Tugas Remidi UAS Mata Kuliah Pengelolaan Desa Siaga (Meresume
Materi)
A. KONSEP DASAR DESA SIAGA
1. Pengertian Desa Siaga Desa siaga adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa yang memiliki kesiapan sumber daya potensial dan kemampuan mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. 2. Latar Belakang a. Sehat merupakan hal asasi manusia. b. Sehat merupakan intervensi bangsa. c. Sehat merupakan modal utama dalam mencapai pembangunan. d. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula 3. Tujuan Desa Siaga Tujuan umum : Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap masalah-masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan di desanya. Tujuan khusus : a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan dan melaksanakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). b. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan. c. Meningkatnya kesehatan di lingkungan desa. d. Meningkatnya kesiagaan dan kesiapsediaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, dsb). 4. Landasan Hukum a. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. b. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. c. UU No. 25 Tahun 2005 tentang Perencanaan Pembangunan. d. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah. e. KepMenKes No. 574/Menkes/SK/IV/2000 Tahun 2000 tentang Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat. f. KepMenKes No. 128/Menkes/SK/II/2004 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas. g. KepMenKes No. 131/Menkes/SK/IV/2004 Tahun 2004 tentang SKN. h. PerGub Jateng No. 90 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan PKD. i. PerGub Jateng No. 19 Tahun 2006 tentang Akselerasi Renstra Prov Jateng 2003-2008. j. PerGub Jateng No. 47 Tahun 2006 tentang Sistem Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 5. Permasalahan Yang Timbul a. Bencana alam, tawuran, kecelakaan lalu lintas. b. Penyakit-penyakit baru bermunculan. c. Penyakit-penyakit kronis merajalela. d. Gangguan jiwa bertambah. e. Gizi buruk makin merajuk. f. Penyakit menular semakin berkembang. g. Kematian ibu karena melahirkan dan aborsi. 6. Sasaran Desa Siaga a. Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya. b. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh perempuan, dan pemuda, kader, serta petugas kesehatan. c. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan kebijakan, peraturan perundang-undangan, dana, tenaga, sarana, dll. Seperti kepala desa, camat, para pejabat terkait, swasta, para donatur, dan pemangku kepentingan lain. 7. Kriteria Desa Siaga Kriteria sebuah desa bisa dikembangkan menjadi desa siaga, apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah PKD atau tenaga profesional kesehatan yang siap melaksanakan : a. Pemberdayaan masyarakat. b. Mendorong pembangunan berwawasan di desa. c. Rujukan pertama pelayanan kesehatan yang bermutu bagi masyarakat dan kegawatdaruratan kesehatan. 8. Indikator Desa Siaga Indikator pengembangan desa siaga antara lain : a. PKD atau tenaga kesehatan profesional pembinaan desa, aktif memfasilitasi pemberdayaan masyarakat dan siap menerima rujukan pertama. b. Forum kesehatan desa aktif. c. Gerakan bersama (gotong royong) oleh masyarakat dalam mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana serta kegawatdaruratan kesehatan, dengan pengendalian faktor resikonya. d. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) berkualitas. e. Pengamatan dan pemantauan oleh masyarakat untuk masalah kesehatan, bencna dan kegawatdaruratan kesehatan dengan faktor resikonya dianalisis untuk rencana tindak lanjut. f. Pengembangan pembiayaan kesehatan oleh masyarakat untuk berbagi upaya dan kegiatan yang akan dilaksanakan. 9. Indikator Output Pengembangan Desa Siaga a. Strata UKBM meningkat. b. Cakupan pelayanan kesehatan meningkat. c. Penurunan faktor resiko penyakit dan bencana, serta kegawatdaruratan kesehatan. d. Pembiayaan kesehatan untuk berbagai upaya dan kegiatan terpenuhi. 