Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

I KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler

Sistem Kardiovaskuler adalah sistem transfor tubuh yang membawa gas – gas pernafasan,
nutrisi, hormon-hormon, dan zat-zat lain ke dan dari jaringan tubuh.
 Anatomi
Menurut Tarwoto (2009, hal. 183) Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung,
vaskuler (arteri, vena, kapiler) dan limfatik. Fungsi utama sisitem kardiovaskuler adalah
menghantarkan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh dan memompakan darah dari
seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi paru untuk dioksigenasi.
a. Jantung
Jantung merupakan organ utama system kardiovaskuler , berotot dan
berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastinum, diantara dua paru-paru.
Bentuk jantung seperti kerucut tumpul, pada bagian bawah disebut apeks, letaknya
lebih ke kiri dari garis medial, bagiuan tepinya pada ruang interkosta V kiri atau
kira-kira 9 cm dari kiri linea medioclavikularis, sedangkan bagian atasnya disebut
basis terletak agak kekanan tepat nya pada kosta ke lll,1 cm dari tepi lateral
sternum. Ukuran jantung kira-kira panjangnya 12 cm, lebar 8-9 cm tebalnya 6 cm.
beratnya sekitar 200 sampai 425 gram, pada laki-laki sekitar 310 gram, pada
perempuan sekitar 225 gram.
b. Lapisan otot jantung
Ada tiga lapisan jantung yaitu lapisan bagian luar disebut epikardium, lapisan
bagian tengah disebut miokardium, lapisan ini lebih tebal, tersusun atas otot lurik
dan mampu berkontraksi dengan kuat. Sedangkan lapisan bagian dalam disebut
endokardium, lapisan ini terdiri dari jaringan endothelia yang juga melapisi ruang
jantung katup-katup jantung.
c. Selaput jantung
Jantung dilapisi oleh dua membran untuk mencegah terjadinya trauma juga
infeksi yaitu pericardium parietal dengan pericardium visceral. Pericardium parietal
merupakan membran lapisan jantung paling luar tersusun dari jaringan fibrosa.
Membran ini sangat efektif dalam melindungi jantung dari infeksi.
d. Ruang jantung
Jantung terbagi atas dua belahan yaitu belahan kanan dan belahan kiri, kedua
belahan tersebut dipisahkan oleh otot pemisah disebut septum,dengan demikian
jantung memiliki empat ruangan yaitu atrium kanan, ventrikel kanan, atrium kiri
ventrikel kiri.
e. Katup jantung
Jantung memiliki dua tipe yaitu katup atrioventrikuler katup semilunar. Katup
jantung tersusun oleh endothelium yang dilapisi oleh jaringan fibrosa, sehingga
katup dapat menutup dan membuka karena sifatnya yang fleksibel.
f. Suplay darah otot jantung
Otot jantung membutuhkan aliran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen,
nutrient yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme. Otot jantung diperdarahi oleh
arteri koronaria yang merupakan cabang dari aorta, arteri koroner bercabang
menjadi dua yaitu : arteri koronari kanan atau right coronary artery (RCA) arteri
koronari kiri atau left coronary artery (LCA). Arteri koronari kanan memperdarahi
bagian atrium kanan, ventrikel kanan, inferior ventrikel kiri bagian posterior dinding
septal, sinoatrial Node (SA Node) Atrioventrikel Node (AV Node).
g. Siklus jantung
Siklus jantung merupakan periode dimana jantung berkontraksi relaksasi. Satu
kali siklus jantung sama dengan satu periode systole (saat ventrikel berkontrasi) satu
periode diastole (saat ventrikel relaksasi). Normalnya siklus jantung dimulai dengan
depolarisasi spontan dari sel pacemaker dari SA Node berakhir dengan keadaan
rekaksasi ventrikel.
h. Bunyi jantung
Bunyi jantung terdiri dari bunyi jantung murni bunyi jantung tambahan. Bunyi
jantung murni terdiri atas bunyi jantung 1 (S1), terjadi akibat penutupan katup
atrioventrikular pada saat systole ventrikel bunyi jantung ll (S2), terjadi akibat
penutupan katup semilunar pada saat terjadi diastole ventrikel. Sedangkan bunyi
tambahan misalnya bunyi lll (S3) bunyi jantung lV (S4) terjadi akibat vibrasi pada
dinding jantung pada saat darah mengalir dengan cepat dalam ventrikel.
i. Frekuensi jantung
Jantung berdeyut dalam satu menit sekitar 60-100 kali atau rata-rata 75 kali
permenit. Jika jantung berdeyut lebih dari 100 kali disebut takhikardia jika kurang
dari 60 kali disebut bradikrdia. Frekuensi denyut jantung dipengaruhi oleh keadaan
aktivitas, umur, jenis kelamin, endokrin, suhu, tekanan darah, kecemasan, stress dan
nyeri.

