Anda di halaman 1dari 15

TINJAUAN PUSTAKA

Air

Air merupakan komponen abiotik yang memiliki pengaruh sangat besar


bagi seluruh makhluk hidup. Pengaruh makhluk hidup terhadap kualitas air juga
cukup besar terutama pengaruh manusia. Air yang memiliki kualitas rendah akan
mengakibatkan kondisi lingkungan yang menurun, sehingga kondisi kehidupan
manusia dan makhluk hidup lain akan terpengaruh (EFFENDI, 2003).
Air merupakan senyawa kimia yang terdiri dari atom H dan O. Sebuah
molekul air terdiri dari satu atom O yang berikatan kovalen dengan dua atom H.
Molekul air yang satu dengan molekul air lainnya bergabung dengan satu ikatan
hidrogen antara atom H dengan atom O dari molekul air yang lain (ACHMAD,
2004).
Air dapat dijumpai dalam tiga fasa, yaitu gas, padat, dan cair. Bentuk gas
terdapat di udara yang sumbernya dari penguapan air yang ada di darat dan di
laut. Bentuk cair terdapat di permukaan bumi dengan jumlah besar, mungkin
sebanyak 70% menutupi bumi. Air dalam bentuk padat terdapat sebagai salju
atau es. Ketiga fasa tersebut secara kimiawi air tidak berubah dan mempunyai
rumus kimia yang tetap, yaitu H2O (ALAERTS & SANTIKA, 1987).
Air yang diperoleh dari alam dapat dikatakan mengandung beberapa unsur
atau senyawa-senyawa pengotor. Pengontrolan kualitas untuk setiap jenis air,
dimaksudkan agar diperoleh air dengan persyaratan yang telah ditentukan.

Air Baku

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18 Tahun 2007


air baku adalah air bersih yang berasal dari air permukaan, cekungan air tanah dan
air hujam yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah NO. 82 TAHUN 2001, klasifikasi mutu air
ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas:
1. Kelas satu: air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum
dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.

3
4

2. Kelas dua: air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana


rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
tanaman.
3. Kelas tiga: air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman.
4. Kelas empat: air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
tanaman.

Air Minum

Air Minum adalah air kelas satu yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum. Menurut PERATURAN MENTERI KESEHATAN NO. 492
TAHUN 2010 PASAL 3 menyebutkan bahwa “Air minum aman bagi kesehatan
apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang
dimuat dalam parameter wajib dan tambahan”.

Air Minum dalam Kemasan

Air minum yang dikemas sering dikenal dengan air minum dalam kemasan
(AMDK). Berdasarkan STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) 3553
TAHUN 2015 ” Air minum dalam kemasan adalah air yang telah diproses, tanpa
bahan lainnya, dan bahan tambahan pangan yang dikemas serta aman untuk
dikonsumsi”.

Parameter Uji

Menurut SNI 3553 TAHUN 2015 juga menjabarkan parameter air minum
dalam kemasan yang layak konsumsi diantaranya :
5

Parameter Fisika

Bau

Bau pada air disebabkan adanya benda asing yang masuk kedalam air
sehingga terlarut dan terurai didalam air lalu dapat mengganggu kesehatan apabila
dikonsumsi (EFFENDI, 2003). Pada peristiwa penguraian senyawa organik yang
dilakukan oleh bakteri tersebut dihasilkan gas – gas berbau menyengat dan
bahkan ada yang beracun. Berdasarkan SNI 3553 Tahun 2015 menyatakan bahwa
air bersih tidak berbau dan tidak berasa.

