Case Base Discussion Miliaria

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 34

CASE BASE DISCUSSION

Miliaria Impetigenisata

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat dalam Menempuh
Program Pendidikan Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin RISA

Disusun Oleh :
Dean Fathia Rahmi
30101407159

Pembimbing :
dr. Pasid Harlisa, Sp.KK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2019
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Dean Fathia Rahmi

NIM : 30101407159

Fakultas : Kedokteran Umum

Universitas : Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter

Bagian : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Judul Laporan : Miliaria Imptigenisata

Pembimbing : dr. Pasid Harlisa, Sp.KK

Semarang, 5 Februari 2018

Pembimbing Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

dr. Pasid Harlisa, Sp.KK


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Miliaria merupakan penyakit atau kelainan benigna dan sering terjadi pada kondisi
panas serta kelembaban yang tinggi, serta kondisi yang menyebabkan keringat berlebihan.
Banyak kasus yang transien dan pasien biasanya mencari pengobatan hanya untuk mengobati
rasa gatal.

Tidak dikenal adanya predisposisi seksual maupun ras pada penyakit ini. Sering kali
terjadi pada neonatus dengan adanya riwayat panas, pemakaian selimut, atau pemakaian
pakaian yang tebal yang dianggap sebagai pencetus miliaria. Pada usia dewasa, sering
dihubungkan dengan imobilisasi atau olahraga berat. Beberapa studi menunjukkan orang
Asia menderita lebih sedikit miliaria daripada kulit putih.

1.2 Epidemiologi
Miliaria kristalina terjadi pada 4,5% neonatus dengan usia rata-rata 1 minggu, miliaria
rubra pada 4% neonatus dengan usia rata-rata 11-14 hari. Sebuah penelitian di Iran tahun
2006 menunjukkan terjadinya miliaria pada 1,3% bayi baru lahir. Secara global terjadi pada
daerah iklim tropis dan pada orang-orang yang pindah dari suatu daerah ke daerah yang lebih
panas dan lembab. 30% terjadi pada orang dewasa di iklim tropis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Miliaria adalah gangguan umum pada kelenjar ekrin yang sering terjadi pada kondisi
di mana terjadi peningkatan panas dan kelembaban. Miliaria disebabkan terjadinya sumbatan
dari bagian intraepidermal saluran keringat sehingga cairan kelenjar ekrin tertahan di dalam
epidermis atau dermis yang terjadi secara mendadak dan menyebar alami. Miliaria ditandai
dengan adanya papul vesikuler atau pustul yang bersifat milier dan gatal. Sinonim dari
penyakit ini adalah biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, prickle heat, sweating
fever, heat scaling, dermatitis hidrotica, hydroa, heat rash dan sweat blisters.

2.2 Etiologi

1. Immaturitas dari saluran ekrin : Neonatus dipikirkan mempunyai saluran ekrin yang
immatur yang memudahkan terjadinya ruptur ketika keringat keluar. Ruptur ini
mengakibatkan terjadinya miliaria.
2. Kurangnya penyesuaian diri terhadap iklim : Miliaria biasanya terjadi pada individu yang
pindah dari iklim tidak tetap ke iklim tropis. Kondisi ini biasanya berubah setelah
individu tinggal di kondisi panas dan lembab selama beberapa bulan.
3. Kondisi panas dan lembab : Iklim tropis, perawatan neonatus di inkubator, dan demam
mungkin dapat menyebabkan miliaria.
4. Latihan : Beberapa stimulus untuk berkeringat dapat menyebabkan miliaria.
5. Obat : Bethanecol, obat yang dapat menyebabkan keringat, isotretinoin, obat yang
menyebabkan diferensiasi folikel dilaporkan dapat menyebabkan miliaria.
6. Bakteri : Staphylococci berhubungan dengan miliaria, dan antibiotik dapat mencegah
miliaria.
7. Radiasi ultraviolet : Beberapa peneliti menemukan bahwa miliaria kristalina terjadi pada
kulit yang terekspos sinar ultraviolet.
2.3 Patogenesis

Panas, lembab berlebihan

Keringat berlebih

Oklusi (pemblokan) permukaan kulit karena pakaian, perban, dll.

