Anda di halaman 1dari 16

Nama : Ai Leti Latipah

Kelas : 3A (D-III Keperawatan)

Nim : 1801277006

Dosen : Nurhidayat, SKM., MM

Tugas : AIK IV

A. TATA CARA KEPERAWATAN JENAZAH

Firman Allah S.W.T. :

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada kami
kamu dikembalikan. ( QS. Al ‘Ankabuut : 57).

Apabila ada orang yang meninggal dunia, maka kita sebagai orang islam
diharuskan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Segera memejamkan mata sang mayat dan mendoakannya.

b. Menutup seluruh badan sang mayat dengan pakaian selain yang dikenakannya.

c. Menyegerakan pengurusan jenazah hingga proses pemakamannya bila telah


nyata kematiannya.

Hukum merawat Jenazah adalah Wajib Kifayah artinya cukup dikerjakan oleh
sebagian masyarakat , bila seluruh masyarakat tidak ada yang merawat maka
seluruh masyarakat akan dituntut dihadapan Allah Swt.sedang bagi orang yang
mengerjakannya, mendapat pahala yang banyak.disisi Allah Swt.
1). Mentalkinkan

Dianjurkan bagi orang yang hendak meninggal, agar ditalqin oleh mereka yang
ada di sekitarnya.

Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berpesan,

‫لَقِّنُوا َموْ تَا ُك ْم الَ إِلَهَ إِالَّ هَّللا‬

Lakukanlah talqin untuk orang yag mau meninggal di tengah kalian, agar
mengucapkan “laa ilaaha illallaah.” (HR. Muslim 2162, Nasai 1837 dan yang
lainnya).

Tujuan disyariatkan talqin, agar kalimat terakhir yang terucap dari mayit adalah
kalimat laa ilaaha illallaah..

Dari Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

ُ‫ت لَهُ ْال َجنَّة‬


ْ َ‫آخ ُر َكالَ ِم ِه الَ إِلَهَ إِالَّ هَّللا ُ َو َجب‬
ِ َ‫َم ْن َكان‬

“Siapa yang kalimat terakhirnya laa ilaaha illallaah maka akan masuk surga.”
(HR. Ahmad 22684, Abu Daud 3118 dan yang lainnya).

Kemudian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait talqin,

1. Hendaknya yang metalqin mayit adalah orang yang dicintai mayit atau yang
dipercaya mayit

Misalnya, istri atau suaminya, anaknya, orang tuanya, saudara dekatnya,


keponakannya, atau yang lainnya.
Tujuannya agar calon mayit semakin yakin bahwa yang disampaikan orang ini
adalah kebaikan.

Karena itu, terkadang setan datang menggoda manusia di akhir hayatnya, untuk
menyesatkan mereka. Datang dengan menampakkan diri seperti orang tuanya.

2. Hendaknya dilakukan dengan memperhatikan intensitas dalam mengajarkan


kalimat laa ilaaha illallaah. Dalam arti, jangan terlalu sering yang bisa jadi
membuat bosan si orang yang sakit. Termasuk ketika dia dalam kondisi sedang
berontak, sebaiknya talqin sementara dihentikan.

Al-Qurthubi menceritakan,

Guruku, Abul Abbas Ahmad bin Umar pernah menjenguk Abu Ja’far di kordoba
yang kala itu sedang sekarat. Ketika ditalqin, Laa ilaaha illallaah… tapi tiba-
tiba dia berontak, “Tidak.. tidak.”

Setelah dia sadar, kami tanyakan hal itu kepadanya. Lalu dia mengatakan,

‫ مت‬: ‫ واآلخر يقول‬، ‫ مت يهوديا ً فإنه خير األديان‬: ‫ يقول أحدهما‬، ‫أتاني شيطانان عن يميني وعن شمالي‬
‫ ال‬، ‫ ال‬: ‫ فكنت أقول لهما‬، ‫نصرانيا ً فإنه خير األديان‬

Ada dua setan mendatangiku, di sebelah kanan dan kiriku. Yang satu
mengajak, ‘Jadilah yahudi, karena itu agama terbaik.’ Sementara satunya
mengajak, ‘Jadilah nasrani, karena itu agama terbaik.’ Akupun berontak,
kukatakan, “Tidak.. tidak..” (al-Qiyamah as-Sughra, hlm. 16)

