Anda di halaman 1dari 28

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas


berkat karunia-Nya, “Pedoman Pendistribusian Vaksin
COVID-19” dapat diselesaikan.

Badan POM selaku Regulatory Authority di bidang obat dan


makanan mempunyai peranan penting dalam mengawal
integritas, keamanan dan mutu rantai suplai obat, termasuk
vaksin. Sesuai dengan tugas dan fungsinya, Badan POM
secara konsisten. melakukan pengawasan terhadap
Penerapan Standar Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)
dalam rangka menjamin obat tetap memenuhi syarat sepanjang
jalur distribusi sejak obat di produksi oleh Industri Farmasi atau
di impor oleh Importir Farmasi.

Kegiatan distribusi obat termasuk vaksin di lakukan oleh


Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan Instalasi Farmasi
Pemerintah. Menimbang pentingnya penerapan CDOB agar
dilaksanakan secara komprehensif oleh PBF, mulai tahun 2017
Sertifikasi CDOB menjadi suatu kewajiban bagi PBF, dengan
diundangkannya Peraturan Kepala Badan POM Nomor 25
Tahun 2017 dan selanjutnya dikuatkan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik, yang
mengamanatkan Sertifikasi CDOB merupakan izin operasional
yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha di bidang distribusi
obat, termasuk vaksin. Pedagang Besar Farmasi yang akan
menyalurkan vaksin harus memiliki Sertifikat CDOB Produk
Rantai Dingin/Cold Chain Product-CCP. Sampai dengan
tanggal 4 Agustus 2020, distribusi vaksin di Indonesia di dukung
oleh sekitar 600 PBF Sertifikasi CDOB Produk Rantai
Dingin/Cold Chain Product-CCP dan Instalasi Farmasi
Pemerintah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
ii

Seluruh pihak yang terlibat dalam pengelolaan Produk Rantai


Dingin/Cold Chain Product-CCP, baik sektor swasta maupun
pemerintah, perlu memahami proses pendistribusian Produk
Rantai Dingin/Cold Chain Product-CCP termasuk vaksin. Kami
berharap dengan disusunnya Pedoman Pendistribusian
Vaksin COVID-19 ini akan memberikan manfaat dalam rangka
meningkatkan jaminan keamanan dan mutu distribusi vaksin
demi terwujudnya kesehatan masyarakat Indonesia.

Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam


penyusunan pedoman ini, kami sampaikan terima kasih.

“Badan POM Mendampingi Masyarakat dalam Memperoleh


Vaksin yang Aman dan Bermutu”

Jakarta, Agustus 2020


Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia

Dr. Penny K. Lukito, MCP


iii

TIM PENYUSUN

Pengarah : Dr. Penny K. Lukito, MCP


Penanggung Jawab : Dra. Rita Endang, Apt., M.Kes.
Ketua : Dra. Ratna Irawati, Apt., M.Kes.
Anggota :
1. Wardhono Tirtosudarmo, S,Si., Apt.
2. Dra. Lela Amelia, Apt., M.Epid.
3. Mimin Jiwo Winanti, S.Si., Apt
4. Suci Yunita Sari, S.Farm., Apt.
5. Amatul Syukra Tampubolon, S.Si., Apt.
6. Diamayasa Putri, S.Farm., Apt.
7. Afrizal, S.Farm., Apt.
8. Tuti Indriyawati, S.Si., Apt.
9. Nuki Zulian Hidayatullah, S.Farm., Apt.
10. Thohir Perdana Putra, S.Farm., Apt.
11. Polanda Angelia, S.Farm., Apt.
12. Theresia Ratna Prasetyaningtyas, S. Farm., Apt.
13. Tim Sekretariat Direktorat Pengawasan Distribusi dan
Pelayanan Obat dan NPP
iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................... i