Warna

Warna air biasanya dikelompokkan menjadi dua, yaitu warna yang


sesungguhnya (true color) dan warna tampak (apparent color). Warna
sesungguhnya adalah warna yang hanya disebabkan oleh bahan-bahan kimia
terlarut. Pada penentuan warna sesungguhnya, bahan-bahan tersuspensi yang
dapat menyebabkan kekeruhan dipisahkan terlebih dahulu. Warna tampak adalah
warna yang tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga oleh bahan
tersuspensi (EFFENDI, 2003). Dalam analisa air, keduanya penting untuk
dibedakan.
Warna air dapat ditimbulkan karena adanya bahan-bahan organik
(keberadaan plankton atau humus) maupun anorganik (seperti ion-ion logam besi,
dan mangan). Adanya kandungan bahan-bahan anorganik seperti oksida pada besi
menyebabkan air bewarna kemerahan, sedangkan oksida pada mangan
menyebabkan air menjadi berwarna kecoklatan/kehitaman. Kalsium karbonat
yang berasal dari daerah berkapur juga dapat menimbulkan warna kehijauan
pada air. Bahan-bahan organik, misalnya tanin, lignin, dan asam humus yang
berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati menimbulkan warna
kecoklatan. Selain itu, tingkat kekeruhan meskipun sangat sedikit dapat
menyebabkan air memiliki warna yang terlihat dari warna sesungguhnya
(EFFENDI, 2003).
6

Rasa

Rasa pada air minum dapat ditimbulkan oleh beberapa hal yaitu adanya
gas terlarut seperti H2S, organisme hidup, adanya limbah padat dan limbah cair
dan kemungkinan adanya sisa-sisa bahan yang digunakan untuk disinfektan
seperti klor. Rasa pada air minum diupayakan netral atau tawar, sehingga dapat
diterima oleh para konsumen air minum (SUTRISNO,2004).
Air minum biasanya tidak memberikan rasa (tawar). Air yang berasa
menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Efek
yang dapat ditimbulkan terhadap kesehatan manusia tergantung pada penyebab
timbulnya rasa. Berdasarkan SNI 3553 Tahun 2015 , diketahui bahwa syarat air
minum yang dapat dikonsumsi manusia adalah tidak berasa.

Kekeruhan

Air yang banyak mengandung partikel bahan tersuspensi dapat


menimbulkan kesan warna kotor/berlumpur. Dalam kondisi demikian, air
dikatakan keruh. Kekeruhan pada air dapat mempengaruhi tingkat kecerahan.
Setiap tingkatan itu juga dipengaruhi oleh pH air. Kekeruhan pada air minum
pada umumnya telah diupayakan sedemikian rupa sehingga air menjadi jernih
(SUTRISNO,2006).

Parameter Mikrobiologi

Koliform

Bakteri koliform merupakan suatu kelompok bakteri heterogen yang


berbentuk batang. Bakteri koliform dibedakan menjadi dua tipe, yaitu fecal dan
non fecal. Bakteri ini merupakan bakteri enteropatogenik yakni bakteri yang
mengganggu sistem pencernaan, bakteri ini juga merupakan indikator adanya
polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik di dalam air. Kehadiran bakteri
koliform dinilai untuk menentukan keamanan mikrobiologi dari pasokan air dan
makanan mentah atau makanan yang diolah (ACTON, 2013).
7

Parameter Kimiawi

Sulfat

Ion Sulfat adalah salah satu anion yang banyak terdapat di alam. Sulfat
juga merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas air minum karena
pengaruh pencucian perut yang biasa terjadi pada manusia apabila terdapat sulfat
dalam konsentrasi yang cukup besar. Pengujian sulfat penting dilakukan dalam
menjamin kualitas air minum, sulfat dapat menimbulkan kerak air yang keras
pada ketel dan alat pengubah panas (SUTRISNO, 2006).
Ion sulfat yang telah diserap oleh tumbuhan akan mengalami reduksi
hingga menjadi sulfidril di dalam protein. Sulfur anorganik terutama terdapat
dalam bentuk sulfat (SO4), yang merupakan bentuk sulfur utama di perairan dan
tanah. Ion Sulfat yang bersifat larut dan merupakan bentuk oksidasi utama sulfur
adalah slah satu anion terutama di perairan, menempati urutan kedua setelah
bikarbonat. Sulfat yang berikatan dengan hidrogen membentuk asam sulfat dan
sulfat yang berikatan dengan logam alkali merupakan bentuk sulfur yang paling
banyak ditemukan di danau dan sungai.
Reduksi anion sulfat menjadi hidrogen sulfida pada kondisi anaerob dalam
proses dekomposisi bahan organik menimbulkan bau yang kurang sedap dan
meningkatkan korosivitas logam. Proses reduksi bakteri heterotrop ini banyak
terjadi di dasar laut (EFFENDI, 2003).
Sulfat dapat bereaksi dengan barium klorida menghasilkan endapan putih
barium sulfat. Untuk menentukan kadar sulfat dalam air minum, dapat dilakukan
analisis menggunakan metode turbidimetri, dimana sulfat diendapkan
menggunakan barium klorida dalam suasana asam yang selanjutnya diukur
konsentrasinya dengan alat spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang
420 nm. Berikut ini merupakan persamaan reaksi pembentukan endapan barium
sulfat :

