Anda di halaman 1dari 11

Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara
memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, dibunuh, atau bagian-
bagian dari bakteri (virus) tersebut telah dimodifikasi.

Vaksin dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan atau diminum (oral). Setelah vaksin
masuk ke dalam tubuh, sistem pertahanan tubuh akan bereaksi membentuk antibodi. Reaksi ini
sama seperti jika tubuh kemasukan virus atau bakteri yang sesungguhnya. Antibodi selanjutnya
akan membentuk imunitas terhadap jenis virus atau bakteri tersebut.
Imunisasi sangat penting untuk melindungi bayi dari penyakit-penyakit menular yang bahkan
bisa membahayakan jiwa. Di Indonesia, imunisasi bayi dan anak dikelompokkan menjadi dua.
Kelompok pertama berisi jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah melalui program
pengembangan imunisasi (PPI). Kelompok imunisasi yang diwajibkan ini dibiayai seluruhnya
oleh pemerintah. Oleh karena itu vaksin-vaksin tersebut bisa diperoleh masyarakat luas secara
gratis di Puskesmas dan Posyandu. Kelompok kedua adalah vaksin-vaksin yang dianjurkan oleh
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jenis vaksin dalam kelompok ini belum diwajibkan
pemerintah.

Jenis-jenis Imunisasi

Berikut jenis-jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan bisa didapat secara
gratis di Puskesmas atau Posyandu:

Jenis Vaksin Keterangan

BCG Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin) dapat diberikan sejak lahir. Imunisasi
ini bertujuan untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit
tuberculocis (TBC). Apabila vaksin BCG akan diberikan pada bayi di atas
usia 3 bulan, ada baiknya dilakukan dulu uji tuberkulin. BCG boleh
diberikan apabila hasil tuberkulin negatif.

Hepatitis B Vaksin Hepatitis B yang pertama harus diberikan dalam waktu 12 jam
setelah bayi lahir, kemudian dilanjutkan pada umur 1 bulan dan 3 hingga 6
bulan. Jarak antara dua imunisasi Hepatitis B minimal 4 minggu. Imunisasi
ini untukmencegah penyakit Hepatitis B.

Polio Imunisasi Polio diberikan untuk mencegah poliomielitis yang bisa


menyebabkan kelumpuhan.

DPT Vaksin DPT adalah vaksin kombinasi untuk mencegah penyakit difteri,
pertusis (batuk rejan), dan tetanus. Ketiga penyakit ini sangat mudah
menyerang bayi dan anak. Imunisasi DPT diberikan pada bayi umur lebih
dari 6 minggu. Vaksin DPT dapat diberikan secara simultan (bersamaan)
dengan vaksin Hepatitis B. Ulangan DPT diberikan pada usia 18 bulan dan 5
tahun. Usia 12 tahun mendapat vaksin TT (tetanus) melalui program Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).

Campak Vaksin Campak-1 diberikan pada usia 9 bulan, lalu Campak-2 pada usia 6
tahun melalui program BIAS.
Dan berikut beberapa jenis vaksin penting namun belum diwajibkan oleh pemerintah:

Jenis Vaksin Keterangan

Hib Pemberian Vaksin Hib (Haemophilus influenzae tipe B)


ditujukan untuk mencegah penyakit meningitis atau radang
selaput otak. Vaksin Hib diberikan mulai usia 2 bulan dengan
jarak pemberian dari vaksin pertama ke vaksin lanjutannya
adalah 2 bulan. Vaksin ini dapat diberikan secara terpisah
ataupun kombinasi dengan vaksin lain.
MMR Vaksin MMR diberikan untuk mencegah penyakit gondongan
(mumps), campak (measles), dan campak jerman (rubela).
MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan apabila belum
mendapat imunisasi campak di umur 9 bulan. Umur 6 tahun
diberikan imunisasi ulangannya.
Hepatitis A Vaksin ini direkomendasikan pada usia diatas 2 tahun,
diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 6 sampai 12 bulan.
Tifoid Vaksin Tifoid direkomendasikan untuk usia diatas 2 tahun.
Imunisasi ini diulang setiap 3 tahun.
Pneumokokus (PCV) Apabila hingga usia di atas 1 tahun belum mendapatkan PCV,
maka vaksin diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 2
bulan. Pada umur 2 hingga 5 tahun diberikan satu kali.
Influenza Anak usia dibawah 8 tahun yang diimunisasi influenza untuk
yang pertama kalinya direkomendasikan 2 dosis dengan jarak
minimal 4 minggu.

