Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH

Perkembangan ilmu kesehatan masyarakat telah mengantar kita pada paradigma baru, sehingga kini
paradigma sehat menjadi orientasi baru pembangunan kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia
yang dirumuskan dalam suatu visi “Indonesia Sehat 2010”. Hal yang mendasar dari paradigma sehat
antara lain terjadinya : pergeseran dari pelayanan medis (medical care) kepemliharaan kesehatan
(health care) sehingga setiap upaya penanggulangan masalah kesehatan lebih menonjolkan aspek
peningkatan (promotive) dan pencegahan (preventive) dibanding pengobatan (curative), pergeseran
dari program terpilah-pilah (fragmented program) ke program terpadu (integrated program) yaitu lebih
berpijak pada menyehatkan keluarga dan masyarakat, pergeseran dari “keinginan(need)“ ke
“kebutuhan (demand)” sehingga pelayanan kesehatan disuatu daerah akan berbeda dengan daerah
lainnya; pergeseran dari pemerintah ke swasta sehingga secara bertahap peran dari pemerintah
akan berkurang, kontribusi swasta dan masyarakat akan meningkat, pergeseran pelaksanaan
program dari pusat menjadi otonomi, serta dari partisipasi menjadi kemitraan.

Pendekatan yang harus dilakukan dalam melaksanakan program kesehatan adalah pendekatan
keluarga dan masyarakat serta lebih memprioritaskan upaya memelihara dan menjaga yang sehat
semakin sehat serta merawat yang sakit agar menjadi sehat.

Oleh karena itu berbagai upaya harus dilaksanakan untuk mengatasi masalah ini dengan baik,
diantaranya dengan meningkatkan cakupan, keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan,
khususnya untuk penduduk lanjut usia. Salah satu bentuk kegiatan yang perlu digalakkan agar tujuan
dimaksud dapat kita capai lebih cepat adalah mendorong pembentukan dan pemberdayaan berbagai
“Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarskst (UKBM) khusus lanjut usia antara lain Kelompok
Lanjut usia, Pusat Santunan Keluarga dan lain-lain.

Di beberapa Kabupaten/Kota pada hampir semua propinsi yang ada di Indonesia, atas
inisiatif/kemauan masyarakat dan/atau dorongan bimbingan petugas, utamanya petugas kesehatan,
telah terbentuk sejumlah kelompok Lanjut usia dan melaksanakan kegiatan sesuai kebutuhan dan
ketersediaan sarana/prasarana, Kelompok Lanjut usia ini di berbagai daerah diberi nama sesuai
dengan keinginan daerahnya.

Keberadaan kelompok Lanjut usia yang telah mulai berkembang di seluruh propinsi akhir-akhir ini,
merupakan wujud nyata dan cerminan kebutuhan masyarakat khususnya para lanjut usia terhadap
pelayanan yang terjangkau, berkelanjutan dan bermutu dalam rangka mencapai masa tua yang
sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif selama mungkin.

Pelaksanaan kegiatan di Kelompok Lanjut usia saat ini, sengat bervariasi dan beragam sesuai
dengan kondisi, situasi dan kebutuhan setempat. Jenis dan kualitas kegiatan Kelompok Lanjut usia
di suatu propinsi dapat saja berbeda dengan jeinis dan kualitas kegiatan yang ada pada Kelompok
Lanjut usia di Propinsi lain, dan perbedaan tersebut bisa pula ditemukan antar Kabupaten/Kota dalam
satu propinsi, bahkan antar kelompok di Kabupaten/Kota yang sama.

Sehubungan dengan hal tersebut, adalah sangat beralasan bilamana Depkes mengambil inisiatif
untuk menyusun “Pedoman Pengelolaan Kegiatan Pembinaan Kesehatan di Kelompok Lanjut usia”
dengan melibatkan sektor/program terkait di berbagai tingkat administrasi dan para pakar. Pedoman
ini digunakan sebagai acuan bagi petugas kesehatan dan petugas lainnya maupun kader dalam
melaksanakan kegiatan.

Peningkatan umur harapan hidup dari tahun ke tahun semakin jelas terlihat, dimana pada tahun 1980
angka tersebut 54 tahun untuk wanita dan 50,9 tahun untuk laki-laki sedangkan pada tahun 1995
mencapai 66,7 tahun untuk wanita dan 62.9 tahun untuk laki-laki. Perubahan demografi ini akan
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan lanjut usia, baik secara individu maupun dalam kaitannya
dengan keluarga dan masyarakat.

Grafik 1 : UMUR HARAPAN HIDUP TAHUN 1980 – 1995

80
70
60
50
PRIA
40
WANITA
30
20
10
0
1980 1985 1990 1995

80
70
60
50
PRIA
40
WANITA
30
20
10
0
1980 1985 1990 1995

Sumber : BPS & Lembaga Demografi

Secara demografi berdasarkan Sensus Penduduk tahun 1971 jumlah penduduk berusia 60 tahun ke
atas sebesar 5.3 juta atau 4.5% jumlah penduduk, meningkat menjadi 11,3 juta atau 6.4 juta pada
tahun 1990.
Pada tahun 2000 diperkirakan 7,4 % dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 15.3 juta orang
akan berusia diatas 60 tahun (SUPAS, Lembaga Demografi UI 1985). Proyeksi penduduk oleh Biro
Pusat Statistik mengambarkan bahwa antara tahun 2005 – 2010 jumlah lanjut usia akan sama
dengan jumlah anak balita yaitu sekitar 19 juta juwa atau 8,4 % dari seluruh jumlah penduiduk.

Grafik 2 : PERTUMBUHAN PENDUDUK LANJUT USIA


DAN PENDUDUK BALITA DI INDONESIA
TAHUN 1971 – 2020
18
16
P 14
e 12
r 10 Balita %
s 8 Usila %
e 6
n 4
2
0
1971 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020

TAHUN

Berdasarkan laporan data demografi penduduk internasional yang dikeluarkan 0leh Bureau of The
Cencus USA (1993), jumlah penduduk lanjut usia Indonesia pada tahun 2025 dibandingkan dengan
keadaan pada tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar 414 % dan ini merupakan prosentase
kenaikan paling tinggi diseluruh dunia. Sebagai perbandiingan pada periode waktu yang sama
kenaikan di beberapa negara secara berturut-turut adalah Kenya 347%, Brazil 255%, India 242%,
China 220%, Jepang 129%, Jerman 66% dan Swesia 33% (Jinsella & Tanber 1993).

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1980 angka kesakitan pada usia
55 tahun ke atas adalah 25,7 % pada SKRT 1986 menurun menjadi 15,1%, sedangkan hasil SKRT
1995, angka kesakitan pada usia 45-49 tahun sebesar 11,6% dan angka kesakitan pada usia di atas
60 tahun sebesar 9,2%. Prevalensi anemia pada usia 55-64 tahun sebesar 51,5% dan pada usia
lebih dari 65 tahun 57,9%. Dalam kurun waktu 10 tahun (1976-1986) penyakit jantung dan pembuluh
darah berkembang menjadi penyebab ke tiga dari kematian umum, dengan prevalensi dari 1,1 per
1000 penduduk pada tahun 1976 menjadi 5,9 per 1000 penduduk pada tahun 1986.

Disamping permasalahan tersebut di atas, sebagaimana telah diuraikan pada “latar bekang”, kita
masih menghadapi berbagai masalah yang harus ditanggapi dan diselesaikan dengan sebaik-
baiknya di masa datang antara lain :
 Kualitas lanjut usia yang rendah ditandai dengan rendahnya tingkat pendidikan. Bahlan 50%
penduduk lanjut usia tidak pernah memperoleh pendidikan formal.
 Dukungan sosial yang belum memadai karena kemampuan keuangan negara yang masih
terbatas dan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia yang masih rendah.

