Anda di halaman 1dari 2

- Ringkasan :

Seorang keturunan Jawa, Minke, yang sering diperolok-olok oleh kaum totok belanda
karena kulitnya, karena pribumi! Pram memberikan karakter minke sebagai manusia
pribumi yang terpelajar, melawan penindasan terhadap dirinya, terhadap orang lain dan
terhadap bangsanya. Minke bersekolah di H.B.S (Hogere Burger School)yaitu sekolah yang
setara SMA yang tidak semua pribumi bisa bersekolah sampai sejauh itu, hanya keturunan
minimal ningrat yang boleh bersekolah. Minke merupakan anak dari bupati kota B
(disebutkan dalam novelnya seperti itu, mungkin maksud Pram adalah Blora karena
menceritakan tentang RM. TAS) karena itulah dia dapat bersekolah di H.B.S. Tetapi hidup
ditengah-tengah pergaulan eropa menjadikan pandangan minke menjadi pengagung eropa,
dia melupakan tradisi dan adat jawanya, tradisi yang ada dari nenek moyangnya hilang
begitu saja karena pengetahuan eropanya bahkan ia tidak mau memakai baju adat jawa
karena sudah terbiasa dengan pakaian-pakaian eropanya.

       Hal tersebut sempat membuat geram ayahnya yang merupakan Bupati B akan tetapi
sang ibunda lah yang terus mendukung anaknya minke agar melaksanakan apa yang ia cita-
citakan, disini minke mengalami pencarian jati dirinya, seorang pribumi tapi pengagung
eropa. Adalah Robert Surhof teman sekaligus akan menjadi lawan, teman yang memiliki niat
picik, serakah dan ingin mendapatkan apapun yang dia inginkan meskipun melakukan
dengan cara-cara kotor. Suatu hari Robert Surhof mengajak minke berkunjung ke
Wonokromo, sebuah perkebunan tebu dan perusahaan perdagangan, peternakan milik Nyai
Ontosoroh (Nyai adalah sebutan bagi gundik-gundik kompeni). Perkebunan yang begitu luas
dengan rumah yang bagai istana, selain perkebunan Nyai memelihara ternak karena
pelataran nya sangatlah luas. Pertemuan kali pertama Minke dengan Annelies (putri dari
Nyai Ontosoroh) menjadi poin penting dalam novel ini. Kisah Cinta pada pandangan
pertama digambarkan oleh Pram begitu romantis. Annelies dideskripsikan oleh Pram
sebagai Gadis indo-Belanda yang memiliki paras sangat cantik, bertubuh langsing, beramput
pirang dan lurus, dikatakan bahwa kecantikannya melebihi Ratu Wilhemnia (Ratu belanda),
mungkin akan membuat pembacanya jatuh cinta pada sosok Annelies. Walaupun taraf
pendidikan Annelies tidak sampai H.B.S akan tetapi dia memiliki pesona luar biasa lainnya,
yaitu di usianya yang masih dikatakan belia dia mampu mengurusi perkebunan dan
peternakan dan membantu ibunya menjalankan perusahaan, karena ayahnya,Mellema,
kelakuannya berubah 180 derajat yang dikatakan akibat pengaruh hobinya pelesiran dan
mabuk-mabukan pada saat itu. Semenjak pertemuan pertama minke dan annelies sekiranya
telah menimbulkan benih cinta dikeduanya, Minke yang terpandang terpelajar dan pintar
dalam berbahasa belanda serta prancis membuat Nyai Ontosoroh kagum dan tak ragu
menyetujui jika mereka berhubungan. Namun masalah lain timbul, Robert Surhof yang
ternyata temannya memang mengincar annelies sejak lama, Robert berteman lama dengan
kakak kandung annelies, Robert Mellema, tentunya surhof memandang annelies secara
nafsu. Berbagai siasat ditempuh surhof untuk menjauhkan minke dari annelies. Suatu hari
Annelies jatuh sakit karena memikirkan sang pangerannya, Minke, karena minke pernah
berjanji kepada annelies pada kunjungan yang pertamanya bahwa dia akan menemuinya lagi
beberap hari kedepan, namun sudah berminggu-minggu minke tidak berkunjung ke
kediaman Nyai Ontosoroh.

       Akhirnya karena melihat anaknya sakit, Nyai menyuruh salah seorang pekerjanya untuk
mengirimkan surat kepada minke serta menjemput minke untuk bersedia tinggal di
kediamannya. Begitu besar kisah cinta yang digambarkan antar Minke dan Annelies
sehingga akhirnya mereka menikah walaupun banyak pertentangan dari orang tua Minke
yang tidak menyetujui ia menikah dengan seorang keturunan Belanda. Namun yang
menarik, Pram menyajikan novel selalu diluar dugaan, ketika kondisi pembaca tengah asik
dan memiliki perasaan senang tiba-tiba pram membalikan kondisi tersebut menjadi terbalik.
Kisah cinta antara Minke dan Annelies mengalami sesuatu yang sangat memilukan, yaitu
karena Annelies anak dari seorang Gundik yang bernama Nyai Ontosoroh, akibatnya
perkawinan antara Nyai Ontosoroh dengan Robert Mellema tidak diakui pengadilan tinggi
belanda.

         Begitupun dengan pernikahan Minke dan Annelies tidak di akui pengadilan belanda
karena tidak ada ijin orangtua sah dari annelies, hak asuh annelies diberikan kepada ibu
tirinya di Belanda. Dan Akhirnya secara terpaksa Annelies harus angkat kaki dari dan pergi
ke Belanda. Mendengar kabar tersebut Anneies kembali jatuh sakit dan selama berhari—hari
dia tidak makan dan tidak bicara, kekecewaan yang mendalam dirasakan annelies, dia akan
kehilangan cintanya, ibunya dan semua kenangan-kenangan dari masa kecilnya. Sementara
Minke dan Nyai Ontosoroh tidak tinggal diam melawan ketidakadilan pengadilan putih
belanda, minke dengan kepiawannya menulis pengaduan diberbagai media cetak telah
menyalakan api para pembacanya, pendukung Minke tidak hanya sekedar kerabat-
kerabatnya, kini seluruh masyarakat di wonokromo dan Madura ikut protes terhadap
ketidakadlilan belanda. Namun apalah yang bisa dilakukan oleh seorang Pribumi terhadap
pengadilan tinggi, semuanya tidak ada hasil. Annelies harus pergi ke Belanda dan terpisah
dari pangerannya Minke. Hal tersebut merubah semua pemikiran minke yang semula
pengagum belanda kini dia merasakan ketidakadilan, penjajahan, diskriminasi belanda
terhadap pribumi.

- Nilai-nilai :
 Nilai sosial :
nilai mengenai harkat dan martabat manusia. Manusia merupakan makhluk tertinggi di
antara makhluk ciptaan Tuhan.
 Nilai moral
 Nilai budaya :
nilai tentang keikhlasan, kesederhanaan, saling menghormati, keselarasan dengan alam
semesta, dan kesabaran.

NAMA : AVRELL NABIHA DECHA

KELAS : XII IPA 3

ABSEN : 7

Anda mungkin juga menyukai