Imunisasi adalah usaha memberikan/memasukkan vaksin ke dalam tubuh seseorang


untuk menciptakan kekebalan terhadap suatu penyakit. Imunisasi juga sering disebut sebagai
vaksinasi.
Berikut adalah 7 penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi:
Difteri
Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Bakteri penyebab difteri
disebarkan melalui melalui kontak dari manusia ke manusia yaitu karena menghirup cairan dari
mulut atau hidung orang yang terinfeksi, dari jari-jari atau handuk yang terkontaminasi, dan
dari susu yang terkontaminasi penderita.
Penyakit ini mempengaruhi sistem pernapasan bagian atas dan bisa berakibat fatal
karena bisa memblokir saluran napas, dan dapat melepaskan racun yang menyebabkan
kelumpuhan dan gagal jantung.
Gejala yang muncul ialah sakit tenggorokan, demam, sulit menelan dan bernapas, dan
mengeluarkan lendir dari mulut dan hidung. Kelenjar getah bening di leher membesar dan
terasa sakit. Lapisan (membran) tebal terbentuk menutupi belakang kerongkongan dan
menutup saluran pernapasan dan menyebabkan kekurangan oksigen dalam darah.
Vaksin difteri pertama kali dikembangkan pada 1940-an. Sebelum vaksin difteri ada,
sekitar 100 ribu hingga 200 ribu kasus difteri dilaporkan telah terjadi di Amerika Serikat. Setelah
vaksin diproduksi massal, saat ini hanya sekitar satu kasus yang dilaporkan terjadi di Amerika
Serikat setiap tahun.
Campak
Campak merupakan infeksi pada sistem pernapasan dan merupakan penyakit yang
sangat menular. Campak disebabkan oleh paramiksovirus (virus campak). Penularannya terjadi
melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne
disease).
Gejalanya meliputi rasa menggigil/kedinginan dan demam, batuk, pilek, hidung dan
mata berair dan merah, dan ruam-ruam di sekujur tubuh.
Sejak vaksin campak pertama kali dikembangkan pada tahun 1963, 99 persen kasus campak
hilang di beberapa negara. Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak
terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika
seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya biasanya dia akan kebal terhadap
penyakit ini.
Polio
Polio atau Poliomielitis disebabkan oleh virus poliovirus (PV) yang disebarkan melalui air
liur dan tinja. Masuk ke tubuh melalui mulut, dan menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat
memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot.
Polio dapat menyebabkan kelumpuhan yang diiringi dengan gejala lain.
Sebelum adanya vaksin polio, puluhan ribu orang pertahun lumpuh karena virus ini dan ribuan
orang telah meninggal. Jonas Salk menciptakan vaksin polio pertama kali pada tahun 1955, dan
sekarang penyakit polio sudah hampir dieliminasi dari negara-negara barat namun belum di
Asia.
Cacar (Variola)
Cacar juga disebabkan oleh virus, yaitu virus poks, cacar merupakan penyakit yang
menyebar dengan cepat dan mematikan. Gejalanya demam, pilek, nyeri sendi, sakit kepala dan
muncul gelembung-gelembung berisi nanah di sekujur tubuh yang bisa meninggalkan bekas
atau bopeng.
Pengembangan vaksin cacar merupakan kemenangan sejati dalam dunia imunisasi. Pada
tahun 1980, Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengumumkan bahwa cacar telah diberantas
dari planet ini. Lalu mengapa masih ada cacar saat ini? Cacar yang ada saat ini bukan cacar yang
dimaksud di atas. Cacar di atas adalah variola, sedangkan cacar saat ini adalah varisela atau
biasa kita sebut cacar air. Gejalanya memang mirip, hanya saja gelembung-gelembung yang
muncul biasanya berwarna bening (tidak bernanah seperti variola) dan tidak berbahaya. Untuk
di Indonesia, imunisasi cacar air tidak menjadi wajib pada imunisasi dasar.
Tetanus
Tetanus disebabkan oleh tetanospasmin, yaitu sejenis neurotoksin yang diproduksi
oleh Clostridium tetani yang menginfeksi sistem urat saraf dan otot sehingga saraf dan otot
menjadi kaku. Tetanus dapat menyebabkan kontraksi otot, melengkungnya punggung
(opistotonus), spasme glotal, termasuk kejang-kejang dan paralisis pernapasan.
Imunisasi tetanus pertama kali dilakukan saat Perang Dunia II. Imunisasi tetanus 100 persen
efektif untuk menghentikan efek bakterinya. Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai
bagian dari vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus). Bagi yang sudah dewasa sebaiknya menerima
booster.
Demam kuning
Demam kuning dibawa oleh nyamuk betina (nyamuk demam kuning, Aedes aegypti, dan
spesies lain) dan ditemukan di kawasan tropis dan subtropis di Amerika Selatan dan Afrika,
namun tidak di Asia. Virus yang dibawa nyamuk ini telah menjangkiti sekitar 200.000 orang di
seluruh dunia dan menyebabkan sekitar 30.000 kematian pertahun (sekitar 90% infeksi terjadi
di Afrika). Awalnya vaksin ini dikembangkan pada tahun 1927, vaksin ini efektif 95 persen dan
telah memberikan perlindungan selama 10 tahun. Namun mulai 1980-an, jumlah kasus demam
kuning kembali meningkat dan menjadikannya sebagai penyakit yang bangkit kembali. Karena
belum ada terapi untuk penyakit ini, program vaksinasi ini, bersama peraturan mengurangi
populasi nyamuk pengangkut virus, memiliki peran besar di daerah-daerah terjangkit.
Batuk rejan
Batuk rejan disebabkan oleh infeksi bakteri yang ditandai dengan batuk dan kesulitan
bernapas. Batuk rejan merupakan penyakit yang sangat menular. Di dunia terjadi sekitar 30
sampai 50 juta kasus per tahun, dan menyebabkan kematian pada 300.000 kasus (data dari
WHO)
Penyakit ini biasanya terjadi pada anak berusia di bawah 1 tahun dan 90 persen kasus ini
terjadi di negara berkembang. Penyakit ini umumnya diakibatkan oleh bacterium
Bordetella namun tidak jarang diakibatkan oleh B. parapertussis. Batuk rejan masih menjadi
ancaman hingga saat ini, dan baru-baru ini para peneliti merekomendasikan bahwa selain anak-
anak, orang dewasa juga harus mendapatkan vaksinasinya. Imunisasi dilakukan pada usia 2, 4,
6, dan 18 bulan dan 4-6 tahun. Diharapkan kemungkinan terkenanya pertusis akan makin
rendah dengan diberikannya imunisasi, dan seandainya tetap terkena, gejalanya tidak akan
seberat mereka yang tidak divaksinasi.