Keringat tertahan di stratum korneum

Duktus kelenjar keringat ekrin tersumbat

Jika persisten, akan terjadi kebocoran keringat di epidermis/dermis dari duktus

Miliaria kristalina Miliaria Rubra Miliaria Profunda

Kebocoran di S. korneum di subcorneal di papilla dermis


2.4 Klasifikasi

Ada 4 bentuk miliaria, antara lain :

1. Miliaria Kristalina
Disebabkan oleh terjadinya penyumbatan di lapisan paling atas epidermis yaitu di stratum
korneum khususnya antara dua lapisan sel tanduk.

2. Miliaria Rubra
Disebabkan oleh penyumbatan saluran keringat pada epidermis yang dalam
(acrosyringium) yaitu pada stratum spinosum sehingga keringat keluar dan masuk ke
dalam epidermis bagian bawah.

3. Miliaria Profunda
Disebabkan oleh penyumbatan pada bagian distal duktus atau pada dermal-epidermal
junction (papilla dermis).
4. Miliaria Pustulosa

Merupakan varian dari miliaria rubra yang mengalami respon inflamasi atau terjadi
infeksi sekunder atau setelah terjadi serangan berulang-ulang miliaria rubra.

2.5 Gambaran Klinis

1. Miliaria Kristalina
Miliaria kristalina terdiri dari vesikel transparan,
superficial, intrakorneal atau subkorneal dan
(7,9,12,15)
tidak meradang. . Vesikel tersebut
berukuran 1 – 2 mm dan mudah pecah ketika
(4,14)
tersentuh oleh tangan. . Sifat dari vesikelnya
asimptomatik dan biasanya diketahui secara
kebetulan pada waktu pemeriksaan fisik serta
(1,3,6,14)
sembuh dengan deskuamasi halus di bagian superfisial. . Pada bayi, lesi sering terjadi
pada kepala, leher, dan bagian atas badan. Sedangkan pada dewasa, lesi terjadi pada badan.
(1)
. Miliaria tipe ini dapat sembuh sendiri, cukup dengan menghindari panas, yang berlebihan,
(5,12)
mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian yang tipis, dan menyerap keringat. Selain itu,
juga terdapat varian dari tipe ini yang disebut miliaria kristalina alba yang kelihatan berwarna
perak akibat adanya korneosit pada lesi.

2. Miliaria Rubra
Penyakit ini lebih berat daripada miliaria
kristalina, terdapat pada badan dan tempat-
tempat tekanan atau gesekan pakaian. Miliaria
rubra meliputi lesi papul yang eritematous dan
papulovesikel berdiameter kurang lebih 1 – 4
mm disertai dengan makula eritem, gatal yang
luar biasa, serta sensasi seperti terbakar,
tertusuk atatu perasaan geli. Pada bayi lesi terjadi pada leher, dan aksilla. Sedangkan pada
dewasa, lesi terjadi pada daerah kulit yang tertutup di mana terjadi gesekan, area ini termasuk
leher, bagian atas badan, dan sela-sela tubuh. Terdapat juga pada muka dan area pergelangan,
tetapi minimal. Pada stadium akhir, anhidrosis terjadi pada kulit yang terkena.
3. Miliaria Profunda
Bentuk ini agak jarang kecuali pada daerah
tropis. . Miliaria profunda biasanya timbul
setelah miliaria rubra dengan ciri-ciri tidak gatal,
berwarna seperti daging, lebih dalam, dan papul
yang putih berukuran 1 – 3 mm. Asimptomatik
biasanya kurang dari 1 jam setelah kepanasan
yang berlebihan, dan terfokus pada ekstremitas.
Predileksi lain wajah, aksilla, tangan, dan kaki. Oklusi terdapat pada bagian atas dermis.
Pada kasus yang berat yang memungkinkan terjadinya pengaliran panas, hiperpireksia dan
takikardia dapat ditemukan.

4. Miliaria Pustulosa
Miliaria pustulosa selalu didahului oleh
beberapa dermatitis lainnya yang dihasilkan
oleh suatu luka, kerusakan atau sumbatan
saluran keringat. Pustulanya jelas, superficial,
dan terlepas dari folikel rambut. Pustula yang
gatal, paling sering pada daerah intertriginosa,
pada permukaan flekso ekstremitas, pada
skrotum, atau pada bagian belakang pasien yang terbaring di tempat tidur. walalupun miliaria
pustulosa dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit sembuh. Biasanya isi dari pustula
bersifat steril, akan tetapi mengandung coccus non patogenik.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Miliaria mempunyai banyak perbedaan secara klinis, oleh karena itu, beberapa tes
laboratorium cukup diperlukan.