TIM PENYUSUN .......................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................. iv
PEDOMAN PENDISTRIBUSIAN VAKSIN COVID-19 .................. 1
A. LATAR BELAKANG .............................................................. 1
B. DASAR HUKUM ................................................................... 2
C. PENGELOLAAN VAKSIN DI FASILITAS DISTRIBUSI ........ 4
D. PELAYANAN SERTIFIKASI CDOB ...................................... 9
E. PENGELOLAAN VAKSIN DI FASILITAS PELAYANAN
KEFARMASIAN .................................................................... 12
.
1

PEDOMAN PENDISTRIBUSIAN VAKSIN COVID-19

A. LATAR BELAKANG

Vaksin merupakan produk rantai dingin/cold chain product


yang sensitif terhadap perubahan suhu, sehingga untuk
menjaga mutu dan stabilitasnya perlu dilakukan upaya dan
kontrol yang ketat selama di jalur distribusi (penyimpanan
dan transportasi) agar vaksin tetap berada pada kondisi
yang dipersyaratkan sampai kemudian digunakan oleh
end-user (pasien). Ketidakmampuan dalam menjaga
kondisi penyimpanan vaksin dapat berdampak pada
kerusakan mutu dan stabilitas yang menyebabkan vaksin
kehilangan potensinya, bahkan dapat berisiko terhadap
kesehatan penggunanya.

Dalam mengupayakan jaminan terhadap mutu dan


stabilitas vaksin, Badan POM telah menerbitkan regulasi
yang didalamnya mengatur terkait pendistribusian vaksin,
yaitu:
1. Di fasilitas distribusi, Badan POM menerbitkan
Peraturan Badan POM tentang Pedoman Teknis Cara
Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan mewajibkan
sarana distribusi yang mengelola vaksin untuk
melakukan Sertifikasi CDOB Produk Rantai Dingin.
2. Di fasilitas pelayanan kefarmasian, Badan POM
menerbitkan Peraturan Badan POM tentang
2

Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat,


Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi di
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian.

Meskipun telah diregulasi dan distandardisasi, hasil


pengawasan Badan POM menunjukkan bahwa masih ada
fasilitas distribusi dan fasilitas pelayanan kefarmasian yang
belum secara penuh mematuhi ketentuan pendistribusian
vaksin. Berdasarkan hasil evaluasi, hal tersebut diduga
disebabkan belum optimalnya pemahaman fasilitas
distribusi dan fasilitas pelayanan kefarmasian terhadap
regulasi yang berlaku. Maka dari itu, untuk memudahkan
fasilitas distribusi dan fasilitas pelayanan kefarmasian
dalam memahami ketentuan pendistribusian vaksin, Badan
POM menyusun pedoman ini yang secara spesifik dan
komprehensif membahas terkait ketentuan pendistribusian
vaksin di Indonesia.

B. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2017 tentang
Tarif PNBP yang berlaku di Badan POM
3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara
Elektronik
3

4. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang


Badan Pengawas Obat dan Makanan
5. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor 25 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Sertifikasi Cara Distribusi Obat yang Baik
6. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 26 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan
7. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 4 Tahun 2018 tentang Pengawasan
Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian
8. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi secara Elektronik Sektor Obat
dan Makanan
9. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pedoman Teknis Cara
Distribusi Obat yang Baik sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor 6 Tahun 2020
4

C. PENGELOLAAN VAKSIN DI FASILITAS DISTRIBUSI

Pendistribusian obat/bahan obat termasuk juga vaksin


harus memenuhi persyaratan khusus dibandingkan
pendistribusian sediaan farmasi lainnya. Salah satu
persyaratan dalam pendistribusian vaksin adalah bahwa
perusahaan yang mendistribusikan harus memiliki izin
sebagai Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang diterbitkan
oleh Kementerian Kesehatan dan memiliki Sertifikat CDOB
yang diterbitkan oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan.

