Anda di halaman 1dari 8

FAKULTAS : EKONOMI - BISNIS & MANAJEMEN - TEKNIK - BAHASA - DKV

Jl. Cikutra No. 204 A Bandung 40125 Telp. (022) 7275855

FRM-06-11

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KODE / MATA KULIAH (SKS) : 11710103 / [e] Enterprise Resource Planning (3)
FAKULTAS / PROGRAM STUDI : FT/SI/S1
HARI / TANGGAL : Kamis, 12 Nopember 2020
WAKTU : Upload hingga Sabtu, 14 November 2020 pukul 23.50 WIB
DOSEN PEMBINA : SRI LESTARI IRMT / TIM DOSEN
SIFAT UJIAN : TAKE HOME

1. Menurut Saudara apakah keuntungan perusahaan yang mengimplementasikan system


ERP pada perusahaannya (Berilah contoh, sebutkan sumber referensinya)
2. Menurut Saudara, apakah kendala-kendala apabila perusahaan mengimplementasikan
ERP (Berilah contoh, sebutkan sumber referansinya)
3. Bandingkan perbedaan perusahaan manufaktur MTO, ATO dan ETO
4. Jelaskan konsep value chain Porter pada perusahaan bisnis
5. Perusahaan Toyota menerapkan konsep Lean Manufacturing dan Just In Time pada
perusahaannya. Jelaskan
6. Apakah KANBAN?
7. Jelaskan modul-modul ERP pada Financial Accounting
8. Berikan contoh perusahaan yang mengimplementasikan konsep ERP modern serta
jelaskan dengan lengkap. Sebutkan referensinya

..
1.

------------------SELAMAT BEKERJA-----------------

Validasi (Paraf /td tangan)


Dosen Pengampu MK :
1.
2.
Dosen Koordinator :

Ka.Prodi

CATATAN/PETUNJUK :
▪ KODE / MATA KULIAH (SKS), FAKULTAS / PROGRAM STUDI, HARI / TANGGAL, WAKTU,
DOSEN PEMBINA; sudah disesuaikan dengan informasi jadwal ujian semester berjalan.
▪ Silahkan melakukan penyesuaian untuk DOSEN PEMBINA apabila merupakan soal TIM DOSEN, dan
atau SIFAT UJIAN harus OPEN BOOK atau PRAKTIKA.

Halaman 1 dari 8
Lalu Gde Muhammad Farizt
1119123015

Jawab!
1. Menurut saya secara umum keuntungannya adalah untuk meningkatkan produk dan
efektivitas kerja orang-orang atau SDM yang ada pada perusahaan tersebut, yang pada
akhirnya dapat memberikan keuntungan maksimal bagi semua pihak yang berkepentingan.
Dengan adanya ERP dapat memaksimalkan kinerja SDM yang tersedia pada perusahaan
tersebut baik dari aspek operasional, produksi maupun distribusi. Contoh penerapan ERP
pada PT. Sinar Sosro:
PT. Sinar Sosro menggunakan SAP sebagai ERP program. SAP yang dikenalpada saat ini
adalah sistem R/3-nya yang sudah teruji oleh perusahaan-perusahaan duniadalam
menjalankan bisnisnya, yang lebih dikenal dengan SAP R/3. Berikut ruang lingkupsistem
ERP pada SAP :

GambarSystems Application and Products in Data Processing R/3Sistem ini menangani


proses manufaktur, logistik, distribusi, persediaan(inventory), pengapalan,invoice, dan
akuntansi perusahaan. Sistem ini membantumengontrol aktivitas bisnis seperti penjualan,
pengiriman, produksi, manajemenpersediaan, manajemen kualitas, dan sumber daya
manusia. Fungsi SAP tersebutdiantaranya :
a) Mengintegrasikan data keuangan sehingga top management bisamelihat dan
mengontrol kinerja keuangan perusahaan dengan lebih baik,
b) Menstandarkan proses operasi melalui implementasi best practice sehingga
terjadipeningkatan produktivitas,

Halaman 2 dari 8
c) Penurunan inefisiensi dan peningkatan kualitas produk,menstandarkan data dan
informasi melalui keseragaman pelaporan. Keuntungan yg bisadiukur antara lain,
penurunan inventori, penurunan tenaga kerja secara total, peningkatanservice level,
peningkatan kontrol keuangan, dan penurunan waktu yang di butuhkanuntuk
mendapatkan informasi.
Sumber : https://docplayer.info/73009915-Penerapan-erp-di-beberapa-perusahaan-di-
indonesia.html