10. Indikator Outcome Pengembangan Desa Siaga a. Peningkatan strata perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan lingkungan sehat. b. Penurunan kasus/maslah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan. c. Peningkatan status gizi masyarakat. 11. Derajat kesehatan yang optimal dipengaruhi oleh : a. Perilaku hidup sehat. b. Pelayanan kesehatan. c. Pelayanan kependudukan yang terkait dengan upaya pembangunan non kesehatan. d. Lingkungan sosial kemasyarakatan. e. Sosial ekonomi. f. Sosial politik. g. Keamanan. h. Pendapatan. i. Pendidikan. j. Sosial budaya 12. Kerangka Pikir Pengembangan Desa Menjadi Desa Siaga a. Dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat telah banyak dikembangkan berbagai kegiatan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) antara lain : Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Upaya Kesehatan Masjid (UKM), dana sehat, tabulin, Upaya Kesehatan Kerja (UKK), dll. b. Selama ini pembinaan upaua kesehatan masyarakat desa tersebut dilakukan secara tunggal. Dengan adanya PKD didesa diharapkan dapat berperan memfasilitasi peningkatan UKBM yang ada lebih intensif dan terpadu. c. Berbagai kegiatan telah berkembang dalam mendorong kemandirian masyarakat mengatasi masalah kesehatan melaui kegiatan gotong rayong antara lain : pemberantasan sarang nyamuk (PSN), jumat bersih, perbaikan rumah, ambulans desa, arisan jamban, dll. d. Pengamatan dan pemantauan kesehatan oeh masyarakat telah dilakukan melalui buku KIA, sistem informasi posyandu (SIP), dan dll. e. Berbagai potensi yang telah ada dan berkembang di desa perlu terkoordinasi secara baik sehingga perlu membentuk atau mengoptimalkan forum yang telah ada di desa, yang pada akhirnya membangun sistem kesehatan desa. 13. Komponen Desa Siaga a. PKD (Pos Kesehatan Desa). b. FKD (Forum Kesehatan Desa). c. Gotong royong masyarakat di bidang kesehatan. d. UKBM (Upaya Kesehatan Bersumderdaya Masyarakat). e. SMD (Survei Mawas Diri). f. Pembiayaan kesehatan. B. KOMPONEN DESA SIAGA 1. Peran Bidan Dalam Pengembangan Desa Siaga a. Pembimbing dan pelaksana kegiatan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan. b. Pembimbing dan pelaksana pelayanan kegawatdaruratan kesehatan sehari-hari serta bencana. c. Pembimbing dan pelaksana tanggap darurat bencana (safe community). d. Pelaksana pelananan medis dasar sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. 2. Kompetensi Bidan Dalam Pengembangan Desa Siaga a. Membimbing dan melaksanakan penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan. b. Membimbing dan melaksanakan pelayanan kegawatdaruratan kesehatan sehari-hari serta bencana. c. Membimbing dan melaksanakan tanggap darurat bencana (safe community). d. Membimbing dan melaksanakan pelayanan medis dasar sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. 3. PKD (Poliklinik Kesehatan Desa) a. PKD adalah usaha kesehatan bersumberdaya masyarakat yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan /menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. b. PKD dibentuk sebagai sarana kesehatan yang merupakan pertemuan antara upaya masyarakat dan dukungan pemerintah. 4. Tujuan PKD Tujuan Umum : Terwujudnya masyarakat sehat yang siaga terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya. Tujuan Khusus : a. Terselenggaranya promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. b. Terselenggaranya pengamatan, pencatatan, dan pelaporan dalam rangka meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (penyakit menular, status gizi, ibu hamil beresiko). c. Terselenggaranya pelayananan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh masyarakat dan tenaga profesional kesehatan. d. Terkoordinasinya penyelenggaraan UKBM lainnya yang ada di desa. e. Terselenggaranya upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya di bidang kesehatan. 