Anda di halaman 1dari 9

MERANCANG DAN PENGHITUNGAN LINK BUDGET BTS

SISTEM KOMUNIKASI RADIO MICROWAVE DI KECAMATAN


KUOK MENGGUNAKAN PATHLOSS 4.0
Iklil Artiyah, Yoga Aswari, Muhamnad Iqbal

Jurusan Teknik Elektro, Universitas Riau, Pekanbaru, Riau, Indonesia

Abstrak
Pada saat ini jaringan transmisi sistem berbasis microwave sangat penting dan banyak digunkan
untuk menghubungkan RBS dan MSC pada jaringan seluler.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
merencanakan link backbone point yang menghubungkan Sei Maki, Bukit Agung, Kampung Baru,
Koto, Lereng 1, Lereng 2, Merangin 1, Merangin 2 serta Silam. Dengan menggunakan software
pathloss dapat di lihat hasil perhitungan dan analisis didapat : jalur transmisi radio titik ke titik area
Kuok memiliki topographi sedikit bergelombang (tidak rata); nilai rugi ruang bebas (FSL) sebesar
116.59 dB pada titik Sei Maki – Bukit Agung; nilai rugi ruang bebas (FSL) sebesar 123.74 dB pada
titik Bukit Agung – Kampung Baru; nilai rugi ruang bebas (FSL) sebesar 108.23 dB pada titik
Kampung Baru – Koto; nilai rugi ruang bebas (FSL) sebesar 111.05 dB pada titik Koto – Lereng 1;
nilai rugi ruang bebas (FSL) sebesar 103.63 dB pada titik Lereng 1 – Lereng 2; nilai rugi ruang
bebas (FSL) sebesar 124.94 dB pada titik Lereng 2 – Merangin 1; nilai rugi ruang bebas (FSL)
sebesar 119.53 dB pada titik Merangin 1 – Merangin 2; nilai rugi ruang bebas (FSL) sebesar
134.71 dB pada titik Merangin 2 – Silam; nilai rugi ruang bebas (FSL) sebesar 138.33 dB pada titik
Silam – Sei Maki.
Abstract
Currently, microwave-based transmission systems are very important and are widely used to
connect RBS and MSC to cellular networks. The purpose of this study is to plan a backbone point
link that connects Sei Maki, Bukit Agung, Kampung Baru, Koto, Lereng 1, Lereng 2, Merangin 1,
Merangin 2 serta Silam. By using pathloss software can be seen the results of calculations and
analysis obtained: radio transmission line point to point Payakumbuh area has an average
topography (uneven); free space loss (FSL) of 116.59 dB at the point of Sei Maki – Bukit Agung;
free space loss (FSL) of 123.74 dB at the point of Bukit Agung – Kampung Baru; free space loss
(FSL) of 108.23 dB at the point of Kampung Baru – Koto; free space loss (FSL) value of 111.05
dB at point Koto – Lereng 1; free space loss (FSL) of 103.63 dB at point Lereng 1 – Lereng 2; free
space loss (FSL) of 124.94 dB at point Lereng 2 – Merangin 1; free space loss (FSL) of 119.53 dB
at point Merangin 1 – Merangin 2; free space loss (FSL) of 134.71 dB at point Merangin 2 – Silam;
value of free space loss (FSL) of 138.33 dB at the Silam – Sei Maki point.
Keyword : Link Budget, Kuok, Patbhloss 4.0, Microwave