STUNTING
Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. Padahal, menurut Badan
Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke-lima jumlah anak dengan kondisi stunting.
Salah satu wilayah di Indonesia dengan angka stunting tertinggi adalah kabupaten Ogan
Komering ilir. Angka stunting kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) menurut Riskesdas
mencapai 40,5% atau hampir setengah balita di OKI mengalami stunting. Bahkan, angka ini
di atas angka stunting nasional 37%. Menurut WHO, di seluruh dunia, diperkirakan ada
178 juta anak di bawah usia lima tahun pertumbuhannya terhambat karena stunting.
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam
waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting
terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.
Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59
bulan, dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting
kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO. Selain pertumbuhan
terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal, yang
menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang kurang, serta prestasi sekolah yang
buruk. Stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, juga dianggap sebagai salah satu faktor
risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi. Penyebab Stunting Situs
Adoption Nutrition menyebutkan, stunting berkembang dalam jangka panjang karena
kombinasi dari beberapa atau semua faktor-faktor berikut: 1. Kurang gizi kronis dalam
waktu lama 2. Retardasi pertumbuhan intrauterine 3. Tidak cukup protein dalam proporsi
total asupan kalori 4. Perubahan hormon yang dipicu oleh stres 5. Sering menderita infeksi
di awal kehidupan seorang anak. Perkembangan stunting adalah proses yang lambat,
kumulatif dan tidak berarti bahwa asupan makanan saat ini tidak memadai. Kegagalan
pertumbuhan mungkin telah terjadi di masa lalu seorang. Gejala Stunting 1. Anak berbadan
lebih pendek untuk anak seusianya 2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak
tampak lebih muda/kecil untuk usianya 3. Berat badan rendah untuk anak seusianya 4.
Pertumbuhan tulang tertunda Mencegah Stunting Waktu terbaik untuk mencegah stunting
adalah selama kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan. Stunting di awal kehidupan
akan berdampak buruk pada kesehatan, kognitif, dan fungsional ketika dewasa. Untuk
mengatasi masalah stunting ini Kementerian Kesehatan dengan dukungan Millennium
Challenge Account-Indonesia (MCA-I), melalui Program Hibah Compact Millennium
Challenge Corporation (MCC) melakukan Kampanye Gizi Nasional Program Kesehatan dan
Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM). Salah satu intervensi dalam program PKGM adalah
tentang perubahan prilaku masyarakat, yang dilakukan dalam program Kampanye Gizi
Nasional (KGN). Program KGN di wilayah OKI dilakukan dengan pendekatan yang
menyeluruh, seperti melakukan aktifasi posyandu-posyandu dan pemberian pengetahuan
tentang gizi anak, mulai dari makanan apa saja yang boleh untuk bayi di atas enam bulan,
bagaimana tekstur yang baik, berapa banyak yang harus diberikan, termasuk pengetahuan
pentingnya ASI eksklusif. Yang menarik, tim posyandu mengadakan door prize untuk
menarik minat dan perhatian para ibu untuk hadir mendengarkan penyuluhan di
posyandu. “Setelah penyuluhan, kami lempar pertanyaan. Mau enggak mau mereka harus
dengerin, biar bisa jawab. Hadiahnya enggak mahal, kebutuhan rumah tangga sehari-hari
saja. Tapi, ini sudah membuat mereka semangat datang,” jelas Hera Wiyana, seorang