5. Ruang Lingkup PKD Ruang Lingkup PKD meliputi upaya promotif, preventif, dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (bidan) dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela. Kegiatan PKD : a. Pengamatan dan kewaspadaan dini ( surveilans penyakit, gizi, perilaku beresiko, lingkungan dan masalah kesehatan lain). b. Penanganan kegawatdaruratan kesehatan. c. Kesiapsiagaan terhadap bencana. d. Pelayanan kesehatan dasar. e. Promosi kesehatan. f. Penyehatan lingkungan. 6. Fungsi PKD a. Sebagai wahana peran aktif masyarakat di bidang kesehatan. b. Sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai resiko dan masalah kesehatan. c. Sebagai wahana pelayanan kesehatan dasar (meningkatkan jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan). d. Sebagai wahana pembentukan jejaring UKBM yang ada di desa. 7. Prioritas Pengembangan PKD a. Desa/kelurahan yang tidak terdapat sanana kesehatan (Puskesmas/RS). b. Desa di lokasi terisolisir, terpencil, tertinggal, perbatasan atau kepulauan. 8. Manfaat PKD a. Bagi masyarakat desa : 1) Permasalahan kesehatan di desa dapat dideteksi secara dini. 2) Masyarakat desa dapat memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang dapat dijangkau (geografis). b. Bagi Kader : 1) Mendapatkan informasi awal di bidang kesehatan c. Bagi Puskesmas : 1) Memperluas jangkauan pelayanan puskesmas. 2) Mengoptimalkan fungs puskesmas sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama. d. Bagi sektor lain : 1) Memadukan kegiatan sektornya dengan bidang kesehatan. 2) Kegiatan pemebrdayaan masyarakat dapat dilakukan lebih efektif dan efisien. 9. Pengorganisasian PKD a. Prinsip pengorganisasian PKD adalah dikelola oleh masyarakat yang dalam hal ini kader dengan bimbingan tenaga kesehatan b. Tenaga PKD : 1) Tenaga masyarakat : kader, tenaga sukarela. 2) Tenaga kesehatan : bidan (berdomisili di desa setempat). a. Kepengurusan PKD : dipilih melalui musyawarah dan mufakat masyarakat desa dan ditetapkan oleh kepala desa. b. Kedudukan dan hubungan kerja PKD 10. FKD (Forum Kesehatan Desa) FKD merupakan wadah partisipasi masyarakat dalam mengembangkan pembangunan kesehatan di desa untuk merencanakan, menetapkan, koordinasi dan penggerak kegiatan serta monitoring evaluasi pembangunan kesehatan desa. 11. FKD a. Kepala desa dan perangkatnya. b. Badan perwakilan desa (BPD). c. TP PKK sebagai organisasi masyarakat. d. Kader, tokoh masyarakat, tokoh agama. e. Lembaga sosial/swadaya masyarakat. f. Perwaklian kelompok tertentu. 12. Tujuan FKD a. Menyusun kebijakan. b. Mengumpulkan informasi dan menggali potensi dengan survei mawas diri (SMD). c. Memadukan potensi dan kegiatan di desa. d. Merencanakan (identifikasi masalah dan sebab masalah, identifikasi potensi, mebyusun pemecahan masalah dan kesepakatan bersama, menetapkan dalam Musyawarah masyarakat Desa (MMD). e. Koordinasi, penggerak, pembinaan, dan pengembangan kegiatan. f. Monitoring evaluasi kegiatan desa. g. Penghubung berbagai kepentingan. 13. Indikator Keberhasilan FKD a. Ada forum yang melaksanakan tugas. b. Ada rencana pembangunan kesehatan hasil SMD dan MMD . c. Ada kebijakan bidang pembangunan. d. Ada kegiatan rapat rutin. e. Rencana kegiatan terlaksana. f. Ada dukungan secara berkelanjutan.
FKD dalam mengembangkan sistem kesehatan desa melalui
mekanisme operasional yang terorganisasi dengan baik untuk mendukung komponen kegiatan desa siaga yaitu :
1) Kegiatan gotong royong masyarakat untuk mencegah dan
mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan bencana. 2) Komponen upaya kesehatan oleh masyarakat. 3) Komponen pembiayaan oleh masyarakat secara mandiri. 14. Kegiatan Gotong Royong Masyarakat Komponen kegotong royongan masyarakat dengan cara yang berkembang dari, oleh, dan untuk kepentingan masyarakat, secara mandiri dan sesuai potensi setempat. Tujuan : a. Meningkatkan kesehatan masyarakat. b. Mencegah dan mengendalikan faktor risiko masalah kesehatan, bencana, kegawatdaruratan kesehatan. c. Kesiapsiagaan mengatasi masalah kesehatan yang terjadi atau mungkin terjadi. 