2. Disini saya mengambil salah satu contoh kendala penerapan sistem ERP yaitu, “Sistem
tidak dipersiapkan dengan baik untuk menerima dan mengoperasikan sistem baru”.
Kendala Implementasi ERP yang terakhir ada pada training user, Sebelum go live sistem
ERP, umumnya setiap user yang bersinggungan langsung dengan program akan di training
untuk bisa menerima dan mengoperasikan sistem baru. Oleh karena itu setiap user yang
menerima dan mengoperasikan harus melewati masa training. Ada kalanya pada masa
training user yang bersangkutan tidak ikut namun saat sistem berjalan tiba tiba ada user
yang langsung diberi kewajiban mengoperasikan padahal sebelumnya tidak training hal ini
akan berimbas kepada lambatnya data update dan molornya jadwal implementasi. Contoh
pada perusahaan besar dunia :
Pada tahun 200, produsen makanan raksasa yang berpusat di Switzerland, Nestle SA,
menandatangani kontrak SAP untuk suatu sistem ERP senilai $200 juta ini, Nestle masih
perlu menambahkan $80 juta untuk jasa konsultasi dan pemeliharaan. Jumlah ini
merupakan tambahan terhadap $500 juta yang dialokasikan untuk perangkat keras dan
peranti lunak sebagai bagian dari proses pemeriksaan data pusat. Jeri Dunn, CIO di Nestle
Amerika Serikat, mengatakan pernerapan yang sukses bergantung pada perubahan proses
bisnis dan perolehan komitmen yang universal. Hanya dengan cara inilah, kemudian
sebuah organisasi dapat berfokus pada pemasangan ERP ini. Dengan banyaknya divisi
otonom dan 200 perusahaan serta cabang di 80 negara, tantangan untuk mengubah proses
dan memperoleh komitmen menjadi sangat besar. Proses standarisasi sulit, penuh dengan
kesalahan dan jalan buntu. Nestle memiliki 28 titik pemesanan pelanggan, sistem
pembelian majemuk, dan tidak memiliki gambaran tentang banyaknya produk yang telah
diproduksi oleh vendor tertentu; setiap pabrik melakukan pembelian sendiri dengan
spesipfikasinya masing-masing. Nestle AS membayar vanila dengan 29 harga yang
berbeda-beda dari satu vendor yang sama.
Sumber : http://conanedogawa-uperp20151.blogspot.com/2015/09/t01b-kendala-dalam-
penerapan-erp.html

Halaman 3 dari 8
3. Perbandingan perusahaan manufaktur MTO, ATO, ETO :
a) MTO
Strategi MTO mempunyai persediaan tetapi hanya dalam bentuk desain produk dan
beberapa bahan baku standar, sesuai dengan produk yang telah dibuat sebelumnya.
Aktivitas proses berdasarkan order konsumen. Aktivitas proses dimulai pada saat
konsumen menyerahkan spesifikasi produk yang dibutuhkan dan perusahaan akan
membantu konsumen menyiapkan spesifikasi produk, beserta harga dan waktu
penyerahan. Apabila telah dicapai kesepakatan, maka perusahaan akan mulai membuat
komponen dan merakitnya menjadi produk dan kemudian menyerahkan kepada
konsumen. Pada strategi ini, resiko terhadap investasi persediaan kecil, operasionalnya
lebih fokus pada keinginan konsumennya. Contoh produk: komponen mesin, komputer
untuk riset, dan lain-lain.
b) ATO
Strategi ATO, semua subassembly masuk pada persediaan. Ketika order suatu produk
datang, perusahaan dapat dengan cepat merakit komponen menjadi produk jadi.
Strategi ini digunakan oleh perusahaan yang mempunyai produk modular, yang dapat
dirakit menjadi beberapa produk akhir. Strategi ini mempunyai ’moderate risk’
terhadap investasi persediaan. Operasi lebih difokuskan pada modul atau part. Contoh
produk: automobile, elektronik, komputer komersil, restoran fast food yang
menyediakan beberapa paket makanan, dan lain-lain.
c) ETO
Dalam ETO, tidak ada persediaan. Produk belum dibuat sebelum ada order. Ketika
order datang, perusahaan akan mengembangkan desain produk berserta waktu dan
biaya yang diperlukan. Apabila rancangannya disetujui konsumen, maka produk baru
dibuat. Strategi ini tidak mempunyai resiko (zero risk) persediaan. Dan cocok untuk
produk baru atau unik. Misalnya: Kapal, komputer untuk militer, prototype mesin baru,
dan lain-lain. Operasi lebih difokuskan pada spesifikasi order dari konsumen daripada
partnya itu sendiri.
Sumber : https://media.neliti.com/media/publications/52473-ID-konfigurasi-hubungan-antara-
sistem-produ.pdf

