berulang
 Organisme yang paling sering menyebabkan otitis media akut pada seluruh
kelompok umur adalah streptococcus pneumoniae, pada anak dibawah umur 5
tahun, Haemophilus influenzae juga sering dijumpai
 Organisme yang lebih jarang adalah streptococcus β hemoliticus grup A,
staphylococcus aureus, Moraxella catarrhalis, dan organisme enterik gram negatif

11
 Organisme enterik lebih sering terdapat pada pasien dengan tanggap imun yang
berubah seperti neonatus, pasien anemia aplastik, atau pasien yang menjalani
kemoterapi
 Tuberkolosis atau jamur jarang menginfeksi telinga tengah.
 Refluks gastroesofagus pada anak kecil

Patofisiologi

Insiden otitis media akut dan berulang yang tinggi pada anak mungkin merupakan
kombinasi beberapa faktor, dengan disfungsi tuba eustachius dan kerentanan anak terhadap
infeksi saluran pernapasan atas berulang adalah paling penting. Tuba eustachius membuka
kedalam ruang telinga tengah anterior dan menghubungkan struktur tersebut dengan
nasofaring. Dilapisi oleh epitel saluran pernapasan (silindris bersilia) dan dikelilingi pada
jarak pendek dekat telinga tengah oleh tulang, tetapi untuk sebagian besar panjangnya ia
dikelilingi oleh kartilago. Tuba eustachius anak lebih horizontal dan lubang pembukaannya,
tonus tubarius, agaknya mempunyai banyak folikel limfoid yang mengelilinginya. Juga pada
anak, adenoid dapat mengisi nasofaring, secara mekanik menyekat lubang hidung dan tuba
eustachius atau berperan sebagai fokus infeksi yang dapat turut menyebabkan edema dan
disfungsi tuba eustachius. Tuba eustachius secara normal tertutup pada saat istirahat dan
terbuka pada saat menelan karena kerja otot tensor veli palatini. Tuba eustachius melindungi
telinga tengah dari sekresi nasofaring, yang memberikan drainase kedalam nasofaring sekresi
yang dihasilkan dalam telinga tengah, dan memungkinkan keseimbangan tekanan udara
dengan tekanan atmosfer dalam telinga tengah. Obstruksi mekanik dan fungsional tuba
eustachius dapat mengakibatkan efusi telinga tengah. Obstruksi mekanik intrinsik dapat
akibat dari infeksi atau alergi dan obstruktif ekstrinsik dari adenoid obstruktif atau tumor
nasofaring. Kolaps menetap tuba eustachius menetap selama menelan dapat mengakibatkan
obstruksi fungsional akibat pengurangan kekauan tuba, dan mekanisme pembukaan aktif
yang tidak efisien, atau keduanya. Obstruksi fungsional adalah lazim pada bayi dan anak
kecil karena jumlah dan kekakuan kartilago yang mendukung tuba kurang daripada jumlah
dan kekakuannya pada orang dewasa.6

Obstruksi tuba eustachius mengakibatkan tekanan telinga tengah negatif dan jika
menetap, mengakibatkan efusi telinga tengah transudatif. Drainase efusi dihambat oleh
pengangkutan mukosiliare yang terganggu dan oleh tekanan negatif terus-menerus. Bila tuba
eustachius tidak secara total terobstruksi secara mekanik, kontaminasi ruang telinga tengah

12
dari sekresi nasofaring dapat terjadi karena refluks (terutama bila membrana timpani
mengalami perforasi atau bila timpanoplasti tuba), karena aspirasi (dari tekanan telinga
tengah yang sangat negatif), atau karena peniupan (insufflasi) selama menangis, peniupan
hidung, bersin, dan penelanan bila hidung terobstruksi. Perubahan cepat tekanan
sekelilingnya atau barotrauma selama menyelam dalam air dalam atau terbang dapat juga
mengakibatkan efusi telinga tengah akut yang dapat hemoragik.6

Bayi dan anak kecil mempunyai tuba eustachius yang lebih pendek daripada anak yang
lebih tua dan orang dewasa, yang membuatnya lebih rentan terhadap refluks sekresi
nasofaring kedalam ruang telinga tengah dan terhadap perkembangan otitis media akut.6

Anak kecil menderita kenaikan frekuensi infeksi virus saluran pernapasan atas. Infeksi
ini mungkin menyebabkan edema mukosa tuba eustachius. Pembesaran reaktif jaringan
limfoid, seperti adenoid atau jaringan pada orifisium tuba eustachius, dapat juga secara
mekanik menyekat fungsi tuba dan memberikan tempat radang, secara fisiologis adenoid
membesar pada anak usia 3 tahun dan kemudian mengecil dan hilang sama sekali pada usia
14 tahun. Bila sering infeksi saluran napas atas maka terjadi hipertrofi adenoid, sehingga
timbul sumbatan koana dan tuba Eustachius.6