DI lain pihak dari sisi pemberdayaan masyarakat, pembentukan Kelompok Lanjut usia baru terbatas
di Desa/Kelurahan ibukota Kabupaten/Kota dan Kecamatan tertentu saja, sementara kegiatannyapun
baik jumlah maupun kualitasnya sangat bervariasi antara kelompok satu dengan kelompok lainnya.
Keadaan ini dapat dimaklumi, setiap daerah mempunyai kebutuhan yang berbeda dan ketersediaan
sumber daya yang tidak merata, serta belum adanya pedoman/acuan bagi petugas lapangan dalam
melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan kesehatan lanjut usia di kelompok
tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu disusun “Pedoman Pengelolaan Kegiatan Pembinaan
Kesehatan di Kelompk Lanjut usia” ini.

B. DASAR HUKUM.

Pembinaan lanjut usia di Indonesia dilaksanakan berdasarkan beberapa undang-undang dan


peraturan sebagai dasar dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan. Dasar hukum/ketentuan
perundangan dan peraturan dimaksud adalah :
1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan yang
menyebutkan nahwa setiap penduduk mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam upaya
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera.
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 19, yang menyebutkan bahwa
melaksanakan penyelenggaraan upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan lanjut usia
agar tetap produktif.
3. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut usia Pasal 14 yang
menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan dan kemampuan lanjut usia melalui upaya penyuluhan penyembuhan dan
pengembangan lembaga.
4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang antara lain
menyebutkan bahwa otonomi daerah adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri, berdasarkan aspirasi masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Undang-undang No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
6. Peraturan Pemerintah No, 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi sebagai Daearh Otonomi.

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan lanjut usia melalui kegiatan Kelompok Lanjut usia yang mandiri
dalam masyarakat.

2. Tujuan Khusus :
 Tersedianya buku pedoman pengelolaan Kelompok Lanjut usia dibidang kesehatan, sebagai
acuan bagi petugas kesehatan, petugas lain dan pengelola kelompok dalam melaksanakan
pembinaan.
 Meningkatnya kemudahan bagi lanjut usia dalam mendapatkan elayanan kesehatan dasar
dan rujukan.
 Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan lanjut usia, khususnya aspek
peningkatan dan pencegahan tanpa mengabaikan aspek pengobatan dan pemulihan.
 Berkembangnya Kelompok Lanjut usia yang aktif melaksanakan kegiatan dengan kualitas
yang baik secara berkesinambungan.

D. SASARAN

Sasaran pelaksanaan pembinaan Kelompok Lanjut usia, terbagi dua yaitu :


a. Sasaran Langsung :
 Para usia lnjut (vinilitas/pra senilis) 45 - 49 tahun
 Lanjut usia 60 -69 tahun
 Lanjut usia risiko tinggi, yaitu usia lebih dari 70 tahun atau lanjut usia berumur 60 tahun atau
lebih dengan masalah kesehatan.
b. Sasaran tidak langsung :
 Keluarga dimana lanjut usia berada
 Masyarakat di lingkungan lanjut usia
 Organisasi sosial yang peduli terhadap pembinaan kesehatan lanjut usia
 Petugas kesehatan yang melayani kesehatan lanjut usia
 Petugas lain yang menangani Kelompok Lanjut usia
 Masyarakat luas.

E. PENGERTIAN
1. Kelompok Lanjut usia :
Suatu wadah pelayanan kepada usai lanjut di masyarakat dimana proses pembentukan dan
pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM),
lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan laini-lain, dengan
menitik beratkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif.

2. Kesehatan Keluarga :
Kesehatan kelompok individu yang terkait dalam satu kesatuan biologik-psikologik-sosial budaya,
mencakup segi kesehatan jasmani, rohani dan sosial.

3. Kesehatan Lanjut usia:


Kesehatan mereka yang berusia 60 tahun atau lebih, baik jasmani, rohani maupun sosialnya.

4. Pra lanjut usia (prasenilis/virilitas) :


Seseorang yang berusia antara 45 - 49 tahun

5. Lanjut usia :
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

6. Lanjut usia risiko tinggi :


Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih, atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan.

7. Lanjut usia potensial :


Lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dari atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang dan/atau jasa.

8. Lanjut usia tidak potensial :


Lanjut usia yang tidak berdaya mencari napkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan
orang lain.

9. UpayaKesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) :


Suatu bentuk kegiatan kesehatan oleh masyarakat, sebagai wujud peran serta dalam
pembangunan kesehatan. Pembinaan kegiatan dilakukan oleh Puskesmas setempat. Contoh
bentuk UKBM antara lain : Posyandu, Polindes, Pos obat desa, dll.

10. Kartu Menuju Sehat (KMS) :


Adalah suatu alat untuk mencatat kondisi kesehatan pribadi lanjut usia baik fisik maupun mental
emosional. Kegunaan KMS untuk memantau dan menilai kemajuan Kesehatan Lanjut usia yang
dilaksanakan di Kelompok Lanjut usia atau Puskesmas.

11.Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Lanjut usia


Adalah buku catatan mengenai kesehatan pribadi lanjut usia yang dilaksanakan oleh lanjut usia
sendiri, keluarganya, petugas kesehatan atau Panti Werdha.

12. Paradigma Sehat :


Adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik,
melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan
upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan
hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan.

13. Kemitraan dalam pembinaan usia kanjut :


Adalah bentuk strategi sektor pemerintah dan non pemerintah yang terintegrasi atas dasar
prinsip kesehatan, keterbukaan dan saling menguntungkan dalam melakukan penanganan lanjut
usia secara efektif dan efisien sesuai bidang, kondisi dan kemampuan masing-masing, sehingga
hasil yang dicapai menjadi lebih optimal.

14. Kader :
Adalah orang dewasa, baik pria atau wanita yang dipandang sebagai orang-orang yang memiliki
kelebihan di masyarakatnya. Kelebihan itu dapat berupa keberhasilan dalam kegiatan, keluwesan
dalam hubungan kemanusiaan, status sosial ekonomi dan lain sebagainya.

BAB II
PROSES PEMBENTUKAN KELOMPOK LANJUT USIA

Kelompok Usa Lajut merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Mayarakar (UKBM)
yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya
penduduk lanjut usia. Kegiatan Kelompok Lanjut usia sudah ada di beberapa daerah, dengan berbagai
bentuk dan nama sesuai dengan istilah yang dipakai di daerah masing-masing.

A. TATA CARA PEMBENTUKAN KELOMPOK LANJUT USIA

Pembentukan Kelompok Lanjut usia di tiap daerah bervariasi, namun pada prinsipnya pembentukan
kelompok tersebut didasarkan atas kebutuhan masyarakat khususnya lanjut usia, untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan mereka agar tetap sehat, produktif dan mandiri selama mungkin serta
melakukan upaya rujukan bagi yang membutuhkan.

Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam pembentukan Kelompok Lanjut usia di masyarakat
sesuai dengan kondisi dan situasi masing-masing daerah, misalnya mengembangkan kelompok-
kelompok yang telah ada seperti kelompok pengajian, kelompok jemaat gereja, kelompok senam
lanjut usia, kelompok arisan lanjut usia dan lain-lain. Pembentukan Kelompok Lanjut usia dapat pula
dengan menggunakan berbagai pendekatan lain seperti pendekatan Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD), Analisis Rumusan Rencana Intervensi Forum Komunikasi (ARRIF) dan
lain-lain, (Untuk lebih jelasnya dapat membaca buku ARRIF dan PKMD).

1. Pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)

Pendekatan PKMD merupakan suatu pendekatan yang sudah umum dilaksanakan dan
merupakan pendekatan pilihan yang dianjurkan untuk pembentuk kelompok baru, meliputi
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pertemuan tingkat desa
b. Survei mawas diri
c. Musyawarah masyarakat desa
d. Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat
e. Pembinaan dan pelestarian kegiatan

a. Pertemuan tingkat desa/kelurahan :


Pertemuan tingkat desa merupakan langkah awal dan kegiatan pembinaan peran serta
masyarakat di tingkat desa/kelurahan.

Tujuan yang ingin dicapai dari pertemuan ini adalah :


 Dikenalnya masalah kesehatan secara umum termasuk lanjut usia
 Dikenalnya program kesehatan sebagai upaya peningkatan kesehatan dan kualitas hidup
lanjut usia
 Diperolehnya dukungan dari pamong dan pemuka masyarakat setempat
 Disadari perlunya Survei Mawas Diri untuk menelaah masalah kesehatan lanjut usia
setempat
 Tersusunnya kelompok kerja untuk melakukan Survei Mawas diri.

Peserta Pertemuan :
1). Peserta dari tingkat Kecamatan :
 Camat/stafnya
 Kepala Puskesmas/staf
 Petugas sektor lain : petugas KB, Pertanian, Agama, Sosial, PKK dll
2). Peserta dari desa/kelurahan :
 Kepala Desa/Kelurahan, staf
 Pemuka masyarakat, tojoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda, PKK.
 Organisasi yang ada di masyarakat

Waktu pertemuan dan lokasi disesuaikan dengan kondisi desa setempat.

Proses pertemuan :
 Pembukaan disampaikan oleh Kepala Desa/Kelurahan, dilanjutkan penjelasan
Camat/wakilnya mengenai tujuan pertemuan.
 Kepala Puskesmas menjelaskan masalah-masalah kesehatan dari upaya-upaya yang
telah dilakukan, data khusus tentang lanjut usia yang berkunjung ke Puskesmas, jenis
penyakit yang diderita serta penekanan bahwa masalah kesehatan yang ada di
masyarakat adalah masalah yang perlu ditangani oleh masyarakat, sedangkan petugas
kesehatan/petugas lain hanya membantu atau memfasilitasi.
 Selanjutnya diskusi bersama tentang langkah-langkah yang akan dilakukan.

b. Survei Mawas Diri :


Survei mawas diri adalah kegiatan pengenalan, pengum-pulan dan pengkajian masalah
kesehatan oleh sekelompok masyarakat setempat dengan bimbingan dari petugas
Puskesmas. Kegiatan ini merupakan langkah penting untuk mengetahui masalah kesehatan
secara jelas, melihat potensi yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah yang
ada.

Tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan Survei Mawas Diri ini adalah :
 Masyarakat mengenal, mengumpulkan dan mengkaji masalah kesehatannya sendiri.
 Timbulnya minat dan kesadaran masyarakat untuk mengetahui masalah kesehatan
sendiri.
Waktu pelaksanaan Survei Mawas Diri disesuaikan dengan kesepakatan bersama.

Cara pelaksanaan Survei sebagai berikut :


1). Melakukan Persiapan :
 Menentukan jenis informasi kesehatan yang akan dikumpulkan dalam rangka
mengenal masalah kesehatan, (informasi kesehatan secara umum dan informasi
khusus Kelompok Lanjut usia.
 Menentukan cara memperoleh informasi kesehatan, misalnya apakah akan
menggunakan pengamatan (observasi). Data dapat dikumpulkan melalui kunjungan
rumah atau pertemuan kelompok sasaran.
 Pembuatan alat/instrumen untuk memperoleh informasi kesehatan yang dirancang
secara sederhana oleh masyarakat dan dibantu oleh petugas Puskesmas/petugas
lain, misalnya menyusun daftar pertanyaan (kuesioner) atau membuat daftar hal-hal
yang diamati.
 Menentukan sumber informasi, mengenai jumlah dan lokasinya, bisa diambil sampel
(contoh atau perwakilan) misalnya secara acak (random), secara kuota (jatah), atau
kalau memungkinkan dilakukan pendataan seluruh keluarga.

2) Pelaksanaan survei adalah anggota masyarakat yang telah dipilih pada pertemuan
tingkat desa dengan bimbingan petugas Puskesmas.

3) Data yang telah dikumpulkan diolah menjadi informasi oleh masyarakat bersama petugas
Puskesmas/petugas lain sehingga diperoleh rumusan permasalahan kesehatan dan
prioritas masalah kesehatan di wilayah tersebut.

c. Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan


Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan adalah pertemuan seluruh warga desa/kelurahan
untuk membahas hasil Survei Mawas Diri dan merencanakan penanggulangan masalah
tersebut.
Tujuan yang ingin dicapai dari musyawarah ini adalah :
 Masyarakat ini mengenal masalah kesehatan yang ada di lingkungan tempat tinggalnya.
 Masyarakat sepakat untuk bersama-sama menanggulangi masalah kesehatan,
khususnya masalah kesehatan lanjut usia.
 Menyusun rencana kegiatan untuk mengatasi masalh tersebut, misalnya disepakati
pembentukan Kelompok Lanjut usia, waktu kegiatan, pembagian tugas, sumber biaya
dan lain-lain.

Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan sebaiknya dihadiri oleh warga, petugas


Puskesmas dan sektor lain. Lokasi kegiatan biasanya di balai desa atau tempat lain yang
mudah dijangkau oleh peserta musyawarah.
Cara Pelaksanaannya :
 Pembukaan oleh Kepala Desa/Kelurahan
 Penyajian hasil Survei Mawas Diri oleh kelompok pelaksanan survei.
 Curah pendapat dan diskusi membahas tentang informasi hasil survei yang dipandu oleh
Kepala Desa/Kelurahan dibantu oleh petugas kesehatan.
 Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan
 Penyusunan rencana penanggulangan masalah kesehatan terpilih dipimpin oleh Kapala
Desa/Kelurahan.
 Penyimpulan hasil musyawarah berupa penegasan kembali tentang rencana
penanggulangan yang telah disepakati.

d. Pelatihan Kadera
Pelatihan kader merupakan kegiatan dalam rangka memperisapkan kader agar mereka tahu,
mau dan mampu melaksanakan tugas dan peran yang akan dilakukan Kelompok Lanjut usia.
Pelatihan ini dapat berbentuk pertemuan-pertemuan secara bertahap antara Petugas
Puskesmas dengan kader atau pada saat pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan
metode pembelajaran orang dewasal Kader dapat berasal dari lanjut usia sendiri atau
anggota masyarakat lainnya.

e. Pelaksanaan Kegiatan
Dilakukan oleh masyarakat, kader bersama-sama dengan petugas Puskesmas atau petugas
lain. Kegiatan pelayanan kesehatan di Kelompok Lanjut usia dapat di intergrasikan dengan
kegiatan lain, misalnya bersamaan dengan acara keagamaan, olah raga atau pertemuan
sosial lainnya.
Di beberapa daerah, tahapan kegiatan pelayanan kesehatan di kelompok Lanjut usia sangat
bervariasi, dari yang sederhana sampai yang menggunakan sistem 5 tahapan (lihat halamam
16).

f. Pembinaan dan Pelestarian Kegiatan


Untuk kesinambungan kegiatan diperlukan adanya pembi-naan dari petugas Puskesmas
maupun petugas lain. Apabila kegiatan sudah berjalan, langkah penting yang perlu dilakukan
adalah telaahan mawas diri oleh kader bersama-sama tokoh masyarakat secara berkala.

