Air
Air Baku
3
4
Air Minum
Air Minum adalah air kelas satu yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum. Menurut PERATURAN MENTERI KESEHATAN NO. 492
TAHUN 2010 PASAL 3 menyebutkan bahwa “Air minum aman bagi kesehatan
apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang
dimuat dalam parameter wajib dan tambahan”.
Air minum yang dikemas sering dikenal dengan air minum dalam kemasan
(AMDK). Berdasarkan STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) 3553
TAHUN 2015 ” Air minum dalam kemasan adalah air yang telah diproses, tanpa
bahan lainnya, dan bahan tambahan pangan yang dikemas serta aman untuk
dikonsumsi”.
Parameter Uji
Menurut SNI 3553 TAHUN 2015 juga menjabarkan parameter air minum
dalam kemasan yang layak konsumsi diantaranya :
5
Parameter Fisika
Bau
Bau pada air disebabkan adanya benda asing yang masuk kedalam air
sehingga terlarut dan terurai didalam air lalu dapat mengganggu kesehatan apabila
dikonsumsi (EFFENDI, 2003). Pada peristiwa penguraian senyawa organik yang
dilakukan oleh bakteri tersebut dihasilkan gas – gas berbau menyengat dan
bahkan ada yang beracun. Berdasarkan SNI 3553 Tahun 2015 menyatakan bahwa
air bersih tidak berbau dan tidak berasa.
Warna
Rasa
Rasa pada air minum dapat ditimbulkan oleh beberapa hal yaitu adanya
gas terlarut seperti H2S, organisme hidup, adanya limbah padat dan limbah cair
dan kemungkinan adanya sisa-sisa bahan yang digunakan untuk disinfektan
seperti klor. Rasa pada air minum diupayakan netral atau tawar, sehingga dapat
diterima oleh para konsumen air minum (SUTRISNO,2004).
Air minum biasanya tidak memberikan rasa (tawar). Air yang berasa
menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Efek
yang dapat ditimbulkan terhadap kesehatan manusia tergantung pada penyebab
timbulnya rasa. Berdasarkan SNI 3553 Tahun 2015 , diketahui bahwa syarat air
minum yang dapat dikonsumsi manusia adalah tidak berasa.
Kekeruhan
Parameter Mikrobiologi
Koliform
Parameter Kimiawi
Sulfat
Ion Sulfat adalah salah satu anion yang banyak terdapat di alam. Sulfat
juga merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas air minum karena
pengaruh pencucian perut yang biasa terjadi pada manusia apabila terdapat sulfat
dalam konsentrasi yang cukup besar. Pengujian sulfat penting dilakukan dalam
menjamin kualitas air minum, sulfat dapat menimbulkan kerak air yang keras
pada ketel dan alat pengubah panas (SUTRISNO, 2006).
Ion sulfat yang telah diserap oleh tumbuhan akan mengalami reduksi
hingga menjadi sulfidril di dalam protein. Sulfur anorganik terutama terdapat
dalam bentuk sulfat (SO4), yang merupakan bentuk sulfur utama di perairan dan
tanah. Ion Sulfat yang bersifat larut dan merupakan bentuk oksidasi utama sulfur
adalah slah satu anion terutama di perairan, menempati urutan kedua setelah
bikarbonat. Sulfat yang berikatan dengan hidrogen membentuk asam sulfat dan
sulfat yang berikatan dengan logam alkali merupakan bentuk sulfur yang paling
banyak ditemukan di danau dan sungai.
Reduksi anion sulfat menjadi hidrogen sulfida pada kondisi anaerob dalam
proses dekomposisi bahan organik menimbulkan bau yang kurang sedap dan
meningkatkan korosivitas logam. Proses reduksi bakteri heterotrop ini banyak
terjadi di dasar laut (EFFENDI, 2003).
Sulfat dapat bereaksi dengan barium klorida menghasilkan endapan putih
barium sulfat. Untuk menentukan kadar sulfat dalam air minum, dapat dilakukan
analisis menggunakan metode turbidimetri, dimana sulfat diendapkan
menggunakan barium klorida dalam suasana asam yang selanjutnya diukur
konsentrasinya dengan alat spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang
420 nm. Berikut ini merupakan persamaan reaksi pembentukan endapan barium
sulfat :
Amonia
pH
Spektrofotometri
Hukum Bougeur-Lambert-Beer
Keterangan : A = absorbansi
b = ketebalan media (cm)
c = kepekatan media (Molaritas)
a = absorptivitas ( jika c dalam g/L )
Ɛ = absorptivitas molar ( jika c dalam mol/L )
12
Instrumentasi Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah suatu instrumen untuk mengukur transmitan atau
absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang dan pengukuran
terhadap sederetan sampel pada suatu panjang gelombang tunggal dapat pula
dilakukan. Dilihat dari sistem optiknya, spektrofotometer dapat digolongkan
menjadi dua jenis yaitu :
1. Spektrofotometer sistem optik radiasi berkas tunggal (single beam)
2. Spektrofotometer sistem optik radiasi berkas ganda (double beam)
Pada mulanya spektrofotometer digunakan untuk keperluan analisis adalah
spektrofotometer dengan sistem berkas tunggal. Didukung kemajuan di bidang
elektronika, spektrofotometer dibuat dengan sistem berkas ganda dengan
keuntungan tidak adanya penurunan intensitas radiasi dari sumber radiasi (DAY
& UNDERWOOD, 2002).
Baik spektrofotometer berkas tunggal maupun berkas ganda, semuanya
memiliki bagian-bagian penting yaitu seperti terlihat pada Gambar 2.