PENDAHULUAN
keduanya adalah dengan menambahkan
Saat ini penggunaan pada sistem tambahan ruang bebas sehingga kerugian yang
telekomunikasi yang berkapasitas besar dan tidak diinginkan tidak terjadi, menggunakan rute
berkecepatan tinggi sangat diperlukan, hal ini yang cocok, dan menggunakan antena dengan
dikarenakan kian berkembangnya teknologi rasio frontto-back. Sedangkan pada inter sytem
komunikasi yang banyak digunakan oleh case merupakan interferensi yang disebabkan
manusia. Penggunaan frekuensi tinggi pada oleh penerimaan transmisi yang tidak diinginkan
sistem komunikasi menggunakan gelombang dari suatu system yang berbeda. Kedua jenis
mikro (microwave) pun menjadi sangat interferensi tersebut dapat mengakibatkan
diperlukan untuk mengatasi masalah teknologi buruknya kualitas transimisi data yang
komunikasi yang semakin berkembang. Salah dikirimkan oleh suatu hop link dan akan
satu sistem komunikasi yang menggunakan mempengaruhi availability yang di hasilkan oleh
gelombang mikro adalah sistem komunikasi perancangan jaringan suatu hop link.
radio dengan frekuensi yang digunakan adalah
antara 7 GHz sampai 38 GHz. Komunikasi radio DESAIN KETINGGIAN ANTENA DAN
LINK BUDGET
microwave sebagai sarana transmisi memiliki
peran penting dalam telekomunikasi termasuk Line of Sight dan Daerah Fresnel
jaringan nirkabel. Hal tersebut karena Sistem komunikasi radio memerlukan
komunikasi radio microwave dapat diterapkan syarat kondisi LOS yang benar-benar terbuka.
sebagai penghubung antar Base Transceiver Pada propagasi LOS terdapat daerah yang harus
Station (BTS) atau Base System Control (BSC) dan wajib terhindar dari halangan (obstacle),
dalam pengiriman informasi dengan kapasitas daerah itu disebut fresnel zone. Fresnel zone
yang besar. adalah sebuah daerah interferensi yang dapat
Pada sebuah interferensi terdapat 2 (dua) bersifat konstruktif maupun destruktif yang
jenis interferensi yaitu interferensi antar sistem tercipta ketika propagasi gelombang
yang sama (Intra system case) dan antar sistem elektromagnetik di ruang bebas mengalami
yang berbeda (Inter system case). Intra system pantulan (multipath) atau difraksi. Fresnel Zone
case merupakan jenis gangguan yang harus betul-betul bebas dari halangan.
disebabkan oleh sinyal yang tidak diinginkan
dalam sistem. Dua kasus yang mungkin terjadi
dalam intra system case adalah melebihi batas
interferensi (Overreach Interference) dan spur
atau gangguan persimpangan. Solusi dari kasus
Coverage

merupakan jarak cakupan dari suatu


BTS terhadap pengguna disekitar BTS
tersebut. Pada perhitungkan coverage terdapat
parameter yang mempengaruhi kondisi
propagasi suatu kanal wireless yaitu Path Loss.
Path Loss adalah loss yang terjadi ketika data /
Secara matematis daerah Fresnel dapat sinyal melewati media udara dari antena
dinyatakan dengan persamaan berikut ini: pemancar ke antena penerima dalam jarak

d tertentu. Path loss dapat timbul disebabkan


R=17.32×
√ 4f oleh banyak faktor, seperti kontur tanah,
lingkungan yang berbeda, medium propagasi
Redaman Propagasi
(udara yang kering atau lembab), jarak antara
Radio Perambatan gelombang radio di
antena pemancar dengan penerima, lokasi dan
ruang bebas dari Tx ke Rx akan mengalami
tinggi antenna.
penyebaran energi di sepanjang lintasannya,
Free Space Loss (FSL)
yang mengakibatkan kehilangan energi yang
Ketika sebuah sinyal RF dipancarkan
disebut rugi (redaman) propagasi. Rugi
melalui antena, powernya semakin berkurang
propagasi adalah akumulasi dari redaman
seiring dengan jarak tempuh yang semakin jauh,
saluran transmisi, redaman ruang bebas
bahkan ketika tidak ada obstacle (halangan),
(freespace loss), redaman oleh gas (atmosfer),
redaman akan terus terjadi. inilah yang dikenal
dan redaman hujan.
dengan Free Space Loss. Besarnya FSL dapat
dihitung dengan Persamaan:
EIRP (Effective Isotropic Radiated Power)
FSL=92,45+20 log f ( GHz ) +20 log D(Km)
EIRP adalah besarnya daya suatu carrier
yang dipancarkan oleh suatu antena, satuannya
dinyatakan dalam dB Watt. Harga EIRP adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN
hasil penjumlahan antara daya keluaran HPA
Hasil Survei BTS
dengan penguatan antena dikurangi dengan
Data hasil survey BTS, dapat dilihat pada Table
redaman IFL (Interfacility Link). EIRP diperoleh
1. Studi kasus pada bagian ini melibatkan
dengan menjumlahkan daya output dari antena
pemancar dengan gain antena lalu dikurangkan oleh sembilan buah tower BTS, dimana posisi BTS
loss atau dapat dituliskan seperti Persamaan: ini mencakup wilayah Kecamatan Kuok dengan
EIRP=PTx+ Gant – LTx luas 151,41 Km2.