 FISIOLOGI
Menurut Mutaqqin, (2014, hal 2) Sistim kardiovaskuler berfungsi sebagai
sistim regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespon seluruh aktivitas
tubuh. Salah satu contoh adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar aktivitas
jaringan dapat terpenuhi, pada keadaan tertentu darah akan lebih banyak dialirkan pada
organ-organ vital seperti jantung otak untuk memelihara sistim sirkulasi organ tersebut.
a. Darah
Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) pada sistim
kardiovaskular, secara normal volume darah yang berada dalam sirkulasi pada
seseorang laki-laki dengan berat badan 70 kg berkisar 8% dari berat badan atau
sekitar 5600 ml. dari jumlah tersebut sekitar 55% merupakan plasma, volume
komponen darah harus memiliki jumlah yang sesuai dengan rentang yang normal
agar system kardiovaskuler dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
b. Curah jantung
Tubuh manusia memiliki berbagai mekanisme control regulasi yang
digunakan untuk menigkatkan suplai darah secara aktif ke jaringan yaitu dengan
meningkatkan jumlah cairan jantung (cardiac output) pengaturan curah jantung
bergantung pada hasil perkalian denyut jantung (heart rate) dengan volume
sekuncup (stroke volume). Curah jantung orang dewasa adalah antara 4,5-8 liter
permenit, peningkatan curah jantung terjadi karena adanya peningkatan denyut
jantung atau volume sekuncup.
c. Denyut jantung
Denyut jantung normalnya berkisar 70 kali permenit, denyut jantung ini
dikontrol sendiri oleh jantung melalui mekanise regulasi nodus SA dan system
purkinje. Dalam keadaan normal, regulasi denyut jantung dipengaruhi oleh saraf
simpatis, saraf parasimpatis melalui sistim saraf otonom. Empat reflek utama yang
menjadi media system saraf otonom dalam meregulasi denyut jantung adalah refleks
baroreseptor, refleks kemoreseptor, refleks Bainbrige, refleks pernapasan.
d. Tekanan vena
Kembalinya darah ke jantung disebabkan adanya tekanan gradient, ketika
darah dipompa oleh jantung, tekanan arteri berkisar 120 mmHg pada saat sistolik
dan 70 mmHg pada saat diastolic. Tekanan ini akan menurun bersamaan dengan
pergerakan darah keluar menuju arteri, kapiler, venula. Sistem vena mempunyai
daya kapasitasnsi yang sangat besar dan berpengaruh terhadap perubahan tekanan
yang kecil. Adanya kapasitansi dan banyaknya system saraf simpatis akan
mengubah tekanan vena dalam mengatur aliran balik ke jantung, konstriksi vena
yang disebabkan oleh stimulasi saraf simpatis akan mengurangi kapasitani dan
meningkatkan tekanan vena, sehingga meningkatkan aliran balik ke jantung.
e. Ruang jantung (Atrium kanan)
Atrium kanan memiliki lapisan dinding yang tipis berfungsi sebagai tempat
penyimpanan darah mengalirkan darah dari vena-vena sirkulasi sistemis ke dalam
ventrikel kanan dan kemudian ke paru-paru . darah yang berasal dari pembulu vena
ini masuk ke dalam atrium kanan melalui vena cava superior, inferior dan sinus
koronarius.
f. Ventrikel kanan
Ventrikel kanan memiliki bentuk yang unik yaitu bulan sabit yang berguna
untuk menghasilkan kontraksi bertekanan rendah, yang cukup untuk mengalirkan
darah ke dalam arteri pulmonaris. Sirkulasi pulmunar merupakan sistim aliran
darah bertekanan rendah, dengan resitensi yang jauh lebih kecil terhadap aliran
darah yang berasal dari ventrikel kanan. Oleh karena itu, beban kerja dari ventrikel
kanan jauh lebih ringan dari pada ventrikel kiri.
g. Atrium kiri
Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenisasi dari paru-paru melalui vena
pulmonaris. Tidak terdapat katup sejati antara vena pulmonalis dan atrium kiri. Oleh
karena itu, darah akan mengalir kembali ke pembuluh paru-paru bila terdapat
perubahan tekanan dalam atrium kiri (retrograde).
h. Ventrikel kiri
Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk mengatasi
tahanan sirkulasi sistemis dan mempertahankan aliran darah ke jaringan-jaringan
perifer.
i. Katup jantung
Katup atrioventrikuler : katup antrioventrikuler karena terletak antara atrium dan
ventrikel. Katup yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan ini
mempunyai tiga buah daun katup yang disebut katup trikuspidalis. Sedangkan katup
yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup
yang disebut katup mitral.
Katup semilunar : Katup semilunar terdiri atas dua katup yaitu semilunar pulmonary
dan katup semilunar aorta. Katup semilunar pulmonary terletak pada arteri
pulmonaris, memisahkan arteri pulmonaris dengan ventrikel kanan.katup semilunar
aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.

B. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang (Kemenkes RI, 2013).
Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah yang interminten atau terus-
menerus diatas 140/90 mmHg karena fluktuasi tekanan darah terjadi antar individu dan
dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan ansietas (Marrelli. 2008. Hal 125).
Sedangkan menurut Graber (2009. Hal 103) hipertensi didefenisikan sebagai
tekanan darah sistolik yang menetap diatas atau sama dengan 140mmHg atau tekanan
darah diastolik yang menetap diatas atau sama dengan 90 mmHg.
Kesimpulan : Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.
C. Epidemiologi Hipertensi
Hipertensi diderita oleh sekitar 7 milyar manusia di dunia. Di Indonesia sebanyak
31,7% (2007) dan 25,8% (2013) orang dewasa mengalami hipertensi. Sayangnya hanya
9,5% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi itupun sudah meningkat
dari 7,2% di tahun 2007. Dari sekian banyak yang mengetahui sudah memiliki penyakit
hipertensi sayangnya hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi.

D. Etiologi/Penyebab Hipertensi
Faktor penyebab hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah atau dikontrol), kebiasaan merokok,
konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan minum-
minuman beralkohol, obesitas, kurang aktivitas fisik, stres, penggunaan estrogen
(Kemenkes RI, 2013).
Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki berat badan
lebih atau obesitas dari 20% dan hiperkolesterol mempunyai resiko yang lebih besar
terkena hipertensi. Pada umumnya penyebab obesitas atau berat badan berlebih
dikarenakan pola hidup (Life style) yang tidak sehat (Rahajeng & Tuminah, 2009).
Faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi biasanya tidak berdiri sendiri,
tetapi secara bersama-sama sesuai dengan teori mozaik pada hipertensi esensial. Teori
esensial menjelaskan bahwa terjadinya hipertensi disebabkan oleh faktor yang saling
mempengaruhi, dimana faktor yang berperan utama dalam patofisiologi adalah faktor
genetic dan paling sedikit tiga faktor lingkungan yaitu asupan garam, stres, dan
obesitas (Dwi & Prayitno 2013).

E. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan
merangsang serabut saraf pascaganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norpinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsangan vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norpinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi
(Corwin, 2009).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresikan kortisol dan steroid
lainnya yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal dapat menyebabkan pelepasan
renin. Renin merangsang pembentukkan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal sehingga menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor
tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. (Smeltzer, 2009)
Perubahaan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahaan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.
Perubahaan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang menyebabkan penurunan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Akibat hal tersebut, aorta dan arteri besar
mengalami penurunan kemampuan dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup) sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2009)

F. Klasifikasi Hipertensi

Tekanan sistolik Tekanan diastolic


Kategori tekanan darah
(mmhg) (mmhg)
Normal ≤120 ≤ 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi stadium 2 ≥160 ≥100
Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut JNC 7 terbagi menjadi kelompok
normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2 (Yogiantoro, 2009).

Tabe
G. Tanda dan Gejala Hipertensi
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2010) manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah,
mual muntah, epistaksis, kesadaran menurun.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
1) Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.
2) Sakit kepala
3) Pusing / migraine
4) Rasa berat ditengkuk
5) Penyempitan pembuluh darah
6) Sukar tidur
7) Lemah dan lelah
8) Nokturia
9) Azotemia
10) Sulit bernafas saat beraktivitas

H. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Thorax Posterior (Dada Belakang)
1) Pertama, lakukan anamnesis mendalam yang akhirnya mengindikasikan dilakukan
pemeriksaan dada depan dan dada belakang.
2) Inform dan consen untuk menjelaskan prosedur yang akan digunakan dan meminta
ijin melakukan pemeriksaan, sambil mempersilahkan pasien ke atas bed tempat
tidur.
3) Cuci tangan dengan 6 langkah cuci tangan dengan alcohol 70%
4) Persilahkan pasien Duduk
5) Inspeksi : Lakukan inspeksi punggung meliputi : posisi tubuh, bagaimana sikap
seperti posisi tripod bila pasien memiliki asma. Perhatikan bila ada lesi kulit dan
kesulitan bernafas ditandai dengan kontraksi otot bantu dada.
6) Palpasi : Jangan lupa hangatkan tangan, lakukan penekanan dan palpasi terkait
nyeri tekan terutama apabila korban ada kecurigaan trauma dan patah tulang.
Kemudian lakukan pemeriksaan Fremitus Taktil yaitu menaruh bagian volar telapak
tangan di kedua sisi dada pada 7 pasang titik dari atas ke bawah kemudian pasien
diminta bilang : “delapan puluh delapan”. Sambil dirsakan getaran untuk memeriksa
konsolidasi paru. Fremitus taktil dapat meningkat dan dapat menurun.
7) Perkusi : secara normal, dada apabila diperkusi sonor. Apabila saat perkusi
didapatkan redup, berarti ada konsolidasi dan pengerasan paru. Apabila didapatkan
hipersonor berarti terdapat rongga udara seperti pada kasus emfisema dan
pneumothorax. Perkusi dilakukan 7 pasang titik. Selanjutnya dilakukan perkusi
untuk menilai diafragma. Langkahnya dengan lakukan perkusi pada linea
midclavicularis dextra dari superior ke inferior. Perkusi sampai menemukan bunyi
redup dari hepar. Kemudan pasien diminta menarik nafas, yang memicu turunnya
diafragma, kemudian perkusi dilanjutkan ke bawah hingga menemukan batas dada
dan hepar. Secara normal, penurunannya sekitar 4-5 cm.
8) Auskultasi : Hangatkan stetoskop, lakukan auskultasi pada 7 pasang titik.