SO42- + Ba2+ BaSO4


Reaksi pembentukan endapan barium sulfat. (SVEHLA, 1979)
8

Amonia

Amonia ( NH3 ) merupakan senyawa nitrogen pada bentuk cairan, amonia


terdapat dalam 2 bentuk yaitu amonia bebas atau tidak terionisasi ( NH 3 ) dan
dalam bentuk ion amonia ( NH4+ ). Amonia yang terukur di perairan berupa
amonia total ( NH3 dan NH4+ ). Amonia bebas tidak dapat terionisasi, sedangkan
amonium ( NH4+ ) dapat terionisasi. Amonia bebas ( NH3 ) yang tidak terionisasi
(unionized) bersifat toksik terhadap organisme akuatik (EFFENDI, 2003).
Amonia dalam air minum dapat ditentukan dengan mereaksikan air
dengan reagen fenol dan larutan pengoksidasi, dimana amonia dapat bereaksi
dengan NaOCl menghasilkan senyawa kloramin. Kloramin yang terbentuk
bereaksi dengan fenoksida dan NaOCl dengan dibantu katalis natrium
nitrofusida, sehingga menghasilkan senyawa indofenol berwarna biru. Senyawa
ini yang dapat terbaca di alat spektrofotometer UV-Vis dengan panjang
gelombang 640 nm (PARK et al, 2009).

Reaksi pembentukan senyawa indofenol. (PARK et al, 2009)


9

pH

pH merupakan derajat keasaman yang menunjukan tingkat keasaman


ataupun kebasaan yang dimiliki suatu larutan. instrument Sensor adalah sebuah
transducer yang digunakan untuk mengkonversi besaran fisik diatas menjadi
besaran listrik sehingga dapat dianalisa dengan rangkaian listrik tertentu
(SUMBODO, WIRAWAN. 2008).
Derajat keasaman atau pH yaitu logaritma dari kepekatan ion-ion H
(hidrogen) yang terlepas dalam suatu cairan. Derajat keasaman atau pH air
menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan
sebagai kosentrasi ion hidrogen (dalam mol perliter) pada suhu tertentu
(GHUFRAN H. KHORDI, 2007). Dengan kata lain, pH air dapat diartikan
sebagai suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan air dalam keadaan yang
asam atau basa.
Pada prinsipnya aktivitas ion hidrogen di dalam air diukur secara
potensiometri dengan menggunakan elektroda. Gambar 1 merupakan alat pH
meter yang digunakan dalam pengukuran.

Gambar 1. Alat pH meter Mettler Toledo

Sumber : LPKL PDAM Tirtawening


10

Spektrofotometri

Spektrofotometri adalah suatu metode analisis kimia secara kuantitatif dan


kualitatif berdasarkan penyerapan radiasi eletromagnetik oleh suatu media yang
berupa padatan, larutan atau gas pada panjang gelombang tertentu. Alat yang
digunakan disebut spektrofotometer. Alat ini terdiri dari spektrometer dan
fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat yang mengukur intensitas sinar yang
ditransmisikan atau sinar yang diabsorbsi (KHOPKAR, 2003).
Prinsip kerja dari spektrofotometer adalah sumber sinar yang datang
merupakan sinar polikromatis dilewatkan melalui monokromator, sehingga
menjadi sinar monokromatis yang kemudian diteruskan melalui sel yang berisi
contoh. Sinar sebagian akan diserap oleh sel dan sebagian lagi akan diteruskan ke
fotosel yang berfungsi mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. Energi
listrik yang dihasilkan oleh fotosel memberikan sinyal pada detektor yang
kemudian akan diubah menjadi nilai serapan (absorbansi) dari zat yang dianalisis
(DAY & UNDERWOOD, 2002).

