PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu kesehatan masyarakat telah mengantar kita pada paradigma baru, sehingga kini
paradigma sehat menjadi orientasi baru pembangunan kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia
yang dirumuskan dalam suatu visi “Indonesia Sehat 2010”. Hal yang mendasar dari paradigma sehat
antara lain terjadinya : pergeseran dari pelayanan medis (medical care) kepemliharaan kesehatan
(health care) sehingga setiap upaya penanggulangan masalah kesehatan lebih menonjolkan aspek
peningkatan (promotive) dan pencegahan (preventive) dibanding pengobatan (curative), pergeseran
dari program terpilah-pilah (fragmented program) ke program terpadu (integrated program) yaitu lebih
berpijak pada menyehatkan keluarga dan masyarakat, pergeseran dari “keinginan(need)“ ke
“kebutuhan (demand)” sehingga pelayanan kesehatan disuatu daerah akan berbeda dengan daerah
lainnya; pergeseran dari pemerintah ke swasta sehingga secara bertahap peran dari pemerintah
akan berkurang, kontribusi swasta dan masyarakat akan meningkat, pergeseran pelaksanaan
program dari pusat menjadi otonomi, serta dari partisipasi menjadi kemitraan.
Pendekatan yang harus dilakukan dalam melaksanakan program kesehatan adalah pendekatan
keluarga dan masyarakat serta lebih memprioritaskan upaya memelihara dan menjaga yang sehat
semakin sehat serta merawat yang sakit agar menjadi sehat.
Oleh karena itu berbagai upaya harus dilaksanakan untuk mengatasi masalah ini dengan baik,
diantaranya dengan meningkatkan cakupan, keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan,
khususnya untuk penduduk lanjut usia. Salah satu bentuk kegiatan yang perlu digalakkan agar tujuan
dimaksud dapat kita capai lebih cepat adalah mendorong pembentukan dan pemberdayaan berbagai
“Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarskst (UKBM) khusus lanjut usia antara lain Kelompok
Lanjut usia, Pusat Santunan Keluarga dan lain-lain.
Di beberapa Kabupaten/Kota pada hampir semua propinsi yang ada di Indonesia, atas
inisiatif/kemauan masyarakat dan/atau dorongan bimbingan petugas, utamanya petugas kesehatan,
telah terbentuk sejumlah kelompok Lanjut usia dan melaksanakan kegiatan sesuai kebutuhan dan
ketersediaan sarana/prasarana, Kelompok Lanjut usia ini di berbagai daerah diberi nama sesuai
dengan keinginan daerahnya.
Keberadaan kelompok Lanjut usia yang telah mulai berkembang di seluruh propinsi akhir-akhir ini,
merupakan wujud nyata dan cerminan kebutuhan masyarakat khususnya para lanjut usia terhadap
pelayanan yang terjangkau, berkelanjutan dan bermutu dalam rangka mencapai masa tua yang
sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif selama mungkin.
Pelaksanaan kegiatan di Kelompok Lanjut usia saat ini, sengat bervariasi dan beragam sesuai
dengan kondisi, situasi dan kebutuhan setempat. Jenis dan kualitas kegiatan Kelompok Lanjut usia
di suatu propinsi dapat saja berbeda dengan jeinis dan kualitas kegiatan yang ada pada Kelompok
Lanjut usia di Propinsi lain, dan perbedaan tersebut bisa pula ditemukan antar Kabupaten/Kota dalam
satu propinsi, bahkan antar kelompok di Kabupaten/Kota yang sama.
Sehubungan dengan hal tersebut, adalah sangat beralasan bilamana Depkes mengambil inisiatif
untuk menyusun “Pedoman Pengelolaan Kegiatan Pembinaan Kesehatan di Kelompok Lanjut usia”
dengan melibatkan sektor/program terkait di berbagai tingkat administrasi dan para pakar. Pedoman
ini digunakan sebagai acuan bagi petugas kesehatan dan petugas lainnya maupun kader dalam
melaksanakan kegiatan.
Peningkatan umur harapan hidup dari tahun ke tahun semakin jelas terlihat, dimana pada tahun 1980
angka tersebut 54 tahun untuk wanita dan 50,9 tahun untuk laki-laki sedangkan pada tahun 1995
mencapai 66,7 tahun untuk wanita dan 62.9 tahun untuk laki-laki. Perubahan demografi ini akan
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan lanjut usia, baik secara individu maupun dalam kaitannya
dengan keluarga dan masyarakat.
