INDRAWATI
B.19.03.192
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Proposal yang berjudul “Hubungan Pola Makan Ibu Menyusui dengan Status Gizi
Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang
tua dan suami untuk dukungan moril dan materil yang diberikan. Penulis
terbatasnya pengetahuan yang dimiliki oleh penulis olehnya itu dengan rendah
hati mengharapkan saran dan kritik. Saya ucapkan banyak terima kasih kepada
2. Ibu Dr. Nilawati Uly, S.Si.,Apt.,M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
ii
5. Bapak Adriyanto Dai, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Wakil Ketua Bidang
7. Bapak dan ibu dosen serta staf Universitas Mega Buana Palopo.
ini.
Yang tak lupa pula untuk saudara, teman – teman serta seluruh keluarga
rahmat, berkat dan karuniaNya kepada kita semua dan memberikan imbalan
yang setimpal atas semua jerih payah dari pihak yang telah memberikan
selalu bersyukur.
Penulis
Indrawati
iii
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah.......................................................................
C. Tujuan Penelitian.........................................................................
D. Manfaat Penulisan.......................................................................
B. Kerangka konsep.........................................................................
C. Definisi Operasional....................................................................
F. Analisis Data..............................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Klasifikasi Status Gizi Umur 0 – 6 Bulan………………….. 17
2. Defenisi operasional dan Kriteria objektif ............................. 27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menempati urutan ke 112 dari 174 negara, sedangkan pada tahun 2004 IPM
Indonesia menempati peringkat 111 dari 177 negara. Rendahnya IPM ini
Indonesia, yaitu pada tahun 2007, mencapai 26,9 persen per 1000 kelahiran
hidup dan angka kematian ibu berkisar 248 per 100 ribu kelahiran hidup
(Hadi, 2005) Pada Widya Karya Nasional pangan dan gizi VII tahun 2004,
tingginya angka kematian bayi dan balita, serta masih tingginya angka
kematian ibu yang merupakan akibat dari masalah gizi kronis (Depkes, 2003).
Masalah gizi masih terjadi di 77,3% kabupaten dan 56% kota di Indonesia.
Data tersebut juga menyebutkan bahwa pada 2003 sebanyak 5 juta anak balita
(27,5%) kurang gizi dimana 3,5 juta anak (19,2%) di antaranya berada pada
tingkat gizi kurang dan 1,5 juta anak (8,3%) sisanya mengalami gizi buruk
(Depkes RI, 2004) Dari jumlah penduduk Kabupaten Sleman jiwa, jumlah
balita kurang lebih 7% yaitu jiwa. Dari jumlah balita tersebut yang
mengalami gizi buruk terdapat 275 atau 0,49 % balita dan atau 10,62 % balita
bergizi kurang, sehingga ada 11,31% balita Kurang Energi Protein yaitu dari
penderita gizi buruk ditambah gizi kurang. Sedangkan balita bergizi baik
dibawah, yaitu di tingkat propinsi DIY terdapat 1,08 % penderita gizi buruk
menurunkan jumlah kasus gizi buruk dan gizi kurang pada balita.
bagi balita, pemberian Air Susu Ibu eksklusif pada bayi umur 0-6
(Ananto, 2007).
rendahnya status gizi bayi 0-6 bulan yaitu rendahnya pemberian ASI
yang baik akan menjamin kualitas maupun kuantitas ASI yang keluar.
Hal tersebut akan berpengaruh pada status gizi khususnya bayi umur
yang sesuai dengan umurnya. Konsumsi gizi yang tidak cukup baik
bayi dan defisiensi berbagai zat gizi seperti zink dan besi (UNICEF,
1999).
makan dengan gizi seimbang dan rutin makan buah serta sayur.