Kegiatan pembinaan yang dilakukan dengan cara mengkaji berfungsinya kepemimpinan


dalam pelaksanaan kegiatan Kelompok Lanjut usia, pengorganisasian dan pendanaan
masyarakat melalui telaahan mawas diri dapat ditemukan kelemahan dan kekuatan upaya
masyarakat tersebut, sehingga dapat dilakukan peningkatan kegiatannya. Pembinaan yang
teratur dan berkesinambungan merupakan langkah penting dalam memelihara kelestarian
kegiatan.

2. Analisa Rumusan Rencana Intervensi dan Forum Komunikasi


( ARRIF )
Meskipun pada awalnya pendekatan ARRIF dirancang untuk keperluan pembinaaan.
Pengalaman petugas di lapangan membuktikan pendekatan ini bisa juga digunakan sebagai
salah satu model pendekatan dalam proses pembentukan Kelompok Lanjut usia. Langkah yang
dilakukan, merencanakan langlah-langkah penyelesaian yang akan dilakukan, serta
melaksanakan evaluasi melalui forum komunikasi. Penjelasan lebih lanjut mengenai ARRIF pada
BAB IV.

B. KOMPONEN KELOMPOK LANJUT USIA

Kelompok Lanjut usia sebagai suatu wadah kegiatan yang bernuansa pemberdayaan masyarakat,
akan berjalan baik dan optimal apabila memenuhi beberapa komponen pokok, yaitu : adanya proses
kepemimpinan, terjadinya proses pengorganisasian, adanya anggota kelompok dan kader dan
tersedianya pendanaan.

1. Kepemimpinan
Kegiatan Kelompok Lanjut usia apapun namanya merupakan kegiatan yang prinsipnya dari, oleh
dan untuk masyarakat. Sebagai kegiatan yang dikelola oleh masyarakat, untuk pelaksanaannya
memerlukan orang yang mampu mengurus dan
memimpin penyelenggaraan kegiatan tersebut sehingga kegiatan yang dilaksanakan mencapai
hasil yang optimal. Dengan demikian kegiatan Kelompok Lanjut usia akan berjalan baik apabila
ada sekelompok orang yang mengurus atau memimpin penyelenggaraan kegiatan tersebut yang
biasanya berasal dari kelompok itu sendiri (bersama anggota lanjut usia)
2. Pengorganisasian
Beberapa ciri penting adanya suatu proses pengorganisasian dapat dilihat dari adanya
pembagian tugas, penunjukan kader, jadwal kegiatan yang teratur dan sebagainya.
Pengorganisasian akan berjalan baik apabila proses kepemimpinan berfungsi untuk
menggerakkan sumberdaya yang ada, tenaga, materi dari sumber lainnya.

Direkomendasikan struktur organisasi Kelompok Lanjut usia sedikitnya terdiri dari ketua,
sekretaris, bendahara dan beberapa seksi dan kader. Struktur organisasi di setiap kelompok
sepenuhnya ditentukan oleh kelompok itu sendiri, sesuai dengan aspirasi yang berkembang di
kelompok. Yang penting sebenarnya adalah bagaimana struktur organisasi tersebut dapat
mendorong kelancaran pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan.

3. Anggota Kelompok
Berdasarkan pengalaman Kelompok Lanjut usia di berbagai daerah, jumlah anggota kelompok
berkisar 50 – 100 orang. Perlu dipertimbangkan jarak antara sasaran dengan lokasi kegiatan
dalam penentuan jumlah anggota, sehingga apabila terpaksa tidak tertutup kemungkinan
anggota suatu kelompok kurang dari 50 orang atau lebih dari 100 orang.

4. Kader
Jumlah kader disetiap kelompok tergantung pada jumlah anggota kelompok, volume dan jenis
kegiatan yaitu sedikitnya 3 orang. Kader sebaiknya berasal dari anggota kelompok sendiri atau
bilamana sulit mencari kader dan anggota kelompok dapat saja diambil dari anggota masyarakat
lainnya yang bersedia menjadi kader.

Persyaratan untuk menjadi kader antara lain :


 Dipilih dari dan oleh masyarakat setempat
 Mau dan mapu bekerja secara sukarela
 Bisa membaca dan menulis huruf latin
 Sabar dan memahami lanjut usia

5. Pendanaan
Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok tersebut, berupa iuran/sumbangan anggota,
atau sumber lain seperti donatur atau sumber lain yang tidak mengikat.

BAGAN KETERKAITAN KOMPONEN KELOMPOK LANJUT USIA

KEPEMIMPINAN

KADER

KELOMPOK
USIALANJUT

PENGORGANISASIAN
PENDANAAN
BAB III
KEGIATAN KESEHATAN
DI KELOMPOK LANJUT USIA

A. PELAYANAN KESEHATAN

Pelayanan kesehatan di Kelompok Lanjut usia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental
emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Lanjut usia sebagai alat pencatat dan pemantau untuk
mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang
dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK)
Lanjut usia atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di Puskesmas.

Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada lanjut usia di kelompok sebagai berikut :

1. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air
besar/kecil dan sebagainya.
2. Pemeriksaan status mental, pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional, dengan
menggunakan pedoman metode 2 menit (lihat KMS Lanjut usia)
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan
dicatat pada grafik indeks massa tubuh (IMT).
4. Pengukuran penekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli, atau Cuprisulfat.
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes
melitus).
7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal.
8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada
pemeriksaan butir 1 hingga 7.
9. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka kunjungan rumah
dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu
dan atau Kelompok Lanjut usia.
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota Kelompok Lanjut usia yang tidak
datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (Public Health Nursing).

Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat:
11.Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Penyuluhan sebagai contoh menu makanan dengan
memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia serta menggunakan bahan makanan yang
berasal dari daerah tersebut.
12. Kegiatan olah raga antara lain senam lanjut usia, gerak jalan santai, dan lain sebagainnya untuk
meningkatkan kebugaran.

B. SARANA DAN PRASARANA

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Kelompok Lanjut usia, dibutuhkan sarana dan prasarana
penunjang, antara lain :

1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)


2. Meja dan kursi
3. Alat tulis
4. Buku pencatatan kegiatan (buku register bantu)
5. Kit Lanjut usia, yang berisi : timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop,
tensumeter, peralatan laboratorium sederhana, termometer.
6. Kartu Menuju Sehat (KMS) Lanjut usia
7. Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Lanjut usia.

C. MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN

Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap lanjut usia di kelompok, mekanisme
pelaksanaan kagiatan yang sebaiknya digunakan adalah sistim 4 tahapan (5 meja) sebagai berikut :

1. Tahap pertama : pendaftaran anggota Kelompok Lanjut usia sebagai pelaksanaan pelayanan.
2. Tahap kedua : pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila, serta penimbangan berat
badan dan pengukuran tinggi badan.
3. Tahap ketiga : pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, dan pemeriksaan status
mental
4. Tahap keempat : pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana)
5. Tahap kelima : pemberian penyuluhan dan konseling.