4. Konsep Value Chain Porter dalam perusahaan bisnis


Konsep value chain porter menurut saya adalah suatu konsep yang menunjukan
bahwasanya kegiatan dalam suatu organisasi menambah nilai layanan dan produk.
Kegiatan bisnis dalam value chain porter memiliki dua kategori yaitu :
a) Kegiatan Utama

Halaman 4 dari 8
• Logistik inbound
• Mengacu pada segala sesuatu yang terlibat dalam menerima, menyimpan dan
mendistribusikan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.
• Operasi
Ini adalah tahap di mana produk mentah diubah menjadi produk akhir.
• Logisttik Outbound
Ini adalah distribusi produk akhir kepada konsumen.
• Pemasaran dan penjualan
Tahap ini melibatkan kegiatan seperti iklan, promosi, organisasi penjualan-
force, memilih saluran distribusi, harga, dan mengelola hubungan pelanggan
dari produk akhir untuk memastikan itu ditargetkan kepada kelompok
konsumen yang benar.
• Layanan
Ini mengacu pada kegiatan yang diperlukan untuk mempertahankan kinerja
produk setelah telah diproduksi. Tahap ini meliputi hal-hal seperti instalasi,
pelatihan, pemeliharaan, perbaikan, garansi dan layanan purna jual.
b) Kegiatan Pendukung
• Pengadaan
Ini adalah bagaimana bahan baku untuk produk yang diperoleh.
• Pengembangan Teknologi
Teknologi dapat digunakan di seluruh papan dalam pengembangan produk,
termasuk dalam tahap penelitian dan pengembangan, bagaimana produk baru
dikembangkan dan dirancang, dan otomatisasi proses.
• Manajemen Sumber Daya Manusia
Ini adalah kegiatan yang terlibat dalam mempekerjakan dan mempertahankan
karyawan yang tepat untuk membantu desain, membangun dan memasarkan
produk.
• Infrastruktur Perusahaan
Ini mengacu pada struktur organisasi dan manajemen, perencanaan, akuntansi,
keuangan dan kualitas kontrol mekanismenya.
Sumber : https://spiritualcompany.org/2016/05/23/analisis-value-chain/

5. Just in Time dan Lean Manufacturing pada Toyota


Just In Time (JIT) merupakan integrasi dari serangkaian aktivitas desain untuk
mencapai produksi volume tinggi dengan menggunakan minimum persediaan untuk bahan
baku. Konsep dasar dari sistem produksi JIT adalah memproduksi produk yang diperlukan,
Halaman 5 dari 8
pada waktu dibutuhkan oleh pelanggan, dalam jumlah sesuai kebutuhan pelanggan, pada
setiap tahap proses dalam sistem produksi dengan cara yang paling ekonomis atau paling
efisien melalui eliminasi pemborosan (waste elimination) dan perbaikan terus – menerus
(contionous process improvement).
Lean manufacturing atau lean production atau dikenal sebagai lean, merupakan metode
optimal untuk memproduksi barang melalui peniadaan waste (pemborosan) dan penerapan
flow (aliran), sebagai ganti batch dan antrian. Lean manufacturing adalah filosofi
manajemen proses yang berasal dari Toyota Production System (TPS), yang terkenal
karena menitikberatkan pada peniadaan seven waste dengan tujuan peningkatan kepuasan
konsumen seccara keseluruhan.
Maka dari itu bisa saya simpulkan bahwa perusahaan besar seperti Toyota menerapkan
prinsip ini dikarenakan dapat diaplikasikan dalam bisnis jasa. Produk yang diciptakan oleh
toyota memang selalu terjangkau dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan dan terjangkau.
Selain itu barang yang diproduksi juga jauh dari kata pemborosan yang artinya membuat
produk sesuai kebutuhan konsumen dengan tujuan peningkatan kepuasan konsumen, itu
yang membuat perusahan besar seperti toyota menerapkan prinsip ini pada perusahaanya,
yang memiliki banyak keuntungan dan produknya dapat terus bersaing di pasar global
hingga saat ini.
Sumber : https://nurranisiti.wordpress.com/79-
2/sisprooo/#:~:text=Sehingga%20dengan%20kata%20lain%20tidak,penerapan%20konse
p%20just%20in%20time.
6. Metode Kanban yaitu suatu kartu perintah produksi yang berfungsi untuk mengontrol
persediaan, bentuk kanban adalah semacam “kartu vinil segi empat” yang dimasukkan ke
dalam kantong plastik transparan dan ditempatkan pada palet tempat komponen suku
cadang atau material. Metode kanban produksi diterapkan dengan merencanakan aliran
Kanban yang efisien. Perencanaan metode Kanban perlu digunakan secara optimal untuk
dapat mengendalikan persediaan. Proses produksi ini dapat dicapai apabila perusahaan
akan memproduksi produk yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah permintaan.
Sumber:https://www.researchgate.net/publication/320205194_ANALISIS_METODE_K
ANBAN_DAN_METODE_JUNBIKI_PADA_PERSEDIAAN_PART_MUFFLER_DI_P
T_XYZ
7. Modul pada Financial Accounting
Modul ini menyediakan kendali atas seluruh perusahaan dan integrasi informasi keuangan
yang sangat penting bagi pengambil keputusan. Berikut beberapa fitur penting dalam
financial accounting:

