Anda di halaman 1dari 23

Nama : Siti Aminatun

Nim : 201801017

Tugas Remidi UAS Mata Kuliah Pengelolaan Desa Siaga (Meresume


Materi)

A. KONSEP DASAR DESA SIAGA


1. Pengertian Desa Siaga
Desa siaga adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa yang
memiliki kesiapan sumber daya potensial dan kemampuan
mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan
kesehatan secara mandiri.
2. Latar Belakang
a. Sehat merupakan hal asasi manusia.
b. Sehat merupakan intervensi bangsa.
c. Sehat merupakan modal utama dalam mencapai
pembangunan.
d. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula
3. Tujuan Desa Siaga
Tujuan umum :
Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan
tanggap terhadap masalah-masalah kesehatan, bencana, dan
kegawatdaruratan di desanya.
Tujuan khusus :
a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa
tentang pentingnya kesehatan dan melaksanakan PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
b. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa
untuk menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan.
c. Meningkatnya kesehatan di lingkungan desa.
d. Meningkatnya kesiagaan dan kesiapsediaan masyarakat desa
terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, dsb).
4. Landasan Hukum
a. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
b. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
c. UU No. 25 Tahun 2005 tentang Perencanaan Pembangunan.
d. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah.
e. KepMenKes No. 574/Menkes/SK/IV/2000 Tahun 2000 tentang
Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat.
f. KepMenKes No. 128/Menkes/SK/II/2004 Tahun 2004 tentang
Kebijakan Dasar Puskesmas.
g. KepMenKes No. 131/Menkes/SK/IV/2004 Tahun 2004 tentang
SKN.
h. PerGub Jateng No. 90 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan
PKD.
i. PerGub Jateng No. 19 Tahun 2006 tentang Akselerasi
Renstra Prov Jateng 2003-2008.
j. PerGub Jateng No. 47 Tahun 2006 tentang Sistem Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah.
5. Permasalahan Yang Timbul
a. Bencana alam, tawuran, kecelakaan lalu lintas.
b. Penyakit-penyakit baru bermunculan.
c. Penyakit-penyakit kronis merajalela.
d. Gangguan jiwa bertambah.
e. Gizi buruk makin merajuk.
f. Penyakit menular semakin berkembang.
g. Kematian ibu karena melahirkan dan aborsi.
6. Sasaran Desa Siaga
a. Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan
mampu melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan tanggap
terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
b. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan
perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim
yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh
masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh perempuan, dan
pemuda, kader, serta petugas kesehatan.
c. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan kebijakan,
peraturan perundang-undangan, dana, tenaga, sarana, dll.
Seperti kepala desa, camat, para pejabat terkait, swasta, para
donatur, dan pemangku kepentingan lain.
7. Kriteria Desa Siaga
Kriteria sebuah desa bisa dikembangkan menjadi desa siaga,
apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah
PKD atau tenaga profesional kesehatan yang siap melaksanakan :
a. Pemberdayaan masyarakat.
b. Mendorong pembangunan berwawasan di desa.
c. Rujukan pertama pelayanan kesehatan yang bermutu bagi
masyarakat dan kegawatdaruratan kesehatan.
8. Indikator Desa Siaga
Indikator pengembangan desa siaga antara lain :
a. PKD atau tenaga kesehatan profesional pembinaan desa, aktif
memfasilitasi pemberdayaan masyarakat dan siap menerima
rujukan pertama.
b. Forum kesehatan desa aktif.
c. Gerakan bersama (gotong royong) oleh masyarakat dalam
mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana serta
kegawatdaruratan kesehatan, dengan pengendalian faktor
resikonya.
d. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM)
berkualitas.
e. Pengamatan dan pemantauan oleh masyarakat untuk
masalah kesehatan, bencna dan kegawatdaruratan kesehatan
dengan faktor resikonya dianalisis untuk rencana tindak lanjut.
f. Pengembangan pembiayaan kesehatan oleh masyarakat
untuk berbagi upaya dan kegiatan yang akan dilaksanakan.