fasilitator di posyandu desa Sugih Waras, Ogan Komering Ilir. Hera menambahkan, para
bidan dan fasilitator biasanya punya catatan siapa saja yang rajin hadir dan bahkan yang
tak pernah hadir ke posyandu. Kalau memang ada yang tak pernah hadir, bidan atau
fasilitator tak segan datang langsung ke rumahnya untuk memberikan penyuluhan. "Ada
banyak faktor, misalnya saja jarak yang jauh membuat mereka malas datang ke posyandu.
Tapi, kan tetap tanggungjawab kita memberi penyuluhan kesehatan. Jadi, ya kita datangi."
Selain itu, para ibu hamil tak hanya diwajibkan periksa secara berkala dan diberi tablet
penambah darah, tapi juga diberikan penyuluhan melalui kelas pendukung ibu. Tujuannya,
agar ibu mengetahui perkembangan kehamilannya dan bisa lebih menjaga kondisi
kehamilannya. Pasalnya, stunting sangat dipengaruhi oleh seribu hari pertama kehidupan,
dimulai dari dalam kandungan. “Kalau ibunya sehat, janinnya juga sehat. Jadi, kita kasih
tahu apa saja yang harus dilakukan selama kehamilan. Makanan apa yang baik dikonsumsi.
Jangan sampai ibu hamil kurang gizi, kan bisa memengaruhi janinnya juga,” 
Kesehatan pada anak dimulai dari sejak masa kandungan. Selama 9 bulan bayi
mendapatkan asupan dari ibu. Asupan yang sehat dan bergizi selama masa kandungan bisa
menciptakan anak sehat dan cerdas. Tentu hal ini juga untuk mencegah berbagai macam
gangguan tumbuh kembang anak nantinya. Salah satunya adalah stunting.
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang
kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat
anak berusia 2 tahun. Normalnya untuk usia 5 tahun tinggi badannya mencapai 110 cm.
Penyebab stunting di Indonesia sangat beragam atau bersifat multidimensional
seperti berikut ini : 
1. Praktik pengasuhan yang tidak baik. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan
dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan.
2. Kurangnya akses ke bahan makanan bergizi. 1 dari 3 ibu hamil mengalami anemia
atau bahan makana  mahal.
3. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC, PNC dan pembelajaran
dini berkualitas. 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang
memadai. 
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. 1 dari t rumah tangga masih BAB di
ruang terbuka dan 1 dari 3 rumah  tangga belum memiliki akses air minum bersih. 
Stunting bisa berdampak pendek dan panjang. Dampak pendeknya membuat anak
tidak
cerdas dan dampak panjangnya bisa kehilangan IQ sebesar 10-15 poin atau sekitar
45%. Stunting bisa dicegah dengan melakukan beberapa upaya, yaitu : 
1. Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, terutama dalam memenuhi suplementasi
zat besi untuk mencegah anemia.
2. ASI Eksklusif sampai usia anak 6 bulan dan pemberian MPASI setelah 6 bulan yang
cukup jumlah dan kualitasnya.
3. Memantau pertumbuhan balita di posyandu sebagai pemantauan terjadinya gangguan
pertumbuhan. 
4. Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi serta menjaga lingkungan. 
Malnutrisi merupakan masalah utama terjadinya stunting atau bertubuh pendek tidak
sesuai usianya. Oleh karena itu, para orang tua khususnya ibu hamil untuk menjaga pola
makan dan pemberian asupan yang sehat dan bergizi pada anak-anak. Agar tahun 2045
nanti anak Indonesia menjadi genari emas.
Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC, adalah penyakit
menular paru-paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini
ditularkan dari penderita TB aktif yang batuk dan mengeluarkan titik-titik kecil air liur dan
terinhalasi oleh orang sehat yang tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit ini.