80
70
60
50
PRIA
40
WANITA
30
20
10
0
1980 1985 1990 1995
80
70
60
50
PRIA
40
WANITA
30
20
10
0
1980 1985 1990 1995
Secara demografi berdasarkan Sensus Penduduk tahun 1971 jumlah penduduk berusia 60 tahun ke
atas sebesar 5.3 juta atau 4.5% jumlah penduduk, meningkat menjadi 11,3 juta atau 6.4 juta pada
tahun 1990.
Pada tahun 2000 diperkirakan 7,4 % dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 15.3 juta orang
akan berusia diatas 60 tahun (SUPAS, Lembaga Demografi UI 1985). Proyeksi penduduk oleh Biro
Pusat Statistik mengambarkan bahwa antara tahun 2005 – 2010 jumlah lanjut usia akan sama
dengan jumlah anak balita yaitu sekitar 19 juta juwa atau 8,4 % dari seluruh jumlah penduiduk.
TAHUN
Berdasarkan laporan data demografi penduduk internasional yang dikeluarkan 0leh Bureau of The
Cencus USA (1993), jumlah penduduk lanjut usia Indonesia pada tahun 2025 dibandingkan dengan
keadaan pada tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar 414 % dan ini merupakan prosentase
kenaikan paling tinggi diseluruh dunia. Sebagai perbandiingan pada periode waktu yang sama
kenaikan di beberapa negara secara berturut-turut adalah Kenya 347%, Brazil 255%, India 242%,
China 220%, Jepang 129%, Jerman 66% dan Swesia 33% (Jinsella & Tanber 1993).
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1980 angka kesakitan pada usia
55 tahun ke atas adalah 25,7 % pada SKRT 1986 menurun menjadi 15,1%, sedangkan hasil SKRT
1995, angka kesakitan pada usia 45-49 tahun sebesar 11,6% dan angka kesakitan pada usia di atas
60 tahun sebesar 9,2%. Prevalensi anemia pada usia 55-64 tahun sebesar 51,5% dan pada usia
lebih dari 65 tahun 57,9%. Dalam kurun waktu 10 tahun (1976-1986) penyakit jantung dan pembuluh
darah berkembang menjadi penyebab ke tiga dari kematian umum, dengan prevalensi dari 1,1 per
1000 penduduk pada tahun 1976 menjadi 5,9 per 1000 penduduk pada tahun 1986.
Disamping permasalahan tersebut di atas, sebagaimana telah diuraikan pada “latar bekang”, kita
masih menghadapi berbagai masalah yang harus ditanggapi dan diselesaikan dengan sebaik-
baiknya di masa datang antara lain :
Kualitas lanjut usia yang rendah ditandai dengan rendahnya tingkat pendidikan. Bahlan 50%
penduduk lanjut usia tidak pernah memperoleh pendidikan formal.
Dukungan sosial yang belum memadai karena kemampuan keuangan negara yang masih
terbatas dan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia yang masih rendah.
DI lain pihak dari sisi pemberdayaan masyarakat, pembentukan Kelompok Lanjut usia baru terbatas
di Desa/Kelurahan ibukota Kabupaten/Kota dan Kecamatan tertentu saja, sementara kegiatannyapun
baik jumlah maupun kualitasnya sangat bervariasi antara kelompok satu dengan kelompok lainnya.
Keadaan ini dapat dimaklumi, setiap daerah mempunyai kebutuhan yang berbeda dan ketersediaan
sumber daya yang tidak merata, serta belum adanya pedoman/acuan bagi petugas lapangan dalam
melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan kesehatan lanjut usia di kelompok
tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu disusun “Pedoman Pengelolaan Kegiatan Pembinaan
Kesehatan di Kelompk Lanjut usia” ini.
B. DASAR HUKUM.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan lanjut usia melalui kegiatan Kelompok Lanjut usia yang mandiri
dalam masyarakat.
2. Tujuan Khusus :
Tersedianya buku pedoman pengelolaan Kelompok Lanjut usia dibidang kesehatan, sebagai
acuan bagi petugas kesehatan, petugas lain dan pengelola kelompok dalam melaksanakan
pembinaan.
Meningkatnya kemudahan bagi lanjut usia dalam mendapatkan elayanan kesehatan dasar
dan rujukan.
Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan lanjut usia, khususnya aspek
peningkatan dan pencegahan tanpa mengabaikan aspek pengobatan dan pemulihan.
Berkembangnya Kelompok Lanjut usia yang aktif melaksanakan kegiatan dengan kualitas
yang baik secara berkesinambungan.