9. Indikator Output Pengembangan Desa Siaga
a. Strata UKBM meningkat.
b. Cakupan pelayanan kesehatan meningkat.
c. Penurunan faktor resiko penyakit dan bencana, serta
kegawatdaruratan kesehatan.
d. Pembiayaan kesehatan untuk berbagai upaya dan kegiatan
terpenuhi.
10. Indikator Outcome Pengembangan Desa Siaga
a. Peningkatan strata perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
dan lingkungan sehat.
b. Penurunan kasus/maslah kesehatan, bencana, dan
kegawatdaruratan kesehatan.
c. Peningkatan status gizi masyarakat.
11. Derajat kesehatan yang optimal dipengaruhi oleh :
a. Perilaku hidup sehat.
b. Pelayanan kesehatan.
c. Pelayanan kependudukan yang terkait dengan upaya
pembangunan non kesehatan.
d. Lingkungan sosial kemasyarakatan.
e. Sosial ekonomi.
f. Sosial politik.
g. Keamanan.
h. Pendapatan.
i. Pendidikan.
j. Sosial budaya
12. Kerangka Pikir Pengembangan Desa Menjadi Desa Siaga
a. Dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat telah
banyak dikembangkan berbagai kegiatan upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat (UKBM) antara lain : Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS), Upaya Kesehatan Masjid (UKM),
dana sehat, tabulin, Upaya Kesehatan Kerja (UKK), dll.
b. Selama ini pembinaan upaua kesehatan masyarakat desa
tersebut dilakukan secara tunggal. Dengan adanya PKD
didesa diharapkan dapat berperan memfasilitasi peningkatan
UKBM yang ada lebih intensif dan terpadu.
c. Berbagai kegiatan telah berkembang dalam mendorong
kemandirian masyarakat mengatasi masalah kesehatan
melaui kegiatan gotong rayong antara lain : pemberantasan
sarang nyamuk (PSN), jumat bersih, perbaikan rumah,
ambulans desa, arisan jamban, dll.
d. Pengamatan dan pemantauan kesehatan oeh masyarakat
telah dilakukan melalui buku KIA, sistem informasi posyandu
(SIP), dan dll.
e. Berbagai potensi yang telah ada dan berkembang di desa
perlu terkoordinasi secara baik sehingga perlu membentuk
atau mengoptimalkan forum yang telah ada di desa, yang
pada akhirnya membangun sistem kesehatan desa.
13. Komponen Desa Siaga
a. PKD (Pos Kesehatan Desa).
b. FKD (Forum Kesehatan Desa).
c. Gotong royong masyarakat di bidang kesehatan.
d. UKBM (Upaya Kesehatan Bersumderdaya Masyarakat).
e. SMD (Survei Mawas Diri).
f. Pembiayaan kesehatan.
B. KOMPONEN DESA SIAGA
1. Peran Bidan Dalam Pengembangan Desa Siaga
a. Pembimbing dan pelaksana kegiatan penggerakan dan
pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan.
b. Pembimbing dan pelaksana pelayanan kegawatdaruratan
kesehatan sehari-hari serta bencana.
c. Pembimbing dan pelaksana tanggap darurat bencana (safe
community).
d. Pelaksana pelananan medis dasar sesuai dengan kompetensi
dan kewenangannya.
2. Kompetensi Bidan Dalam Pengembangan Desa Siaga
a. Membimbing dan melaksanakan penggerakkan dan
pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan.
b. Membimbing dan melaksanakan pelayanan kegawatdaruratan
kesehatan sehari-hari serta bencana.
c. Membimbing dan melaksanakan tanggap darurat bencana
(safe community).
d. Membimbing dan melaksanakan pelayanan medis dasar
sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.
3. PKD (Poliklinik Kesehatan Desa)
a. PKD adalah usaha kesehatan bersumberdaya masyarakat
yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan
/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat
desa.
b. PKD dibentuk sebagai sarana kesehatan yang merupakan
pertemuan antara upaya masyarakat dan dukungan
pemerintah.