Spektrofotometer Ultraviolet-Sinar Tampak

Spektrofotometer ultraviolet-sinar tampak dapat menghitung absorbansi


atau transmitan suatu molekul disebabkan adanya transisi elektronik dan spektra
absorbsi elektronik yang dihasilkan oleh interaksi antar molekul yang mempunyai
gugus kromofor dengan radiasi elektromagnetik pada daerah ultraviolet-sinar
tampak pada panjang gelombang (200-800) nm (KHOPKAR, 2003).
Prinsip analisis dengan spektrofotometer ultraviolet-sinar tampak adalah
berdasarkan pada serapan sinar ultraviolet atau sinar tampak terhadap
molekul-molekul zat yang dianalisis pada panjang gelombang tertentu. Pemilihan
panjang gelombang didasarkan pada spektrum absorbsi dari zat yang diukur yaitu
panjang gelombang yang menghasilkan nilai absorbansi terbesar dan memberikan
sensitivitas yang tinggi (KHOPKAR, 2003).
11

Hukum Bougeur-Lambert-Beer

Hukum Bougeur-Lambert menyatakan bahwa bila seberkas sinar


monokromatis dipancarkan melalui suatu media transparan, maka laju turunnya
daya radiasi sinar (-dP) akan berbanding lurus dengan ketebalan media (db) (DAY
& UNDERWOOD, 2002).

- dP/ db = k . P - dP / P = k .db log Po / P = k . b

Keterangan : Po = daya radiasi sinar masuk


P = daya radiasi sinar keluar
k = konstanta
b = ketebalan media (cm)

Hukum Beer menyatakan bila seberkas sinar monokromatis dipancarkan


melalui suatu media tembus sinar, maka laju turunnya intensitas sinar akan
berbanding lurus dengan kepekatan media (dc) (DAY & UNDERWOOD, 2002).
-dP/ dc = k . P - dP / P = k .dc log Po / P = k . c

Keterangan : Po = daya radiasi sinar masuk


P = daya radiasi sinar keluar
k = konstanta
c = kepekatan media (Molaritas)
Bila persamaan di atas digabungkan maka diperoleh suatu persamaan yang
dikenal sebagai persamaan Bouguer-Lambert-Beer yang dapat ditulis sebagai
berikut :
A = a . b . c = Ɛ . b. c

Keterangan : A = absorbansi
b = ketebalan media (cm)
c = kepekatan media (Molaritas)
a = absorptivitas ( jika c dalam g/L )
Ɛ = absorptivitas molar ( jika c dalam mol/L )
12

Dalam spektrofotometri, persamaan Bougeur-Lambert-Beer dinyatakan


sebagai transmitan (T) dan absorbansi (A). Hubungan antara keduanya
dinyatakan dalam persamaan berikut :

T = 10-Ɛ.c.b maka A = log = - log T

Keterangan : T = persen transmitan


A = absorbansi
b = ketebalan media (cm)
c = kepekatan media (Molaritas)
Ɛ = absorptivitas molar ( jika c dalam mol/L )

Instrumentasi Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah suatu instrumen untuk mengukur transmitan atau
absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang dan pengukuran
terhadap sederetan sampel pada suatu panjang gelombang tunggal dapat pula
dilakukan. Dilihat dari sistem optiknya, spektrofotometer dapat digolongkan
menjadi dua jenis yaitu :
1. Spektrofotometer sistem optik radiasi berkas tunggal (single beam)
2. Spektrofotometer sistem optik radiasi berkas ganda (double beam)
Pada mulanya spektrofotometer digunakan untuk keperluan analisis adalah
spektrofotometer dengan sistem berkas tunggal. Didukung kemajuan di bidang
elektronika, spektrofotometer dibuat dengan sistem berkas ganda dengan
keuntungan tidak adanya penurunan intensitas radiasi dari sumber radiasi (DAY
& UNDERWOOD, 2002).
Baik spektrofotometer berkas tunggal maupun berkas ganda, semuanya
memiliki bagian-bagian penting yaitu seperti terlihat pada Gambar 2.