Berdasarkan Peraturan Badan POM Nomor 9 Tahun 2019


sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Badan POM
Nomor 6 Tahun 2020 diatur bahwa PBF dalam
menyelenggarakan pengadaan, penyimpanan dan
penyaluran obat dan/atau bahan obat wajib menerapkan
Pedoman Teknis CDOB. Hal ini sebagai pelaksanaan dari
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian, yang mengatur bahwa
penyelenggaraan pekerjaan kefarmasian di bidang
distribusi atau penyaluran sediaan farmasi dalam hal ini
obat/bahan obat harus memenuhi ketentuan CDOB yang
bertujuan untuk memastikan mutu sepanjang jalur
distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan
penggunaannya.
5

Terdapat 9 aspek CDOB yang harus dipenuhi oleh PBF


untuk menyalurkan obat dan/atau bahan obat, yaitu:
1. Manajemen mutu;
2. Organisasi, manajemenn dan personalia;
3. Bangunan dan peralatan;
4. Operasional;
5. Inspeksi diri;
6. Keluhan, obat dan / atau bahan obat kembalian,
diduga palsu dan penarikan kembali;
7. Tranportasi;
8. Fasilitas distribusi berdasarkan kontrak; dan
9. Dokumentasi.

Dalam hal pendistribusian khusus vaksin, maka selain


harus memenuhi 9 (sembilan) aspek CDOB tersebut, PBF
juga harus memenuhi ketentuan khusus produk rantai
dingin yang tercantum pada BAB XI Pedoman Teknis
CDOB.

Beberapa aspek kritis yang perlu diperhatikan dalam


pengelolaan vaksin di PBF menurut BAB XI Pedoman
Teknis CDOB adalah sebagai berikut:

1. Personil
Seluruh personil yang terlibat dalam penanganan
vaksin (seperti: petugas gudang, petugas keamanan
dan pengantar barang) harus mendapatkan pelatihan
6

yang memadai, mencakup CDOB, prosedur,


pelaksanaan monitoring suhu dan dokumentasinya
serta respon terhadap kondisi force majeure.

2. Penerimaan
a. Pada saat penerimaan vaksin, penerima harus
melakukan pemeriksaan terhadap nama produk,
jumlah produk, kondisi fisik, nomor bets, tanggal
kedaluwarsa, pemantauan suhu dan/atau Vaccine
Vial Monitor (VVM).
b. Apabila pada saat penerimaan diketahui adanya
penyimpangan suhu, maka vaksin tetap disimpan
pada tempat dengan suhu yang dipersyaratkan,
namun segera melaporkan penyimpangan
tersebut kepada pengirim produk untuk dilakukan
penyelidikan dengan membuat berita acara.

3. Penyimpanan
a. Vaksin harus dipastikan disimpan dalam ruangan
dengan suhu terjaga, cold room/chiller (+2° s/d
+8°C), freezer room/freezer (-25° s/d -15°C). Suhu
minimal dimonitor 3 (tiga) kali sehari setiap pagi,
siang dan sore menggunakan thermometer yang
terkalibrasi serta harus didokumentasikan.
b. Tempat penyimpanan vaksin harus dilengkapi
dengan generator otomatis atau generator manual
yang dijaga oleh personil khusus selama 24 jam.
7

4. Pengiriman
a. Validasi proses pengiriman perlu dilakukan untuk
memastikan suhu pengiriman tidak menyimpang
dari yang dipersyaratkan.
b. Pengiriman vaksin harus menggunakan kontainer
yang sudah tervalidasi atau vaccine carrier yang
memenuhi standar pengiriman vaksin yang
mampu mempertahankan suhu vaksin sesuai
dengan persyaratan penyimpanan.
c. Harus tersedia prosedur yang mengatur terkait:
1) Penanganan vaksin (penerimaan,
penyimpanan, pengemasan dan pengiriman);
2) Contingency Plan pengelolaan vaksin untuk
keadaan force majeure (misal: mati listrik);
3) Pelaksanaan kualifikasi dan perawatan
tempat penyimpanan vaksin secara berkala;
dan
4) Pelaksanaan kalibrasi termometer secara
berkala (sekurang-kurangnya sekali dalam
setahun).