15. Indikator Keberhasilan Gotong Royong Masyarakat a. Ada kegiatan dari, oleh, dan untuk masyarakat. b. Ada kesinambungan kegiatan. c. Ada penigkatan kegiatan gotong royong masyarakat. 16. Bentuk-Bentuk Kegiatan Gotong Royong Masyarakat a. Gerakan kebersamaan membangun lingkungan (Pembangunan sarana air bersih, Jumat bersih, PSN, gerakan 3M, Pembuatan saluran pembuangan air limbah (SPAL), Jambanisasi, perbaikan rumah sehat). b. Gerakan mendukung kelompok fentan (ibu hamil risiko tinggi, balita risiko tinggi). c. Ambulans desa. d. Penggalangan donor darah. e. Pemanfaatan masyarakan pada upaya kesehatan yang ada. f. Gerakan pengendalian faktor risiko (PFR) penyakit dan masalah kesehatan. g. Gerakan pengendalian bencana dan faktor risikonya. h. Paguyuban penderita TB paru. i. Pengalakkan tanaman obat keluarga. 17. Upaya Kesehatan a. Suatu upaya untuk mewujudkan tingkat kesehatan yang optimal sebagai kebutuhan dasar manusia, yang menitik beratkan pada upaya promotif dan preventif yang di dukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif yang berkesinambungan. b. Upaya kesehatan dilakukan oleh kader dan masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat secara mandiri. 18. Sasaran Upaya Kesehatan a. Sasaran upaya kesehatan adalah ibu maternal, bayi, balita remaja, WUS, dan masyarakat. b. Pelaksana upaya kesehatan adalah kader atau tokoh yang ditunjuk. 19. Upaya Kesehatan a. Upaya promotif 1) Penyuluhan kesehatan oleh masyarakat untuk mesyarakat. 2) Pola asuh dan pola makan yang baik. 3) Kebersihan perorangan dan lingkungan. b. Upaya preventif 1) Pemantauan kesehatan secara berkala (balita, bumul, remaja. Pekerja usila). 2) Imunisasi. 3) Deteksi dini faktor risiko dan pencegahannya. c. Upaya kuratif dan rehabilitatif 1) Deteksi dini kasus (maternal, balita, penyakit). 2) PPPK dan rujukan kasus. 3) Dukungan penyembuhan, pengobatan, perawatan dan pemantauan. 20. Bentuk Kegiatan Upaya Kesehatan a. Penyuluhan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat desa dengan memanfaatkan berbagai jejaraing potensi di desa. b. Posyandu untuk penimbangan dan pamantauan kesehatan balita. c. Pemantauana kesehatan secara berkala untuk balita, ibu hamil, remaja, usila. d. Upaya kesehatan masjid (UKM), atau tempat ibadah. e. Abatisasi, pemeriksaan kualitas air, kaporisasi sumur secara berkala. 21. Indikator Keberhasilan Upaya Kesehatan a. Ada kegiatan UKBM. b. Kader aktif dan mampu melaksanakan upaya kesehatan dengan baik. c. Kegiatan UKBM berjalan rutin/berkesinambungan. d. Peningkatan rujukan masyarakat pada pelayanan kesehatan yang ada (hasil deteksi dini, persalinan oelh tenaga kesehatan di PKD). e. Peningkatan cakupan UKBM. 22. Mekanisme Upaya Kesehatan Peran utama komponen upaya kesehatan adalah posyandu dan UKBM lain, serta kader/toma. PKD membina dan memfasilitasi secara teknik kegiatan upaya kesehatan oleh masyarakat, serta menjadi rujukan pertama dalam mengatasi masalah kesehatan termasuk kegawatdaruratan kesehatan. Forum kesehatan desa koordinator dan penggerak kegiatan. 23. Bentuk-Bentuk Kegiatan Upaya Kesehatan a. Penyuluhan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat desa dengan memanfaatkan jejaring potensi di desa. b. Posyandu untuk penimbangan dan pamantauan kesehatan balita. c. Pemantauan kesehatan secara berkala untuk balita, ibu hamil, remaja, usila. d. Upaya kesehatan masjid (UKM) atau tempat ibadah. e. Abatisasi, pemeriksaan kuelaitas air, kaporisasi sumur secara berkala atau situasi tertentu. f. Deteksi dini kasus, masalah kesehatan dan fakta risiko (maternal, bayi, balita, penyakit termasuk gizi). g. Pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) atau kegawatdaruratan. h. Pengembangan sistem rujukan oleh masyrakat. i. Pemberian obat, imunisasi polio, Fe, vit. A, oralit. j. Pemberian makanan tambahan (PMT) penyuluhan dan pemulihan oleh masyarakat. k. Dukungan penyembuhan, perawatan seperti pemantau minum obat. 24. Pengamatan Dan Pemantauan (Survailans) a. Surveilans adalah kegiatan pengamatan dan pemantauan secara sistematis dan