Dengarkan suara paru, vesikuler atau tidak. Normalnya suaranya Vesikuler.
Perhatikan apabila muncul bunyi aneh, seperti ronchi basah, ronchi kering dan
lainnya.
Pemeriksaan Thorax Anterior (Dada depan):
1) Setelah anda melakukan pemeriksaan dada belakang, maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan dada anterior.
2) Inspeksi: Amati mimik muka pasien, perhatikan mukosa bibir kebiruan atau tidak
yang menandakan cyanosis atau tidak, nafas cuping hidung, apakah ada retraksi di
leher, simesitrisas dada, bentuk dada (pungtum ekscavatum/ cekung kedalam dan
punctum caritanum/ cembung kedepan, barrel chest dan lainnya. Amati juga
penggunaan pernafasan sekunder, adanya lesi kulit dan icitus Kordis pada Spasium
Interkosta 5 Linea Midclavicula Sinistra.
3) Palpasi: Lakukan palpasi seperti palpasi pada punggung, pemeriksaan fremitus
taktil ditambah dengan palpasi icitus kordis serta pemeriksaan palpasi untuk menilai
adanya deviasi trakea atau tidak. Fremitus taktil dilakukan pada 6 pasang titik.
4) Perkusi: Lakukan perkusi dengan teknik sama dengan perkusi dada belakang.
Perkusi dilakukan pada 6 pasang titik dari atas tulang clavicula hingga bawah
berurutan membentuk pola S berturutan. Normalnya Sonor. Bila ditemukan redup
dan hipersonor menandakan adanya kelainan.
Perkusi Batas Jantung:
a. Batas Jantung Kiri
Perkusi dari linea aksilaris anterior hingga menemukan bunyi timpani yang
menandakan perbatasan antara dada dan lambung. Seringnya sekitar spasium
interkosta VIII.
Setelah itu naik 2 jari, kemudian perkusi ke arah medial hingga menemukan
bunyi redup dengan posisi berubah 90º tegak lurus dengan kosta. Perkusi hingga
menemukan bunyi redup dan pekak. Biasanya sekitar 2 jari sebelah medial limia
midklavikula sinistra, spasium interkosta 5.
b. Batas jantung Kanan
Perkusi dari linea midklavikularis dekstra ke bawah hingga menemukan batas
redup dari sonor. Setelah itu naik 2 jari ke atas, kemudian perkusi lagi kearah
medial tegak lurus dari sonor hingga menemukan redup dan pekak. Bunyi redup
menandakan batas jantung.
c. Batas Jantung Atas
Perkusi dari linea sternalis sinistra ke bawah sejajar dengan tulang costa hingga
menemukan perubahan warna redup yang merupakan tanda jantung.
d. Perkusi Pinggang Jantung
Perkusi dari linea parasternalis sinistra ke arah bawah sejajar dengan costa,
hingga menemukan redup dari sonor. Jika ditemukan bunyi redup pada spasium
intercostal 2, menunjukan pinggang jantung hilang dan indikasi terjadi
hipertropi atrium. Secara normal batasnya spasium intercostal 3.
5) Auskultasi
a. Auskultasi Paru-paru
Lakukan auskultasi pada 6 pasang titik untuk mendeteksi suara vesikuler,
bronchial, tracheal dan bunyi tidak normal seperti ronchi basah kering dan
wheezing atau mengi ditemukan pada asma, ronchi pada insfeksi alveolus dan
cracle pada bronkitis.
b. Auskultasi Jantung
Auskultasi jantung dilakukan untuk memeriksa katup jantung, yaitu katup aorta,
pulmonal, trikuspidalis dan bicuspidalis. Normal terdengar S1 dan S2, bila
terdapat bunyi S3, Gallop dan murmur menandakan tidak normal. Katup aorta
didengarkan pada SIC 2 linea sternalis dextra, katup pulmonal terdengar pada
SIC 2 linea sternalis sinistra, katup trikuspidalis didengarkan pada SIC 4 linea
sternalis sinistra, sedangkan katup bicuspidalis didengarkan pada SIC 5 linea
midclavikularis sinistra.

I. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi


 Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas)
dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
 BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
 Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
 Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
 CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
 EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
 IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,perbaikan
ginjal.
 Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,pembesaran
jantung.