3. Hindari orang yang bisa membuat calon mayit semakin resah.

Misalnya tangisan istrinya, tangisan anaknya yang menunjukkan kesedihannya


dengan kematian suaminya atau ayahnya. Ini bisa membuat calon mayit
semakin resah, sehingga dia lebih memikirkan keluarganya dari pada
keselamatan akhiratnya. Bisa jadi ini akan menghalangi dia untuk
mengucapkan laa ilaaha illallah…

4. Cara talqin adalah mengajak dia untuk mengucapkan kalimat tauhid, bukan
mengulang-ulang ucapan ‘Laa ilaaha illallaah’ di sampingnya. Karena itu
dalam talqin bisa kita iringi dengan janji baik, misalnya:

“Mari ucapkan laa ilaaha illallaah, insyaaAllah dapat surga”.

Dari Ibnul Musayib, dari ayahnya, beliau menceritakan,

Ketika Abu Thalib hendak meninggal dunia, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjenguknya dan di kamarnya ada Abu Jahal. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menawarkan,

َ َ‫ َكلِ َمةً أُ َحاجُّ ل‬. ُ ‫ قُلْ الَ إِلَهَ إِالَّ هَّللا‬، ‫أَىْ َع ِّم‬
ِ ‫ك بِهَا ِع ْن َد هَّللا‬

Wahai Paman, ucapkanlah ‘Laa ilaaha illallaah’ satu kalimat yang akan aku
jadikan sebagai pembela untuk paman kelak di hadapan Allah.

Mendengar ini, Abu Jahal menekan perut Abu Thalib sambil mengatakan,

“Apakah kamu membenci agama ayahmu, Abdul Muthalib?” ini terus diulang,
hingga kalimat terakhir yang dia ucapkan adalah kalimat ini. (HR. Bukhari
3884, dan Nasai 2047).”

5. Jika dia sudah berhasil mengucapkan laa ilaaha illallaah maka jangan
mengajaknya bicara. Biarkan si calon mayit diam, dengan harapan kalimat
terakhir adalah laa ilaaha illallaah. Dan jika dia bicara yang lain, maka talqin
diulangi, sampai dia mengucapkan kalimat laa ilaaha illallaah.

Dari Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

ُ‫ت لَهُ ْال َجنَّة‬


ْ َ‫آخ ُر َكالَ ِم ِه الَ إِلَهَ إِالَّ هَّللا ُ َو َجب‬
ِ َ‫َم ْن َكان‬

“Siapa yang kalimat terakhirnya laa ilaaha illallaah maka akan masuk surga.”

(HR. Ahmad 22684, Abu Daud 3118 dan yang lainnya).

6. Inti Talqin

Inti dari talqin adalah mengajak orang untuk kembali kepada tauhid yang
benar. Karena itu, talqin bisa saja dilakukan untuk orang non muslim. Namun
ajakannya bukan sebatas mengucapkan laa ilaaha illallaah tapi ajakan untuk
bersyahadat atau masuk islam.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, menceritakan,

Ada anak remaja Yahudi yang suka melayani Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Pada saat dia sakit, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjenguknya. Beliau duduk di samping kepala anak Yahudi itu. Beliau
tawarkan, “Mau masuk islam?”

Anak itupun melihat ke arah ayahnya yang ada di sampingnya – dengan


maksud minta izin kepadanya –. Lalu ayahnya mengatakan,
“Taati Abul Qasim (Muhammad) shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Hingga anak ini masuk islam. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
keluar dari rumah itu sambil mengucapkan,

ِ َّ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذى أَ ْنقَ َذهُ ِمنَ الن‬


‫ار‬

Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan dia dari neraka. (HR.
Bukhari 1356, Abu Daud 3097)

7. semua yang ada di sekitar calon mayit, tidak boleh mengucapkan kalimat
apapun selain kebaikan. Karena ucapan mereka diaminkan malaikat.

Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda,

َ‫يض أَ ِو ْال َميِّتَ فَقُولُوا َخ ْيرًا فَإ ِ َّن ْال َمالَئِ َكةَ يُ َؤ ِّمنُونَ َعلَى َما تَقُولُون‬
َ ‫ضرْ تُ ُم ْال َم ِر‬
َ ‫إِ َذا َح‬

“Apabila kamu menjenguk orang sakit atau mayit maka ucapkanlah kalimat
yang baik. Karena para malaikat mengaminkan apa yang kalian ucapkan.”
(HR. Ahmad 27367, Muslim 2168, dan yang lainnya)

8. tidak disyariatkan talqin di kuburan. Karena amal manusia setelah mati


terputus. Sebagaimana hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ‫ح يَ ْدعُو لَه‬ َ ‫اريَ ٍة أَوْ ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه أَوْ َولَ ٍد‬
ٍ ِ‫صال‬ َ ‫إِ َذا َماتَ ا ِإل ْن َسانُ ا ْنقَطَ َع َع ْنهُ َع َملُهُ إِالَّ ِم ْن ثَالَثَ ٍة إِالَّ ِم ْن‬
ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬

“Apabila anak Adam meninggal, maka terputus darinya semua amalan kecuali
tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang
mendoakannya.” (HR. Muslim 4310)

Yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk diucapkan setelah


memakamkan adalah mendoakan mayit agar diampuni dan diberi kekuatan
menjawab pertanyaan Malaikat.

2). Memandikan Jenazah

Ketika memandikan jenazah, tidak semua orang boleh hadir. Mereka yang hadir
aadalah orang yang diperlukan kehadirannya. Oleh sebab itu, ada syarat tertentu
yang harus diperhatikan, antara lain :

a. Orang muslim, berakal, dan balig cukup umur.

b. Orang yang wajib memandikan jenazah wajib niat.

c. Orang jujur, saleh, dan dapat dipercaya. Hal itu dimaksudkan agar orang
itu hanya menyiarkan mana-man yang baik dan menutupi mana-man yang
jelek tentang si mayat.

Orang yang utama memandikan jenazah.

a. Untuk jenazah laki-laki, orang yang utama memandikan adalah orang


yang diberi wasiat, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, mahram
dari pihak laki-laki, dan boleh juga istrinya.

b. Untuk jenazah perempuan, yang memandikan adalah ibunya, neneknya,


atau keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.
c. Jika jenazah anak laki-laki, boleh perempuan memandikannya. Jika anak
perempuan boleh laki-laki memandikannya,

d. Jika perempuan yang mati dan semuanya yang hidup laki-laki dan tidak
ada suaminya atau sebaliknya, jenazah tersebut tidak dimandikan, tetapi
ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis
tangan. Rosulullah saw bersabda yang Artinya :

Jika seseorang perempuan meninggal di lingkungan laki-laki dan tidak ada


perempuan lain atau laki-laki meninggal di lingkungan perempuan-perempuan
dan tidak ada laki-laki selainnya maka hendaklah mayat-mayat itu ditayamumkan,
lalu dimakamkan. Keduanya itu sama halnya dengan orang yang tidak
mendapatkan air.(HR. Abu Dawud dan al-Baihaqi)

Dalam memandikan mayat, hendaknya menjaga hal-hal sebagai berikut:

a. Memulai memandikannya dari sebelah kanan, dan anggota badan yang dibasuh
ketika berwudhu

b. Memandikan tiga kali atau lebih sesuai dengan yang dibutuhkan

c. Hendaklah memandikan dengan hitungan ganjil (3 kali, 5 kali, 7 kali, dan


seterusnya)

d. Hendaklah air yang digunakan untuk memandikan dicampurkan dengan sabun


atau sejenisnya

e. Pada saat akhir memandikannya hendaknya mencampuri airnya dengan parfum,


kapur barus, atau sejenisnya

f. Menguraikan rambutnya

g. Hendaklah yang memandikan mayat laki-laki adalah orang laki-laki, dan yang
yang memandikan mayat perempuan adalah orang-orang perempuan
h. Cara memandikannya dengan menggunakan kain pembersih atau sejenisnya.
Lalu digosok-gosokkan di bawah kain penutup, setelah pakaiannya dilepaskan.
Dianjurkan untuk memotong kukunya jenazah, mencukur bulu ketiak dan
kemaluan, menyisir rambut jenazah. Lalu menyekanya dengan handuk.