4. Tujuan PKD
Tujuan Umum :
Terwujudnya masyarakat sehat yang siaga terhadap
permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
Tujuan Khusus :
a. Terselenggaranya promosi kesehatan dalam rangka
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.
b. Terselenggaranya pengamatan, pencatatan, dan pelaporan
dalam rangka meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan
masyarakat terhadap resiko dan bahaya yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan (penyakit menular, status
gizi, ibu hamil beresiko).
c. Terselenggaranya pelayananan kesehatan dasar yang
dilaksanakan oleh masyarakat dan tenaga profesional
kesehatan.
d. Terkoordinasinya penyelenggaraan UKBM lainnya yang ada di
desa.
e. Terselenggaranya upaya pemberdayaan masyarakat dalam
rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
menolong dirinya di bidang kesehatan.
5. Ruang Lingkup PKD
Ruang Lingkup PKD meliputi upaya promotif, preventif, dan kuratif
yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (bidan) dengan
melibatkan kader atau tenaga sukarela.
Kegiatan PKD :
a. Pengamatan dan kewaspadaan dini ( surveilans penyakit, gizi,
perilaku beresiko, lingkungan dan masalah kesehatan lain).
b. Penanganan kegawatdaruratan kesehatan.
c. Kesiapsiagaan terhadap bencana.
d. Pelayanan kesehatan dasar.
e. Promosi kesehatan.
f. Penyehatan lingkungan.
6. Fungsi PKD
a. Sebagai wahana peran aktif masyarakat di bidang kesehatan.
b. Sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai resiko
dan masalah kesehatan.
c. Sebagai wahana pelayanan kesehatan dasar (meningkatkan
jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan).
d. Sebagai wahana pembentukan jejaring UKBM yang ada di
desa.
7. Prioritas Pengembangan PKD
a. Desa/kelurahan yang tidak terdapat sanana kesehatan
(Puskesmas/RS).
b. Desa di lokasi terisolisir, terpencil, tertinggal, perbatasan atau
kepulauan.
8. Manfaat PKD
a. Bagi masyarakat desa :
1) Permasalahan kesehatan di desa dapat dideteksi secara
dini.
2) Masyarakat desa dapat memperoleh pelayanan
kesehatan dasar yang dapat dijangkau (geografis).
b. Bagi Kader :
1) Mendapatkan informasi awal di bidang kesehatan
c. Bagi Puskesmas :
1) Memperluas jangkauan pelayanan puskesmas.
2) Mengoptimalkan fungs puskesmas sebagai penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan
strata pertama.
d. Bagi sektor lain :
1) Memadukan kegiatan sektornya dengan bidang
kesehatan.
2) Kegiatan pemebrdayaan masyarakat dapat dilakukan
lebih efektif dan efisien.
9. Pengorganisasian PKD
a. Prinsip pengorganisasian PKD adalah dikelola oleh
masyarakat yang dalam hal ini kader dengan bimbingan
tenaga kesehatan
b. Tenaga PKD :
1) Tenaga masyarakat : kader, tenaga sukarela.
2) Tenaga kesehatan : bidan (berdomisili di desa setempat).
a. Kepengurusan PKD : dipilih melalui musyawarah dan mufakat
masyarakat desa dan ditetapkan oleh kepala desa.
b. Kedudukan dan hubungan kerja PKD
10. FKD (Forum Kesehatan Desa)
FKD merupakan wadah partisipasi masyarakat dalam
mengembangkan pembangunan kesehatan di desa untuk
merencanakan, menetapkan, koordinasi dan penggerak kegiatan
serta monitoring evaluasi pembangunan kesehatan desa.
11. FKD
a. Kepala desa dan perangkatnya.
b. Badan perwakilan desa (BPD).
c. TP PKK sebagai organisasi masyarakat.
d. Kader, tokoh masyarakat, tokoh agama.
e. Lembaga sosial/swadaya masyarakat.
f. Perwaklian kelompok tertentu.
12. Tujuan FKD
a. Menyusun kebijakan.
b. Mengumpulkan informasi dan menggali potensi dengan survei
mawas diri (SMD).
c. Memadukan potensi dan kegiatan di desa.
d. Merencanakan (identifikasi masalah dan sebab masalah,
identifikasi potensi, mebyusun pemecahan masalah dan
kesepakatan bersama, menetapkan dalam Musyawarah
masyarakat Desa (MMD).
e. Koordinasi, penggerak, pembinaan, dan pengembangan
kegiatan.
f. Monitoring evaluasi kegiatan desa.
g. Penghubung berbagai kepentingan.