Tabel 1. Data Hasil Survei No. Lokasi Tinggi Tinggi Jarak


Tower (m) Antena (m) (km)
1. Sei. Maki 45 40 0.89
gelombang. Dan karena penemuan beliau,
2. Bukit Agung 70 60 2.03
3. Kp. Baru 70 60 0.34 sebuah metoda untuk menentukan dimana
4. Koto 65 60 0,47
pemantulan akan terjadi diantara pengirim dan
5. Lereng 1 70 65 0.20
6. Lereng 2 70 65 2.33 penerima, dan diberi nama seperti namanya.
7. Merangin 1 70 65 1.25
Inilah yang disebut Fresnel Zone. Rumus
8. Merangin 2 60 40 7.17
9. Silam 70 60 10.88 Fresnel Zone ini dapat menentukan posisi
ketinggian antena dengan jarak yang dapat
Pengolahan data hasil survei dilakuka
ditembus oleh sinyal wireless.
penghitungan link budget antara point to point
d
untuk setiap BTS dengan beberapa parameter
yang terkait dengan menggunakan software
R=17.32×

4f
0.89
Pathloss 4.
R=17.32×

4 x 18
R=17.32× 0.1111
Perancangan ini digunakan pada R = 1.92424 km
frekuensi 18 Hz yang dilakukan pada site
Tanjung Haro dengan Labuah Basilang. Free Space Loss (FSL)
Adapun parameter yang dianalisis dalam link Free Space Loss (FSL) adalah suatu
nilai yang menunjukkan rugi-rugi jalur
budget perancangan adalah Coverage (Path transmisi. Rugi-rugi jalur transmisi ini
Loss), Fresnel Zone, Free Space Loss (FSL), dikarenakan karena penggunaan media udara
Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) dan sebagai media pemandu, jarak jalur transmisi
dan penggunaan frekuansi radio. Besar FSL ini
Received Signal Level (RSL), Isotropic
dapat dihitung dengan rumus:
Received Level (IRL), Hoploss. Analisis link LFS = 92,5 + 20 log d + 20 log f
LFS = 92,5 + 20 log 0.89 + 20 log 18
budget dilakukan untuk menghitung level daya
= 92,5 + 1.01 + 25.10
penerimaan (received signal level) dengan = 116.59 dB
memastikan bahwa level daya penerimaan
Gt dan Gr adalah gain antenna pemancar dan
(received signal level) lebih kecil atau sama penerima dengan Gr = 34.40 dB (ditambah 30
dengan level threshold ( RSL ≥ Rth). jika diubah ke dBm) 64.4 dBm EIRP (Effective
Fresnel Zone : Isotropic Radiated Power) adalah kombinasi
dari P dan Gt yaitu dengan nilai 53.06 dBm. Jika
Augustin-Jean Fresnel adalah seorang
dikonversikan ke dBm maka :
fisikawan Prancis dan sarjana sipil yang hidup
di tahun 1788-1827. Beliau secara tepat
RX Signal
mengasumsikan bahwa cahaya bergerak seperti LFS = EIRP + Gr - Pr
116.59 dB = 53.06 dBm + 64.4 - Pr
146.59 dBm = 53.06 dBm + 64.4 - Pr
Pr = -(146.59 dBm – (53.06 dBm + 64.4 dBm))
Pr = -(146.59 dBm – 117.46)
Pr = -29.13 dBm
Isotropic Received Level (IRL) merupakan nilai level daya isotropic yang
Isotropic Received Level (IRL) diterima oleh stasiun penerima. Nilai IRL ini
bukan nilai daya yang diterima oleh sistem Dimana: Lh = Hoploss (dB)
atau rangkaian decoding. Akan tetapi nilai ini FSL = Free Space Loss (dB)
adalah nilai level daya terima antena stasiun LTx = Transmitt Loss (dB)
penerima. Besar nilai IRL ini adalah: LRx = Receive loss (dB)