Sumber Sinar Monokromator Sampel

Rekorder Penguat Detektor

Gambar 2. Komponen Pokok Spektrofotometer


Sumber : (DAY & UNDERWOOD, 2002)
13

1. Sumber Sinar

Sumber energi radiasi yang biasa untuk daerah tampak dari spektrum
maupun daerah ultraviolet dan inframerah adalah sebuah lampu pijar dengan
kawat rambut terbuat dari wolfram. Pada kondisi operasi biasa, keluaran lampu
Wolfram dari sekitar (325-350) nm hingga sekitar 3 µm. Energi yang dipancarkan
oleh kawat yang dipanaskan sesuai dengan panjang gelombangnya (DAY &
UNDERWOOD, 2002).
Sumber sinar berfungsi menghasilkan energi radiasi, sumber sinar yang
paling banyak digunakan adalah lampu Wolfarm, selain harganya murah, energi
radiasi yang dihasilkan tidak memiliki panjang gelombang yang bervariasi. Hal
yang penting dalam pemilihan sumber sinar ini yaitu sumber sinar harus dapat
cepat terdeteksi oleh detektor (DAY & UNDERWOOD, 2002).
Sumber sinar yang lain yang digunakan yaitu lampu Tungsten, lampu
Xenon, dan lampu Deterium (Hidrogen). Lampu Tungsten digunakan untuk
spektrofotometer sinar tampak, karena dapat memancarkan sinar dengan panjang
gelombang antara (380-780)nm dengan sedikit sekali mengeluarkan sinar
ultraviolet. Lampu Xenon mempunyai jangkauan lebih luas yaitu untuk
spektrofotomer sinar tampak dan ultraviolet, namun memiliki harga yang mahal.
Lampu Deterium (Hidrogen) digunakan untuk spektrofotometer ultraviolet karena
sinar yang dipancarkan mencakup panjang gelombang ultraviolet yaitu antara
(185-370) nm (DAY & UNDERWOOD, 2002).

2. Monokromator

Alat ini adalah piranti optis untuk mengisolasi suatu berkas radiasi dari
suatu sumber berkesinambungan, yaitu berkas yang mempunyai kemurnian
spektral yang tinggi dengan panjang gelombang apa saja yang diinginkan.
Komponen yang hakiki (esensial) dari sebuah monokromator adalah suatu sistem
celah dan suatu unsur dispersif. Radiasi dari sumber difokuskan ke celah masuk,
kemudian disejajarkan oleh sebuah lensa atau cermin sehingga suatu berkas
sejajar jatuh ke unsur pendispersi, berupa prisma atau suatu kisi difraksi (DAY &
UNDERWOOD, 2002).
14

Bila seberkas sinar menembus antarmuka antara dua media yang berbeda
misalnya udara dan kaca, terjadilah pembengkokan, yang disebut pembiasan
(refraksi). Jauhnya pembengkokan ini bergantung pada indeks bias kaca. Indeks
bias ini berbeda-beda menurut panjang gelombang cahaya (DAY &
UNDERWOOD, 2002).

3. Kuvet atau Sel

Kuvet atau sel merupakan wadah sampel untuk menaruh larutan yang akan
dianalisis. Ditinjau dari pemakaiannya, terdapat dua jenis kuvet. Kuvet jenis
pertama adalah kuvet yang terbuat dari bahan gelas atau leburan silika (quartz).
Jenis kuvet yang lainnya yaitu kuvet disposal untuk sekali pemakaian yang terbuat
dari teflon atau plastik. Kuvet dari leburan silika (quartz) dapat digunakan untuk
analisis kualitatif dan kuantitatif pada daerah pengukuran (190-1100) nm. Kuvet
yang terbuat dari bahan gelas digunakan pada daerah pengukuran (380-1100) nm,
karena kuvet dari bahan gelas mengabsorpsi radiasi ultraviolet (DAY &
UNDERWOOD, 2002).
Umumnya yang digunakan untuk keperluan analisis mempunyai beberapa
syarat antara lain tidak boleh rapuh, mempunyai bentuk yang sederhana, harus
tahan terhadap bahan kimia, dan tidak berwarna. Hal ini dapat mentransmisikan
semua sinar yang dilaluinya, selain itu permukaannya rata dan tidak menyerap
sinar pada daerah pengukuran (DAY & UNDERWOOD, 2002).