TB termasuk dalam 10 besar penyakit yang menyebabkan kematian di dunia. Data WHO
menunjukkan bahwa pada tahun 2015, Indonesia termasuk dalam 6 besar negara dengan
kasus baru TB terbanyak.

Gejala dan Jenis Tuberkulosis

TB paling sering menyerang paru-paru dengan gejala klasik berupa batuk, berat badan
turun, tidak nafsu makan, demam, keringat di malam hari, batuk berdarah, nyeri dada, dan
lemah. Jenis batuk juga bisa berdahak yang berlangsung selama lebih dari 21 hari.

Saat tubuh kita sehat, sistem kekebalan tubuh dapat memberantas basil TB yang masuk ke
dalam tubuh. Tapi, sistem kekebalan tubuh juga terkadang bisa gagal melindungi kita.

Basil TB yang gagal diberantas sepenuhnya bisa bersifat tidak aktif untuk beberapa waktu
sebelum kemudian menyebabkan gejala-gejala TB. Kondisi ini dikenal sebagai tuberkulosis
laten. Sementara basil TB yang sudah berkembang, merusak jaringan paru-paru,
dan menimbulkan gejala dikenal dengan istilah tuberkulosis aktif.

Penyebab dan Faktor Risiko Tuberkulosis

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil tersebut menyebar di


udara melalui semburan titik-titik air liur dari batuk pengidap TB aktif.

Terdapat sejumlah orang yang memiliki risiko penularan TB yang lebih tinggi. Kelompok-
kelompok tersebut meliputi:

 Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pengidap HIV/AIDS,
diabetes, atau orang yang sedang menjalani kemoterapi.
 Orang yang mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi.
 Perokok.
 Pecandu narkoba.
 Orang yang sering berhubungan dengan pengidap TB aktif, misalnya petugas medis
atau keluarga pengidap.