IRL = EIRP – FSL LAtm = Atmosphere Loss


IRL = 53.06 – 146.59 (dB)
IRL = -93.53 dBm GTx = Gain receive antenna (dBi)
GRx =Gain transmit antenna (dBi)

Received Signal Level (RSL)


Perhitungan Ketinggian Antena
Received Signal Level (RSL)
Untuk menghitung tinggi antenna terlebih
merupakan level daya yang diterima oleh
dahulu dihitung clearance minimal, dengan
piranti pengolah decoding. Nilai RSL ini
memperhatikan obstacle pada jarak berapa
dipengaruhi oleh rugi-rugi jalur dan gain
yangpaling mengganggu. Pada survei dapat
antena penerima. Dengan ini nilai RSL dapat
diketahui bahwa obstacle yang paling mengganggu
dihitung dengan rumus:
adalah bangunan atau pepohonan. Berikut adalah
RSL = IRL + GRx – LRx
obstacle dan perhitungan tinggi antenna pada site
RSL = -93.53 + 64.4
dalam loop yang harus diperhatikan.
RSL = -29.13 dBm
Perhitungan clearance :
Tinggi antenna Sei Maki – Bukit Agung
Hoploss
Hoploss adalah perbedaan atau selisih d = 890 m ; d1=500 m ; d2=390
8
antara gain dan loss pada link microwave. Gain }= 3.10 = 0.043
7.109
merupakan penguatan pada sisi lain, sedangkan
loss merupakan jumlah dari redaman ruang Nilai 60% Fresnel Zone ada;ah nilai untuk
bebas dan redaman seperti atenuasi ekstra dan memenuhi line of sight yang baik.
atmosfer (uap air dan oksigen).
Lh = FSL + LTx + LRx + LAtm – (GTx + GRx)
n. }. d 1. d 2 1.0,043 .500 .390
Lh = 146.59 + 0.17 – (64.4+64.4)
Lh= 17.96 dB
Rn =
√ d 1+d 2 √
=
500+ 390
= 3,06 m

60%FI = 3,06 x 60% = 1,8 m

untuk mendapatkan clearance yang aman dari


obstacle, maka 60%F1 diberikan jarak tambahan
2,5 m. Dengan demikian clearance minimal yang
dibutuhkan pada jarak 0.5 Km adalah:
60%FI + 2,5 = 1,8 + 2,5 = 4,3 m Sedangkan selisih 5 m merupakan ruang yang
Dengan nilai minimal clearance 4,3 m berarti diberikan untuk mengantisipasi pertumbuhan
jarak antara garis lurus link dan obstacle harus obstacle berupa pohon yang masih bisa tumbuh
lebih dari atau sama dengan nilai tersebut. Pada lebih tinggi dan telah dapat dicapai dengan
survey yang telah dilakukan didapat bahwa ketinggian antena h1 = 40 m dan h2 = 60 m.
ketinggian antenna Sei Maki = 40 m dan Bukit Penghitungan Link Budget ini juga dilakukan pada
Agung = 60 m. Mengacu pada nilai tersebut site to site BTS lainnya, dan didapatkan hasil
maka pada jarak 0.5 Km, estimasi ketinggian seperti pada tabel berikut :
antena minimal dapat ditetapkan yaitu pada Sei
Tabel 2. Hasil perhitungan ketinggian antenna di
Maki = 55,7 m, maka dapat dihitungan untuk
Kecamatan Kuok
mendapatkan ketinggian antena : No Site to Site Ketinggian Clearance Hc
Antena (m) (m) (m)
d1=500 m ; d2=390 m 1. Sei Maki – 40 - 60 4,3 9,8

h1 = 40 m Bukit Agung
2. Bukit Agung 60 - 60 5,6 39,7
h2 = 60 m
– Kp. Baru
h2 – h1 = 20 m 3. Kp. Baru – 60 - 60 3,32 48,19

d1.d2 =195.000 m Koto


4. Koto – 60 - 65 3,81 45
hs = elevasi obstacle + h obstacle = 8.9 + 10 =
Lereng 1
18,9 m 5. Lereng 1 – 65 - 65 2,9 63,9
ka = 1,33 x 6.370.000= 8.472.100 Lereng 2
6. Lereng 2 – 65 - 65 6,12 49,6
Merangin 1
d1 d 1. d 2 7. Merangin 1 – 65 - 40 1.758 18.514
Hc = h1 - ( h2−h 1 )− −hs
d 2 Ka
Merangin 2
500 195.000 8. Merangin 2 – 40 - 60 4.83 29.57
= 40 - ( 20 ) − −18,9
890 2 x 8472100 Silam
= 40 – 11.23 – 0.011 – 18,9 9 Silam – Sei 60 - 40 6.2 3.6