1. Sumber Sinar
Sumber energi radiasi yang biasa untuk daerah tampak dari spektrum
maupun daerah ultraviolet dan inframerah adalah sebuah lampu pijar dengan
kawat rambut terbuat dari wolfram. Pada kondisi operasi biasa, keluaran lampu
Wolfram dari sekitar (325-350) nm hingga sekitar 3 µm. Energi yang dipancarkan
oleh kawat yang dipanaskan sesuai dengan panjang gelombangnya (DAY &
UNDERWOOD, 2002).
Sumber sinar berfungsi menghasilkan energi radiasi, sumber sinar yang
paling banyak digunakan adalah lampu Wolfarm, selain harganya murah, energi
radiasi yang dihasilkan tidak memiliki panjang gelombang yang bervariasi. Hal
yang penting dalam pemilihan sumber sinar ini yaitu sumber sinar harus dapat
cepat terdeteksi oleh detektor (DAY & UNDERWOOD, 2002).
Sumber sinar yang lain yang digunakan yaitu lampu Tungsten, lampu
Xenon, dan lampu Deterium (Hidrogen). Lampu Tungsten digunakan untuk
spektrofotometer sinar tampak, karena dapat memancarkan sinar dengan panjang
gelombang antara (380-780)nm dengan sedikit sekali mengeluarkan sinar
ultraviolet. Lampu Xenon mempunyai jangkauan lebih luas yaitu untuk
spektrofotomer sinar tampak dan ultraviolet, namun memiliki harga yang mahal.
Lampu Deterium (Hidrogen) digunakan untuk spektrofotometer ultraviolet karena
sinar yang dipancarkan mencakup panjang gelombang ultraviolet yaitu antara
(185-370) nm (DAY & UNDERWOOD, 2002).
2. Monokromator
Alat ini adalah piranti optis untuk mengisolasi suatu berkas radiasi dari
suatu sumber berkesinambungan, yaitu berkas yang mempunyai kemurnian
spektral yang tinggi dengan panjang gelombang apa saja yang diinginkan.
Komponen yang hakiki (esensial) dari sebuah monokromator adalah suatu sistem
celah dan suatu unsur dispersif. Radiasi dari sumber difokuskan ke celah masuk,
kemudian disejajarkan oleh sebuah lensa atau cermin sehingga suatu berkas
sejajar jatuh ke unsur pendispersi, berupa prisma atau suatu kisi difraksi (DAY &
UNDERWOOD, 2002).
14
Bila seberkas sinar menembus antarmuka antara dua media yang berbeda
misalnya udara dan kaca, terjadilah pembengkokan, yang disebut pembiasan
(refraksi). Jauhnya pembengkokan ini bergantung pada indeks bias kaca. Indeks
bias ini berbeda-beda menurut panjang gelombang cahaya (DAY &
UNDERWOOD, 2002).
Kuvet atau sel merupakan wadah sampel untuk menaruh larutan yang akan
dianalisis. Ditinjau dari pemakaiannya, terdapat dua jenis kuvet. Kuvet jenis
pertama adalah kuvet yang terbuat dari bahan gelas atau leburan silika (quartz).
Jenis kuvet yang lainnya yaitu kuvet disposal untuk sekali pemakaian yang terbuat
dari teflon atau plastik. Kuvet dari leburan silika (quartz) dapat digunakan untuk
analisis kualitatif dan kuantitatif pada daerah pengukuran (190-1100) nm. Kuvet
yang terbuat dari bahan gelas digunakan pada daerah pengukuran (380-1100) nm,
karena kuvet dari bahan gelas mengabsorpsi radiasi ultraviolet (DAY &
UNDERWOOD, 2002).
Umumnya yang digunakan untuk keperluan analisis mempunyai beberapa
syarat antara lain tidak boleh rapuh, mempunyai bentuk yang sederhana, harus
tahan terhadap bahan kimia, dan tidak berwarna. Hal ini dapat mentransmisikan
semua sinar yang dilaluinya, selain itu permukaannya rata dan tidak menyerap
sinar pada daerah pengukuran (DAY & UNDERWOOD, 2002).
4. Detektor
5. Penguat (Amplifier)
6. Rekorder
Rekorder pada umumnya berfungsi sebagai alat pencatat dari hasil yang
diperoleh dari detektor, dengan kata lain energi listrik yang dihasilkan oleh
detektor dapat direkam oleh rekorder. Hasilnya berupa sistem baca atau penyajian
hasil pengukuran, baik dalam bentuk absorbansi, transmitan, dan atau konsentrasi
(DAY & UNDERWOOD, 2002).
2. Penyimpangan instrumen
Penyimpangan instrumen dapat disebabkan oleh sinar sesatan pada
instrumen, perubahan sensitivitas detektor karena waktu, fluktuasi tegangan
listrik, skala panjang gelombang yang tidak tepat, atau terukurnya sinar
nonmonokromatis oleh detektor instrumen. Penyimpangan instrumen dapat
diakibatkan oleh kemungkinan masih adanya sinar yang polikromatik.
16
Turbidimeter
Turbidimeter yaitu alat yang berprinsip pada sifat optik akibat dispersi
sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang
dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh
suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi
lainnya konstan. Turbidimeter meliputi pengukuran cahaya yang diteruskan.
Turbiditas berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan, tetapi turbiditas
tergantung juga pada warna. Untuk partikel yang lebih kecil, rasio Tyndall
sebanding dengan pangkat tiga dari ukuran partikel dan berbanding terbalik
terhadap pangkat empat panjang gelombangnya (WULANDARI et al, 2014).
Gambar 3 merupakan alat yang digunakan untuk mengukur nilai kekeruhan dalam
sampel AMDK.
17