Case Base Discussion Miliaria Fixed
Case Base Discussion Miliaria Fixed
Miliaria Impetigenisata
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat dalam Menempuh
Program Pendidikan Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin RISA
Disusun Oleh :
Dean Fathia Rahmi
30101407159
Pembimbing :
dr. Pasid Harlisa, Sp.KK
FAKULTAS KEDOKTERAN
SEMARANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : 30101407159
PENDAHULUAN
Miliaria merupakan penyakit atau kelainan benigna dan sering terjadi pada kondisi
panas serta kelembaban yang tinggi, serta kondisi yang menyebabkan keringat berlebihan.
Banyak kasus yang transien dan pasien biasanya mencari pengobatan hanya untuk mengobati
rasa gatal.
Tidak dikenal adanya predisposisi seksual maupun ras pada penyakit ini. Sering kali
terjadi pada neonatus dengan adanya riwayat panas, pemakaian selimut, atau pemakaian
pakaian yang tebal yang dianggap sebagai pencetus miliaria. Pada usia dewasa, sering
dihubungkan dengan imobilisasi atau olahraga berat. Beberapa studi menunjukkan orang
Asia menderita lebih sedikit miliaria daripada kulit putih.
1.2 Epidemiologi
Miliaria kristalina terjadi pada 4,5% neonatus dengan usia rata-rata 1 minggu, miliaria
rubra pada 4% neonatus dengan usia rata-rata 11-14 hari. Sebuah penelitian di Iran tahun
2006 menunjukkan terjadinya miliaria pada 1,3% bayi baru lahir. Secara global terjadi pada
daerah iklim tropis dan pada orang-orang yang pindah dari suatu daerah ke daerah yang lebih
panas dan lembab. 30% terjadi pada orang dewasa di iklim tropis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Miliaria adalah gangguan umum pada kelenjar ekrin yang sering terjadi pada kondisi
di mana terjadi peningkatan panas dan kelembaban. Miliaria disebabkan terjadinya sumbatan
dari bagian intraepidermal saluran keringat sehingga cairan kelenjar ekrin tertahan di dalam
epidermis atau dermis yang terjadi secara mendadak dan menyebar alami. Miliaria ditandai
dengan adanya papul vesikuler atau pustul yang bersifat milier dan gatal. Sinonim dari
penyakit ini adalah biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, prickle heat, sweating
fever, heat scaling, dermatitis hidrotica, hydroa, heat rash dan sweat blisters.
2.2 Etiologi
1. Immaturitas dari saluran ekrin : Neonatus dipikirkan mempunyai saluran ekrin yang
immatur yang memudahkan terjadinya ruptur ketika keringat keluar. Ruptur ini
mengakibatkan terjadinya miliaria.
2. Kurangnya penyesuaian diri terhadap iklim : Miliaria biasanya terjadi pada individu yang
pindah dari iklim tidak tetap ke iklim tropis. Kondisi ini biasanya berubah setelah
individu tinggal di kondisi panas dan lembab selama beberapa bulan.
3. Kondisi panas dan lembab : Iklim tropis, perawatan neonatus di inkubator, dan demam
mungkin dapat menyebabkan miliaria.
4. Latihan : Beberapa stimulus untuk berkeringat dapat menyebabkan miliaria.
5. Obat : Bethanecol, obat yang dapat menyebabkan keringat, isotretinoin, obat yang
menyebabkan diferensiasi folikel dilaporkan dapat menyebabkan miliaria.
6. Bakteri : Staphylococci berhubungan dengan miliaria, dan antibiotik dapat mencegah
miliaria.
7. Radiasi ultraviolet : Beberapa peneliti menemukan bahwa miliaria kristalina terjadi pada
kulit yang terekspos sinar ultraviolet.
2.3 Patogenesis
Keringat berlebih
1. Miliaria Kristalina
Disebabkan oleh terjadinya penyumbatan di lapisan paling atas epidermis yaitu di stratum
korneum khususnya antara dua lapisan sel tanduk.
2. Miliaria Rubra
Disebabkan oleh penyumbatan saluran keringat pada epidermis yang dalam
(acrosyringium) yaitu pada stratum spinosum sehingga keringat keluar dan masuk ke
dalam epidermis bagian bawah.
3. Miliaria Profunda
Disebabkan oleh penyumbatan pada bagian distal duktus atau pada dermal-epidermal
junction (papilla dermis).
4. Miliaria Pustulosa
Merupakan varian dari miliaria rubra yang mengalami respon inflamasi atau terjadi
infeksi sekunder atau setelah terjadi serangan berulang-ulang miliaria rubra.