13. Indikator Keberhasilan FKD
a. Ada forum yang melaksanakan tugas.
b. Ada rencana pembangunan kesehatan hasil SMD dan MMD .
c. Ada kebijakan bidang pembangunan.
d. Ada kegiatan rapat rutin.
e. Rencana kegiatan terlaksana.
f. Ada dukungan secara berkelanjutan.

FKD dalam mengembangkan sistem kesehatan desa melalui


mekanisme operasional yang terorganisasi dengan baik untuk
mendukung komponen kegiatan desa siaga yaitu :

1) Kegiatan gotong royong masyarakat untuk mencegah dan


mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan
kegawatdaruratan bencana.
2) Komponen upaya kesehatan oleh masyarakat.
3) Komponen pembiayaan oleh masyarakat secara mandiri.
14. Kegiatan Gotong Royong Masyarakat
Komponen kegotong royongan masyarakat dengan cara yang
berkembang dari, oleh, dan untuk kepentingan masyarakat,
secara mandiri dan sesuai potensi setempat.
Tujuan :
a. Meningkatkan kesehatan masyarakat.
b. Mencegah dan mengendalikan faktor risiko masalah
kesehatan, bencana, kegawatdaruratan kesehatan.
c. Kesiapsiagaan mengatasi masalah kesehatan yang terjadi
atau mungkin terjadi.
15. Indikator Keberhasilan Gotong Royong Masyarakat
a. Ada kegiatan dari, oleh, dan untuk masyarakat.
b. Ada kesinambungan kegiatan.
c. Ada penigkatan kegiatan gotong royong masyarakat.
16. Bentuk-Bentuk Kegiatan Gotong Royong Masyarakat
a. Gerakan kebersamaan membangun lingkungan
(Pembangunan sarana air bersih, Jumat bersih, PSN, gerakan
3M, Pembuatan saluran pembuangan air limbah (SPAL),
Jambanisasi, perbaikan rumah sehat).
b. Gerakan mendukung kelompok fentan (ibu hamil risiko tinggi,
balita risiko tinggi).
c. Ambulans desa.
d. Penggalangan donor darah.
e. Pemanfaatan masyarakan pada upaya kesehatan yang ada.
f. Gerakan pengendalian faktor risiko (PFR) penyakit dan
masalah kesehatan.
g. Gerakan pengendalian bencana dan faktor risikonya.
h. Paguyuban penderita TB paru.
i. Pengalakkan tanaman obat keluarga.
17. Upaya Kesehatan
a. Suatu upaya untuk mewujudkan tingkat kesehatan yang
optimal sebagai kebutuhan dasar manusia, yang menitik
beratkan pada upaya promotif dan preventif yang di dukung
oleh upaya kuratif dan rehabilitatif yang berkesinambungan.
b. Upaya kesehatan dilakukan oleh kader dan masyarakat untuk
mengatasi masalah kesehatan masyarakat secara mandiri.
18. Sasaran Upaya Kesehatan
a. Sasaran upaya kesehatan adalah ibu maternal, bayi, balita
remaja, WUS, dan masyarakat.
b. Pelaksana upaya kesehatan adalah kader atau tokoh yang
ditunjuk.
19. Upaya Kesehatan
a. Upaya promotif
1) Penyuluhan kesehatan oleh masyarakat untuk
mesyarakat.
2) Pola asuh dan pola makan yang baik.
3) Kebersihan perorangan dan lingkungan.
b. Upaya preventif
1) Pemantauan kesehatan secara berkala (balita, bumul,
remaja. Pekerja usila).
2) Imunisasi.
3) Deteksi dini faktor risiko dan pencegahannya.
c. Upaya kuratif dan rehabilitatif
1) Deteksi dini kasus (maternal, balita, penyakit).
2) PPPK dan rujukan kasus.
3) Dukungan penyembuhan, pengobatan, perawatan dan
pemantauan.
20. Bentuk Kegiatan Upaya Kesehatan
a. Penyuluhan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat desa
dengan memanfaatkan berbagai jejaraing potensi di desa.
b. Posyandu untuk penimbangan dan pamantauan kesehatan
balita.
c. Pemantauana kesehatan secara berkala untuk balita, ibu
hamil, remaja, usila.
d. Upaya kesehatan masjid (UKM), atau tempat ibadah.
e. Abatisasi, pemeriksaan kualitas air, kaporisasi sumur secara
berkala.