5. Penanganan Vaksin Jika Sumber Listrik Padam


(Contingency Plan)
a. Harus tersedia generator yang berfungsi otomatis
menyala jika listrik padam, atau ada petugas
8

khusus yang bertugas 24 jam untuk


menghidupkan generator jika tidak otomatis.
b. Harus tersedia langkah-langkah jika generator
tidak berfungsi dengan baik, sebagai berikut:
1) Jangan membuka pintu chiller/freezer/cold
room/freezer room;
2) Periksa termometer, pastikan bahwa suhu
masih di antara +2°C s/d +8°C untuk
chiller/cold room atau ≥ -15°C untuk
freezer/freezer room;
3) Jika suhu chiller/cold room mendekati +8°C,
masukkan icepack/coolpack (+2°C s/d +8°C)
secukupnya;
4) Jika suhu freezer/freezer room mendekati -
15°C, masukkan icepack/coolpack (-20°C )
atau dry ice secukupnya; dan
5) Jika keadaan ini berlangsung lebih dari 1 hari,
maka vaksin harus dievakuasi ke tempat
penyimpanan yang sesuai dengan
persyaratan.

Daftar Pedagang Besar Farmasi yang telah memiliki


Sertifikat CDOB Produk Rantai Dingin/Cold Chain Product-
CCP dapat dilihat pada situs resmi Badan POM di subsite:
https://sertifikasicdob.pom.go.id/sertifikasicdobv2/sertifikat
gabungan.php.
9

D. PELAYANAN SERTIFIKASI CDOB

Untuk membuktikan penerapan Pedoman Teknis CDOB,


maka setiap PBF termasuk juga PBF yang baru berdiri
wajib memiliki Sertifikat CDOB. Tanpa Sertifikat CDOB,
PBF belum dapat melakukan kegiatan pendistribusian obat
dan/atau bahan obat termasuk vaksin. Proses
permohonan Sertifikasi CODB dilakukan secara elektronik
dimana pelaku usaha dapat mengakses subsite
http://sertifikasicdob.pom.go.id. Proses elektronisasi
dimulai dari pengajuan permohonan sampai dengan
penerbitan Sertifikat CDOB, sesuai alur berikut:
10

PEMOHON BADAN POM

menyampaikan komitmen
pemenuhan sertifikasi CDOB

pembayaran inspeksi
evaluasi pemenuhan komitmen PNBP

perlu
Y tambahan
data?

54 HK
menyampaikan tambahan data
komitmen pemenuhan sertifikasi T
CDOB 7 HK
(Obat COVID-19)

evaluasi
pemenuhan
komitmen

Disetujui
Sertifikat Y ?
CDOB
tanda tangan
elektronik

Notifikasi T
penolakan
11

Dalam mengajukan permohonan Sertifikat CDOB, pelaku


usaha harus melampirkan persyaratan dokumen teknis
dalam rangka pemenuhan komitmen. Dokumen teknis
permohonan Sertifikasi CDOB, berupa:
1. Sertifikat disitribusi farmasi/sertifkat distribusi cabang
farmasi/izin usaha PBF/PBF cabang;
2. Denah lokasi dan bangunan;
3. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA);
4. Daftar kategori produk yang (akan) didistribusikan;
5. Struktur organisasi;
6. Daftar personalia;
7. Daftar peralatan/perlengkapan;
8. Kebijakan mutu dan daftar SOP; dan
9. Dokumen inspeksi diri.

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2017


tentang Tarif PNBP yang berlaku di Badan POM,
permohonan Sertifikasi CDOB Produk Rantai Dingin/Cold
Chain Product-CCP dikenakan biaya sebesar Rp.
7.000.000,- (tujuh juta rupiah).