Adanya infeksi virus terbukti menambah adhesi bakteri pada jaringan nasofaring.
Kenaikan kadar kotonin, metabolit nikotin, juga telah dikorelasikan dengan kenaikan insiden
otitis media dengan efusi dan otitis media akut pada anak, menunjukkan bahwa pemajanan
pasif terhadap asap sigaret menaikkan masalah telinga, mungkin karena berperan sebagai
iritan terhadap epitel saluran pernapasan dan mempunyai pengaruh yang merugikan pada
gerakan silia dan pembersihan mukosiliare. Anak dengan alergi yang terdokumentasi dengan
baik tampak mempunyai insiden masalah telinga tengah berulang kira-kira sama, seperti
mereka yang tanpa alergi. Namun, atas dasar individu, faktor alergi mungkin memaikan
sebagai peran pada sekurang-kurangnya beberapa anak dengan infeksi telinga berulang.6

Anak kecil mempunyai perkembangan sistem imun yang imatur, yang mungkin
merupakan faktor lain yang menyebabkan insiden tinggi otitis pada kelompok umur ini,
namun penelitian pemeriksaan kadar imunoglobulin kuantitatif dan kadar subkelas IgG telah
menunjukkan tidak ada perbedaan antara anak dengan dan tanpa infeksi telinga berulang.6

Manifestasi Klinis

13
Gejala klinik OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak
yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, keluhan di
samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. 1

Pada anak yang lebih besar atau orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula
gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan
anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,5 derajat celcius (pada
stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare,
kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur
membran timpani maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tidur
tenang. 1

Stadium OMA berdasarkan perubahan mukosa telinga sebagai akibat infeksi dapat dibagi
atas 5 stadium:1

Stadium Oklusi Tuba Eustachius :


 Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi membran timpani
akibat terjadinya tekanan negatif didalam telinga tengah, akibat absorbsi udara.
Kadang-kadang membran timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat. Efusi
mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan
dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.
Stadium Hiperemis (Stadium Presupurasi) :
 Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani
atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang telah
terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.
Stadium Supurasi :
 Edema mukosa yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya epitel
superfisial , serta terbentuknya eksudat yang purulent di kavum timpani, yang
menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
 Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa
nyeri di telinga bertambah hebat/otalgia.
 Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri didalam
telinga, keluhan disamping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk
pilek sebelumnya.

14
 Pada anak yang lebih besar atau orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula
gangguan pendengaran berupa rasa penuh ditelinga atau rasa kurang dengar.
 Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi sampai 39,50C
(pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu
tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit.
 Apabila tekanan nanah dikavum timpani tidak berkurang , maka terjadi iskemia,
akibat tekanan-tekanan pada kapiler. Serta timbul tromboflebilitis pada vena-vena
kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani
terlihat sebagai daerah yang terlihat lebih lembek dan berwarna kekuningan. Di
tempat ini akan terjadi ruptur.
Stadium Perforasi :
 Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi
kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar
mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar/ottorhea
 Anak yang tadi gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat
tertidur dengan nyenyak
Stadium Resolusi :
 Bila membran timpani tetap utuh , maka keadaan membran timpani perlahan-lahan
akan normal kembali.
 Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akan mengering.
 Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi
walaupun tanpa pengobatan
 OMA berubah menjadi Otitis media supuratif kronis (OMSK) bila perforasi menetap
dengan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul.
 OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media efusi bila sekret
menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.

Jadi secara umum pada OMA terdapat beberapa gejala seperti berikut :4

 Otalgia, demam, otorrhea, anoreksia, irritabel, muntah, diare, kejang.


 Gejala –gejala ini disertai dengan temuan otoscopic abnormal dari membran timpani:
terlihat gelap, bulging/membenjol, hiperemis, efusi telinga tengah, penurunan
mobility dengan pneumatik otoscopi.