21. Indikator Keberhasilan Upaya Kesehatan
a. Ada kegiatan UKBM.
b. Kader aktif dan mampu melaksanakan upaya kesehatan
dengan baik.
c. Kegiatan UKBM berjalan rutin/berkesinambungan.
d. Peningkatan rujukan masyarakat pada pelayanan kesehatan
yang ada (hasil deteksi dini, persalinan oelh tenaga kesehatan
di PKD).
e. Peningkatan cakupan UKBM.
22. Mekanisme Upaya Kesehatan
Peran utama komponen upaya kesehatan adalah posyandu dan
UKBM lain, serta kader/toma. PKD membina dan memfasilitasi
secara teknik kegiatan upaya kesehatan oleh masyarakat, serta
menjadi rujukan pertama dalam mengatasi masalah kesehatan
termasuk kegawatdaruratan kesehatan. Forum kesehatan desa
koordinator dan penggerak kegiatan.
23. Bentuk-Bentuk Kegiatan Upaya Kesehatan
a. Penyuluhan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat desa
dengan memanfaatkan jejaring potensi di desa.
b. Posyandu untuk penimbangan dan pamantauan kesehatan
balita.
c. Pemantauan kesehatan secara berkala untuk balita, ibu hamil,
remaja, usila.
d. Upaya kesehatan masjid (UKM) atau tempat ibadah.
e. Abatisasi, pemeriksaan kuelaitas air, kaporisasi sumur secara
berkala atau situasi tertentu.
f. Deteksi dini kasus, masalah kesehatan dan fakta risiko
(maternal, bayi, balita, penyakit termasuk gizi).
g. Pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) atau
kegawatdaruratan.
h. Pengembangan sistem rujukan oleh masyrakat.
i. Pemberian obat, imunisasi polio, Fe, vit. A, oralit.
j. Pemberian makanan tambahan (PMT) penyuluhan dan
pemulihan oleh masyarakat.
k. Dukungan penyembuhan, perawatan seperti pemantau minum
obat.
24. Pengamatan Dan Pemantauan (Survailans)
a. Surveilans adalah kegiatan pengamatan dan pemantauan
secara sistematis dan terus meberus terhadap penyakit atau
masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi risiko
(faktor risiko) terjadinya penyakit atau maslah kesehatan
tersebut.
b. Surveilans dilakukan oleh masyarakat terhadap masalah
kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan di desa, serta
faktor risiko yang mempengaruhi atau yang menyebabkan
masalah kesehatan tersebut
25. Tujuan Survailans
Agar tercipta sistem kewaspadaan dan kesiapsiagaan dini
masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya penyakit dan
masalah-maslah kesehatan, bencana, kegawatdaruratan
kesehatan yang akan mengancam dan merugikan masyarakat
sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan dan
penanggulangan secara efektif dan efisien.
26. Pelaksana Survailans
Pelaksanan surveilan adalah seluruh komponen masyarakat desa
seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan, PKK,
RT, RW, aparat desa, da komponen lain yang terkait.
27. Sasaran Survailans
Sasaran kegiatan surveilans adalah seluruh kejadian yang
berkaitan dengan :
a. Masalah kesehatan ibu, bayi, balita.
b. Masalah gizi kesehatan.
c. Masalah penyakit.
d. Faktor risiko termasuk masalah lingkungan (air bersih, limbah,
jamban, sampah, perumahan) berkembangnya perilaku hidup
di kalangan warga yang merugikan kesehatan baik
perorangan, keluarga maupun masyarakat.
e. Masalah bencana dan kegawatdaruratan kesehatan termasuk
faktor risikonya.
28. Langkah Pengamatan Dan Pemantauan
a. Memahami secara dini tanda-tanda penyakit, maslah gizi,
masalah kesehatan lainnya, dan masalah bencana, serta
kegawatdaruratan kesehatan dengan faktor risikonya.
b. Mengumpulkan data, fakta, informasi yang terkait dengan
masalah kesehatan, bencana, kegawatdaruratan kesehatan,
dan faktor risikonya.
c. Melakukan pencatatan dan analisis sebagai upaya
kewaspadaan dini dan menyusun tindak lanjut untuk
mencegah dan mengatasi masalah yang ada.