J. Diagnostik
- Hemoglobin Hematokrit : Bukan diagnostic tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
- BUN/Kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal
- Glukosa : Hiperglikemia (diabetes nitilitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi)
- Kalium Serum : Hipokalemia dapat mengindikasikannya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi deuretik
- Kalsium Serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi
- Kolestrol don Trigeliserido Serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskular).
- Pemeriksaan Tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan
hipertensi
K. Penatalaksanaan (secara nonfarmakologi dan farmakologi)
Hipertensi dapat ditatalaksana dengan menggunakan perubahan gaya hidup atau
dengan obat-obatan. Perubahan gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan
garam tidak melebihi seperempat sampai setengah sendok teh atau enam gram perhari,
menrunkan berat badan yang berlebih, menghindari minuman yang mengandung kafein,
berhenti merokok, dan meminum minuman beralkohol. Penderita hipertensi dianjurkan
berolahraga, dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan
frekuensi 3-5 kali per minggu. Cukup istirahat (6-8 jam) dan megendalikan istirahat
penting untuk penderita hipertensi. Makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh
penderita hipertensi adalah sebagai berikut: (Kemenkes RI, 2013).
1. Makanan yang memiliki kadar lemak jenuh yang tinggi, seperti otak, ginjal, paru,
minyak kelapa, gajih.
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium, seperti biskuit,
kreker, keripik, dan makanan kering yang asin.
3. Makanan yang diawetkan, seperti dendeng, asinan sayur atau buah, abon, ikan
asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang.
4. Susu full cream, margarine,mentega, keju mayonnaise, serta sumber protein
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah sapi atau kambing, kuning
telur, dan kulit ayam.
5. Makanan dan minuman dalam kaleng, seperti sarden, sosis, korned, sayuran serta
buah-buahan kaleng, dan soft drink. 16
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco, serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian dan tape.

Jenis-jenis obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC 7 untuk terapi farmakologis
hipertensi: (Yogiantoro, 2009)
1. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo
Ant).
2. Beta Blocker (BB).
3. Calcium Channel Blocker atau Calcium antagonist (CCB).
4. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI).
5. Angiotensin II Receptor Blocker atau AT, receptor antagonistor blocker (ARB).

L. Komplikasi Hipertensi
Menurut Dalimartha, dkk. (2008) Penderita hipertensi berisiko terserang penyakit lain
yang timbul kemudian. Beberapa penyakit yang timbul sebagai akibat hipertensi di
antara nya sebagai berikut :
a. Penyakit jantung koroner
Penyakit ini sering di alami penderita hipertensi sebagai akibat terjadi nya
pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan lubang
pembuluh darah jantung menyebab kan berkurang nya aliran darah pada
beberapa bagian otot jantung. Hal ini menyebab kan rasa nyeri di dada dan dapat
berakibat gangguan pada otot jantung. Bahkan, dapat menyebab kan timbul nya
serangan jantung.
b. Gagal jantung
Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk
memompa darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan menebal dan
merenggang sehingga daya pompa otot menurun. Pada akhir nya dapat terjadi
kegagalan kerja jantung secara umum. Tanda-tanda ada nya komplikasi yaitu
sesak napas, napas putus-putus (pendek), dan terjadi pembengkakan pada tungkai
bawah serta kaki.
c. Kerusakan pembuluh darah otak
Beberapa penelitian di luar negeri mengungkapkan bahwa hipertensi menjadi
penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Ada dua jenis kerusakan
yang di timbulkan yaitu pecahnya pembuluh darah dan rusaknya dinding
pembuluh darah. Dampak akhirnya, seseorang bisa mengalami stroke dan
kematian.
d. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan peristiwa di mana ginjal tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi, yaitu
nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna terjadi
pada hipertensi yang berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan fraksi-fraksi
plasma pada pembuluh darah akibat proses menua. Hal itu akan menyebabkan
daya permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang. Adapun nefrosklerosis
maligna merupakan kelainan ginjal yang di tandai dengan naiknya tekanan
diastole di atas 130 mmHg yang di sebabkan terganggunya fungsi ginjal.

M. Prognosis Hipertensi
Usia, ras, jenis kelamin, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, hiperkolesterole-
mia, intoleransi glukosa dan berat badan, semuanya mempengaruhi prognosis dari
penyakit hipertensi esensial pada lansia. Semakin muda seseorang terdiagnosis
hipertensi pertama kali, maka semakin buruk perjalanan penyakitnya apalagi bila tidak
ditangani. Di Amerika serikat, ras kulit hitam mempunyai angka morbiditas dan
mortalitas empat kali lebih besar dari pada ras kulit putih. Prevalensi hipertensi pada
wanita pre-menopause tampaknya lebih sedikit dari pada laki-laki dan wanita yang telah
menopause. Adanya faktor resiko independen (seperti hiperkolesterolemia, intoleransi
glukosa dan kebiasaan merokok) yang mempercepat proses aterosklerosis
meningkatkan angka mortalitas hipertensi dengan tidak memperhatikan usia, ras dan
jenis kelamin.