Sepuluh ibu lainnya memiliki pola makan yang hampir sama dengan
dan kurangnya konsumsi buah dan sayur. Dari data hasil penimbangan
berat badan bayi terdapat 3 bayi dengan berat badan kurang. Tiga bayi
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Duripoku”
2. Tujuan Khusus
makan ibu
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi Peneliti
3. Bagi Puskesmas
pelayanan kesehatan ibu dan anak terutama dalam hal pola makan
A. Kerangka Teoritis
1. Pola Makan
7
8
b. Jenis makan
c. Frekuensi makan
meliputi makan pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan
d. Jumlah makan
a. Faktor Ekonomi
c. Agama
d. Pendidikan
e. Lingkungan
2011).
f. Kebiasaan makan
mengandung zat gizi yang terdiri dari enam zat yaitu karbohidrat,
seimbang dalam tubuh dan mengandung dua zat ialah: zat pembagun
lauk hewani dan lauk nabati, sayur, dan buah. Jumlah dan jenis
gizi tubuh yang cukup dan pola makan yang berlebihan dapat
negara atau daerah yang meliputi jumlah yang dimakan, jenis bahan
(Santoso, 2014).
penduduk.
13
3. Status Gizi
atau lebih zat gizi esensial, status gizi lebih terjadi karena tubuh
2013). Status gizi pada bayi dapat dipakai sebagai ukuran untuk
memantau kecukupan gizi bayi dan anak. Pada bayi usia 0 - 6 bulan,
Status gizi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor langsung dan tidak
komposisi zat gizi yang sesuai kebutuhan, bersih dan aman. Pada bayi
terutama usia 0-6 bulan, ASI merupakanan makanan yang pas dan ideal
karena semua zat gizi yang dibutuhkannya sudah ada terdapat pada ASI
selain itu, ASI juga bersih dan aman untuk bayi. Pada hasil penelitian yang
bermakna secara statistik antara status pemberian ASI dan status gizi bayi
usia 0-6, dimana bayi yang diberikan ASI eksklusif sebagian besar memiliki
saluran pernafasan akut (ISPA). Pemberian makanan atau cairan lain selain
ASI khususnya pada bayi uisa 0-6 bulan beresiko terjadinya penyakit infeksi
pada bayi. Pada bayi usia 0-6 bulan, organ –organ pencernaan belum
menerima makanan selain ASI, ASI mudah dicerna karena itu dapat
mengurangi beban kerja dari organ pencernaan bayi. Selain itu, sistem
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai
berikut:
ekologi.
status gizi karena pertumbuhan berkaitan dengan asupan zat gizi. Asupan
sebab itu bertambahnya ukuran tubuh seperti berat badan dan tinggi
berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar kepala, lingkar lengan atas
(LILA) dan tebal lemak kulit. Pada anak usia kurang dari 2 tahun
badan dalam keadaan tidur, sedangkan pada usia 2 tahun atau lebih
kedalam tiga cara yaitu persen terhadap median, persentil, dan standar
a. Konsumsi makanan
simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya akan terjadi kemerosotan
b. Status Kesehatan
seseorang.
zat–zat gizi yang diperlukan bayi dalam bentuk yang paling mudah
dicerna dan paling mudah diserap. ASI mengandung antibodi dan sel–sel
ASI merupakan makanan yang tepat dan baik untuk bayi berusia 0-
berlebihan.
dengan memberikan susu formula. Oleh karena itu manfaat dan keungulan
( Purwoastuti, 2015).
a. Aspek gizi
dan Arachidonic Acid (AA) pada ASI diperlukan untuk pertumbuhan dan
b. Aspek imunologik
IgA pada ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori IgA tidak diserap tetapi
E.coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan, faktor bifidus, sejenis
yaitu bakteri yang menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk
Jumlah lisosim dalam ASI 300 kali lebih banyak dibandingkan susu sapi.
c. Aspek psikologik
bayi merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh dan
mendegar denyut jantung ibu. Kedekatan secara emosional sejak dini ini
22
d. Aspek kecerdasan
bayi. Menurut Nurhaeni Arief (2009) pada janin usia 9 bulan sampai usia
e. Aspek neurologis
menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih
sempurna.
f. Aspek ekonomis
praktis dan siap saji kapan saja dan dimana saja tanpa mengkhawatirkan
susu basi. Menurut Nurhaeni Arief (2009) bayi yang diberi ASI jarang
selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja
deviasi fungsi payudara tidak akan terjadi. Hisapan bayi pada payudara
Faktor yang menyangkut kondisi bayi antara lain bibir sumbing, celah
ASI atau bahan lain yang mengandung laktosa maka kadar laktosa dalam
darah dan air kemih akan meningkat secara klinis akan timbul katarak.