= 9,8 m Maki

Maka didapatkan tinggi minimal antenna


Hasil total perhitungan link budget
pada site Labuah Basilang 9,8 m.
terangkum dalam final repost yang terdapat pada
Perbandingan antara tinggi antenna yang didapat
aplikasi Pathloss 4.0.
berdasarkan hasil survey dan hasil perhitungan
rumus pada site Sei Maki adalah 60 : 55,7 dan
untuk site Bukit Agung.
Karena clearance yang dibutuhkan adalah 4,3
m sedangkan Hc = 9,8 m maka ketinggian yang
direncanakan telah memenuhi batas minimal.
yang diberikan untuk mengantisipasi
pertumbuhan obstacle berupa pohon yang
masih bisa tumbuh lebih tinggi dan telah dapat
dicapai dengan ketinggian antena h1 = 45 m
dan h2 = 45 m.

2. Labuah Basilang - Jl. Khairul Anwar

Jarak antara 2 BTS ini 2,28 km, yang mana


diantaranya terdapat Gedung dan pepohonan
yang maksimal tingginya 12 m dan clearance
yang dibutuhkan adalah 6,2 m sedangkan
Hc=23 sehingga tinggi minimal antenna yang
diperlukan adalah 29,2 m. Sedangkan selisih
nya merupakan ruang yang diberikan untuk
mengantisipasi pertumbuhan obstacle berupa
pohon yang masih bisa tumbuh lebih tinggi
dan telah dapat dicapai dengan ketinggian
antena h1 = 45 m dan h2 = 50 m.
1.4 ANALISA

Berdasarkan hasil survey lokasi dan perhitungan 3. Jl. Khairul Anwar - Jl. Kamboja
yang telah dilakukan dapat diberikan Analisa
Jarak antara 2 BTS ini 1,06 km, yang mana
untuk setiap site to site. Kota Payakumbuh
diantaranya terdapat Gedung dan pepohonan
memiliki topographi yang relative datar (rata),
yang maksimal tingginya 10 m dan clearance
namun dibeberapa daerah berada di perbukitan
yang dibutuhkan adalah 5,04 m sedangkan
dengan rata-rata ketinggian 514 m di atas
Hc=26,11 sehingga tinggi minimal antenna
permukaan laut.
yang diperlukan adalah 31.15 maka ketinggian
1. Sei Maki – Bukit Agung
yang direncanakan telah memenuhi batas
Jarak antara 2 BTS ini 0.89 km, yang mana
minimal. Sedangkan selisihnya merupakan
diantaranya terdapat Gedung dan pepohonan
ruang yang diberikan untuk mengantisipasi
yang maksimal tingginya 10 m dan
pertumbuhan obstacle berupa pohon yang
clearance yang dibutuhkan adalah 4,3 m
masih bisa tumbuh lebih tinggi dan telah dapat
sedangkan Hc=9,8 sehingga tinggi minimal
dicapai dengan ketinggian antena h1 = 50 m
antenna yang diperlukan adalah 27,5 m.
dan h2 = 50 m.
Sedangkan selisihnya merupakan ruang
4. 65 m dan h2 = 55 m.

