Anda di halaman 1dari 6

Nama : Risna

Nim : 612062020084

Prodi : Perbankan Syariah 4

A. Pengertian dan Dasar Akhlak

Menurut istilahnya, akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam diri seorang manusia
yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran
dan paksaan. Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti atau kelakuan. Akhlak secara
terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar
untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.

Akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti
perangai, tingkah laku, atau tabiat. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al
Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri
seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran
terlebih dahulu.

Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus
dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau
hanya sewaktu-waktu saja.

Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh
motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi
pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk
berbuat.

Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak.
Dalam Encyclopedia Brittanica akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai arti
sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik, buruk, seharusnya
benar, salah dan sebaginya tentang prinsip umum dan dapat diterapkan terhadap sesuatu,
selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral.
Adapun pengertian akhlak menurut ulama’ akhlak, antara lain, sebagai berikut:

Pertama, ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji dan
tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia, lahir dan batin.

Kedua, ilmu akhlak adalah pengetahuan yang memeberikan pengertian baik dan buruk, ilmu
yang mengatur pergaulan manusia, dan menentukan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh
usaha dan pekerjaan mereka.[3]

Dari berbagai pengertian akhlak di atas dapat disimpulkan, bahwa akhlak adalah suatu
sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dapat menimbulkan suatu tindakan baik
ataupun buruk dengan secara sepontan yang dengan akhlak tersebut manusia bisa dikatakan
manusia yang baik atau buruk.

B. Tujuan Akhlak

Akhlak bertujuan untuk menjadikan manusia sebagai makhluk yang lebih tinggi dan
sempurna, dan membedakannya dari makhluk-makhluk yang lainnya. Menjadi suatu hal yang
harus dimiliki oleh manusia agar lebih baik dalam berhubungan baik sesama manusia apalagi
kepada Allah sebagai pencipta.

Sedangkan pelajaran akhlak atau ilmu akhlak bertujuan mengetahui perbedaan-perbedaan


perangai manusia yang baik dan buruk, agar manusia dapat memegang dengan perangai-
perangai yang baik dan menjauhkan diri dari perangai-perangai yang jahat, sehingga
terciptalah tata tertib dalam pergaulan masyarakat.

Yang hendak dikendalikan oleh akhlak ialah tindakan lahir manusia, tetapi karena
tindakan lahir itu tidak akan terjadi jika tidak didahului oleh gerak-gerik bathin, yaitu
tindakan hati, maka tindakan bathin dan gerak-gerik hati pun termasuk lapangan yang diatur
oleh akhlak manusia.

Jika setiap orang dapat menguasai tindakan bathinnya, maka dapatlah ia menjadi orang
yang berakhlak baik. Tegasnya baik-buruk itu tergantung kepada tindakan hatinya. Dalam
hadits Arba’in An Nawawi dituliskan bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Dan
ketahuilah bahwasannya, didalam tubuh itu ada segumpal daging yang apabila baik, maka
baik pula amalnya, dan apabila buruk, maka buruk pula amalnya, dan ketahuilah bahwa ia
adalah hati”.

Hadits ini dengan jelas menerangkan, bahwa hati adalah bagian terpenting dari tubuh
manusia, sehingga apapun yang direncanakan oleh hati sejatinya akan sangat berpengaruh
pada perbuatan yang akan dilakukan oleh pemiliknya. Dalam hal ini dapatlah diibaratkan
bahwa jasad itu bagaikan pemerintahan dalam diri kita, sedangkan hati menjadi pusat
pemerintahan.

Seseorang yang mempunyai hati dan pendirian yang kuat, meskipun badannya tidak
sekuat hatinya, lebih diharapkan akan memperoleh hasil pekerjaannya daripada seseorang
yang berbadan kuat tetapi hatinya lemah.

C. Macam Macam Akhlak

1) Akhlak terpuji (al-akhlaaqul mahmuudah)

Yaitu perbuatan baik terhadap Allah, sesama manusia, dan makhluk-makhluk yang lain.
Berikut ini contoh akhlak terpuji :

 Berbakti kepada kedua orang tua (‫)برّالوالدين‬

 Menghormati tetanggga dan tamu ( ‫)اكرام الجار والضّيف‬

 Berusaha menimbulkan rasa kasih sayang serta menarik simpati orang lain (‫كسب‬
‫)الموالدة واستمالة قلو ب النّاس‬

 Memberikan sumbangan yang bersifat meringankan beban hidup orang-orang yang


berhak menerimanya (‫)بذل الصّدقة لمن يستحقها‬

 Membantu memudahkan urusan sesama manusia bagi yang berkemampuan (‫تسير‬


‫)امر عسير على اخ عند ذى سلطان‬

2) Akhlak tercela (al-akhlaaqul madzmuumah)

Yaitu, perbuatan buruk terhadap Allah, sesama manusia, dan makhluk-makhluk yang
lain. Nerikut ini contoh-contoh akhlak tercela :

 Berdusta (‫)الكذب‬

 Mengumpat (‫)الغيبة‬

 Mengadu domba (‫)النّميمة‬

 Iri hati/dengki (‫)الحسد‬

 Congkak (‫)األصغر‬
D. Sasaran Akhlak

Akhlak juga mempunyai sasaran dimana akhlak tersebut harus dijalankan, aspek-aspek
sasaran akhlak yakni :

1) Akhlak kepada Allah

Akhlak kepada Allah yakni pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Illah (Tuhan,
yang didahulukan) selain Allah SWT, dzat yang Maha Esa, dzat yang Maha suci atas
semua sifat-sifat terpuji-Nya, tidak ada satupun yang dapat menandingi ke-Esaan-Nya,
jangankan manusia, malaikatpun tidak ada yang menjangkau hakikat-Nya.