Untuk lebih jelasnya mekanisme kegiatan sistem 6 tahapan, lihat matriks berikut ini :

Tahap Kegiatan Saranayang Pelaksana


dibutuhkan
I Pendaftaran  Meja, kursi
 Alat tulis
 Buku Register danbuku Kader
pencatatan kegiatan
 KMS, BPPK Lanjut
usia
 Pencatatan  Meja, kursi
kegiatanse hari-  Alat tulis Kader (IMT)
II hari  KMS perlu bantuan
 Penimbangan  BPPK Lanjut usia petugas)
beratbadan dan  Timbangan
pengukuran tinggi  Meteran
badan
 Pengukuran  Meja, kursi
tekanan darah  Alat tulis Petugas (bisa
III  Pemeriksaan  KMS dibantu
kesehatan  Stetoskop kjader)
 Pemeriksan status  Tensimeter
mental  BPPK Lanjut usia

 Pemeriksaan  HB Talquist, Sahli,


IV hemoglobin Cupriburtest Petugas
 Pemeriksaan  Combur test kesehatan
urine

 Pemeriksaan  Meja, kursi


V hemoglobin  KMS Petugas
 Pemeriksaan  Leaflet Kesehatan
 Poster
 BPPK Lanjut usia

Sesuai dengan perkembangan dan kondisi masing-masing daerah, kelompok dapat saja menggunakan
model ”mekanisme pelaksanaan kegiatan” selain sistim 5 tahapan ini antara lain :
 Terintegrasi dengan kelompok yang sudah ada (majelis taklim, kelompok jemaat, kelompok arisan dll)
 Kegiatan khusus di sarana pelayanan kesehatan (hari khusus untuk pelayanan lanjut usia di
Puskesmas, RSU dll)

BAB IV
PEMBINAAN DAN EVALUASI

A. PEMBINAAN

Penjelasan dan penyelenggaraan kegiatan Kelompok Lanjut usia sebagai suatu bentuk
pemberdayaan masyarakat, sangat tergantung dari peran masyarakat atau Kelompok Lanjut usia itu
sendiri. Dalam pelaksanaannya peran petugas kesehatan/petugas lain masih dibutuhkan khususnya
dalam pembinaan, agar kelangsungan dan kesinambungan kegiatan tersebut tetap terpelihara.

Pembinaan yang dilakukan berupa asistensi kepada masyarakat dan kelompok lanjut usia dengan
menggunakan prinsip kemitraan artinya dalam pelaksanaan pembinaan masyarakat dan posisi
Kelompok Lanjut usia sebagai mitra petugas yang secara bersama-sama menganalisa dan
memecahkan masalah dengan meman-faatkan potensi yang dimiliki kelompok.

Untuk melakukan pembinaan ada beberapa model yang bisa dipakai. Namum berdasarkan
pengalaman dilapangan salah satu model yang bisa diterapkan, khususnya dalam melakukan
pembinaan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat adalah manajemen ARRIF.
Manajement ARRIF merupakan salah satu manajemen peran serta masyarakat dan telah
dilaksanakan di berbagai daerah untuk melakukan pembinaan terhadap berbagai bentuk Upaya
Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) lainnya, seperti : Posyandu, Pondok Bersalin Desa
(Polindes), Dana Sehat dan sebagainya.

Manajemen ARRIF merupakan suatu proses manajemen yang diawali dengan melakukan analisis.
Analisis yang dilakukan adalah :

 Analisis situasi, misalnya ada tidaknya Kelompok Lanjut usia di wilayah tersebut, dan bila
Kelompok Lanjut usia sudah terbentuk, apakah sudah berjalan sesuai dengan rencana.
 Analisis tingkat perkembangan (Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri)
 Analisis kasus (kepemimpinan), pengorganisasian, anggota kelompok, kader dan pendanaan)
 Analisis sumber daya (sumber daya manusia, sumber dana dan peralatan) yang ada di kelompok
tersebut.

Langkah selanjutnya dilakukan rumusan-rumusan, yaitu :


 Rumusan masalah, dalam hal ini masalah yang ada dilihat dan keterjangkauan, tingkat
perkembangan, dan sebagainya.
 Rumusan tujuan
 Rumusan langkah penyelesaian yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah.
Agar langkah-langkah penyelesaian dan pembinaan yang dilakukan hasilnya optimal, perlu disusun
suatu rencana dengan mendayagunakan potensi yang tersedia, kemudian dilakukan langkah-langkah
penyelesaian dan terakhir dilakukan penilaian melalui berbagai forum komunikasi.

Pembinaan dengan pendekatan Manajemen ARRIF ini, selain dilakukan oleh petugas
kesehatan/petugas lain. Juga bisa melibatkan kelompok lanjut usia sendiri, mulai dari analisis
kasus/tingkat perkembangan, merumuskan masalah, membuat rencana, melaksanakan langkah-
langkah penyelesaian dan pembahasan hasil. Proses itu semua merupakan suatu siklus yang terus-
menerus dan berkesinambungan. Untuk lebih jelasnya lihat matriks dibawah ini.

Matriks 2 : Pembinaan pendekatan manajemen ARRIF

ANALISIS  Analisis situasi


 Analisis tingkat perkembangan
 Analisis kasus
 Analisis sumber daya (tenaga, dana dan alat)
RUMUSAN Masalah  Keterjangkauan
 Tingkat perkembangan
Tujuan Untuk mengatasi keterjangkuan dan
tingkat perkembangan
Intervensi Untuk mengatasi masalah
RENCANA Merencanakan kegiatan untuk mengatasi
KEGIATAN masalah,dengan memanfatkan potensi yang tersedia
INTERVENSI Melakukan langkah-langkah penyelesaian sesuai yang
telah direncanakan
FORUM Melakukan kegiatan pertemuan-pertemuan untuk
KOMUNIKAS membahas hasil kegiatan intervensi dan merencanakan
I tindak lanjut
B. EVALUASI

Suatu kegiatan apapun bentuknya, perlu dievaluasi, untuk mengetahui tingkat keberhasilan maupun
tingkat perkem-bangannya. Demikian pula halnya dengan Kelompok Lanjut usia, kegiatan evaluasi
harus dilaksanakan secara berkesinambungan. Untuk melakukan evaluasi secara baik dan akurat
diperlukan beberapa indikator. Buku Pedoman ini menawarkan beberapa indikator yang dapat
dipertimbangkan sebagai alat atau tolok ukur untuk melakukan evaluasi tingkat perkembangan
Kelompok Lanjut usia.
Indikator dimaksud meliputi indikator masukan (input), indikator proses dan indikator luaran (output),
Selain itu dalam penyusunan indikator harus memenuhi unsur SMART (Spesific Measurable
Achievable Reliable Time bound).
 Spesifik artinya yang diusulkan bersifat khusus
 Terukur artinya indikator yang diusulkan dapat diukur
 Mudah didapat artinya indikator yang diusulkan optimis dapat dicapai
 Terpercaya artinya indikator tersebut dapat dipercaya
 Waktu tertentu artinya adanya kurun waktu yang jelas.

Di samping persyaratan di atas, hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan :


 Indikator bersifat dinamis, artinya dapat berubah sesuai dengan perkembangan/keadaan.
 Mudah diperolah, artinya dapat diamati, tersedia informasi/ datanya.
 Beragam artinya adanya perbedaan antara unit yang diamati.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, ditetapkan beberapa indikator yang dapat dijadikan bahan
untuk mengevaluasi tingkat perkembangan kegiatan Kelompok Lanjut usia di bidang kesehatan,
sebagai berikut :

1. Freukwensi pertemuan atau pelaksanaan kegiatan selama satu tahun.


2. Kehadiran kader
3. Cakupan pelayanan kesehatan
 Cakupan penimbangan (berat badan dan tinggi badan)
 Cakupan pemeriksaan laboratorium sederhana (urine dan darah/Hb)
 Cakupan hasil pemeriksaan kesehatan
 Cakupan anggota yang ikut penyuluhan/konseling

4. Kegiatan penunjang antara lain :


 Senam lanjut usia
 Pengajian/pendalaman agama untuk kelompok usila
 Diskusi atau pertemuan ceramah
 Usaha ekonomi produktif
 Rekreasi, dll

5. Tersedianya dana untuk penyelenggaraan kegiatan kelompok lanjut usia.

Tingkat perkembangan Kelompok Lanjut usia dapat digolongkan menjadi 4 tingkat yaitu: Penentuan
tingkat perkembangan kelompok Lanjut usia didasarkan indikator terendah yang terdiri dari Pratama,
Madya, Purnama dan Mandiri.