Halaman 6 dari 8
• Penelusuran transaksi dari hulu ke hilir, dari laporan hingga transaksi awal,
perhitungan total hingga rincian.
• Integrasi, sentralisasi dan fleksibilitas atas pengendalian keuangan perusahaan,
dukungan mata uang, bahasa dll
• Kesesuaian dengan standar akuntansi international
• General Ledger
- Dukungan strukturisasi alokasi/penggunaan biaya dan transaksi keuangan
berdasarkan kelompok tertentu.
- Otomatisasi dan distribusi aplikasi sehingga semua perubahan dan pembaruan data
dapat otomatis.
- Kostumisasi pelaporan keuangan yang dokumenya dapat di modifikasi sesuai
kebutuhan keuangan.
• Account Receivable dan Payable
- Transaksi ini terintegrasi dengan data pada GL dan area bagian penjualan dan
distribusi.
- Transaksi AR/AP secara otomatis dialankan setiap terjadi transaksi akuntansi yang
erhub dengan modul lain (meliputi integrasi internet, manajemen doc dan EDI)
• Asset Accounting
- Untuk mengelola kekayaan tetap (fixed Asset).
- Berperan sebagai subledger dari General Ledger dan menyediakan transaksi rinci
yang berhub. dgn aset.
- Dukungan terhadap siklus hidup asset (mulai dari akuisisi sampai tidak terpakai
lagi).
• Legal Consolidation
- Pernyataan keuangan harus terintegrasi secara efektif dengan data operasional
setiap individu pd perusahaan.
- Erat hubungan dengan akuntansi keuangan dan transfer data langsung dari
pernyataan individu kedalam laporan konsolidasi.
- Menyajikan data dari berbaai sudut pandang.
- Masing-masing sudut pandang dapat dijadikan bahan pembuatan laporan yang
sesuai aspek hukum dan bisnis.
Sumber : http://arrahmah.blog.unas.ac.id/files/2013/03/Session-3-Modul-modul-ERP.pdf
8. Konsep ERP Modern pada perusahaan
Konsep ERP modern menurut saya memang berbeda dengan Konsep ERP Tradisional.
Konsep ERP modern menurut saya memiliki fleksibelitas dan dapat dijalankan di device
manapun, serta dapat diakses kapanpun dengan bermodalkan koneksi internet, dengan
Halaman 7 dari 8
sudah menerapkan sistem cloud. Sedangkan Konsep ERP Tradisional servernya internal
dan dikelola oleh tim IT internal. Konsep ERP modern diterapankan diperusahaan
manufaktur, berikut penjelasannya :
Aplikasi ERP untuk perusahaan manufaktur biasanya mempunyai salah satu fitur untuk
membantu bagian PPIC (Production Planning Inventory Control) dalam mempersiapkan
bahan baku atau bahan pembantu sebelum kegiatan produksi dimulai. MRP (Material
Requirement Planning) terbiasa digunakan pada perusahaanperusahaan manufaktur dimana
perusahaan tersebut sudah mempunyai data-data sebagai berikut. Lead time (waktu jeda)
pengadaan bahan baku dari sisi order diterima pada sisi supplier sampai dengan waktu
sampai bahan baku diterima oleh sisi perusahaan yang meminta. Berikut contoh ilustrasi
hasil MRP pada Acumatica Cloud ERP pada gambar dibawah ini.

Pada sistem ERP yang mempunyai fitur MRP, pada umumnya kegiatan perhitungan seperti
stok minimum, safety stok dan pencocokan dengan stok yang tersedia digudang dilakukan
secara otomatis saat proses berjalan. Sehingga seperti yang kita ketahui, bagian PPIC cukup
melakukan validasi dan konfirmasi agar proses yang tadinya dilakukan secara manual
melalui aplikasi spreadsheet, bisa digantikan oleh aplikasi ERP. Dan berikut adalah contoh
barang yang sudah bisa di order langsung ke bagian purchasing.

Sumber : https://sunartha.co.id/contoh-penerapan-erp/

Halaman 8 dari 8

Anda mungkin juga menyukai