29. Bentuk Catatan Yang Dapat Dikembangkan
a. Buku KIA di keluarga.
b. Sistem informasi posyandu (SIP) meliputi pencatatan ibu
hamil, bayi dan balita.
c. Catatan kasus atau kejadian atau kegawatdaruratan
kesehatan.
d. Rujukan kasus oleh kader.
e. Catatan pendataan PHBS di RT/RW.
f. Catatan kondisi rumah dan lingkungan RT/PKK.
g. Catatan keluarga miskin di RT/Desa.
h. Catatan angka bebas jentik (ABJ) oleh kader.
i. Catatan kegiatan kesehatan yang dilaksanakan.
30. Indikator Keberhasilan Survailans
a. Ada catatan dan pelaporan.
b. Ada penaggungjawab pengamatan dan pemantauan.
c. Ada pemanfaatan catatan dan informasi.
31. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan adalah upaya pembiayaan yang berasal
dari, oleh, dan untuk masyarakat yang diselenggarakan berdasar
atas gotong royong dalam rangka peningkatan kesehatan yang
meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dan berbagai
kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan, serta faktor risikonya
32. Bentuk-Bentuk Pembiayaan Kesehatan
a. Tabulin/dasolin untuk pelayanan kesehatan ibu bersalin.
b. Arisan jamban, jendela, ventilasi untuk penyehatan
perumahan dan lingkungan.
c. Iuran kelompok pemakai air (Pokmair).
d. Dana posyandu untuk PMT dan kegiatan pelaksanaan
posyandu.
e. Dana sehat, JPKM.
f. Dana sosial keagamaan (BAZIZ) untuk masyarakat kurang
mampu.
g. Jimpitan melakui RT atau RW, dana soaial dan wisma, dan
PKK.
h. Dana peduli kesehatan yang berasal dari sumbangan, iuran
yasinan/jumatan, inatura, dana pengembangan lingkungan
sebagai kompensasi industri.
i. Peluang lain seperti P2KP (Program Pengentasan Kemiskinan
Perkotaan) dan alokasi dana penyumbangan kesehatan desa
(AKDP) dengan penyusunan usulan dari masarakat desa.
33. Langkah Pembiayaan Kesehatan
a. Pengalokasian atau pemanfaatan pembiayaan kesehatan.
b. Identifikasi sumber dana yang sudah ada dan ayang akan
dikembangkan.
c. Cara pengelolaan dan pembelanjaan perlu kejelasan dalam
hal mekanisme pengumpulan dana, kesepakatan pengelolaan
dan sistem kontrol.
d. Kesiapan keluarga dan msysrakat untuk berpartisipasi dalam
pembiayaan kesehatan yang telah dan akan dikembangkan.

C. STRATA DESA SIAGA AKTIF


1. Pengertian
Desa siaga aktif adalah sebuah desa penduduknya dapat
mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang
memberikan pelayanan setiap hari melalui PKD atau sarana
kesehatan lain yang ada di wilayah tersebut, seperti Puskesmas
Pembantu, Puskesmas, atau sarana kesehatan lainnya.
Masyarakat juga mengembangkan UKBM dan melaksanakan
surveilans berbasis masyarakat, meliputi pemantauan penyakit,
kesehatan ibu dan anak, gizi lingkungan dan perilaku, kedaruratan
kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan
lingkungan sehingga masyarakat menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat
2. Prinsip Penentuan Strata Desa Siaga Aktif
a. Obyektif dan Jujur
Hasil dari penentuan strata desa yang dilakukan dapat
dipertanggungjawabkan secara administrasi maupun secara
moral.
b. Bersifat Transparan
Penialaian yang dilakukan dilakukan terbuka secara umum,
tidakada unsur-unsur yang ditutupi.
c. Valid dan Up To Date
Data yang digunakan dalam penentuan strata desa
mempunyai akurasi atau tingkat kepercayaan yang tinggi serta
berasal dari data yang terbaru.