4. Detektor

Fungsi detektor adalah untuk mengubah sinyal radiasi yang diterima


menjadi sinyal-sinyal listrik yang dapat dibaca oleh rekorder. Pendeteksi sinar
ultraviolet digunakan detektor fotolistrik karena energinya cukup besar untuk
menimbulkan arus listrik pada semi konduktor tertentu. Detektor fotolistrik yang
paling sederhana adalah tabung foto. Ini berupa tabung hampa udara, dengan
jendela yang tembus sinar, yang berisi sepasang elektroda melintas (DAY &
UNDERWOOD, 2002).
15

5. Penguat (Amplifier)

Amplifier berfungsi sebagai penguat sinyal yang berasal dari detektor


menjadi suatu potensial yang cukup besar untuk dapat direkam. Suatu alat
penguat sinyal menangkap isyarat masuk (input) dari rangkaian detektor dan
melalui proses pengolahan sinyal menghasilkan isyarat keluaran (output) dan
secara langsung dicatat sebagai absorban atau transmitan (DAY &
UNDERWOOD, 2002).

6. Rekorder

Rekorder pada umumnya berfungsi sebagai alat pencatat dari hasil yang
diperoleh dari detektor, dengan kata lain energi listrik yang dihasilkan oleh
detektor dapat direkam oleh rekorder. Hasilnya berupa sistem baca atau penyajian
hasil pengukuran, baik dalam bentuk absorbansi, transmitan, dan atau konsentrasi
(DAY & UNDERWOOD, 2002).

Kesalahan-Kesalahan dalam Spektrofotometri

Sumber-sumber kesalahan analisis secara spektrofotometri menurut DAY &


UNDERWOOD (2002) diantaranya adalah:
1. Penyimpangan kimia
Penyimpangan kimia terjadi bila ada perubahan-perubahan akibat proses
kimia, seperti senyawaan yang dianalisis bereaksi dengan senyawa lain atau
pelarut yang digunakan. Contoh pembentukan dari penyerapan kompleks dengan
penambahan ligan kepada ion logam. Tembaga (II) dalam pelarut
dimetilformamida membentuk kompleks dengan klorida yang menyerap sinar
pada 438 nm.

2. Penyimpangan instrumen
Penyimpangan instrumen dapat disebabkan oleh sinar sesatan pada
instrumen, perubahan sensitivitas detektor karena waktu, fluktuasi tegangan
listrik, skala panjang gelombang yang tidak tepat, atau terukurnya sinar
nonmonokromatis oleh detektor instrumen. Penyimpangan instrumen dapat
diakibatkan oleh kemungkinan masih adanya sinar yang polikromatik.
16

Tuntutan ini sukar dipenuhi karena monokromator kurang mampu


mengisolasi panjang gelombang yang benar-benar monokromatik. Sinar sesatan
terjadi karena pantulan permukaan alat optis yang digunakan dan hamburan sinar
oleh dinding dalam peralatan untuk kemudian menerobos slit tanpa lewat
monokromator menuju detektor.

3. Penyimpangan Hukum Beer


Larutan dengan konsentrasi tinggi, sebagian besar dari sinar telah diserap
dan sangat sedikit yang tersisa untuk mencapai detektor. Kebanyakan detektor
tidak dapat mengukur dengan akurat sejumlah sinar yang kecil, keakuratan
detektor rendah pada konsentrasi tinggi. Pada konsentrasi rendah jumlah sinar
yang relatif rendah terserap oleh sampel dan hampir semua sinar mencapai
detektor. Sangat sulit bagi detektor dapat membedakan antara blangko atau
pelarut dengan sampel dalam rentang konsentrasi ini. Kesalahan yang relatif kecil
dalam pembacaan terjadi pada kisaran absorbansi 0,2-0,7.

Turbidimeter

Turbidimeter yaitu alat yang berprinsip pada sifat optik akibat dispersi
sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang
dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh
suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi
lainnya konstan. Turbidimeter meliputi pengukuran cahaya yang diteruskan.
Turbiditas berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan, tetapi turbiditas
tergantung juga pada warna. Untuk partikel yang lebih kecil, rasio Tyndall
sebanding dengan pangkat tiga dari ukuran partikel dan berbanding terbalik
terhadap pangkat empat panjang gelombangnya (WULANDARI et al, 2014).
Gambar 3 merupakan alat yang digunakan untuk mengukur nilai kekeruhan dalam
sampel AMDK.
17

Gambar 3. Turbidimeter merek HACH 2100Q Portable


Sumber : LPKL PDAM Tirtawening

Anda mungkin juga menyukai