3). Mengkafani Jenazah

Setelah usai memandikan jenazah, maka diwajibkan mengkafaninya. Mengafani


jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat
menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengafani jenazah muslim
dan bukan mati syahid adalah fardlu kifayah. Kafan yang digunakan utuk
membungkus jenazah hendaklah mencukupi untuk menutup seluruh tubuhnya.

Dalam mengafani jenazah, terdapat hal-hal yang disunnahkan, antara lain:

a. Kain yang digunakan hendaklah bagus, bersih, dan menutupi seluruh tubuh.

b. kain kafan hendaklah berwarnah putih.

c. Jumlah kain kafan bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedengkan perempuan
lima lapis.

d. Sebelum digunakan untuk membungkus, kain kafan hendaknya diberi wangi-


wangian.

e. Tidak berlebihan dalam mengafani jenazah.

Mengkafani jenazah dilakukan dengan cara:

dianjurkan mengkafani dengan 3 helai kain kafan yang berwarna putih bagi
jenazah laki-laki, dan 5 helai kain kafan untuk jenazah perempuan. Kain kafan
tersebut dibubuhi wewangian kemudian membalut jenazah dengan kain kafan
tersebut.
a. Pada lapis yang pertama dibubuhi wewangian khusus,

b. kemudian letakkan jenazah diatas kafan tersebut dalam posisi terlentang.

c. Lalu letakkan kapas yang telah dibubuhi wewangian pada selakangan


jenazah. Hendaklah menyediakan kain yang telah dibubuhi kapas untuk
menutupi aurat jenazah dengan melilitkannya (seperti popok)

d. kemudian hendaklah membubuhi wewangian pada lekuk wajah jenazah.


Kemudian lembaran pertama dilipat dari sebelah kanan terlebih dahulu,
menyusul lembaran kedua dan ketiga seperti halnya lembaran yang
pertama. Kemudian menambatkan tali-tali pengikatnya yang berjumlah
tujuh utas tali.

e. Lalu gulung lebihan kain kafan pada ujung kepala dan kakinya agar tidak
lepas ikatannya, kemudian lipat kea rah kaki dan arah kepala.

f. Jenazah wanita dikafani dengan lima helai kain yaitu kain sarung untuk
menutupi bagian bawahnya, kerudung untuk menutupi bagian kepalanya,
baju kurung (yang terbuka sisi kanan dan kirinya) serta dua helai kain
yang digunakan untuk menutupi sekujur tubuhnya.

4). Mensolatkan Jenazah

Mensholatkan jenazah orang Islam Hukumnya adalah fardhu kifayah.

Rasulullah saw., bersabda :

)‫صلُّوْ ا َعلَى َموْ تَا ُك ْم (رواه إبن ماجه‬


َ : .‫م‬.‫قَا َل َرسُوْ ُل هللاِ ص‬

Artinya : “Bersabda Rasulullah saw., sholatlah olehmu orang-orang yang


meninggal”. (HR. Ibnu Majah )
Mensholatkan jenazah dengan cara sebagai berikut:

a. Sholat jenazah ialah sholat yang dikerjakan sebanyak 4 takbir dalam rangka
mendo’akan orang muslim yang meninggal, apabila jenazahnya laki-laki Imam
hendaklah berdiri setentang/Sejajar dengan kepala jenazah, dan berdiri tepat
pada bagian tengah jenazah apabila jenazahnya perempuan

b. Kemudian imam takbir empat kali. Setelah takbir pertama, membaca ta’awudz,
kemudian surat al-fatihah

c. Pada takbir kedua, membaca sholawat nabi sebagaimana yang biasa dibaca
dalam tashyahud

d. Kemudian setelah takbir ketiga, membaca doa. Setelah takbir keempat juga
membaca doa lalu mengucapkan sekali salam kekanan. Pada setiap takbir
mengangkat kedua tangan

5). Mengkuburkan Jenazah

Setelah disholatkan, jenazah segera dikuburkan. Jenazah sebaiknya dipikul oleh


empat orang jamaah. Sebelum proses penguburan sebaiknya lubanng kubur
dipersiapkan terlebih dahulu, dengan kedalaman minimal 2 m agar bau tubuh
yang membusuk tidak tercium ke atas dan untuk menjaga kehormatannya sebagai
manusia. Selanjutnya, secara perlahan jenazah dimasukkan ke dalam kubur di
tempatkan pada lubang lahat, dengan dimiringkan ke arah kiblat. Selanjutnya, tali
pengikat jenazah bagian kepala dan kaki dibuka agar menyentuh tanah langsung.