Faktor Resiko yang Mempengaruhi Prognosis Hipertensi

 Faktor Resiko Utama Hipertensi


 Perokok
 Obesitas (indeks massa tubuh > 30)
 Kurang aktivitas
 Diabetes mellitus
 Usia (>55 tahun untuk pria; >65 tahun untuk wanita)
 Riwayat keluarga mengidap penyakit kardiovaskular premature (pria
<55 tahun atau wanita 65 tahun)
 Jantung
 Gagal jantung
 Otak
 Stroke
 Penyakit ginjal kronik
II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI
1) Pengkajian
a. Identitas klien dan keluarga
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, suku
bangsa, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor registrasi dan adekuat.
2) Identitas penanggung jawab.
Meliputi nama, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1). Keluhan utama
Pada kasus hipertensi, ditemukan keluhan utama adanya pusing yang hebat.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang sedang
dijabarkan dari keluhan utama dengan menggunakan PGRST
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah ada riwayat hipertensi sebelumnya, diabetes militus, penyakit
ginjal, obesitas, hiperkolesterol, adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol
dan penggunaan obat kontrasepsi oral, dan lain-lain.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat penyakit yang sama pada keluarga klien seperti yang
dialaminya sekarang. Apakah dalam keluarga klien ada yang punya penyakit
keturunan seperti hipertensi.
5) Struktur keluarga
Menggambarkan kedudukan klien dalam keluarga.
c. Data Biologis
Untuk mengetahui aktivitas antara di rumah dan di rumah sakit meliputi pola
makan, tidur, kebersihan dan eliminasi.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Kaji tingkat kesadaran (GCS) kehilangan sensasi, susunan saraf, gangguan
penglihatan, gangguan ingatan, mengkaji tanda – tanda vital.
2. Sistem Penglihatan
Pada kasus hipertensi, terdapat gangguan penglihatan seperti penglihatan
menurun, ukuran reaksi pupil tidak sama, kesulitan untuk melihat objek.
3. Sistem Penciuman
Terdapat gangguan pada system penciuman, terdapat hambatan jalan nafas.
4. Sistem Pernafasan
Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas terdengar ronki (aspirasi
sekresi)
5. Sistem kardiovaskular
Nadi, frekuensi dapat bervariasi ( karena ketidakstabilan fungsi jantung atau
kondisi jantung), perubahan EKG, adanya penyakit jantung miocard infark,
rematik, atau penyakit jantung vaskuler.
6. Sistem Pencernaan
Ketidakmampuan menelan, mengunyah, tidak mampu memenuhi kebutuhan
nutrisi sendiri
7. Sistem Urinaria
Terdapat perubahan system berkemih seperti inkontinensia
8. Sistem Persyarafan
o Nevrus 1 Olfaktori (penciuman)
o Nevrus II Optic (penglihatan)
o Nevrus III Okulomotor ( gerak ekstraokuler mata, kontriksi dilatasi pupil)
o Nevrus IV Trokhlear (gerak bola  mata ke atas ke bawah)
o Nevrus V Trigeminal (sensori kulit wajah, penggerak otot rahang)
o Nevrus VI Abdusen (gerak bola mata menyamping)
o Nevrus VII Fasial (ekspresi fasial dan pengecapan)
o Nevrus VIII Oditori (pendengaran)
o Nevrus IX Glosovaringeal (gangguan pengecapan, kemampuan menelan,
gerak lidah)
o Nevrus X Vagus (sensasi faring, gerakan pita suara)
o Nevrus Asesori (gerakan kepala dan bahu)
o Nevrus XII Hipoglosal (posisi lidah)
9. Sistem Musculoskeletal
Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot, pada klien hipertensi didapat klien
merasa kesulitan untuk melakuakn aktvitas karena kelemahan, kesemuatan atau
kebas.
10. Sistem Integument
Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedem, distribusi rambut.
e. Data Penunjang
 Hemoglobin/Hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas)
 BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
 Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
 Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
 CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
 EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
 IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,perbaikan
ginjal.
 Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,pembesaran
jantung.
2) Pathway
3) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang timbul pada diagnosa keperawatan pasien dengan
hipertensi :
a) Nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral.
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
c) Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload dan vasokontriksi.