1. Miliaria Kristalina
Miliaria kristalina terdiri dari vesikel transparan,
superficial, intrakorneal atau subkorneal dan
(7,9,12,15)
tidak meradang. . Vesikel tersebut
berukuran 1 – 2 mm dan mudah pecah ketika
(4,14)
tersentuh oleh tangan. . Sifat dari vesikelnya
asimptomatik dan biasanya diketahui secara
kebetulan pada waktu pemeriksaan fisik serta
(1,3,6,14)
sembuh dengan deskuamasi halus di bagian superfisial. . Pada bayi, lesi sering terjadi
pada kepala, leher, dan bagian atas badan. Sedangkan pada dewasa, lesi terjadi pada badan.
(1)
. Miliaria tipe ini dapat sembuh sendiri, cukup dengan menghindari panas, yang berlebihan,
(5,12)
mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian yang tipis, dan menyerap keringat. Selain itu,
juga terdapat varian dari tipe ini yang disebut miliaria kristalina alba yang kelihatan berwarna
perak akibat adanya korneosit pada lesi.
2. Miliaria Rubra
Penyakit ini lebih berat daripada miliaria
kristalina, terdapat pada badan dan tempat-
tempat tekanan atau gesekan pakaian. Miliaria
rubra meliputi lesi papul yang eritematous dan
papulovesikel berdiameter kurang lebih 1 – 4
mm disertai dengan makula eritem, gatal yang
luar biasa, serta sensasi seperti terbakar,
tertusuk atatu perasaan geli. Pada bayi lesi terjadi pada leher, dan aksilla. Sedangkan pada
dewasa, lesi terjadi pada daerah kulit yang tertutup di mana terjadi gesekan, area ini termasuk
leher, bagian atas badan, dan sela-sela tubuh. Terdapat juga pada muka dan area pergelangan,
tetapi minimal. Pada stadium akhir, anhidrosis terjadi pada kulit yang terkena.
3. Miliaria Profunda
Bentuk ini agak jarang kecuali pada daerah
tropis. . Miliaria profunda biasanya timbul
setelah miliaria rubra dengan ciri-ciri tidak gatal,
berwarna seperti daging, lebih dalam, dan papul
yang putih berukuran 1 – 3 mm. Asimptomatik
biasanya kurang dari 1 jam setelah kepanasan
yang berlebihan, dan terfokus pada ekstremitas.
Predileksi lain wajah, aksilla, tangan, dan kaki. Oklusi terdapat pada bagian atas dermis.
Pada kasus yang berat yang memungkinkan terjadinya pengaliran panas, hiperpireksia dan
takikardia dapat ditemukan.
4. Miliaria Pustulosa
Miliaria pustulosa selalu didahului oleh
beberapa dermatitis lainnya yang dihasilkan
oleh suatu luka, kerusakan atau sumbatan
saluran keringat. Pustulanya jelas, superficial,
dan terlepas dari folikel rambut. Pustula yang
gatal, paling sering pada daerah intertriginosa,
pada permukaan flekso ekstremitas, pada
skrotum, atau pada bagian belakang pasien yang terbaring di tempat tidur. walalupun miliaria
pustulosa dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit sembuh. Biasanya isi dari pustula
bersifat steril, akan tetapi mengandung coccus non patogenik.
Pemeriksaan Sitologik
3.1 Prognosis
Kebanyakan pasien dengan miliaria membaik dalam beberapa minggu setelah berada
dalam lingkungan yang sejuk.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Agama : Islam
No.RM : 0137xxx
B. ANAMNESIS
Alloanamnesa dilakukan di Poli Kulit RSISA pada tanggal 25 Februari 2019 pukul 10.00
Keluhan Utama
Keluhan Subjektif : Rasa gatal pada beberapa bagian tubuh terutama dipunggung.
oleh adanya benjolan berukuran +- 2cm dikepala, lalu pecah dan mengering.
Kemudian 4 hari setelahnya muncul bintil-bintil kecil pada kepala, lalu menyebar ke
leher dada punggung serta tangan kanan dan kiri berwarna kemerahan.
Kualitas : gatal terus menerus dan menganggu terutama saat anak berkeringat.
Kuantitas : bintil-bintil kecil muncul dibeberapa bagian tubuh dan menyebar ke
Faktor memperingan : sudah diberi salep dari dokter umum, keluhan sempat
atopik,makanan,obat-obatan) disangkal
Riwayat Kebiasaan
Pasien berusia 2 bulan 4 hari dengan kiasaan sehari-hari rutin dipakaikan gurita pada
Riwayat Alergi
C. PEMERIKSAAN FISIK
Suhu : 37ᵒC
RR : 30x / menit
BB : 4,1 kg
TB : 57 cm
Status Generalis
Status Dermatologi
UKK : papul eritem multiple, pada lipatan volar kanan terdapat vesikel yang telah
pecah koleret.
D. RESUME
Keluhan Subjektif : Rasa gatal pada beberapa bagian tubuh terutama dipunggung.