 Pemeriksaan Sitologik

Pada miliaria kristalina, pemeriksaan sitologik untuk kandungan vesikel tidak


didapatkan sel-sel radang atau sel giant multinukleat (seperti yang terdapat pada vesikel dari
penyakit herpes).
Pada miliaria pustulosa, pemeriksaan sitologik memperlihatkan adanya kandungan dari sel-
sel radang dan coccus gram positif. Tidak seperti eritema toksik neonatorum, eosinofil tidak
terlalu menonjol pada miliaria pustulosa.
 Tes Pewarnaan Gram
Kultur dari lesi kulit atau pewarnaan gram merupakan cara cepat yang digunakan
untuk melihat adanya bakteri dalam sampel jaringan dan untuk menggolongkan
bakteri tersebut sebagai Gram-positif atau Gram-Negatif berdasarkan sifat-sifat kimia
dan fisik dinding sel. Pewarnaan gram hampir selalu digunakan sebagai langkah awal
dalam mendiagnosis infeksi bakteri.
 Pemeriksaan Histopatologi
 Pada miliaria kristalina, terdapat vesikel intrakorneal atau subkorneal
yang berhubungan dengan saluran keringat dan sumbatan keratin. (6)
 Pada miliaria rubra, vesikel spongiotik terdapat di dalam stratum
spinosum, di bawah sumbatan keratin dan infiltrat radang kronis
terdapat di sekitarnya dan di dalam vesikel serta mengelilingi dermis,
infiltrasi limfositik perivaskuler dan vasodilatasi terlihat pada dermis
superfisial. Dengan perwarnaan khusus dapat terlihat coccus gram
positif di bawah dan di dalam sumbatan keratin. Pada saluran keringat
intraepidermal diisi dengan substansi amorf yang Periodic Acid Schiff
(PAS) positif dan diastase resistant.
 Pada miliaria profunda, terlihat sumbatan pada daerah taut
dermoepidermal dan pecahnya saluran keringat pada dermis bagian
atas dan juga adanya edema intraseluler periduktal pada epidermis
(spongiosis) serta infiltrat radang kronis (6)
 Pada miliaria pustulosa, terdapat campuran infiltrat dengan sel-sel
mononuklear dan lekosit polimorfonuklear dan sumbatan ekrin pada
taut dermoepidermal dengan gangguan pada sistem ekrin dermal.
 Pada acne infantil memperlihatkan gambaran sebukan sel radang
disekitar folikel pilosebacea dengan masa sebum didalam folikel.
2.7 Diagnosis
I. Anamnesis
Dari alloanamnesis pasien miliaria biasanya mengeluh adanya bintil-bintil kemerahan
yang menonjol pada kulit, dengan ukuran yang bervariasi, kadang-kadang menimbulkan rasa
gatal-gatal.

II. Pemeriksaan Dermatologi :


o Lokalisasi : dapat terjadi pada anggota badan dan bagian tubuh lain seperti
wajah, leher, kulit kepala, dan badan.
o Efloresensi :
 Miliaria kristalina : tampak vesikel diameter <1mm, tidak ada
peradangan di sekitarnya.
 Miliaria rubra (bentuk klinis tersering) : macula eritematosa miliar
dengan vesikel-vesikel diatasnya. Dapat pula timbul papula diatas
macula tersebut. Jika yang timbul adalah pustul, dinamakan M.
pustulosa.
 Miliaria profunda : papula-papula ukuran 1-3mm.

2.8 Diagnosis Banding


1. Miliaria Impetigenisata : miliaria dengan infeksi sekunder
2. Folikulitis : peradangan pada folikel rambut yang
disebabkan oleh Staphylococcus Aureus.
Berupa papul tau pustul eritem ditengahnya
terdapat rambut, biasanya multiple.
3. Eritema Toksikum Neonatorum : erupsi kulit primer bersifat self-limited terjadi
pada bayi baru lahir hingga umur 28 hari.
Berupa makula eritem, papul, vesikel,
predileksi pada wajah, lengan, dan kaki.
4. Acne Infantile : Jerawat yang timbul pada bayi dan anak-anak.
Pada usia 3-12 bulan, menghilang setelah 4-5
tahun. Dan dapat muncul kembali diusia
remaja.
2.9 Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan pada miliaria adalah menghilangkan gejala dan mencegah