terus meberus terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi risiko (faktor risiko) terjadinya penyakit atau maslah kesehatan tersebut. b. Surveilans dilakukan oleh masyarakat terhadap masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan di desa, serta faktor risiko yang mempengaruhi atau yang menyebabkan masalah kesehatan tersebut 25. Tujuan Survailans Agar tercipta sistem kewaspadaan dan kesiapsiagaan dini masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya penyakit dan masalah-maslah kesehatan, bencana, kegawatdaruratan kesehatan yang akan mengancam dan merugikan masyarakat sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan secara efektif dan efisien. 26. Pelaksana Survailans Pelaksanan surveilan adalah seluruh komponen masyarakat desa seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan, PKK, RT, RW, aparat desa, da komponen lain yang terkait. 27. Sasaran Survailans Sasaran kegiatan surveilans adalah seluruh kejadian yang berkaitan dengan : a. Masalah kesehatan ibu, bayi, balita. b. Masalah gizi kesehatan. c. Masalah penyakit. d. Faktor risiko termasuk masalah lingkungan (air bersih, limbah, jamban, sampah, perumahan) berkembangnya perilaku hidup di kalangan warga yang merugikan kesehatan baik perorangan, keluarga maupun masyarakat. e. Masalah bencana dan kegawatdaruratan kesehatan termasuk faktor risikonya. 28. Langkah Pengamatan Dan Pemantauan a. Memahami secara dini tanda-tanda penyakit, maslah gizi, masalah kesehatan lainnya, dan masalah bencana, serta kegawatdaruratan kesehatan dengan faktor risikonya. b. Mengumpulkan data, fakta, informasi yang terkait dengan masalah kesehatan, bencana, kegawatdaruratan kesehatan, dan faktor risikonya. c. Melakukan pencatatan dan analisis sebagai upaya kewaspadaan dini dan menyusun tindak lanjut untuk mencegah dan mengatasi masalah yang ada. 29. Bentuk Catatan Yang Dapat Dikembangkan a. Buku KIA di keluarga. b. Sistem informasi posyandu (SIP) meliputi pencatatan ibu hamil, bayi dan balita. c. Catatan kasus atau kejadian atau kegawatdaruratan kesehatan. d. Rujukan kasus oleh kader. e. Catatan pendataan PHBS di RT/RW. f. Catatan kondisi rumah dan lingkungan RT/PKK. g. Catatan keluarga miskin di RT/Desa. h. Catatan angka bebas jentik (ABJ) oleh kader. i. Catatan kegiatan kesehatan yang dilaksanakan. 30. Indikator Keberhasilan Survailans a. Ada catatan dan pelaporan. b. Ada penaggungjawab pengamatan dan pemantauan. c. Ada pemanfaatan catatan dan informasi. 31. Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan adalah upaya pembiayaan yang berasal dari, oleh, dan untuk masyarakat yang diselenggarakan berdasar atas gotong royong dalam rangka peningkatan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dan berbagai kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, serta faktor risikonya 32. Bentuk-Bentuk Pembiayaan Kesehatan a. Tabulin/dasolin untuk pelayanan kesehatan ibu bersalin. b. Arisan jamban, jendela, ventilasi untuk penyehatan perumahan dan lingkungan. c. Iuran kelompok pemakai air (Pokmair). d. Dana posyandu untuk PMT dan kegiatan pelaksanaan posyandu. e. Dana sehat, JPKM. f. Dana sosial keagamaan (BAZIZ) untuk masyarakat kurang mampu. g. Jimpitan melakui RT atau RW, dana soaial dan wisma, dan PKK. h. Dana peduli kesehatan yang berasal dari sumbangan, iuran yasinan/jumatan, inatura, dana pengembangan lingkungan sebagai kompensasi industri. i. Peluang lain seperti P2KP (Program Pengentasan Kemiskinan Perkotaan) dan alokasi dana penyumbangan kesehatan desa (AKDP) dengan penyusunan usulan dari masarakat desa. 33. Langkah Pembiayaan Kesehatan a. Pengalokasian atau pemanfaatan pembiayaan kesehatan. b. Identifikasi sumber dana yang sudah ada dan ayang akan dikembangkan. c. Cara pengelolaan dan pembelanjaan perlu kejelasan dalam hal mekanisme pengumpulan dana, kesepakatan pengelolaan dan sistem kontrol. d. Kesiapan keluarga dan msysrakat untuk berpartisipasi dalam pembiayaan kesehatan yang telah dan akan dikembangkan.