Proses Diagnosis Tuberkulosis

Tuberkulosis termasuk penyakit yang sulit untuk terdeteksi. Dokter biasanya


menggunakan beberapa cara untuk mendiagnosis penyakit ini, antara lain:

 Rontgen dada.
 Tes Mantoux.
 Tes darah.
 Tes dahak.

Pengobatan dan Pencegahan Tuberkulosis

Penyakit yang tergolong serius ini dapat disembuhkan jika diobati dengan benar. Langkah
pengobatan yang dibutuhkan adalah dengan mengonsumsi beberapa jenis antibiotik dalam
jangka waktu tertentu.

Sementara langkah utama untuk mencegah TB adalah dengan menerima vaksin BCG


(Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini termasuk dalam daftar imunisasi wajib
dan diberikan sebelum bayi berusia 2 bulan.

Risiko Komplikasi Tuberkulosis

Apabila tidak diobati, bakteri TB dapat menyebar ke bagian tubuh lain dan berpotensi
mengancam jiwa pengidap. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah:

 Nyeri tulang punggung.


 Meningitis.
 Kerusakan sendi.
 Gangguan hati, ginjal, atau jantung.
GERMAS - Mengatasi masalah kesehatan masih menjadi sebuah tantangan serius
di Indonesia. Kini setidaknya masih ada triple burden atau tiga masalah kesehatan
penting terkait pemberantasan penyakit infeksi, bertambahnya kasus penyakit tidak
menular dan kemunculan kembali jenis penyakit yang seharusnya telah berhasil diatasi.

Perubahan pola hidup masyarakat yang makin modern menjadi salah satu
dasar GERMAS atau Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dicanangkan oleh Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Penyakit menular seperti diare, tuberkulosa hingga
demam berdarah dahulu menjadi kasus kesehatan yang banyak ditemui; kini telah
terjadi perubahan yang ditandai pada banyaknya kasus penyakit tidak menular seperti
diabetes, kanker dan jantung koroner.

GERMAS adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk memasyarakatkan budaya


hidup sehat serta meninggalkan kebiasaan dan perilaku masyarakat yang kurang sehat.
Aksi GERMAS ini juga diikuti dengan memasyarakatkan perilaku hidup bersih sehat
dan dukungan untuk program infrastruktur dengan basis masyarakat.

Program ini memiliki beberapa fokus seperti membangun akses untuk memenuhi
kebutuhan air minum, instalasi kesehatan masyarakat serta pembangunan pemukiman
yang layak huni. Ketiganya merupakan infrastruktur dasar yang menjadi pondasi
dari gerakan masyarakat hidup sehat.

Logo GERMAS yang terkesan sederhana ternyata memiliki makna yang dalam;


mengetahui makna yang ada di balik logo tersebut dapat menjadi awal untuk lebih
memahami dan mengapresiasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang telah
dicanangkan sejak tahun 2015 lalu. Pada logo tersebut terdapat tiga buah bidang
dengan warna biru turqoise yang merupakan lambang dari 3 Pilar Program Indonesia
Sehat. Ketiga pilar tersebut adalah Penerapan Paradiga Sehat, Penguatan Pelayanan
Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional.

Sedangkan bidang hijau terang dengan bentuk hati merupakan lambang dari
semangat universal dan tulus dari upaya membawa seluruh warga negara Indonesia
untuk lebih sehat tanpa memandang perbedaan suku bangsa, ras, strata sosial dan latar
belakang budayanya.

 Huruf K yang terdapat pada logo mewakili kata Kesehatan yang merupakan
bidang dari Kementrian yang bertanggung jawab atas GERMAS.
 Bagian logo berbentuk lima ujung pada sebuah bidang bulat mewakili lima nilai
Kemenkes; yaitu Pro rakyat, Responsif, Efektif dan Bersih serta berlandaskan
Pancasila.
 Sedangkan garis menyerupai busur panah melambangkan tujuan dari Kemenkes
Republik Indonesia berupa mewujudkan negara Indonesia yang sehat.