terjadinya hiperpireksia dan gejala heat exhaustion. Dengan demikian, harus menghindari
hal-hal yang menyebabkan tersumbatnya muara kelenjar keringatekrin. Misalnya, mengontrol
panas dan kelembaban serta pembatasan aktivitas terutama pada udara panas sehingga tidak
merangsang keluarnya keringat, regular showering, memakai pakaian yang lnggar, atau
pakaian tipis yang menyerap keringat, berada dilingkungan yang dingin agar tidak timbul
keringat yang berlebihan, dan hindari pemakaian obat topikal dengan heavy cream atau
powder. Dapat diberi losio yang mengandung kalamin, asam borat,atau mentol. Pada
neonatus, dianjurkan memakai superabsorbent disposable diaper yang mengandung gel
absorbsen.
Untuk miliaria kristalina, tidak perlu diberikan pengobatan. Hal ini disebabkan
kondisi itu asimptomatik dan dapat bsembuh sendiri. Untuk miliaria rubra, dapat diberikan
krim atau losio klorheksidin dengan atau tanpa asidum salisikum 1% 3x sehari. Untuk kasus
dengan gatal berat, diberikan topikal kortikosteroid (betametason 0,1% 2x sehari selama 3
hari). Cold packs, dan antihistamin. Kasus dengan infeksi dapat diberikan antibiotik topikal
atau sistemik untuk stafilokokus. Untuk miliaria profunda, dapat diberikan anhidrous lanolin
dan isotretinoin.

3.1 Prognosis

Kebanyakan pasien dengan miliaria membaik dalam beberapa minggu setelah berada
dalam lingkungan yang sejuk.
BAB III

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. AAR

Umur : 2 Bulan 4 hari

Alamat : Jl. Kematren RT/RW 02/04 Wonosari Ngaliyan, Semarang

Agama : Islam

No.RM : 0137xxx

Tanggal Pemeriksaan : 25 Februari 2019

B. ANAMNESIS

Alloanamnesa dilakukan di Poli Kulit RSISA pada tanggal 25 Februari 2019 pukul 10.00

hingga 10.15 WIB.

Keluhan Utama

 Keluhan Subjektif : Rasa gatal pada beberapa bagian tubuh terutama dipunggung.

 Keluhan Objektif : Bintil-bintil kemerahan pada punggung.

Riwayat Penyakit Sekarang

 Onset : Sejak kurang lebih 4 hari.

 Lokasi : kepala, leher, dada, punggung, tangan kanan dan kiri.

 Kronologi : kurang lebih seminggu sebelum munculnya bintil-bintil kecil didahuluai

oleh adanya benjolan berukuran +- 2cm dikepala, lalu pecah dan mengering.

Kemudian 4 hari setelahnya muncul bintil-bintil kecil pada kepala, lalu menyebar ke

leher dada punggung serta tangan kanan dan kiri berwarna kemerahan.

 Kualitas : gatal terus menerus dan menganggu terutama saat anak berkeringat.
 Kuantitas : bintil-bintil kecil muncul dibeberapa bagian tubuh dan menyebar ke

anggota tubuh lainnya.

 Faktor memperberat : saat berkeringat

 Faktor memperingan : sudah diberi salep dari dokter umum, keluhan sempat

berkurang namun kambuh kembali.

Riwayat Penyakit Dahulu

 Sebelumnya tidak pernah menderita penyakit serupa

Riwayat Penyakit Keluarga

 Riwayat penyakit serupa disangkal

 Riwayat alergi (astma, rhinitis alergi, conjungtivitis alergi,eksim/dermatitis

atopik,makanan,obat-obatan) disangkal

Riwayat Kebiasaan

 Pasien mandi sebanyak 2 kali sehari

 Pasien berusia 2 bulan 4 hari dengan kiasaan sehari-hari rutin dipakaikan gurita pada

dada dan perut pasien.

 Pasien sering mengeluarkan keringat dalam jumlah yang banyak

 Pasien mengkonsumsi ASI esklusif

Riwayat Alergi

 Riwayat alergi (astma, rhinitis alergi, conjungtivitis alergi,eksim/dermatitis

atopik,makanan,obat-obatan,) disangkal, riwayat kulit kering disangkal.