Dalam meletakkan jenazah kedalam liang kubur, hendaknya membaringkan


jenazah dengan posisi lambung kanan dibawah dan wajahnya menghadap kea rah
kiblat. Sementara kepala dan kedua kainya bertumpu pada sisi kanan dan
menghadap kiblat.

Saatmeletakkan jenazah hendak membaca :


)‫بِس ِْم هللاِ َو َعلَى ِملَّ ِة َرسُوْ ِل هللاِ (رواه الترمذى و أبو داود‬

Artinya:”Dengan menyebut Asma Allah dan atas agama Rasulullah”. (HR.


Tirmidzi dan Abu Daud)

Hal-hal yang disunahkan sesudah pemakaman jenazah adalah seperti berikut:

a. meninggikan kuburan sekadar sejengkal dari permukaan tanah dan tidak


diratakan dengan tanah, agar dikenali makamnya dan tidak ditelantarkan.

b. hendaknya gundukan tanah lebihan dibentuk seperti punuk.

c. hendaknya memberi tanda pada makam dengan batu atau sejenisnya agar
diketahui bagi keluarganya.

d. Agar posisi jenazah tidak berubah, sebaiknya diberi ganjalan dengan bulatan
tanah atau bulatan tanah kecil. Selanjutnya, lubang tanah ditutup dengan kayu
atau bambu sehingga waktu penimbunan tubuh jenazah tidak terkena dengan
tanah.

e. Ucapan sesudah pemakaman bagi orang yang berada di atas kuburan


menaburkan tanah dengan dua tangan nya, tiga (3) kali kearah kepala nya, dan
dianjurkan membaca doa ketika menaburkan tanah

– taburan pertama ( ‫) منها خلقنا كم‬

– taburan kedua ( ‫) و فيها نعيد¡ كم‬

– taburan ketiga ( ‫) ومنها نخرجكم تارة أخرى‬

f. hendaklah salah seorang berdiri di samping kuburan jenazah untuk


memohonkan kemantapan dalam menjawab setiap Tanya dalam kubur dan
ampunan bagi jenazah, seraya menyuruh kepada yang hadir untuk melakukan
hal yang sama.

Rasulullah saw., bersabda :

)‫إِ ْستَ ْغفِرُوْ ا ِألَ ِخ ْي ُك ْم َو ْسئَلُوْ ا لَهُ التَّ ْثبِيْتَ فَإِنَّهُ ْاآلنَ يُ ْسئَ ُل (متفق عليه‬

Artinya:”Mohonkan ampun untuk saudaramu dan mintakanlah keteguhan iman


baginya, karena ia sekarang sedang diperiksa”. ( HR. Bukhori dan Muslim )

َ ُ‫ إِ ْستَ ْغفِرُوْ ا ِألَ ِخ ْي ُك ْم َو ْسئَلُوْ ا لَهُ فَإِنَّه‬: ‫ت َوقَفَ َعلَ ْي ِه فَقَا َل‬
ِ ِّ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ َذا فَ َر َغ ِم ْن َد ْف ِن ْال َمي‬ َّ ِ‫انَ النَّب‬
َ ‫ي‬
)‫ْاآلنَ يُ ْسئَ ُل (رواه ابو داود‬

Artinya : “Bahwa Nabi saw, apabila telah selesai menguburkan jenazah, beliau
berdiri diatasnya dan bersabda: mohonkanlah ampun untuk saudaramu dan
mintakanlah untuknya supaya di beri ketabahan karena sesungguhnya ia sekarang
sedang ditanya”. (HR. Abu Daud
DALIL DALAM TATA CARA KEPERAWATAN JENAZAH

Anda mungkin juga menyukai