D. SASARAN
E. PENGERTIAN
1. Kelompok Lanjut usia :
Suatu wadah pelayanan kepada usai lanjut di masyarakat dimana proses pembentukan dan
pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM),
lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan laini-lain, dengan
menitik beratkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif.
2. Kesehatan Keluarga :
Kesehatan kelompok individu yang terkait dalam satu kesatuan biologik-psikologik-sosial budaya,
mencakup segi kesehatan jasmani, rohani dan sosial.
5. Lanjut usia :
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
14. Kader :
Adalah orang dewasa, baik pria atau wanita yang dipandang sebagai orang-orang yang memiliki
kelebihan di masyarakatnya. Kelebihan itu dapat berupa keberhasilan dalam kegiatan, keluwesan
dalam hubungan kemanusiaan, status sosial ekonomi dan lain sebagainya.
BAB II
PROSES PEMBENTUKAN KELOMPOK LANJUT USIA
Kelompok Usa Lajut merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Mayarakar (UKBM)
yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya
penduduk lanjut usia. Kegiatan Kelompok Lanjut usia sudah ada di beberapa daerah, dengan berbagai
bentuk dan nama sesuai dengan istilah yang dipakai di daerah masing-masing.
Pembentukan Kelompok Lanjut usia di tiap daerah bervariasi, namun pada prinsipnya pembentukan
kelompok tersebut didasarkan atas kebutuhan masyarakat khususnya lanjut usia, untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan mereka agar tetap sehat, produktif dan mandiri selama mungkin serta
melakukan upaya rujukan bagi yang membutuhkan.
Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam pembentukan Kelompok Lanjut usia di masyarakat
sesuai dengan kondisi dan situasi masing-masing daerah, misalnya mengembangkan kelompok-
kelompok yang telah ada seperti kelompok pengajian, kelompok jemaat gereja, kelompok senam
lanjut usia, kelompok arisan lanjut usia dan lain-lain. Pembentukan Kelompok Lanjut usia dapat pula
dengan menggunakan berbagai pendekatan lain seperti pendekatan Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD), Analisis Rumusan Rencana Intervensi Forum Komunikasi (ARRIF) dan
lain-lain, (Untuk lebih jelasnya dapat membaca buku ARRIF dan PKMD).
Pendekatan PKMD merupakan suatu pendekatan yang sudah umum dilaksanakan dan
merupakan pendekatan pilihan yang dianjurkan untuk pembentuk kelompok baru, meliputi
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pertemuan tingkat desa
b. Survei mawas diri
c. Musyawarah masyarakat desa
d. Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat
e. Pembinaan dan pelestarian kegiatan
Peserta Pertemuan :
1). Peserta dari tingkat Kecamatan :
Camat/stafnya
Kepala Puskesmas/staf
Petugas sektor lain : petugas KB, Pertanian, Agama, Sosial, PKK dll
2). Peserta dari desa/kelurahan :
Kepala Desa/Kelurahan, staf
Pemuka masyarakat, tojoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda, PKK.
Organisasi yang ada di masyarakat
Proses pertemuan :
Pembukaan disampaikan oleh Kepala Desa/Kelurahan, dilanjutkan penjelasan
Camat/wakilnya mengenai tujuan pertemuan.
Kepala Puskesmas menjelaskan masalah-masalah kesehatan dari upaya-upaya yang
telah dilakukan, data khusus tentang lanjut usia yang berkunjung ke Puskesmas, jenis
penyakit yang diderita serta penekanan bahwa masalah kesehatan yang ada di
masyarakat adalah masalah yang perlu ditangani oleh masyarakat, sedangkan petugas
kesehatan/petugas lain hanya membantu atau memfasilitasi.
Selanjutnya diskusi bersama tentang langkah-langkah yang akan dilakukan.
Tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan Survei Mawas Diri ini adalah :
Masyarakat mengenal, mengumpulkan dan mengkaji masalah kesehatannya sendiri.
Timbulnya minat dan kesadaran masyarakat untuk mengetahui masalah kesehatan
sendiri.
Waktu pelaksanaan Survei Mawas Diri disesuaikan dengan kesepakatan bersama.
2) Pelaksanaan survei adalah anggota masyarakat yang telah dipilih pada pertemuan
tingkat desa dengan bimbingan petugas Puskesmas.
3) Data yang telah dikumpulkan diolah menjadi informasi oleh masyarakat bersama petugas
Puskesmas/petugas lain sehingga diperoleh rumusan permasalahan kesehatan dan
prioritas masalah kesehatan di wilayah tersebut.
d. Pelatihan Kadera
Pelatihan kader merupakan kegiatan dalam rangka memperisapkan kader agar mereka tahu,
mau dan mampu melaksanakan tugas dan peran yang akan dilakukan Kelompok Lanjut usia.