7 Langkah Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

Setidaknya terdapat 7 langkah penting dalam rangka menjalankan Gerakan Masyarakat


Hidup Sehat. Ketujuh langkah tersebut merupakan bagian penting dari pembiasaan pola
hidup sehat dalam masyarakat guna mencegah berbagai masalah kesehatan yang beresiko
dialami oleh masyarakat Indonesia. Berikut ini 7 langkah GERMAS yang dapat menjadi
panduan menjalani pola hidup yang lebih sehat.

1. Melakukan Aktivitas Fisik

Perilaku kehidupan modern seringkali membuat banyak orang minim melakukan


aktivitas fisik; baik itu aktivitas fisik karena bekerja maupun berolah raga.
Kemudahan – kemudahan dalam kehidupan sehari – hari karena bantuan teknologi
dan minimnya waktu karena banyaknya kesibukan telah menjadikan banyak orang
menjalani gaya hidup yang kurang sehat. Bagian germas aktivitas fisik merupakan
salah satu gerakan yang diutamakan untuk meningkatkan kualitas kesehatan
seseorang.

2. Budaya Konsumsi Buah dan Sayur

Keinginan untuk makan makanan praktis dan enak seringkali menjadikan


berkurangnya konsumsi sayur dan buah yang sebenarnya jauh lebih sehat dan
bermanfaat bagi kesehatan. Beberapa jenis makanan dan minuman seperti junk
food dan minuman bersoda sebaiknya dikurangi atau dihentikan konsumsinya.
Menambah jumlah konsumsi buah dan sayur merupakan contoh GERMAS yang
dapat dilakukan oleh siapapun.

3. Tidak Merokok

Merokok merupakan kebiasaan yang banyak memberi dampak buruk bagi


kesehatan. Berhenti merokok menjadi bagian penting dari gerakan hidup sehat dan
akan berdampak tidak pada diri perokok; tetapi juga bagi orang – orang di
sekitarnya. Meminta bantuan ahli melalui hipnosis atau metode bantuan berhenti
merokok yang lain dapat menjadi alternatif untuk menghentikan kebiasaan buruk
tersebut.

4. Tidak Mengkonsumsi Minuman Beralkohol

Minuman beralkohol memiliki efek buruk yang serupa dengan merokok; baik itu
efek buruk bagi kesehatan hingga efek sosial pada orang – orang di sekitarnya.

5. Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala

Salah satu bagian dari arti germas sebagai gerakan masyarakat hidup sehat adalah


dengan lebih baik dalam mengelola kesehatan. Salah satunya adalah dengan
melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan tidak hanya datang ke rumah
sakit atau puskesmas ketika sakit saja. Langkah ini dapat memudahkan mendeteksi
penyakit atau masalah kesehatan lebih dini.

6. Menjaga Kebersihan Lingkungan

Bagian penting dari germas hidup sehat juga berkaitan dengan meningkatkan


kualitas lingkungan; salah satunya dengan lebih serius menjaga kebersihan
lingkungan. Menjaga kebersihan lingkungan dalam skala kecil seperti tingkat rumah
tangga dapat dilakukan dengan pengelolaan sampah. Langkah lain yang dapat
dilakukan adalah menjaga kebersihan guna mengurangi resiko kesehatan seperti
mencegah perkembangan vektor penyakit yang ada di lingkungan sekitar.

7. Menggunakan Jamban

Aspek sanitasi menjadi bagian penting dari gerakan masyarakat hidup sehat; salah
satunya dengan menggunakan jamban sebagai sarana pembuangan kotoran.
Aktivitas buang kotoran di luar jamban dapat meningkatkan resiko penularan
berbagai jenis penyakit sekaligus menurunkan kualitas lingkungan.

Secara umum, tujuan GERMAS adalah menjalani hidup yang lebih sehat. Gaya hidup


sehat akan memberi banyak manfaat, mulai dari peningkatan kualitas kesehatan hingga
peningkatan produktivitas seseorang. Hal penting lain yang tidak boleh dilupakan dari
gaya hidup sehat adalah lingkungan yang bersih dan sehat serta berkurangnya resiko
membuang lebih banyak uang untuk biaya berobat ketika sakit.

Anda mungkin juga menyukai