15
Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Medika Mentosa 1

Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium


awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik,
dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik. Tujuan pengobatan pada otitis media adalah
untuk menghindari komplikasi intrakranial dan ekstrakranial yang mungkin terjadi,mengobati
gejala, memperbaiki fungsi tuba Eustachius, menghindari perforasi membran timpani, dan
memperbaiki sistem imum lokal dan sistemik:

o Pada stadium oklusi pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba
eustachius, sehingga tekanan negatif di teliga tengah berkurang. Untuk ini diberikan
obat tetes hidung. HCL efedrin 0,5% dalam larutan fisiologi (anak <12 tahun) dan
HCL efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk yang berumur di atas 12 tahun dan
pada orang dewasa. Sumber infeksi harus diobati. Antibotika harus diberikan jika
penyebabnya bakteri
o Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika
(acetaminophen dan ibuprofen, namun untuk pemberian ibuprofen pastikan anak tidak
mengalami diare karena ibuprofen dapat memperparah iritasi saluran cerna).
Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan ampisilin dan penisilin. Terapi awal
diberikan penisilin IM agar didapatkan konsentrasi yang adekuat didalam darah,
sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan pendengaran, gejala
sisa, dan kekambuhan. Pemberian dianjurkan minimal 7 hari. Bila pasien alergi
terhadap penisilin dapat diberikan eritromisin.

Pada anak ampisilin diberikan dengan dosis 50-100mg/kgBB per hari, dibagi dalam 4
dosis, atau amoksisilin 40 mg/kgBB perhari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40
mg/kgBB.hari.

o Pada stadium supurasi selain diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan
miringotomi.
o Pada stadium perforasi sering terlihat banyak sekret yang keluar dan kadang terlihat
sekret keluar banyak secara berdenyut. Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci
telinga H2O2 3% selama 4-5 hari serta antibiotika yang adekuat.

16
o Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsung normal kembali. Bila
tidak terjadi resolusi, pada keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3
minggu.

Sekitar 80% kasus OMA sembuh dalam 3 hari tanpa p e m b e r i a n antibiotik.


Observasi dapat dilakukan. Antibiotik dianjurkan jika gejala tidak membaik dalam dua
sampai tiga hari, atau ada perburukan gejala. Ternyata pemberian antibiotik yang segera dan
dosis sesuai dapat terhindar dari tejadinya komplikasi supuratif seterusnya. Masalah yang
muncul adalah risiko terbentuknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik meningkat.
Perawatan untuk otitis media akut bervariasi tergantung pada umur dan gejala-gejala dari
anak.2

Konseling dan Edukasi 1

1. Memberitahu keluarga bahwa pengobatan harus adekuat agar membran timpani dapat
kembali normal.
2. Memberitahu keluarga untuk mencegah infeksi saluran napas atas (ISPA) pada bayi
dan anak-anak, menangani ISPA dengan pengobatan adekuat.
3. Memberitahu keluarga untuk menganjurkan pemberian ASI minimal enam bulan
sampai dengan 2 tahun.
4. Menghindarkan pajanan terhadap lingkungan merokok dan lain-lain.

Komplikasi
Sebelum ada antibiotika, OMA dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abses sub-periosteal
sampai komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak). Sekarang setelah ada antibiotika,
semua jenis komlikasi itu biasanya didapat sebagai komplikasi dari OMSK (Otitis Media
1,6
Supuratif Kronik)
a. Pada proses penyembuhan perforasi, epitel squamosa, dapat tumbuh kedalam telinga
tengah, membentuk struktur seperti kantong yang mengumpulkan debris epitel yang
lepas. Kista ini disebut “ Kolesteatoma”
b. Perforasi membran timpani yang menetap dan nekrosis osikula , keduanya
menyebabkan kehilangan pendengaran konduktif yang memerlukan koreksi bedah
dengan timpanoplasti.
c. Paralisis nervus fasialis dapat terjadi pada otitis media supuratif akut. Sekitar
sepertiga penderita mempunyai tulang yang tidak sempurna yang menutupi nervus

17
fasialis dalam telingah tengah, sehingga nervus fasialis juga mengalami peradangan.
Paralisis dapat parsial atau total.
e. Selama otitis media akut, respon radang yang disebut labirintis serosa dapat terjadi,
yaitu infeksi pada kanalis semisirkularis. Biasanya ada vertigo ringan tetapi bukan
kehilangan pendengaran. Namun jika bakteri menginvasi labirin melalui fenestra
ovalis atau rotundum, terjadi labirintis supuratif akut yang menyebabkan vertigo
berat, nistagmus, dan kehilangan pendengaran sensorineural berat
f. Keterlibatan mastoid dengan radang akut dan eksudat purulen selalu ada selama otitis
media akut, seperti ditunjukan oleh keopakan sistem sel udara (mastoiditis) pada
rontgenografi. Istilah mastoiditis supuratif akut menggambarkan osteomielitis mastoid
koalesen akut, sekat-sekat sel udara mastoid mengalami nekrosis dan sistem sel udara
menjadi konfluen. Hal ini disertai dengan nyeri berat di belakang telinga dan radang
pada mastoid. Kadang-kadang ujung mastoid pecah karena infeksi dan nanah
disebelah anterior m. strenocleidomastoideus (abses Bezold)
g. Komplikasi intrakranium OMA yang paling lazim adalah meningitis. Organisme
yang paling lazim menyebabkan meningitis yang menyebabkan ketulian adalah H.
influenzae. Sekitar 7% penderita dengan meningitis ini mengalami tuli sensorial.
h. Abses Otak terjadi karena adanya penyebaran bakteri karena adanya infeksi ditempat
lain. Penyebarannya ini dapat melalui darah, trauma tembus kepala, adanya
meningitis piogenik, ataupun berasal dari infeksi pada katup jantung. Untuk itu perlu
juga diketahui apakah pasien sebelumnya pernah mengalami sinusitis, otitis media
ataupun riwayat infeksi lainnya. Insiden paling banyak adanya penyebaran melalui
hematogen atau aliran darah yang mengenai substantia alba dan grisea atau
perkontinuatum yakni dari daerah yang dekat dengan otak. Sifat dari abses serebri
terbagi dua, ada yang soliter, ada pula yang multiple.

Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah:4,6

 Imunisasi dengan vaksin pneumococcus polivalen dapat efektif pada anak yang lebih
dari 2 tahun.
 Antibiotik profilaksis (dosis harian amoksilin, 20 mg/kg/ 24 jam, sulfonamid 50
mg/kg/24 jam) dapat efektif pada beberapa anak bila diberikan selama masa
beberapa bulan, biasanya selama musim dingin.

18
 pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak
 Menghilangkan beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan insiden OMA
berulang pada anak, dengan memperhatikan dan mengubah cara asuhan pada anak,
yaitu : membiarkan anak untuk hidup di ruang yang bebas dari tembakau/rokok dan
menghentikan penggunaan botol pada anak yang berumur lebih dari 1 tahun dan
usahakan untuk memberikan makan atau meminum susu dalam posisi duduk.
 Pencegahan yang paling potensial adalah mengganti gula alami dengan xylitol.
Penelitian menunjukkan permen karet, tablet dan sirup yang mengandung xylitol
dapat mengurangi terjadinya OMA sampai 25%.
 Pada anak dengan OMA berulang, melakukan adenoctomy. Namun keberhasilan
terapi ini belum dapat dipastikan

Prognosis

Angka kematian dari OMA jarang di era kedokteran modern. Dengan terapi antibiotik
yang efektif, tanda-tanda sistemik demam dan kelemahan seharusnya mulai menghilang,
bersama dengan rasa sakit lokal, dalam 48 jam. Anak-anak dengan kurang dari 3 episode dan
kurang dari 3 kali serangan lebih mungkin untuk ditolong dengan antibiotik. Biasanya,
pasien akhirnya dapat memulihkan gangguan pendengaran konduktif yang terkait dengan
OMA.3

Efusi telinga tengah dan gangguan pendengaran konduktif dapat tetap ada selama terapi,
70% anak-anak masih memiliki efusi telinga tengah setelah 14 hari, 50% setelah 1 bulan,
20% setelah 2 bulan, dan 10 % setelah 3 bulan, terlepas dari terapi.3

Kesimpulan

Masalah telinga, hidung dan tenggorokan (THT) merupakan masalah yang sering terjadi
pada anak-anak. Saluran napas atas merupakan tempak infeksi tersering pada anak kecil dan
penilaian penyakit akut pada anak tidak lengkap tenpa pemeriksaan telinga, hidung, dan
tenggorokan. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Pada
anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya otitis media
akut. Pada bayi dan anak, otitis media akut dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek,
lebar, dan letaknya agak horisontal. Oleh karena itu sangat dibutuhkan penanganan secepat
mungkin agar terhindar dari komlikasi yang dapat membahayakan.

19
Daftar Pustaka

1. Sopardi AE, dkk. Buku Ajar ilmu kesehatan: telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan
leher.Edisi 6. Jakarta: Balai penerbit FK UI; 2007. Hal 1-6, 16-7, 29, 33-8, 64-72.
2. P. van den Broek, L. Feenstra; Buku saku ilmu kesehatan, hidung, dan telinga. Edisi
12. Jakarta: EGC, 2009. Hal 1-2.
3. Bickley LS, Bates. Buku ajar pemeriksaan fisik dan kesehatan. Edisi 8. Jakarta: EGC;
2009. Hal 327-9, 81-3.
4. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2005. Hal
46.
5. Rudolph MA, Hoffman JIE, Rudolph CD. Buku ajar pediatri rudolph. Edisi 20
volume 2. Jakarta: EGC; 2006. Hal 1051-2.
6. Richard E, Behrman, Robert M; editor. Ilmu kesehatan anak nelson. Volume 3.
Jakarta ; EGC. 2006. Hal 2196-2212.

20

Anda mungkin juga menyukai