Pelatihan ini dapat berbentuk pertemuan-pertemuan secara bertahap antara Petugas
Puskesmas dengan kader atau pada saat pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan
metode pembelajaran orang dewasal Kader dapat berasal dari lanjut usia sendiri atau
anggota masyarakat lainnya.
e. Pelaksanaan Kegiatan
Dilakukan oleh masyarakat, kader bersama-sama dengan petugas Puskesmas atau petugas
lain. Kegiatan pelayanan kesehatan di Kelompok Lanjut usia dapat di intergrasikan dengan
kegiatan lain, misalnya bersamaan dengan acara keagamaan, olah raga atau pertemuan
sosial lainnya.
Di beberapa daerah, tahapan kegiatan pelayanan kesehatan di kelompok Lanjut usia sangat
bervariasi, dari yang sederhana sampai yang menggunakan sistem 5 tahapan (lihat halamam
16).
Kelompok Lanjut usia sebagai suatu wadah kegiatan yang bernuansa pemberdayaan masyarakat,
akan berjalan baik dan optimal apabila memenuhi beberapa komponen pokok, yaitu : adanya proses
kepemimpinan, terjadinya proses pengorganisasian, adanya anggota kelompok dan kader dan
tersedianya pendanaan.
1. Kepemimpinan
Kegiatan Kelompok Lanjut usia apapun namanya merupakan kegiatan yang prinsipnya dari, oleh
dan untuk masyarakat. Sebagai kegiatan yang dikelola oleh masyarakat, untuk pelaksanaannya
memerlukan orang yang mampu mengurus dan
memimpin penyelenggaraan kegiatan tersebut sehingga kegiatan yang dilaksanakan mencapai
hasil yang optimal. Dengan demikian kegiatan Kelompok Lanjut usia akan berjalan baik apabila
ada sekelompok orang yang mengurus atau memimpin penyelenggaraan kegiatan tersebut yang
biasanya berasal dari kelompok itu sendiri (bersama anggota lanjut usia)
2. Pengorganisasian
Beberapa ciri penting adanya suatu proses pengorganisasian dapat dilihat dari adanya
pembagian tugas, penunjukan kader, jadwal kegiatan yang teratur dan sebagainya.
Pengorganisasian akan berjalan baik apabila proses kepemimpinan berfungsi untuk
menggerakkan sumberdaya yang ada, tenaga, materi dari sumber lainnya.
Direkomendasikan struktur organisasi Kelompok Lanjut usia sedikitnya terdiri dari ketua,
sekretaris, bendahara dan beberapa seksi dan kader. Struktur organisasi di setiap kelompok
sepenuhnya ditentukan oleh kelompok itu sendiri, sesuai dengan aspirasi yang berkembang di
kelompok. Yang penting sebenarnya adalah bagaimana struktur organisasi tersebut dapat
mendorong kelancaran pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan.
3. Anggota Kelompok
Berdasarkan pengalaman Kelompok Lanjut usia di berbagai daerah, jumlah anggota kelompok
berkisar 50 – 100 orang. Perlu dipertimbangkan jarak antara sasaran dengan lokasi kegiatan
dalam penentuan jumlah anggota, sehingga apabila terpaksa tidak tertutup kemungkinan
anggota suatu kelompok kurang dari 50 orang atau lebih dari 100 orang.
4. Kader
Jumlah kader disetiap kelompok tergantung pada jumlah anggota kelompok, volume dan jenis
kegiatan yaitu sedikitnya 3 orang. Kader sebaiknya berasal dari anggota kelompok sendiri atau
bilamana sulit mencari kader dan anggota kelompok dapat saja diambil dari anggota masyarakat
lainnya yang bersedia menjadi kader.
5. Pendanaan
Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok tersebut, berupa iuran/sumbangan anggota,
atau sumber lain seperti donatur atau sumber lain yang tidak mengikat.
KEPEMIMPINAN
KADER
KELOMPOK
USIALANJUT
PENGORGANISASIAN
PENDANAAN
BAB III
KEGIATAN KESEHATAN
DI KELOMPOK LANJUT USIA
A. PELAYANAN KESEHATAN
Pelayanan kesehatan di Kelompok Lanjut usia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental
emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Lanjut usia sebagai alat pencatat dan pemantau untuk
mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang
dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK)
Lanjut usia atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di Puskesmas.
Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada lanjut usia di kelompok sebagai berikut :
1. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air
besar/kecil dan sebagainya.
2. Pemeriksaan status mental, pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional, dengan
menggunakan pedoman metode 2 menit (lihat KMS Lanjut usia)
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan
dicatat pada grafik indeks massa tubuh (IMT).
4. Pengukuran penekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli, atau Cuprisulfat.
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes
melitus).
7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal.
8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada
pemeriksaan butir 1 hingga 7.
9. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka kunjungan rumah
dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu
dan atau Kelompok Lanjut usia.
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota Kelompok Lanjut usia yang tidak
datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (Public Health Nursing).
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat:
11.Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Penyuluhan sebagai contoh menu makanan dengan
memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia serta menggunakan bahan makanan yang
berasal dari daerah tersebut.
12. Kegiatan olah raga antara lain senam lanjut usia, gerak jalan santai, dan lain sebagainnya untuk
meningkatkan kebugaran.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Kelompok Lanjut usia, dibutuhkan sarana dan prasarana
penunjang, antara lain :
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap lanjut usia di kelompok, mekanisme
pelaksanaan kagiatan yang sebaiknya digunakan adalah sistim 4 tahapan (5 meja) sebagai berikut :
1. Tahap pertama : pendaftaran anggota Kelompok Lanjut usia sebagai pelaksanaan pelayanan.
2. Tahap kedua : pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila, serta penimbangan berat
badan dan pengukuran tinggi badan.
3. Tahap ketiga : pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, dan pemeriksaan status
mental
4. Tahap keempat : pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana)
5. Tahap kelima : pemberian penyuluhan dan konseling.
Untuk lebih jelasnya mekanisme kegiatan sistem 6 tahapan, lihat matriks berikut ini :
Sesuai dengan perkembangan dan kondisi masing-masing daerah, kelompok dapat saja menggunakan
model ”mekanisme pelaksanaan kegiatan” selain sistim 5 tahapan ini antara lain :
Terintegrasi dengan kelompok yang sudah ada (majelis taklim, kelompok jemaat, kelompok arisan dll)
Kegiatan khusus di sarana pelayanan kesehatan (hari khusus untuk pelayanan lanjut usia di
Puskesmas, RSU dll)
BAB IV
PEMBINAAN DAN EVALUASI
A. PEMBINAAN
Penjelasan dan penyelenggaraan kegiatan Kelompok Lanjut usia sebagai suatu bentuk
pemberdayaan masyarakat, sangat tergantung dari peran masyarakat atau Kelompok Lanjut usia itu
sendiri. Dalam pelaksanaannya peran petugas kesehatan/petugas lain masih dibutuhkan khususnya
dalam pembinaan, agar kelangsungan dan kesinambungan kegiatan tersebut tetap terpelihara.
Pembinaan yang dilakukan berupa asistensi kepada masyarakat dan kelompok lanjut usia dengan
menggunakan prinsip kemitraan artinya dalam pelaksanaan pembinaan masyarakat dan posisi
Kelompok Lanjut usia sebagai mitra petugas yang secara bersama-sama menganalisa dan
memecahkan masalah dengan meman-faatkan potensi yang dimiliki kelompok.
Untuk melakukan pembinaan ada beberapa model yang bisa dipakai. Namum berdasarkan
pengalaman dilapangan salah satu model yang bisa diterapkan, khususnya dalam melakukan
pembinaan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat adalah manajemen ARRIF.
Manajement ARRIF merupakan salah satu manajemen peran serta masyarakat dan telah
dilaksanakan di berbagai daerah untuk melakukan pembinaan terhadap berbagai bentuk Upaya
Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) lainnya, seperti : Posyandu, Pondok Bersalin Desa
(Polindes), Dana Sehat dan sebagainya.
Manajemen ARRIF merupakan suatu proses manajemen yang diawali dengan melakukan analisis.
Analisis yang dilakukan adalah :
Analisis situasi, misalnya ada tidaknya Kelompok Lanjut usia di wilayah tersebut, dan bila
Kelompok Lanjut usia sudah terbentuk, apakah sudah berjalan sesuai dengan rencana.
Analisis tingkat perkembangan (Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri)
Analisis kasus (kepemimpinan), pengorganisasian, anggota kelompok, kader dan pendanaan)
Analisis sumber daya (sumber daya manusia, sumber dana dan peralatan) yang ada di kelompok
tersebut.