1. Kelompok Lanjut usia Pratama adalah kelompok yang belum mantap, kegiatan yang terbatas
dan tidak rutin setiap bulan dengan freukwensi < 8 kali. Jumlah kader aktif terbatas serta masih
memerlukan dukungan dana dari Pemerintah.

2. Kelompok Lanjut usia Madya adalah kelompok yang telah berkembang dan melaksanakan
kegiatan hampir setiap bulan (paling sedikit 8 x setahun), jumlah kader aktif lebih dari tiga
dengan cakupan program ≤ 50% serta masih memerlukan dukungan dana Pemerintah.
3. Kelompok Lanjut usia Purnama adalah kelompok yang sudah mantap dan melaksanakan
kegiatan secara lengkap paling sedikit 10 x setahun, dengan beberapa kegiatan tambahan di
luar kesehatan dan cakupan yang lebih tinggi (≥ 68% ),
4. Kelompok Lanjut usia Mandiri adalah kelompok purnama dengan kegiatan tambahan yang
beragam dan telah mampu membiayai kegiatannya dengan dana sendiri.
Untuk jelasnya lihat matriks ini :

Matriks 3 : Strata Kelompok Lanjut usia di bidang kesehatan

INDIKATOR PRATAMA MADYA PURNAM PRATAMA


A
Frekuensi pertemuan: <8 8-9 10 10
(x / thn)
Kehadiran kader <3 >3 >3 >3
(pada hari h)
(orang)
Cakupan pelayanan
kesehatan <50% 50-60% >60% >60%
(jenis)
Kegiatan Penunjang 0 1 2 >2
(jenis(
Pendanaan kegiatan - - <50% >50%
berasal dari
masyarakat

C. PENCATATAN DAN PELAPORAN

Untuk memudahkan dalam proses selanjutnya, baik peningkatan dan pengembangan kegiatan di
Kelompok Lanjut usia, perlu dilaksanakan pencatatan kegiatan pada kelompok tersebut. Hal-hal yang
dicatat adalah pelaksanaan dan hasil kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Lanjut usia termasuk
alat penunjang, serta hal-hal lainnya sesuai kebutuhan. Pencatatan dilakukan juga oleh Puskesmas
dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan pencatatan di tingkat Propinsi dan Pusat
disesuaikan dengan kebutuhan.

Di dalam sistem pelaporan, petugas Puskesmas diharapkan proaktif untuk mengambil laporan
kelompok lanjut usia. Laporan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota ke Propinsi serta dari Dinas Kesehatan Propinsi ke Pusat dilaksanakan
sesuai kebutuhan dengan menggunakan format yang tersedia (format pada Buku Pedoman
Pembinaan Kesehatan Lanjut usia Bagi Petugas Kesehatan)

BAB V
P E N UT U P

Peningkatan jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia sebagai akibat dari peningkatan umur harapan
hidup akan mengakibatkan permasalahan yang berkenan dengan usia kanjut menjadi rumit dan
kompleks. Diperlukan penanganan sendiri mungkin, komprehensif, terpadu dan berkesinambungan mulai
dari Kelompok Usia Kanjut agar masalah yang timbul dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak
menjadi semakin kompleks.

Sesuai dengan semangat pelaksanaan otonomi di masing-masing daerah, operasionalisasi kegiatan di


kelompok Lanjut usia saat ini sangat bervariasi dan beragam sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
setempat, dimana pembinaannya merupakan tanggung jawab bersama antara Pemerintah Daerah dan
masyarakat, termasuk swasta yang diwujudkan dengan menggunakan asas kemitraan.

Buku ”Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di Kelompok Lanjut usia” ini dapat dijadikan sebagai
salah satu acuan bagi petugas kesehatan dan petugas lainnya maupun kader dalam melaksanakan
kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan kesehatan lanjut usia di kelompok.
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan : ARRIF : Pedoman Manajemen


Peranserta Mayarakat tahun 1997

2. Departemen Kesehatan :

Kesehatan(BPPK) Lanjut usia Tahun


1982

3. Departemen Kesehatan Paradigma Sehat menuju Indonesia


Sehat 2010, tahun 1999.

4. Departemen Kesehatan : Pedoman Kesehatan Lintas Sektor


dalam Peminan Lanjut Usia bagi
Petugas Tingkat Kecamatan 2000.

5. Departemen Kesehatan : Kartu Menuju Sehat Lanjut usia


Tahun 2000

6. Lexy J. Moloeng, : Androgogi, Pendidikan Orang


Dewasa Bagian I
Prof. DR. MA dan
Anisa Baslemen, DR, Msi

LAMPIRAN

1. PENGALAMAN PELAKSANAAN KEGIATAN KELOMPOK LANJUT USIA DI BEBERAPA DAERAH

A. KELOMPOK LANJUT USIA WALUYO JATI DI YOGYAKARTA


Kelompok lanjut usia yang diberi nama Waluyo Jati (berarti kesehatan dan kehidupan)
merupakan salah satu program pengembangan PKMD yang dibentuk berdasarkan SK Ketua RW
08 Mangkuyudan, Kelurahan Mantrijeron. Kepengurusan kelompok lanjut usia terdiri dari Ketua,
Sekretaris, Bendahara.

Kegiatan yang dilakukan kelompok antara lain :

1. Pertemuan berkala setiap 3 bulan sekali dilakukan pertemuan dengan pengurus PKMD dan
pengurus kelompok untuk melakukan evaluasi dan perencanaan kegiatan 3 bulan mendatang.

2. Penyuluhan-penyuluhan dilaksanakan melalui pertemuan rutin oleh berbagai sektor baik


kesehatan maupun non kesehatan. Dampak yang dirasakan dari pertemuan ini adalah sebagai
media silahturahmi, meningkatkan pengetahuan serta membuka cakrawala/pola pikir lanjut usia
untuk dapat memahami dan menerima keadaan proses menua dealam perjalanan hidupnya.

3. Pelayanan kesehatan usia lanjut.


Bentuk pelayanan dilakukan dengan pola lima meja yang terdiri dari meja pendaftaran,
penimbangan dan pemeriksaan tekanan darah, pelayanan laboratorium, konsultasi kesehatan
oleh tenaga medis, pelayanan obat atau pemberian makanan tambahan penyulouhan (PMT
Penyuluhan).

4. Olah Raga.
Kegiatan olah raga dilakukan oleh para lanjut usia berupa jalan santai dan senam sehat
Indonesia (SSI).

5. Kegiatan Kesenian
Kegiatan ini dilakukan seminggu sekali, sebagai media penyegaran yang secara psikis dapat
memberi kegembiraan, kesegaran dan menghindarkan kejenuhan, di samping manfaat
melestarikan budaya bangsa.