4) Intervensi

Diagnosa Perencanaan Rasional


Nyeri atau sakit  Mempertahankan tirah  Meminimalkan
kepala berhubungan baring selama fase akut. stimulasi/meningkatkan
dengan peningkatan relaksasi.
tekanan vascular  Berikan tindakan  Tindakan yang
serebral nonfarmakologi untuk menurunkan tekanan
menghilangkan sakit vaskuler serebral dan
kepala (kompres dingin yang memperlambat.
dan tehnik relaksasi
 Minimalkan aktivitas  Aktivitas yang
vasokontriksi yang dapat meningkatkan
meningkatkan sakit kepala vasokontriksi
(mengejan saat BAB, menyebabkan sakit
batuk dan membungkuk). kepala.

 Kolaborasi dengan tim  Menurunkan atau


dokter pemberian mengontrol nyeri dan
analgesik. menurunkan rangsang
sistem saraf simpatis.

Intoleransi aktivitas  Kaji respon pasien  Menyebutkan parameter


Diagnosa Perencanaan Rasional
berhubungan terhadap aktivitas. membantu dalam
dengan kelemahan mengkaji respon
fisik fisiologi terhadap stress
aktivitas dan bila ada
merupakan indicator
dari kelebihan kerja
yang berkaitan dengan
2.      tingkat aktivitas.
 Instruksikan pasien  Tehnik menghemat
tentang tekhnik energy mengurangi
penghematan energi penggunaan energy,
(duduk saat gosok gigi, juga membatu
atau menyisir rambu) dan keseimbangan antara
melakukan aktivitas suplai dan kebutuhan
dengan perlahan. oksigen.
 Dorongan untuk  Kemajuan aktivitas
melakukan aktivitas atau bertahap mencegah
perawatan diri bertahap, penningkatan kerja
berikan bantuan sesuai jantung tiba-tiba.
kebutuhan. Memberikan bantuan
hanya kebutuhan akan
mendorong kemandirian
dalam melakukan
aktivitas
Risiko tinggi  Pantau tekanan darah  Perbandingan dari
terhadap penurunan untuk evaluasi awal. tekanan memberikan
curah jantung gambaran yang lebih
berhubungan lengkap tentang
dengan peningkatan keterlibatan/bidang
afterload dan masalah vascular.
vasokontriksi
 Catat keberadaan, kualitas  Denyutan karotis,
Diagnosa Perencanaan Rasional
denyutan sentral dan jugularis, radialis dan
perifer. femoralis mungkin
teramati/terpalpasi.
 Auskultasi tonus jantung  S4 terdengar pada
dan bunyi nafas. pasien hipertensi berat
krena ada hipertropi
atrium (penigkatan
volume atau tekanan
atrium), perkembangan
S3 menunjukkan
hipertropi ventrikel atau
kerusakan fungsi
 Berikan lingkungan  Membantu untuk
tenang, nyaman, kurang menurunkan rangsang
aktivitas/keributan simpatis.
lingkungan.
 Berikan lingkungan yang  Membantu menurunkan
tenang, nyaman, kurangi rangsang simpatis dan
aktivitas atau keributan meningkatkan relaksasi.
dan batasi jumlha
pengunjung dan lamanya
tinggal.

5) Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari apa yang sudah direncanakan dari setiap
diagnose yang muncul. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah
dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal,
intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang
tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai
implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan
dan bagaimana respon pasien.

6) Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini
adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan
dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Perawat mempunyai tiga alternatif
dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
1) Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal
yang ditetapkan di tujuan.
2) Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
3) Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.
Evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
o Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi
dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
o Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi
ini menggunakan SOAP.

Anda mungkin juga menyukai