Pembinaan dengan pendekatan Manajemen ARRIF ini, selain dilakukan oleh petugas
kesehatan/petugas lain. Juga bisa melibatkan kelompok lanjut usia sendiri, mulai dari analisis
kasus/tingkat perkembangan, merumuskan masalah, membuat rencana, melaksanakan langkah-
langkah penyelesaian dan pembahasan hasil. Proses itu semua merupakan suatu siklus yang terus-
menerus dan berkesinambungan. Untuk lebih jelasnya lihat matriks dibawah ini.
Suatu kegiatan apapun bentuknya, perlu dievaluasi, untuk mengetahui tingkat keberhasilan maupun
tingkat perkem-bangannya. Demikian pula halnya dengan Kelompok Lanjut usia, kegiatan evaluasi
harus dilaksanakan secara berkesinambungan. Untuk melakukan evaluasi secara baik dan akurat
diperlukan beberapa indikator. Buku Pedoman ini menawarkan beberapa indikator yang dapat
dipertimbangkan sebagai alat atau tolok ukur untuk melakukan evaluasi tingkat perkembangan
Kelompok Lanjut usia.
Indikator dimaksud meliputi indikator masukan (input), indikator proses dan indikator luaran (output),
Selain itu dalam penyusunan indikator harus memenuhi unsur SMART (Spesific Measurable
Achievable Reliable Time bound).
Spesifik artinya yang diusulkan bersifat khusus
Terukur artinya indikator yang diusulkan dapat diukur
Mudah didapat artinya indikator yang diusulkan optimis dapat dicapai
Terpercaya artinya indikator tersebut dapat dipercaya
Waktu tertentu artinya adanya kurun waktu yang jelas.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, ditetapkan beberapa indikator yang dapat dijadikan bahan
untuk mengevaluasi tingkat perkembangan kegiatan Kelompok Lanjut usia di bidang kesehatan,
sebagai berikut :
Tingkat perkembangan Kelompok Lanjut usia dapat digolongkan menjadi 4 tingkat yaitu: Penentuan
tingkat perkembangan kelompok Lanjut usia didasarkan indikator terendah yang terdiri dari Pratama,
Madya, Purnama dan Mandiri.
1. Kelompok Lanjut usia Pratama adalah kelompok yang belum mantap, kegiatan yang terbatas
dan tidak rutin setiap bulan dengan freukwensi < 8 kali. Jumlah kader aktif terbatas serta masih
memerlukan dukungan dana dari Pemerintah.
2. Kelompok Lanjut usia Madya adalah kelompok yang telah berkembang dan melaksanakan
kegiatan hampir setiap bulan (paling sedikit 8 x setahun), jumlah kader aktif lebih dari tiga
dengan cakupan program ≤ 50% serta masih memerlukan dukungan dana Pemerintah.
3. Kelompok Lanjut usia Purnama adalah kelompok yang sudah mantap dan melaksanakan
kegiatan secara lengkap paling sedikit 10 x setahun, dengan beberapa kegiatan tambahan di
luar kesehatan dan cakupan yang lebih tinggi (≥ 68% ),
4. Kelompok Lanjut usia Mandiri adalah kelompok purnama dengan kegiatan tambahan yang
beragam dan telah mampu membiayai kegiatannya dengan dana sendiri.
Untuk jelasnya lihat matriks ini :
Untuk memudahkan dalam proses selanjutnya, baik peningkatan dan pengembangan kegiatan di
Kelompok Lanjut usia, perlu dilaksanakan pencatatan kegiatan pada kelompok tersebut. Hal-hal yang
dicatat adalah pelaksanaan dan hasil kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Lanjut usia termasuk
alat penunjang, serta hal-hal lainnya sesuai kebutuhan. Pencatatan dilakukan juga oleh Puskesmas
dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan pencatatan di tingkat Propinsi dan Pusat
disesuaikan dengan kebutuhan.
Di dalam sistem pelaporan, petugas Puskesmas diharapkan proaktif untuk mengambil laporan
kelompok lanjut usia. Laporan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota ke Propinsi serta dari Dinas Kesehatan Propinsi ke Pusat dilaksanakan
sesuai kebutuhan dengan menggunakan format yang tersedia (format pada Buku Pedoman
Pembinaan Kesehatan Lanjut usia Bagi Petugas Kesehatan)
BAB V
P E N UT U P
Peningkatan jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia sebagai akibat dari peningkatan umur harapan
hidup akan mengakibatkan permasalahan yang berkenan dengan usia kanjut menjadi rumit dan
kompleks. Diperlukan penanganan sendiri mungkin, komprehensif, terpadu dan berkesinambungan mulai
dari Kelompok Usia Kanjut agar masalah yang timbul dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak
menjadi semakin kompleks.