C. STRATA DESA SIAGA AKTIF
1. Pengertian Desa siaga aktif adalah sebuah desa penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui PKD atau sarana kesehatan lain yang ada di wilayah tersebut, seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas, atau sarana kesehatan lainnya. Masyarakat juga mengembangkan UKBM dan melaksanakan surveilans berbasis masyarakat, meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi lingkungan dan perilaku, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat 2. Prinsip Penentuan Strata Desa Siaga Aktif a. Obyektif dan Jujur Hasil dari penentuan strata desa yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan secara administrasi maupun secara moral. b. Bersifat Transparan Penialaian yang dilakukan dilakukan terbuka secara umum, tidakada unsur-unsur yang ditutupi. c. Valid dan Up To Date Data yang digunakan dalam penentuan strata desa mempunyai akurasi atau tingkat kepercayaan yang tinggi serta berasal dari data yang terbaru. 3. Komponen Desa Siaga Aktif KepMenKes No. 1529/MENKES/SK/X/2010 : a. Pelayanan kesehatan dasar. b. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM dan mendorong upaya surveilans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan. c. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). 4. Pelaksana a. Pengurus FKD. b. Bidan Desa/tenaga profesional kesehatan. c. Tim Pembina Desa atau Fasilitator Desa dari tingkat Desa, Kecamatan, atau Puskesmas, Kabupaten/Kota dan Provinsi. 5. Strata Desa Siaga Aktif a. Pratama b. Madya c. Purnama d. Mandiri 6. Strata Siaga Pratama a. Sudah memiliki tenaga profesional kesehatan (dokter/perawat/bidan) yang dapat memberikan pelayanan kesehatan dasar, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan sesuai kewenangan. b. Sudah ada peyananan kesehatan dasar tetapi belum setiap hari. c. Sudah memiliki FKD tetapi belum berjalan. d. Sudah memiliki kader kesehatan minimal 2 orang. e. Sudah ada partisipasi/peran aktif masyarakat di bidang kesehatan minimal 1 kegiatan. f. Sudah memiliki kegiatan UKBM minimal Posyandu. g. Pencapaian rumah tangga sehat (strata utama dan paripurna) kurang dari 20%. h. Sudah ada penyediaan dana untuk mengatasi masalah kesehatan, bencana, kegawatdaruratan dan faktor resiko yang bersumber dari ADD. 7. Strata Siaga Madya a. Sudah memiliki tenaga profesional kesehatan (dokter/perawat/bidan) yang dapat memberikan pelayanan kesehatan dasar, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan sesuai kewenangan serta memfasilitasi pemberdayaan masyarakat melalui FKD untuk kegiatan SMD, MMD. b. Sudah ada PKD/sarana kesehatan lain/tenaga profesional yang memberikan pelayanan kesehatan dasar setiap hari. c. Sudah memiliki FKD yang sudah melakukan kegiatan SMD, MMD dan mempunyai rencana bidang kesehatan. d. FKD sudah melakukan rapat koordinasi minimal 6 bulan sekali. e. Sudah memiliki kader kesehatan 3-5 orang. f. Sudah memiliki peraturan di tingkat desa/kelurahan tentang kesehatan. g. Sudah ada partisipasi/peran aktif masyarakat di bidang kesehatan minimal 2 kegiatan. h. Sudah ada eran aktif dari minimal 1 organisasi masyarakat. i. Sudah memiliki kegiatan UKBM Posyandu, dan 2 jenis UKBM lainnya aktif. j. Pencapaian rumah tangga sehat (strata utama dan paripurna) 20% - 30 %. k. Sudah melakukan 1 jenis kegiatan surveilans. l. Sudah ada penyediaan dana untuk mengatasi masalah kesehatan, bencana, kegawatdaruratan dan faktor resiko yang bersumber dari ADD dan dari dana swadaya masyarakat atau dunia usaha. 