Riwayat Sosial Ekonomi

 Pasien berobat dengan biaya Umum

 Kesan ekonomi pasien cukup

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit ringan


Kesadaran : Komposmentis

Tekanan darah : Tidak dilakukan pemeriksaan

Nadi : 128 x/menit , reguker, isi dan tegangan cukup

Suhu : 37ᵒC

RR : 30x / menit

BB : 4,1 kg

TB : 57 cm

IMT : 12,81 kg/m 2(gizi baik)

Status Generalis

Kepala : Tidak dilakukan pemeriksaan

Mata : Tidak dilakukan pemeriksaan

Telinga : Tidak dilakukan pemeriksaan

Hidung : Tidak dilakukan pemeriksaan

Leher : Tidak dilakukan pemeriksaan

Thorax : Tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan

Genital : Tidak dilakukan pemeriksaan

Status Dermatologi

Lokasi I : kepala – leher

UKK : papul eritem dengan erosi


Lokasi II : dada – punggung

UKK : papul-vesikel eritem multiple, pustul, krusta , skuama halus

Lokasi III : tangan kanan & tangan kiri

UKK : papul eritem multiple, pada lipatan volar kanan terdapat vesikel yang telah

pecah  koleret.

D. RESUME

Nama : An. AAR

Umur : 2 Bulan 4 Hari

Jenis kelamin : laki- laki

 Keluhan Subjektif : Rasa gatal pada beberapa bagian tubuh terutama dipunggung.

 Keluhan Objektif : Bintil-bintil kemerahan pada punggung.

Pasien anak laki-laki berusia 2 bulan 4 hari datang ke poli kulit dan kelamin Rumah

Sakit Islam Sultan Agung bersama ibu dan ayah pasien pada tanggal 25 Februari 2019 pukul

10.00 WIB dengan keluhan bintil-bintil kecil berwarna kemerahan padat maupun berisi

cairan disertai gatal pada kepala, leher, dada, tangan kanan dan kiri terutama pada punggung

pasien. Keluhan dirasakan sejak kurang lebih 4 hari yang lalu, awal mulanya seminggu

sebelum timbul bintil-bintil kecil didahului oleh benjolan berukuran kurang lebih 2 cm di

kepala, lalu pecah dan mengering. Kemudian 4 hari yang lalu muncul bintil-bintil kecil pada
kepala, menyebar ke leher, dada, punggung dan kedua tangan kanan dan kiri. Saat malam hari

anak rewel sulit tidur, ibu pasien mengaku anak sering menggesek lesi menggunakan tangan

seperti menggaruk, setelah digaruk lesi menjadi pecah keluar air dan ada sisik berwarna putih

kekuningan yang halus, saat anak mulai banyak berkeringat lesi bertambah. Pasirn sudah

pernah diobati dan diberi salep oleh dokter umum, keluhan sempat berkurang, namun

kemudian kambuh kembali.

E. DIAGNOSIS BANDING

 Miliaria Impetigenisata

 Folikulitis

 Eritema Toksikum Neonatorum

 Acne Infantile

F. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Tes pewarnaan Gram

 Pemeriksaan sitologi

 Pemeriksaa histopatologi kulit

G. DIAGNOSIS KERJA

 Miliaria Impetigenisata

H. TATALAKSANA

(Topikal)

R/ Bactoderm 2 % cream 10g

Desolex 0,05 % cream 10g

m.f. ung da in pot

s.2.d.d.
( Sistemik )

R/ Cetirizine 10ml drop fl no. X

s.1.d.d. gtt drop I

I. PROGNOSIS

Ad vitam : Ad bonam

Ad sanam : Ad bonam

Ad kosmetika : Ad bonam

J. EDUKASI

Aspek klinis

 Pemakaian cream hanya 2 x sehari, dioleskan tipis-tipis, jika telah di oles jangan di

washlap / dibasuh kurang lebih 2 jam

 Obat sirup dalam bentuk tetes, ditetes 1 x sehari

 Pagi-sore,setelah mandi , dan setiap saat anak tidak boleh diberikan bedak

 Hentikan pemakaian gurita, hindari pemakaian baju / selimutberbahan tebal dan panas

 Meminum obat sesuai dengan anjuran dokter & kontrol rutin 1 minggu sekali sesuai

dengan jadwal.