Buku ”Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di Kelompok Lanjut usia” ini dapat dijadikan sebagai
salah satu acuan bagi petugas kesehatan dan petugas lainnya maupun kader dalam melaksanakan
kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan kesehatan lanjut usia di kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
2. Departemen Kesehatan :
LAMPIRAN
1. Pertemuan berkala setiap 3 bulan sekali dilakukan pertemuan dengan pengurus PKMD dan
pengurus kelompok untuk melakukan evaluasi dan perencanaan kegiatan 3 bulan mendatang.
4. Olah Raga.
Kegiatan olah raga dilakukan oleh para lanjut usia berupa jalan santai dan senam sehat
Indonesia (SSI).
5. Kegiatan Kesenian
Kegiatan ini dilakukan seminggu sekali, sebagai media penyegaran yang secara psikis dapat
memberi kegembiraan, kesegaran dan menghindarkan kejenuhan, di samping manfaat
melestarikan budaya bangsa.
6. Anjang kasih dilaksanakan sebagai media kunjungan rumah oleh kader atau oleh sesama lanjut
usia kepada lanjut usia yang tidak aktif atau sakit.
Rekreasi yang dilakukan berupa kunjungan Panti Sosial, tempat dimana dilaksanakan kegiatan
produktif oleh lanjut usia (pertanian, pendidikan, dll)
7. Pembinaan kerohanian
Kegiatan berupa pengajian bagi yang beragama Islam dan pembinaan iman bagi yang beragama
Nasrani
8. Kegiatan administrasi dilakukan berdasarkan kebutuhan antara lain melalui buku register, catatan
kunjungan lanjut usia, inventaris sarana yang ada, buku kas, daftar hadir kader, buku tamu, dll.
Beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan kelompok lanjut usia ini antara lain berupa :
Dukungan masyarakat terhadap pengelolaan kegiatan kelompok terutama pada kegiatan
Posyandu usila.
Kader yangh aktif yaitu warga yang secara sukarela aktif dan peduli, yang dengan
kemampuannya berusaha melaksanakan kegiatan posyandu secara rutin.
Bantuan tokoh masyarakat dalam hal ini penyediaan sarana maupun fasilitas.
Peran dari Puskesmas setempat dalam pelayanan kesehatan
Pembinaan oleh Tim Pembina Lintas Sektor
Dukungan pendanaan berupa :
- Kas Pasar Pagi yang merupakan kegiatan spesifik di kelompok ini yaitu kegiatan penjualan di
pasar yang dilaksanakan oleh kader. PKK dibantu oleh pengurus RW dengan keuntungan
sepenuhnya diperuntukan bagi kegiatan lanjut usia.
- Bantuan Pengusaha setempat yaitu Hotel Bintang Matahari yang secara rutin setiap bulan
memberikan dana sebesar Rp 30.000,- .
- Sumbangan sukarela para kader dan warga masyarakat berupa uang dan bahan untuk
penyajian PMT Posyandu Lanjut Usia.
- Dana kalengan secara sukarela yang diberikan oleh para lanjut usia pada saat kegiatan.
- Dana jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM) dengan uang pangkal sebesar
Rp 500.- dan iuran setiap bulan Rp 300,- per KK. Dana ini dipergunakan untuk biaya
pengobatan di Puskesmas dan bantuan bila ada anggota sakit.
Faktor Penghambat.
Di Sulawesi Utara ada suatu model pelayanan kesehatan lanjut usia di masyarakat yang diberi nama
Perawatan Penderita di Rumah Jemaat (PPRJ) yang dilaksanakan oleh dan secara berkelompok.
Sumber dana
Pendanaan kegiatan PPRJ diperoleh dari :
Yayasan Gereja Masehi Injil
Donatur tetap dari Jamaat
Swadana
Petugas
Di dalam kegiatan pelayanan ini, pelaksanaannya ini dilakukan antara lain oleh dokter dari RS
Bethesda, bidan, perawat dan kader.
Penanggung Jawab
Tanggung jawab kegiatan dan sekaligus merupakan pembina adalah Yayasan Geraja Masehi Injil
Minahasa (GMIM)
Sarana :
Di dalam pelaksanaan kegiatan dipergunakan sarana obat-obatan, alat laboratorium, kursi roda, WC,
tongkat, urinal, peralatan medis yang semuanya milik yayasan dan disimpan di Gedung RS
Bethesda.