Malaikatpun berucap : “Maha Suci Engkau Wahai Allah, kami tidak mampu
memuji-Mu, Pujian atas-Mu, adalah yang Engkau pujikan kepada diri-Mu”. Teramati
semua bahwa semua makhluk menyucikan-Nya dari segala kekurangan dan menyertakan
pujian kepada-Nya. Itulah sebabnya mengapa al-Qur’an mengajarkan kita untuk
menyucikan-Nya juga memerintahkan kepada kita semua untuk berserah diri kepada
Allah karena segala yang bersumber dari Allah adalah baik, benar dan sempurna tidak
ada kekurangan sedikitpun.

2) Akhlak kepada Orang Tua

Orang tua menjadi sebab adanya anak-anak, karena itu akhlak terhadap orang tua
sangat ditekankan oleh ajaran islam. Bahkan berdosa kepada orang tua termasuk dosa
besar yang siksanya tidak hanya di akhirat akan tetapi di dunia juga.

Prinsip-prinsip dalam melaksanakan akhlak mahmudah terhadap orang tua adalah:

a) patuh, yaitu mentaati perintah orang tua, kecuali yang bertentangan dengan perintah
Allah

b) ihsan, yaitu berbuat baik kepada mereka sepanjang hidupnya

c) lemah lembut dalam perkataan maupun tindakan

d) merendahkan diri di hadapannya


e) berterima kasih

f) berdoa untuk mereka.

Anak wajib patuh kepada kedua orang tua, selama orang tua tidak mengajak syirik
untuk menyekutukan Allah, hal ini ditegaskan pada firman Allah yang artinya: “Dan
Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada orang tua ibu bapaknya,
ibunya telah mengandung dalam keadaan yang lemah bertambah lemah dan menyapihnya
dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaKu, dan kepada kedua orang tua ibu bapakmu,
hanya kepadaKulah engkau kembali, dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku suatu yang tidak ada pengetahuan dengan itu, Maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergauilah kepadanya di dunia dengan baik.
(QS. Lukman : 23).

Begitu pentingnya kita untuk berbakti kepada orang tua, Allah telah memposisikan ini
setelah perintah manusia untuk tidak menyekutukan Allah sehingga berbuat baik kepada
orang tua berada di bawah satu tingkat setelah perintah tauhid (monoteisme).

3) Akhlak kepada Sesama Manusia

Beberapa ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan akhlak kita kepada sesama
manusia sebagaimana berikut :

a) Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang disertai
dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima) (QS Al-Baqarah [2]: 263).

b) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan
rumahmu sebelum kamu meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya (QS
An-Nur [24]: 27).

c) Tidak wajar seseorang mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula
berprasangka buruk tanpa alasan, atau menceritakan keburukan seseorang, dan
menyapa atau memanggilnya dengan sebutan buruk (Al-Hujurat [49]: 11-12).

d) Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan dimuka bumi ini dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri, dan sederhanakanlah
kamu dalam berjalan dan lunakanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara itu
adalah suara keledai (QS. Luqman : 31-18)

Karena manusia adalah makhluk sosial yang saling berhubungan dan saling
membutuhkan satu sama lain hendaknya kita harus menjaga kesopanan, tutur kata yang
lembut dan tidak menyakiti seperti sebutan Al-Muhsin yaitu orang yang memiliki harga
diri, berkata benar, lemah lembut, juga seorang muslim yang mengikuti petunjuk-
petunjuk akhlak Al-qur’an.

4) Akhlak kepada Lingkungan

Arti dari lingkungan disini meliputi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia,
baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya,
akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia
sebagai khalifah. Ini berarti manusia harus bisa menjaga, mengayomi, memelihara serta
membimbing agar setiap makhluk tercapai tujuan atas penciptaanya. Sebagaimana contoh
islam tidak membenarkan mengambil buah yang belum masak, memetik bunga yang
belum mekar, karena hal ini tidak memberi kesempatan makhluk hidup untuk mencapai
tujuan penciptaanya. Dalam hal ini manusia harus dituntut untuk menjaga kelangsungan
lingkungan kita dan tidak melakukan kerusakan karena setiap perusakan terhadap
lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri.

E. Cara Untuk Menumbuhkan Akhlak Terpuji

Dalam mewujudkan akhlak yang mulia sebagaimana sifat-sifat terpuji yang telah
dijelaskan diatas, menurut Buya Hamka ada beberapa kewajiban yang harus ditunaikan
antara lain:

 Membersihkan hati serta mensucikan hubungan dengan Allah SWT

 Memperhatikan seluruh perintah dan larangan agama

 Belajar melawan kehendak diri dan menaklukkannya kepada kehendak Allah

 Menegakkan persaudaraan di dalam islam Menjadikan Nabi Muhammad sebagai suri


tauladan dalam setiap bertingkah laku.

Anda mungkin juga menyukai