Faktor yang menyangkut kondisi ibu antara lain penyakit yang membuat
seperti putting susu terbenam, tidak ada susu dan air susu tidak keluar.
tahan tubuh dan risiko pemberian makanan tambahan pada bayi kurang
dari enam bulan sangatlah penting. Tetapi banyak ibu – ibu yang tidak
bayi usia dibawah enam bulan tanpa mengetahui risiko yang akan timbul.
ibu bisa dilakukan dirumah, di tempat kerja baik yang dekat maupun
yang jauh dari rumah. Ibu yang belum bekerja sering memberikan
makanan tambahan dini dengan alasan melatih atau mencoba agar waktu
ibu mulai bekerja bayi sudah terbiasa. Padahal ibu yang bekerja dapat
memberikan ASI dengan cara memerah ASI. ASI yang diperah dapat
disimpan dan diberikan kepada bayi saat ibu bekerja pada siang hari
(Riksani, 2012).
pada bayi usia kurang dari enam bulan. Biasanya, jika dilakukan
25
penyuluhan dan pendekatan yang baik ibu mau patuh dan menuruti
f. Faktor Iklan
Iklan merupakan saran yang jika baik dapat menarik penonton atau
bayinya.
g. Faktor Budaya
yang lahir dari kebiasaan yang ada. Misalnya, Pandangan untuk tidak
yang membuat wanita tidak cantik dan ibu yang beranggapan bawah susu
h. Faktor Ekonomi
memberikan makanan tambahan bagi bayi usia kurang dari enam bulan.
i. Faktor Teknik
cukup mendapatkan ASI. Sekalipun jumlah ASI pada hari pertama sangat
tepat atau mulut bayi hanya menghisap disebagian aerola tidak menutupi
seluruhnya hal ini yang mengakibatkan isapan bayi menjadi tidak optimal
(Riksani, 2012).
kerugian bila menggunakan susu botol dan isu negatif yang beredar di
menyusui bayi. Pengaruh ini akan semakin besar bila ibu masih remaja
B. KERANGKA KONSEP
gambaran pola menyusui dan status gizi pada bayi usia 0 – 6 bulan oleh
C. DEFINISI OPERASIONAL
Tabel 2.2
Definisi operasional dan Kriteria Objektif
N Hasil
Variabel Defenisi Cara Ukur Skala
o Ukur
Independen
1. Status Gizi dasarkan BB/TB, Menimbang Z-skor Interval
dengan menggunakan berat badan 1.sangat
rujukan Kepmengkes anak dan kurus :
No.1995/MENKES/S menanyakan <-3 SD
K/XII/2020 tentang umur anak
standar antropometri kepada ibu.
penilaian status gizi
anak
Dependen Riwayat menyusui
berkaitan dengan
2 Riwayat riwayat IMD, status Wawancara Nilai
Ordinal
menyusui ASI ekslusif, dan usia dengan
28
METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penellitian
2. Waktu Penelitian
B. Jenis Penelitian
2003).
penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok
29
30
ini dilakukan untuk melihat hubungan antara gejala satu dengan yang
1. Populasi
2. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti
penelitian ini sampelnya adalah ibu menyusui bayi yang berumur 0-6 bulan
1. Data primer
sebagai berikut:
2. Data sekunder
1. Data Primer
wawancara. Data primer meliputi data ibu, data bayi yang terdapat
BB dan PB bayi untuk melihat status gizi bayi dan pola makan
2. Data sekunder
F. Pengolahan Data
editing, coding dan entry. Pada tahap editing dilakukan pemeriksaan data yaitu
ketepatan dan kelengkapan data dari jawaban atas pertanyaan yang ada dalam
kuesioner yang telah disediakan. Apabila data belum lengkap, terdapat jawaban
yang belum terisi atau terdapat kesalahan maka data harus dilengkapi dengan
pemberian kode oleh peneliti pada setiap informasi yang dikumpul. Untuk
32
melihat status gizi bayi, berat badan dan panjang badan bayi dapat diolah
Data yang telah diberi kode, dapat dimasukkan ke dalam program statistik
Solution). Semua data dari setiap sumber data atau responden yang telah selesai
G. Analisis Data
bahwa produksi ASI ibu yang baik sebanyak 23 orang (71,9%) dan pola makan