Karag Werda di Jawa Timur dibentuk berdasarkan landasan hukum Instruksi Gubernur Jawa Timur
tanggal 31 Oktober 1998 tentang Pembinaan Terhadap Lanjut Usia serta Keputusan Gubernur Jawa
Timur tanggal 3 Juli 1996 Nomor 65 Tahun 1996 tentang Pedoman Pembentukan Karang Werda.
Arti Karang Werda adalah wadah bagi para lanjut usia (Karang = Wadah, Werda = Lanjut usia).
Karang Werda merupakan wadah bagi lanjut usia atau satu perkumpulan yang berada di suatu
wilayah perdesaan/kelurahan dengan anggota para lanjut usia di wilayah tersebut.
Tujuan:
Pembentukan Karang Werda mempunyai tujuan menciptakan kehidupan dinamis bagi para
anggotanya untuk saling berkomunikasi secara rutin, mengetahui potensi sumber kesejahteran
sosial dan penyandang masalah sosial yang ada di kelompok tersebut, serta menciptakan dan
membangkitkan rasa tanggungjawab sosial di kalangan anggotanya dan masyarakat lingkungannya
sebagai wujud nyata kesetiakawanan sosial.
Instansi terkait
Di Kecamatan
Pembantu/perwakilan
Yayasan Gerontologi
Abiyoso
Lurah/Kepala Desa
Ketua
Wakil Ketua
Sekretari
Bendahara
Seksi-Seksi
Seni Budaya
Kesejahteraan
Kesehatan
Mental
Petugas
Kegiatan ini dilaksanakan di lokasi dengan petugas dari kader lanjut usia, PKK yang dibantu oleh
petugas kesehatan serta petugas sektor lain terkait.
Pembinaan
Untuk kelangsungan kegiatan Kelompok Lanjut usia dilakukan pembinaan oleh Yayasan Gerontologi
Abiyoso, sektor di tingkat kecamatan dan Kepala Desa.
Sarana
Peralatan yang dipergunakan pada kegiatan antara lain peralatan medis, laboratorium, alat musik,
alat olahraga.
Pos Bindu merupakan Kelompok Lanjut usia yang didirikan di Jawa Barat sebagai wadah dan
pembinaan lanjut usia. Prakarsa pembentukannya oleh Ibu Bupati Kabupten Sumedang.
Kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan antara lain adalah penyuluhan gizi, pengobatan, penimbangan berat
badan dan pengukuran tinggi badan, pemeriksaan laboratorium (yang kemudian dituliskan hasilnya
di KMS Lanjut usia), dan rujukan ke Rumah Sakit bila diperlukan.
Pendanaan
Modal awal dari APBD Kabupaten dan donatur iuran lanjut usia.
Pelaksanaan kegiatan
Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan kelompok dengan tenaga pelaksana kader, PKK
dan dibantu oleh petugas Puskesmas.
Pembinaan
Pembinaan kegiatan dilakukanoleh Pemda, Ketua PKK Kabupaten dan tenaga teknis dari
Puskesmas setempat.
Sarana
Sarana yang dipergunakan pada kegiatan berupa peralatan medis, obat-obatan dan alat
laboratorium.
PETUNJUK PENGISIAN
FORMAT PENCATATAN HASIL KEGIATAN
KELOMPOK LANJUT USIA
Pertanyaan tahap 1:
1. Apakah anda mengalami sukar tidur ?
2. Apakah anda sering merasa gelisah?
3. Apakah anda sering murung dan atau
menangis sendiri ?
4. Apakah anda sering merasa was-was
atau khawatir ?
Pertanyaan tahap 2:
1. Apakah lama keluhan lebih dari 3 bulan
atau lebih dari 1 kali dalam sebulan ?
2. Apakah anda mempunyai masalah atau
banyak pikiran
3. Apakah anda mempunyai gangguan
atau masalah dengan keluarga atau
orang lain ?
4. Apakah anda menggunakan obat tidur
atau penenang atas anjuran dokter?
5. Apakah anda cenderung mengurung
diri didalam kamar ?
Catatan:
Untuk nomor 13 sampai dengan 19 bernilai tanda x pada kolom yang sesuai.
DAFTAR PENYUSUN
Tim Pusat :
2. Pertemuan Pembinaan dan Monitoring Konseling Kesehatan Lanjut usia, Bandung, 17 s/d 20 Juni
2001.
3. Pertemuan Review Penerapan Kemitraan Lintas Sektor dalam Program Lanjut usia, Badung, 21 s/d
24 Juni 2001
TIM SEKRETARIAT :