Pasien anak laki-laki berusia 2 bulan 4 hari datang ke poli kulit dan kelamin Rumah
Sakit Islam Sultan Agung bersama ibu dan ayah pasien pada tanggal 25 Februari 2019 pukul
10.00 WIB dengan keluhan bintil-bintil kecil berwarna kemerahan padat maupun berisi
cairan disertai gatal pada kepala, leher, dada, tangan kanan dan kiri terutama pada punggung
pasien. Keluhan dirasakan sejak kurang lebih 4 hari yang lalu, awal mulanya seminggu
sebelum timbul bintil-bintil kecil didahului oleh benjolan berukuran kurang lebih 2 cm di
kepala, lalu pecah dan mengering. Kemudian 4 hari yang lalu muncul bintil-bintil kecil pada
kepala, menyebar ke leher, dada, punggung dan kedua tangan kanan dan kiri. Saat malam hari
anak rewel sulit tidur, ibu pasien mengaku anak sering menggesek lesi menggunakan tangan
seperti menggaruk, setelah digaruk lesi menjadi pecah keluar air dan ada sisik berwarna putih
kekuningan yang halus, saat anak mulai banyak berkeringat lesi bertambah. Pasirn sudah
pernah diobati dan diberi salep oleh dokter umum, keluhan sempat berkurang, namun
E. DIAGNOSIS BANDING
Miliaria Impetigenisata
Folikulitis
Acne Infantile
Pemeriksaan sitologi
G. DIAGNOSIS KERJA
Miliaria Impetigenisata
H. TATALAKSANA
(Topikal)
s.2.d.d.
( Sistemik )
I. PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Ad sanam : Ad bonam
Ad kosmetika : Ad bonam
J. EDUKASI
Aspek klinis
Pemakaian cream hanya 2 x sehari, dioleskan tipis-tipis, jika telah di oles jangan di
Pagi-sore,setelah mandi , dan setiap saat anak tidak boleh diberikan bedak
Hentikan pemakaian gurita, hindari pemakaian baju / selimutberbahan tebal dan panas
Meminum obat sesuai dengan anjuran dokter & kontrol rutin 1 minggu sekali sesuai
dengan jadwal.
Aspek agama
Menjaga kebersihan & lingkungan, karena kebersihan adalah sebagian dari iman
Sabar, dan berdoa dalam menghadapi penyakit, karena sesungguhnya Allah SWT
a. Miliaria Kristalina
b. Miliaria Rubra
c. Miliaria Profunda
d. Miliaria Pustulosa
DAFTAR PUSTAKA
1. Levin, Nikki, A., MD., PhD. Miliaria. e-medicine. 2002. April 26 : Available from :
http://www.google.com. Accessed October 16, 2004.
2. Braun, O., Falco., Plewig. G., Wolff, H.H., Winkelmann, R.K. Disease of Eccrine Sweat
Glands. In : Dermatology, New York ; p. 752-3.
3. Moschella, Samuel L., Hurley, Harry J., The Eccrine Sweat Glands. In : Dermatology.
Volume 2. Third Edition. Philadelphia : W.B. Saunders Company ; 1992. p. 1526-29.
5. Natahusada, E.G., Miliaria. In : Djuanda, Adhi., Hamzah, Mochtar., Aisah, Siti., Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 3, Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2002. p. 254.
6. Amiruddin, Muh Dali, Miliaria pada Anak. In : Ilmu Penyakit Kulit. Makassar : Bagian
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK Unhas. 2003. p.404-8.
8. Lebwohl, Mark G., dkk.. Miliaria. In : Treatment of Skin Disease. New York.
Philadelphia. 2002. p. 293-5
9. Atherton, D.J., The Neonate. In : Champion, R.H., Burton, J.L., Burns, D.A., Breathnach,
S.M. Textbook of Dermatology. Volume 1. Edition 6. London : Blackwell Science. p.455.
10. Wagner, Annette, M., Hansen, Ronald, C. Neonatal Skin and Skin Disorders. Schachner,
Lawrence, A., Hansen, Ronald, C. In : Pediatric Dermatology. Volume 1. Edition 2. New
York : Churchill Livingstone. p.307.
12. Odom, Richard B., James, William., Berger, Timothy G. Dermatoses Resulting from
Physical Factors. In : Disease of The Skin. Edition 9. Philadelphia : W.B Saunders
Campany. 1993. p.23.
13. Silverman, Robert, Nail and Appendageal Abnormalities, Schachner, Lawrence, A.,
Hansen, Ronald, C. In : Pediatric Dermatology. Volume 1. Edition 2. New York :
Churchill Livingstone. p.644.
14. Haas, Norbert, Henz, Beate Maria, Weigel Heidrun, Congenital Miliaria Crystallina.
2002. November : Volume 47. Available from : http//www.eblue.org. Accesed Oktober
15, 2004
15. Goldmith, Lowell, Disorders of The Eccrine Sweat glands, Freedberg, Irwin M., Eisen,
Arthur Z., Wolff, Klans, Austen, K. Frank, Goldsmith, Lowell A., Katz, Spephen I. In :
Dermatology In General Medicine. Edition 6. Volume 1. New York : Mc Graw-Hill.
Medical Publishing Divition. p.705