Untuk penyaluran obat COVID-19, fasilitas distribusi dapat


memperoleh Sertifikat CDOB dengan timeline 7 HK. Hal ini
merupakan percepatan dari pemberian Sertifikat CDOB
untuk non obat COVID-19 yaitu dengan timeline 54 HK.
12

E. PENGELOLAAN VAKSIN DI FASILITAS PELAYANAN


KEFARMASIAN

Dalam konteks pendistribusian vaksin, sarana yang


termasuk sebagai fasilitas pelayanan kefarmasian
(fasyanfar) adalah Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
Instalasi Farmasi Klinik dan Puskesmas. Sama halnya
dengan fasilitas distribusi, fasyanfar juga memiliki peranan
penting dalam menjaga mutu dan stabilitas vaksin sampai
digunakan oleh pasien serta mencegah masuknya vaksin
ilegal termasuk palsu. Dalam Peraturan Badan Pengawas
Obat dan Makanan Nomor 4 Tahun 2018 tentang
Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, terdapat beberapa aspek yang perlu di
perhatikan dalam mengelola vaksin:

1. Pengadaan
a. Pengadaan vaksin harus bersumber dari jalur
resmi untuk menjamin keabsahan dan mutunya.
b. Pengadaan vaksin oleh Apotek, Instalasi Farmasi
Rumah Sakit dan Instalasi Farmasi Klinik harus
bersumber dari Industri Farmasi atau Pedagang
Besar Farmasi yang memiliki Sertifikat CDOB
Produk Rantai Dingin/Cold Chain Product-CCP.
c. Selain dari Industri Farmasi atau Pedagang Besar
Farmasi yang memiliki Sertifikat CDOB Produk
13

Rantai Dingin/Cold Chain Product-CCP, untuk


Instalasi Farmasi Klinik Pemerintah atau Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Pemerintah, pengadaannya
dapat bersumber dari Instalasi Farmasi
Pemerintah.
d. Pengadaan vaksin oleh Puskesmas harus
bersumber dari Instalasi Farmasi Pemerintah
Daerah atau Pedagang Besar Farmasi yang
memiliki Sertifikat CDOB Produk Rantai
Dingin/Cold Chain Product-CCP.
e. Pengadaan vaksin dari Industri Farmasi atau
Pedagang Besar Farmasi menggunakan surat
pesanan, sedangkan pengadaan vaksin dari
Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah
menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO).
f. Arsip surat pesanan atau LPLPO harus disimpan
sekurang-kurangnya selama 5 (lima) tahun.

2. Penerimaan
a. Kegiatan penerimaan dilakukan untuk menjamin
kesesuaian vaksin yang diterima dengan vaksin
yang dipesan dalam hal nama dan bentuk
sediaan, kekuatan, jumlah dan memastikan mutu
vaksin tetap terjaga.
14

b. Penerimaan vaksin harus dilakukan oleh


penanggung jawab (apoteker) atau tenaga
kefarmasian yang ditunjuk oleh penanggung
jawab.
c. Khusus untuk Puskesmas, selain oleh
penanggung jawab, penerimaan vaksin juga dapat
dilakukan oleh tenaga kefarmasian, tenaga medis
atau tenaga kesehatan lain yang ditunjuk oleh
Kepala Puskesmas.
d. Pada saat penerimaan, fasyanfar harus
melakukan pemeriksaan:
1) Kondisi kemasan termasuk segel,
label/penandaan dalam keadaan baik;
2) Kesesuaian nama, bentuk, kekuatan sediaan,
isi kemasan antara arsip surat
pesanan/LPLPO dengan vaksin yang
diterima; dan
3) Kesesuaian antara fisik vaksin dengan faktur
pembelian/LPLPO dan/atau surat pengiriman
barang (SPB) yang meliputi:
a) Kebenaran nama produsen, nama
pemasok, nama vaksin, jumlah, bentuk,
kekuatan sediaan Obat, dan isi kemasan;
b) Nomor bets dan tanggal kedaluwarsa.
15

e. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan


penerimaan vaksin ditemukan ketidaksesuaian:
1) Nama, kekuatan sediaan, jumlah, kerusakan
kemasan, perubahan kondisi VVM dan/atau
perubahan fisik lainnya yang
mengindikasikan kerusakan pada vaksin,
maka vaksin harus segera dikembalikan
kepada pihak pemasok; atau
2) Nomor bets atau tanggal kedaluwarsa antara
fisik dengan faktur pembelian/LPLPO
dan/atau SPB, maka harus dibuat koreksi dan
dikonfirmasi ketidaksesuaian dimaksud
kepada pihak pemasok.