8. Strata Siaga Purnama a. Sudah memiliki tenaga profesional kesehatan (dokter/perawat/bidan) yang dapat memberikan pelayanan kesehatan dasar, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan sesuai kewenangan serta memfasilitasi kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui FKD untuk kegiatan SMD, MMD, dan UKBM. b. Sudah ada PKD/sarana kesehatan lain/tenaga profesional yang memberikan pelayanan kesehatan dasar setiap hari. c. Sudah memiliki FKD yang sudah melakukan kegiatan SMD, MMD dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana kerja bidang kesehatan. d. Sudah melaksanakan kegiatan SMD dan MMD minimal 1 tahun sekali. e. FKD sudah melakukan rapat koordinasi 3 bulan sekali. f. Sudah memiliki kader kesehatan 6-8 orang. g. Sudah memiliki peraturan di tingkat desa/kelurahan tentang kesehatan dan terealisasi. h. Sudah ada partisipasi/peran aktif masyarakat di bidang kesehatan minimal 3 kegiatan. i. Sudah ada peran aktif dari 2 organisasi masyarakat. j. Sudah memiliki kegiatan UKBM Posyandu, dan 3 jenis UKBM lainnya aktif. k. Pencapaian rumah tangga sehat (strata utama dan paripurna) lebih dari 30% - 40 %. l. Sudah melakukan 2 jenis kegiatan surveilans. m. Sudah ada penyediaan dana untuk mengatasi masalah kesehatan, bencana, kegawatdaruratan dan faktor resiko yang bersumber dari ADD dan dari swadaya masyarakat atau dunia usaha. 9. Strata Siaga Mandiri a. Sudah memiliki tenaga profesional kesehatan (dokter/perawat/bidan) yang dapat memberikan pelayanan kesehatan dasar, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan sesuai kewenangan serta memfasilitasi kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui FKD untuk kegiatan SMD, MMD, UKBM, dan surveilans. b. Sudah ada PKD/sarana kesehatan lain/tenaga profesional yang memberikan pelayanan kesehatan dasar setiap hari. c. Sudah memiliki FKD yang sudah melakukan kegiatan SMD, MMD dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana kerja bidang kesehatan. d. Sudah melaksanakan kegiatan SMD dan MMD minimal 1 tahun sekali dan jika ada masalah kesehatan. e. FKD sudah melakukan rapat koordinasi 1 bulan sekali. f. Sudah memiliki kader kesehatan 9 orang atau lebih. g. Sudah memiliki peraturan di tingkat desa/kelurahan tentang kesehatan dan terealisasi. h. Sudah ada partisipasi/peran aktif masyarakat di bidang kesehatan lebih dari 3 kegiatan. i. Sudah ada peran aktif dari 2 organisasi masyarakat. j. Sudah memiliki kegiatan UKBM minimal Posyandu, dan lebih dari 3 jenis UKBM lainnya aktif. k. Pencapaian rumah tangga sehat (strata utama dan paripurna) lebih dari 40 %. l. Sudah melakukan lebih dari 2 jenis kegiatan surveilans. m. Sudah ada penyediaan dana untuk mengatasi masalah kesehatan, bencana, kegawatdaruratan dan faktor resiko yang bersumber dari ADD, dari swadaya masyarakat dan sumber lainnya. 10. Pencatatan Dan Pelaporan Jenis dokumen yang diperlukan dalam pencatatan desa siaga : a. Rekapitulasi hasil surveilans mulai dari tingkat dasa wisma sampai dengan tingkat desa. b. Kesepakatan rencanaintervensi sebagai hasil MMD. c. Rencana kegiatan. d. Hasil SMD yang dibuat dalam bentuk peta. e. Serta pencatatan lain sesuai kebutuhan. f. Surveilan dilakukan secara berkala, terus-menerus sesuai dengan permasalahan kesehatan serta faktor risiko yang diamati. g. SMD dilakukan minimal satu tahun sekali sebagai dasar penyusunan rencana kegiatan. h. Semua pencatatan dilakukan dan diarsipkan oleh FKD. i. Pendataan/penetapan strata desa siaga aktif dapat dilakukan oleh FKD maupun Bidan Desa menggunakan instrumen pendataan terlampir. j. Pendataan dilaksanakan 1 tahin sekali setianp bulan September. k. Petugas kesehatan desa/Bidan Desa melaporkan hasil penetapan strata desa siaga aktif ke Puskesmas paling lambat minggu pertama bulan Oktober. l. Surveilan dilakukan secara berkala, terus-menerus sesuai dengan permasalahan kesehatan serta faktor risiko yang diamati. m. SMD dilakukan minimal satu tahun sekali sebagai dasar penyusunan rencana kegiatan. n. Semua pencatatan dilakukan dan diarsipkan oleh FKD. o. Pendataan/penetapan strata desa siaga aktif dapat dilakukan oleh FKD maupun Bidan Desa menggunakan instrumen pendataan terlampir. p. Pendataan dilaksanakan 1 tahin sekali setianp bulan September. q. Petugas kesehatan desa/Bidan Desa melaporkan hasil penetapan strata desa siaga aktif ke Puskesmas paling lambat minggu pertama bulan Oktober.