Jarak antara 2 BTS ini 1,05 km, yang mana


6. Jl. Singa Harau – Sicincin
diantaranya terdapat Gedung dan pepohonan
yang maksimal tingginya 13 m dan Jarak antara 2 BTS ini 4,97 km, yang mana
clearance yang dibutuhkan adalah 5,02 m diantaranya terdapat Gedung dan pepohonan
sedangkan Hc=33,57 sehingga tinggi yang maksimal tingginya 12 m dan clearance
minimal antenna yang diperlukan adalah yang dibutuhkan adalah 6,1 m sedangkan
38,9 m maka ketinggian yang direncanakan Hc=35,29 sehingga tinggi minimal antenna
telah memenuhi batas minimal. Sedangkan yang diperlukan adalah maka ketinggian yang
selisihnya merupakan ruang yang diberikan direncanakan telah memenuhi batas minimal.
untuk mengantisipasi pertumbuhan obstacle Sedangkan selisih merupakan ruang yang
berupa pohon yang masih bisa tumbuh lebih diberikan untuk mengantisipasi pertumbuhan
tinggi dan telah dapat dicapai dengan obstacle berupa pohon yang masih bisa
ketinggian antena h1 = 50 m dan h2 = 65 tumbuh lebih tinggi dan telah dapat dicapai
m. dengan ketinggian antena h1 = 55 m dan h2 =
45 m.
5. Jl. Soekarno Hatta - Jl. Singa Harau
7. Sicincin – Tanjung Haro
Jarak antara 2 BTS ini 3,74 km, yang mana
diantaranya terdapat Gedung dan pepohonan Jarak antara 2 BTS ini 1,43 km, yang mana
yang maksimal tingginya 15 m dan diantaranya terdapat Gedung dan pepohonan
clearance yang dibutuhkan adalah 6,93 m yang maksimal tingginya 10 m dan clearance
sedangkan Hc=44,32 sehingga tinggi yang dibutuhkan adalah 5,6 m sedangkan
minimal antenna yang diperlukan adalah Hc=24,47 maka ketinggian yang direncanakan
51,25 m maka ketinggian yang telah memenuhi batas minimal. Sedangkan
direncanakan telah memenuhi batas selisih 5 m merupakan ruang yang diberikan
minimal. Sedangkan selisihnya merupakan untuk mengantisipasi pertumbuhan obstacle
ruang yang diberikan untuk mengantisipasi berupa pohon yang masih bisa tumbuh lebih
pertumbuhan obstacle berupa pohon yang tinggi dan telah dapat dicapai dengan
masih bisa tumbuh lebih tinggi dan telah ketinggian antena h1 = 45 m dan h2 = 45 m
dapat dicapai dengan ketinggian antena h1 =
KESIMPULAN Maki – Bukit Agung memiliki topographi sedikit
Bergelombang (Tidak Rata)
Berdasarkan analisis dan hasil perhitungan maka
2. Nilai rugi ruang bebas (FSL)
dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain :
a) Sei Maki dengan Bukit Agung sebesar
1. Pada jalur transmisi radio titik ke titik area Sei
116.59 dB Point To Point Antara Kampus A dan Kampus B
b) Bukit Agung dengan Kampung Baru
Universitas Negeri Jakarta,Jurnal Pintar Vol 1. No.2,
sebesar 123.74 dB
11/30/2020
c) Kampung Baru dengan Koto sebesar
108.23 dB Eko Saputra, Fitri Imansyah, Dedi Suryadi, Redi
d) Koto dengan Lereng 1 sebesar 111.05 dB Ratiandi Yacoub, F.Trias Pontia,Analisis Link
e) Lereng 1 dengan Lereng 2 sebesar 103.63 Budgeting Berbasis GUI(Graphical User
dB Interface)Matlab Pada Daerah Pusat

f) Lereng 2 dengan Merangin 1 sebesar Kota(DPK),Perkantoran,Dan Perumahan, 12/1/2020

124.94 dB
https://www.researchgate.net/publication/31
g) Merangin 1 dengan Merangin 2 sebesar
3880474, 11/30/2020
119.53 dB
h) Merangin 2 dengan Silam sebesar 134.71
https://edvanberliansa.wordpress.com/2016/12/31/fr
dB
ee-space-path-loss/ 12/1/2020
i) Silam dengan Sei Maki sebesar 138.33 dB

DAFTAR PUSTAKA

Faqih, 2010 Desain Ketinggian Antena Dan Link


Budget Sistem Komunikasi Los Radio Microwave
Dalam Konfigurasi NonDiversity, Widya Teknika
Vol.18 No.1, 11/29/2020

Anwar, Al, Dkk Perancangan Jalur Gelombang


Mikro 13 Ghz Titik Ke Titik Area Prawoto –
Undaan Kudus, 11/29/2020

M. Ficky Duskarnaen ,Febri Nurfalah,2017 Analisis


Perancangan, Dan Implementasi Jaringan Wireles

Anda mungkin juga menyukai