3. Penyimpanan
a. Kegiatan penyimpanan vaksin dilakukan untuk
mempertahankan mutu, khasiat dan
keamanannya selama berada di fasyanfar.
b. Penyimpanan vaksin harus dilakukan pada
kondisi yang dipersyaratkan sesuai dengan
rekomendasi dari produsen sebagaimana tertera
pada kemasan dan/atau label.
c. Vaksin dengan peryaratan penyimpanan suhu +2°
s/d +8°C disimpan minimal dalam chiller,
sedangkan vaksin dengan peryaratan
penyimpanan suhu -25° s/d -15°C disimpan dalam
16

freezer. Fasilitas penyimpanan tersebut dilengkapi


dengan generator otomatis atau generator manual
yang dapat dioperasikan selama 24 jam.
d. Penempatan vaksin tidak terlalu padat (jarak
antara produk sekitar 1-2 cm) sehingga sirkulasi
udara dapat dijaga.
e. Tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan
alat pemantau suhu yang dikalibrasi dan dilakukan
pencatatan pemantauan suhu berkala sebanyak 3
(tiga) kali sehari.
f. Penyimpanan vaksin harus dilengkapi dengan
pencatatan (kartu stok manual maupun elektronik)
serta dilakukan secara tertib dan akurat.
g. Dalam hal pada pengelolaan terjadi kerusakan
kemasan, kedaluwarsa, perubahan warna cairan,
perubahan kondisi VVM dan/atau perubahan fisik
lainnya yang mengindikasikan kerusakan pada
vaksin, maka penyimpanan vaksin
rusak/kedaluwarsa tersebut harus terpisah dari
vaksin yang masih layak guna dan diberi
penandaaan yang jelas serta dilengkapi dengan
pencatatan.

4. Penyerahan
a. Penanggung jawab fasyanfar wajib bertanggung
jawab terhadap penyerahan vaksin.
17

b. Vaksin tidak dapat diserahkan langsung kepada


pasien. Penyerahan dilakukan kepada dokter
penulis resep atau tenaga kesehatan yang
melakukan tindakan pemberian vaksin.
c. Pengiriman dari fasyanfar ke tempat tindakan
harus menggunakan wadah kedap (vaccine
carrier) yang dilengkapi dengan icepack/coolpack
sedemikian rupa sehingga dapat menjaga kondisi
yang dipersyaratkan selama pengiriman. Namun,
harus dipastikan bahwa vaksin tidak bersentuhan
langsung dengan icepack/coolpack dan harus
dilakukan pemeriksaan suhu di dalam vaccine
carrier sebelum dilakukan pengiriman dan pada
saat vaksin diterima.

5. Pengembalian
Pengembalian vaksin kepada pemasok harus
dilengkapi dengan dokumen serah terima yang sah
dan fotokopi arsip faktur pembelian, tercatat di kartu
stok dan seluruh dokumen pengembaliannya
terdokumentasi dengan baik dan mampu telusur.

6. Pemusnahan
a. Kegiatan pemusnahan dilaksanakan secara
memadai untuk menjamin vaksin yang rusak atau
tidak layak guna tidak dimanfaatkan kembali untuk
pengobatan.
18

b. Penanggung jawab fasyanfar wajib memastikan


kemasan termasuk label vaksin yang akan
dimusnahkan telah dirusak.
c. Pemusnahan dilaksanakan dengan
memperhatikan:
1) Tidak menimbulkan penurunan kesehatan
bagi manusia;
2) Tidak mencemari lingkungan; dan
3) Prosedur detil terkait pemusnahan vaksin di
fasyanfar dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Informasi Kontak:

Jika Anda memiliki pertanyaan


terkait pendistribusian vaksin,
silahkan hubungi kontak kami

(021) 42444691 ext. 1350

distribusi.onpp@pom.go.id
sertifikasicdob@pom.go.id

Jalan Percetakan Negara No. 23


Gedung E Lt. 4 dan 5
Direktorat Pengawasan Distribusi dan
Pelayanan ONPP

Anda mungkin juga menyukai