6. Anjang kasih dilaksanakan sebagai media kunjungan rumah oleh kader atau oleh sesama lanjut
usia kepada lanjut usia yang tidak aktif atau sakit.
Rekreasi yang dilakukan berupa kunjungan Panti Sosial, tempat dimana dilaksanakan kegiatan
produktif oleh lanjut usia (pertanian, pendidikan, dll)

7. Pembinaan kerohanian
Kegiatan berupa pengajian bagi yang beragama Islam dan pembinaan iman bagi yang beragama
Nasrani

8. Kegiatan administrasi dilakukan berdasarkan kebutuhan antara lain melalui buku register, catatan
kunjungan lanjut usia, inventaris sarana yang ada, buku kas, daftar hadir kader, buku tamu, dll.

Faktor pendukung kegiatan lanjut usia

Beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan kelompok lanjut usia ini antara lain berupa :
 Dukungan masyarakat terhadap pengelolaan kegiatan kelompok terutama pada kegiatan
Posyandu usila.
 Kader yangh aktif yaitu warga yang secara sukarela aktif dan peduli, yang dengan
kemampuannya berusaha melaksanakan kegiatan posyandu secara rutin.
 Bantuan tokoh masyarakat dalam hal ini penyediaan sarana maupun fasilitas.
 Peran dari Puskesmas setempat dalam pelayanan kesehatan
 Pembinaan oleh Tim Pembina Lintas Sektor
 Dukungan pendanaan berupa :
- Kas Pasar Pagi yang merupakan kegiatan spesifik di kelompok ini yaitu kegiatan penjualan di
pasar yang dilaksanakan oleh kader. PKK dibantu oleh pengurus RW dengan keuntungan
sepenuhnya diperuntukan bagi kegiatan lanjut usia.
- Bantuan Pengusaha setempat yaitu Hotel Bintang Matahari yang secara rutin setiap bulan
memberikan dana sebesar Rp 30.000,- .

- Sumbangan sukarela para kader dan warga masyarakat berupa uang dan bahan untuk
penyajian PMT Posyandu Lanjut Usia.
- Dana kalengan secara sukarela yang diberikan oleh para lanjut usia pada saat kegiatan.
- Dana jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM) dengan uang pangkal sebesar
Rp 500.- dan iuran setiap bulan Rp 300,- per KK. Dana ini dipergunakan untuk biaya
pengobatan di Puskesmas dan bantuan bila ada anggota sakit.

Faktor Penghambat.

Selain faktor pendukung, beberapa hambatan yang dirasakan antara lain :


 Terbatasnya kader yang dapat membantu dalam pelayanan kesehatan
 Masih ada 20% sasaran lanjut usia yang belum mau aktif dalam kegiatan kelompok.
B. PERAWATAN PENDERITA DI RUMAH JEMAAT (PPRJ)

Di Sulawesi Utara ada suatu model pelayanan kesehatan lanjut usia di masyarakat yang diberi nama
Perawatan Penderita di Rumah Jemaat (PPRJ) yang dilaksanakan oleh dan secara berkelompok.

Kegiatan kelompok ini dilakukan di dua tempat yaitu :


1. Kegiatan di Gedung khusus berupa :
 Pemeriksaan kesehatan
 Pengobatan
 Pemeriksaan laboratorium
 Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
 Pelatihan antara lain kebugaran, P3K
 Pelatihan kader.

2. Kegiatan di rumah berupa :


 Penyuluhan bagi keluarga dan kelompok
 Memberi pertolongan pertama
 Memberikan pelayanan keperawatan seperti memandikan, memberi makan, berdoa
bersama.
 Pemeriksaan laboratorium
 Pelatihan perawatan orang sakit secara perorangan
 Rujukan kasus bila diperlukan.

Sumber dana
Pendanaan kegiatan PPRJ diperoleh dari :
 Yayasan Gereja Masehi Injil
 Donatur tetap dari Jamaat
 Swadana

Petugas
Di dalam kegiatan pelayanan ini, pelaksanaannya ini dilakukan antara lain oleh dokter dari RS
Bethesda, bidan, perawat dan kader.

Penanggung Jawab
Tanggung jawab kegiatan dan sekaligus merupakan pembina adalah Yayasan Geraja Masehi Injil
Minahasa (GMIM)

Sarana :
Di dalam pelaksanaan kegiatan dipergunakan sarana obat-obatan, alat laboratorium, kursi roda, WC,
tongkat, urinal, peralatan medis yang semuanya milik yayasan dan disimpan di Gedung RS
Bethesda.

C. KARANG WERDA DI JAWA TIMUR

Karag Werda di Jawa Timur dibentuk berdasarkan landasan hukum Instruksi Gubernur Jawa Timur
tanggal 31 Oktober 1998 tentang Pembinaan Terhadap Lanjut Usia serta Keputusan Gubernur Jawa
Timur tanggal 3 Juli 1996 Nomor 65 Tahun 1996 tentang Pedoman Pembentukan Karang Werda.

Arti Karang Werda adalah wadah bagi para lanjut usia (Karang = Wadah, Werda = Lanjut usia).

Karang Werda merupakan wadah bagi lanjut usia atau satu perkumpulan yang berada di suatu
wilayah perdesaan/kelurahan dengan anggota para lanjut usia di wilayah tersebut.

Tujuan:
Pembentukan Karang Werda mempunyai tujuan menciptakan kehidupan dinamis bagi para
anggotanya untuk saling berkomunikasi secara rutin, mengetahui potensi sumber kesejahteran
sosial dan penyandang masalah sosial yang ada di kelompok tersebut, serta menciptakan dan
membangkitkan rasa tanggungjawab sosial di kalangan anggotanya dan masyarakat lingkungannya
sebagai wujud nyata kesetiakawanan sosial.

Organisasi Karang Werda


Karang Werda diharapkan dapat berdiri di setiap Desa/Kelurahan atau rukun warga di kota-kota atau
Pendudukan. Pengurus Karang Werda dipilih oleh para lanjut usia sendiri dan dikukuhkan oleh
Camat setempat.
Struktur Organisasi Karang Werda.
Camat

Instansi terkait
Di Kecamatan
Pembantu/perwakilan
Yayasan Gerontologi
Abiyoso

Lurah/Kepala Desa

Ketua

Wakil Ketua

Sekretari
Bendahara

Seksi-Seksi

Olahraga dan rekreasi

Seni Budaya
Kesejahteraan
Kesehatan
Mental

Tugas dan Fungsi


Tugas dan fungsi Karang Werda adalah membantu kegiatan para lanjut usia agar tetap sehat,
mandiri dan berguna, melalui kegiatan-kegiatan:
 Mewujudkan perhatian dan kepedulian bagi para lanjut usia
 Membangkitkan rasa percaya diri dan herga diri para lanjut usia
 Mengadakan pelayanan kesehatan secara rutin bagi lanjut usia
 Mengadakan kegiatan yang positif dalam mensejahterakan lanjut usia antara lain keagamaan,
olahraga, rekreasi, dll.
 Menyelenggarakan usaha-usaha ekonomi produktif baik bagi lanjut usia sediri maupun bagi
masyarakat sekitarnya.
Sumber dana
Dana awal diperoleh dari Pemda dan dilanjutkan dengan iuran dari lanjut usia sendiri serta bantuan
lain yang tidak mengikat.

Petugas
Kegiatan ini dilaksanakan di lokasi dengan petugas dari kader lanjut usia, PKK yang dibantu oleh
petugas kesehatan serta petugas sektor lain terkait.

Pembinaan
Untuk kelangsungan kegiatan Kelompok Lanjut usia dilakukan pembinaan oleh Yayasan Gerontologi
Abiyoso, sektor di tingkat kecamatan dan Kepala Desa.

Sarana
Peralatan yang dipergunakan pada kegiatan antara lain peralatan medis, laboratorium, alat musik,
alat olahraga.