3. Komponen Desa Siaga Aktif
KepMenKes No. 1529/MENKES/SK/X/2010 :
a. Pelayanan kesehatan dasar.
b. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM
dan mendorong upaya surveilans berbasis masyarakat,
kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta
penyehatan lingkungan.
c. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
4. Pelaksana
a. Pengurus FKD.
b. Bidan Desa/tenaga profesional kesehatan.
c. Tim Pembina Desa atau Fasilitator Desa dari tingkat Desa,
Kecamatan, atau Puskesmas, Kabupaten/Kota dan Provinsi.
5. Strata Desa Siaga Aktif
a. Pratama
b. Madya
c. Purnama
d. Mandiri
6. Strata Siaga Pratama
a. Sudah memiliki tenaga profesional kesehatan
(dokter/perawat/bidan) yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan dasar, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan
sesuai kewenangan.
b. Sudah ada peyananan kesehatan dasar tetapi belum setiap
hari.
c. Sudah memiliki FKD tetapi belum berjalan.
d. Sudah memiliki kader kesehatan minimal 2 orang.
e. Sudah ada partisipasi/peran aktif masyarakat di bidang
kesehatan minimal 1 kegiatan.
f. Sudah memiliki kegiatan UKBM minimal Posyandu.
g. Pencapaian rumah tangga sehat (strata utama dan paripurna)
kurang dari 20%.
h. Sudah ada penyediaan dana untuk mengatasi masalah
kesehatan, bencana, kegawatdaruratan dan faktor resiko yang
bersumber dari ADD.
7. Strata Siaga Madya
a. Sudah memiliki tenaga profesional kesehatan
(dokter/perawat/bidan) yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan dasar, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan
sesuai kewenangan serta memfasilitasi pemberdayaan
masyarakat melalui FKD untuk kegiatan SMD, MMD.
b. Sudah ada PKD/sarana kesehatan lain/tenaga profesional
yang memberikan pelayanan kesehatan dasar setiap hari.
c. Sudah memiliki FKD yang sudah melakukan kegiatan SMD,
MMD dan mempunyai rencana bidang kesehatan.
d. FKD sudah melakukan rapat koordinasi minimal 6 bulan
sekali.
e. Sudah memiliki kader kesehatan 3-5 orang.
f. Sudah memiliki peraturan di tingkat desa/kelurahan tentang
kesehatan.
g. Sudah ada partisipasi/peran aktif masyarakat di bidang
kesehatan minimal 2 kegiatan.
h. Sudah ada eran aktif dari minimal 1 organisasi masyarakat.
i. Sudah memiliki kegiatan UKBM Posyandu, dan 2 jenis UKBM
lainnya aktif.
j. Pencapaian rumah tangga sehat (strata utama dan paripurna)
20% - 30 %.
k. Sudah melakukan 1 jenis kegiatan surveilans.
l. Sudah ada penyediaan dana untuk mengatasi masalah
kesehatan, bencana, kegawatdaruratan dan faktor resiko yang
bersumber dari ADD dan dari dana swadaya masyarakat atau
dunia usaha.
8. Strata Siaga Purnama
a. Sudah memiliki tenaga profesional kesehatan
(dokter/perawat/bidan) yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan dasar, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan
sesuai kewenangan serta memfasilitasi kegiatan
pemberdayaan masyarakat melalui FKD untuk kegiatan SMD,
MMD, dan UKBM.
b. Sudah ada PKD/sarana kesehatan lain/tenaga profesional
yang memberikan pelayanan kesehatan dasar setiap hari.
c. Sudah memiliki FKD yang sudah melakukan kegiatan SMD,
MMD dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan
rencana kerja bidang kesehatan.
d. Sudah melaksanakan kegiatan SMD dan MMD minimal 1
tahun sekali.
e. FKD sudah melakukan rapat koordinasi 3 bulan sekali.
f. Sudah memiliki kader kesehatan 6-8 orang.
g. Sudah memiliki peraturan di tingkat desa/kelurahan tentang
kesehatan dan terealisasi.
h. Sudah ada partisipasi/peran aktif masyarakat di bidang
kesehatan minimal 3 kegiatan.
i. Sudah ada peran aktif dari 2 organisasi masyarakat.
j. Sudah memiliki kegiatan UKBM Posyandu, dan 3 jenis UKBM
lainnya aktif.
k. Pencapaian rumah tangga sehat (strata utama dan paripurna)
lebih dari 30% - 40 %.
l. Sudah melakukan 2 jenis kegiatan surveilans.
m. Sudah ada penyediaan dana untuk mengatasi masalah
kesehatan, bencana, kegawatdaruratan dan faktor resiko yang
bersumber dari ADD dan dari swadaya masyarakat atau dunia
usaha.