Aspek agama

 Menjaga kebersihan & lingkungan, karena kebersihan adalah sebagian dari iman

 Sabar, dan berdoa dalam menghadapi penyakit, karena sesungguhnya Allah SWT

yang menyembuhkan segala penyakit.


BAB IV
PEMBAHASAN
Miliaria adalah gangguan umum pada kelenjar ekrin yang sering terjadi pada kondisi
di mana terjadi peningkatan panas dan kelembaban. Miliaria disebabkan karena
terjadinya sumbatan dari bagian intraepidermal saluran keringat sehingga cairan kelenjar
ekrin tertahan di dalam epidermis atau dermis yang terjadi secara mendadak.
Miliaria ditandai dengan adanya papul, vesikuler atau pustul yang bersifat milier dan
gatal.
Sinonim dari penyakit ini adalah biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, prickle
heat, sweating fever, heat scaling, dermatitis hidrotica, hydroa, heat rash dan sweat
blisters.
Ada 4 bentuk miliaria, antara lain :

a. Miliaria Kristalina
b. Miliaria Rubra
c. Miliaria Profunda
d. Miliaria Pustulosa
DAFTAR PUSTAKA

1. Levin, Nikki, A., MD., PhD. Miliaria. e-medicine. 2002. April 26 : Available from :
http://www.google.com. Accessed October 16, 2004.

2. Braun, O., Falco., Plewig. G., Wolff, H.H., Winkelmann, R.K. Disease of Eccrine Sweat
Glands. In : Dermatology, New York ; p. 752-3.

3. Moschella, Samuel L., Hurley, Harry J., The Eccrine Sweat Glands. In : Dermatology.
Volume 2. Third Edition. Philadelphia : W.B. Saunders Company ; 1992. p. 1526-29.

4. Ali, Amir. Miliaria. TelMedPak. 2004. October 12 : http://www.google.com. Accessed


October 16, 2004.

5. Natahusada, E.G., Miliaria. In : Djuanda, Adhi., Hamzah, Mochtar., Aisah, Siti., Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 3, Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2002. p. 254.

6. Amiruddin, Muh Dali, Miliaria pada Anak. In : Ilmu Penyakit Kulit. Makassar : Bagian
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK Unhas. 2003. p.404-8.

7. Andrew, Dean. Miliaria. Merck. 2004. October 5 : http://www.google.com. Accessed


October 16, 2004.

8. Lebwohl, Mark G., dkk.. Miliaria. In : Treatment of Skin Disease. New York.
Philadelphia. 2002. p. 293-5

9. Atherton, D.J., The Neonate. In : Champion, R.H., Burton, J.L., Burns, D.A., Breathnach,
S.M. Textbook of Dermatology. Volume 1. Edition 6. London : Blackwell Science. p.455.
10. Wagner, Annette, M., Hansen, Ronald, C. Neonatal Skin and Skin Disorders. Schachner,
Lawrence, A., Hansen, Ronald, C. In : Pediatric Dermatology. Volume 1. Edition 2. New
York : Churchill Livingstone. p.307.

11. Greene, Alan, M.D. Miliaria. 2002. August 31 : http://www.google.com. Accessed


October 16, 2004.

12. Odom, Richard B., James, William., Berger, Timothy G. Dermatoses Resulting from
Physical Factors. In : Disease of The Skin. Edition 9. Philadelphia : W.B Saunders
Campany. 1993. p.23.

13. Silverman, Robert, Nail and Appendageal Abnormalities, Schachner, Lawrence, A.,
Hansen, Ronald, C. In : Pediatric Dermatology. Volume 1. Edition 2. New York :
Churchill Livingstone. p.644.

14. Haas, Norbert, Henz, Beate Maria, Weigel Heidrun, Congenital Miliaria Crystallina.
2002. November : Volume 47. Available from : http//www.eblue.org. Accesed Oktober
15, 2004

15. Goldmith, Lowell, Disorders of The Eccrine Sweat glands, Freedberg, Irwin M., Eisen,
Arthur Z., Wolff, Klans, Austen, K. Frank, Goldsmith, Lowell A., Katz, Spephen I. In :
Dermatology In General Medicine. Edition 6. Volume 1. New York : Mc Graw-Hill.
Medical Publishing Divition. p.705

Anda mungkin juga menyukai