D. POS BIMBINGAN TERPADU (POS BINDU) DI JAWAB BARAT

Pos Bindu merupakan Kelompok Lanjut usia yang didirikan di Jawa Barat sebagai wadah dan
pembinaan lanjut usia. Prakarsa pembentukannya oleh Ibu Bupati Kabupten Sumedang.

Kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan antara lain adalah penyuluhan gizi, pengobatan, penimbangan berat
badan dan pengukuran tinggi badan, pemeriksaan laboratorium (yang kemudian dituliskan hasilnya
di KMS Lanjut usia), dan rujukan ke Rumah Sakit bila diperlukan.

Pendanaan
Modal awal dari APBD Kabupaten dan donatur iuran lanjut usia.

Pelaksanaan kegiatan
Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan kelompok dengan tenaga pelaksana kader, PKK
dan dibantu oleh petugas Puskesmas.

Pembinaan
Pembinaan kegiatan dilakukanoleh Pemda, Ketua PKK Kabupaten dan tenaga teknis dari
Puskesmas setempat.

Sarana
Sarana yang dipergunakan pada kegiatan berupa peralatan medis, obat-obatan dan alat
laboratorium.
PETUNJUK PENGISIAN
FORMAT PENCATATAN HASIL KEGIATAN
KELOMPOK LANJUT USIA

1. Bulan : Sudah jelas


2. Tahun : Sudah jelas
3. Nama kelompok : Sudah jelas
4. Desa/Kelurahan : Sudah jelas
5. Puskesmas : Sudah jelas
6. Kecamatan : Sudah jelas
7. Nomor Urut : Nomor urut kunjungan
8. Nomor KMS : Sudah jelas
9. Nama : Sudah jelas
10. L/P : Sudah jelas
11. Umur : Sudah jelas
12. Alamat : Sudah jelas
13. Kemandirian : Yang dimaksud dengan kegiatan hidup
sehari-hari adalah kegiatan dasar dalam
kehidupan, seperti: makan/ minum,
berjalan, mandi, berpakain, naik turun
tempat tidur, buang air besar/kecil dan
sebagainya.
Kegiatan melakukan pekerjaan diluar
rumah, seperti : berbelanja, mencari nafkah,
mengambil pensiun, arisan, pengajian, dan
lain-lain.
Kategori A: apabila lanjut usia sama sekali
tidak mampu melakukan kegiatan sehari-
hari, sehinga sangat tergantung orang lain
(ketergantungan)
Kategori B: apabila ada gangguan dalam
melakukan sendiri, hingga kadang-kadang
perlu bantuan (ada gangguan)
Kategori C: apabila lanjut usia masih
mampu melakukan kegiatan hidup sehari-
hari tanpa bantuan sama sekali (mandiri).

14. Mental emosional : Lakukan pemeriksaan status mental yang


verhubungan dengan keadaan mental
emosional, dengan menggunakan pedoman
metode 2 menit melalui 2 tahap pertanyaan.

Pertanyaan tahap 1:
1. Apakah anda mengalami sukar tidur ?
2. Apakah anda sering merasa gelisah?
3. Apakah anda sering murung dan atau
menangis sendiri ?
4. Apakah anda sering merasa was-was
atau khawatir ?

Bila ada 1 atau lebih jawaban “ya” lanjutkan


pada pertanyaan tahap 2

Pertanyaan tahap 2:
1. Apakah lama keluhan lebih dari 3 bulan
atau lebih dari 1 kali dalam sebulan ?
2. Apakah anda mempunyai masalah atau
banyak pikiran
3. Apakah anda mempunyai gangguan
atau masalah dengan keluarga atau
orang lain ?
4. Apakah anda menggunakan obat tidur
atau penenang atas anjuran dokter?
5. Apakah anda cenderung mengurung
diri didalam kamar ?

Bila 1 atau lebih jawaban “ya” maka lanjut


usia mempunyai masalah emosional

15. IMT : Indeks Masa Tubuh ditentukan dengan


mencari titik temu antara garis bantu yang
L (lebih) menghubungkan berat badan yang sudah
N (normal) diukur dengan tinggi badan. Nilai normal
K(kurang) IMT untuk pria dan wanita lanjut usia
berkisar antar 18.5 – 25.
L: bila titik temu terdapat pada daerah
grafik dengan warna merah
N: bila titik temu terdapat pada daerah
grafik dengan warna hijau
H: bila titik temu terdapat pada daerah
grafik dengan warna kuring
16. Tekanan Darah : Ukur tekanan darah dengan tensimeter dan
T (tinggi) stetoskop
N (normal) T: bila salah satu dari sistole atau diastole,
R (rendah) atau keduanya di atas normal

N: bila sistole antara 120 – 160 dan diastole


 90 mmHg.
R: bila sistole atau distole dibawah normal.

17. Hb : Periksalah hemoglobin dengan salah satu


N (normal) cara yaitu talquist, sahli atau cuprisulfat.
K (kurang) Bila menggunakan talquist maka :
N: nilainya  70% (untuk pria & wanita). Bila
menggunakan sahli atau cuprisulfat maka :
N: nilainya 13g% untuk pria dan 12g%
untuk wanita.

18. Reduksi urine : Kadar protein melalui pemeriksaan protein


N (normal) dalam urine
P (positif) N: bila tidak terdapat protein dalam urine
(hasil pemeriksaan protein urine negatif)
P: bila terdapat protein dalam urine (hasil
pemeriksaan protein urine positif).

19. Protein urine : Kadar protein melalui pemeriksaan protein


N (normal) dalam urine:
P (positif) N: bila tidak terdapat protein dalam urine
(hasil pemeriksaan protein urine negatif)
P: bila terdapat protein dalam urine (hasil
pemeriksaan protein urine positif)
20. Dirujuk/Tidak : Beri tanda + atau – bila :
+ : bila lanjut usia dirujuk ke tingkat pelaya-
nan kesehatan yang lebih tinggi
- : bila lanjut usia tidak dirujuk ke tingkat
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi

Catatan:
Untuk nomor 13 sampai dengan 19 bernilai tanda x pada kolom yang sesuai.
DAFTAR PENYUSUN

Tim Pusat :

Dr. Anasrul Said Rahman Dit. Kesehatan Keluarga


DR. Dr. Erna Tresnaningsih Dit. Kesehatan Keluarga
Dra. Fainurmah Rivai, M.Kes. Dit. Kesehatan Keluarga
Dr. Hendarto Siryoso Dit. Kesehatan Keluarga
Kodrat Pramudo,SKM, M.Kes Dit. Kesehatan Keluarga
Dr. M. Abduh, M.Kes Dit. Kesehatan Keluarga
Drs. Nana Mulyana,M.Kes Dit. Kesehatan Keluarga
Drg. Ratna Kirana,MS Dit. Kesehatan Keluarga
Dr. Siti Hariani,MSc. Dit. Kesehatan Keluarga

Seluruh peserta pada:

1. Pertemuan Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan Lanjut usia


Melalui Strategi Paradigma Sehat.
Jakarta, 18 s/d 21 Desember 2000.

2. Pertemuan Pembinaan dan Monitoring Konseling Kesehatan Lanjut usia, Bandung, 17 s/d 20 Juni
2001.

3. Pertemuan Review Penerapan Kemitraan Lintas Sektor dalam Program Lanjut usia, Badung, 21 s/d
24 Juni 2001

TIM SEKRETARIAT :

1. Elfina Dit. Kesehatan Keluarga


2. Bambang Haryanto Dit. Kesehatan Keluarga
3. Djumhari Dit. Kesehatan Keluarga
Catatan :
Catatan :

Anda mungkin juga menyukai