9. Strata Siaga Mandiri
a. Sudah memiliki tenaga profesional kesehatan
(dokter/perawat/bidan) yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan dasar, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan
sesuai kewenangan serta memfasilitasi kegiatan
pemberdayaan masyarakat melalui FKD untuk kegiatan SMD,
MMD, UKBM, dan surveilans.
b. Sudah ada PKD/sarana kesehatan lain/tenaga profesional
yang memberikan pelayanan kesehatan dasar setiap hari.
c. Sudah memiliki FKD yang sudah melakukan kegiatan SMD,
MMD dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan
rencana kerja bidang kesehatan.
d. Sudah melaksanakan kegiatan SMD dan MMD minimal 1
tahun sekali dan jika ada masalah kesehatan.
e. FKD sudah melakukan rapat koordinasi 1 bulan sekali.
f. Sudah memiliki kader kesehatan 9 orang atau lebih.
g. Sudah memiliki peraturan di tingkat desa/kelurahan tentang
kesehatan dan terealisasi.
h. Sudah ada partisipasi/peran aktif masyarakat di bidang
kesehatan lebih dari 3 kegiatan.
i. Sudah ada peran aktif dari 2 organisasi masyarakat.
j. Sudah memiliki kegiatan UKBM minimal Posyandu, dan lebih
dari 3 jenis UKBM lainnya aktif.
k. Pencapaian rumah tangga sehat (strata utama dan paripurna)
lebih dari 40 %.
l. Sudah melakukan lebih dari 2 jenis kegiatan surveilans.
m. Sudah ada penyediaan dana untuk mengatasi masalah
kesehatan, bencana, kegawatdaruratan dan faktor resiko yang
bersumber dari ADD, dari swadaya masyarakat dan sumber
lainnya.
10. Pencatatan Dan Pelaporan
Jenis dokumen yang diperlukan dalam pencatatan desa siaga :
a. Rekapitulasi hasil surveilans mulai dari tingkat dasa wisma
sampai dengan tingkat desa.
b. Kesepakatan rencanaintervensi sebagai hasil MMD.
c. Rencana kegiatan.
d. Hasil SMD yang dibuat dalam bentuk peta.
e. Serta pencatatan lain sesuai kebutuhan.
f. Surveilan dilakukan secara berkala, terus-menerus sesuai
dengan permasalahan kesehatan serta faktor risiko yang
diamati.
g. SMD dilakukan minimal satu tahun sekali sebagai dasar
penyusunan rencana kegiatan.
h. Semua pencatatan dilakukan dan diarsipkan oleh FKD.
i. Pendataan/penetapan strata desa siaga aktif dapat dilakukan
oleh FKD maupun Bidan Desa menggunakan instrumen
pendataan terlampir.
j. Pendataan dilaksanakan 1 tahin sekali setianp bulan
September.
k. Petugas kesehatan desa/Bidan Desa melaporkan hasil
penetapan strata desa siaga aktif ke Puskesmas paling lambat
minggu pertama bulan Oktober.
l. Surveilan dilakukan secara berkala, terus-menerus sesuai
dengan permasalahan kesehatan serta faktor risiko yang
diamati.
m. SMD dilakukan minimal satu tahun sekali sebagai dasar
penyusunan rencana kegiatan.
n. Semua pencatatan dilakukan dan diarsipkan oleh FKD.
o. Pendataan/penetapan strata desa siaga aktif dapat dilakukan
oleh FKD maupun Bidan Desa menggunakan instrumen
pendataan terlampir.
p. Pendataan dilaksanakan 1 tahin sekali setianp bulan
September.
q. Petugas kesehatan desa/Bidan Desa melaporkan hasil
penetapan strata desa siaga aktif ke Puskesmas paling lambat
minggu pertama bulan Oktober.

Anda mungkin juga menyukai