Anda di halaman 1dari 19

Pancasila Sebagai

Sistem Filsafat

Andi Asriana, S.H., M.H.


A. Pengertian Filsafat

Filsafat berasal dari bahasa Yunani “Philein” = Cinta dan


“Sophia” = Kebijaksanaan

Filsafat secara sederhananya dapat diartikan sebagai keinginan


yang sungguh-sungguh untuk mencari keinginan yang sejati
1. Filsafat Pancasila
 Menurut Ruslan Abdul Gani, bahwa Pancasila merupakan
filsafat Negara yang lahir collective Ideologie dari seluruh
bangsa Indonesia, dikatakan sebagai filsafat karena
Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh the founding father bangsa
Indonesia yang kemudian dituangkan dalam suatu “system”
yang tepat.

Lanjutan ……
 Menurut Notonagoro, filsafat Pancasila memberi
pengetahuan dan pengertian ilmiah, yaitu tentang hakikat
Pancasila

Pengertian filsafat Pancasila secara umum adalah hasil


berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa
Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai
sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling
benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling
sesuai bagi bangsa Indonesia.
Karakteristik Sistem Filsafat Pancasila

 Sila-sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan system


yang bulat dan utuh (sebagai suatu totalitas). Dengan
pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila
dengan sila lainnya terpisah-pisah maka itu bukan
Pancasila.
 Susunan Pancasila dengan suatu system yang bulat dan utuh
itu dapat di jelaskan sbb :

Lanjutan …..
1. Sila 1, meliputi,mendasari,menjiwa:sila 2,3,4 dan 5
2. Sila 2,diliputi,didasari,dan dijiwai sila 1,serta mendasari
dan menjiwai sila 3,4,dan 5
3. Sila 3,meliputi,mendasari,dan menjiwai sila 1,2 serta
mendasari jiwa sila 4 dan 5
4. Sila 4, meliputi,didasari,dan di jiwai sila 1,2,dan 3,serta
mendasari dan menjiwai sila 5
5. Sila 5,meliputi didasari,dan dijiwai sila 1,2,3 dan 4
 Pancasila sebagai suatu substansi. Artinya unsur
asli/permanen/primer pancasila sebagai suatu yang ada
mandiri,yaitu unsure-unsurnya berasal dari dirinya sendiri
 Pancasila sebagai suatu yang realita, artinya adalam diri
manusia Indonesia dan masyarakatnya, sebagai suatu
kenyataan hidup bagsa yang tumbuh hidup dan
berkembang dalam kehidupan sehari-hari
Prinsip-prinsip filsafat pancasila
Pancasila ditinjau dari Kausal Aristotelesdapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kausal Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan
materi/bahan
2. Kausal Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan
bentuknya sebab yang berhubungan dengan bentuknya, pancasila yang
ada pada pembukaan UUD 45 memenuhi bsyarat formal (kebenaran
formal;
3. Kausa Efisiens, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI idalam
menyusun dan merumuskan pancasila menjadi dasar Negara
Indonesia  merdeka; serta
4. Kausa finalis,maksudnya berhubngan dengan tujuannya ,yaitu tujuan
diusu’kannya pancasila sebagai dasar Negara Indonesia merdeka.
Inti atau esensi sila- sila pancasila meliputi:

1. Tuhan,yaitu sebagai kausa prima;


2. Manusia, yaitu mahluk individu dan mahluk sosial;
3. Satu, yaitu kesatuan memiliki milik kepribadian
sendiri;
4. Rakyat,yaitu unsur mutlak Negara,harus bekerja sama
dengan bergotongroyong,;serta
5. Adil,yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan
orang lain yang menjadi haknya
Aspek Epistemologi

Epistemologi menyelidiki sumber, proses, syarat-syarat batas,


validitas dan hakikat ilmu. Epistemologi Pancasila secara mendasar
meliputi nilai-nilai dan azas-azas:
• Mahasumber ialah Tuhan, yang menciptakan kepribadian manusia
dengan martabat dan potensi unik yang tinggi, menghayati
kesemestaan, nilai agama dan ketuhanan. Kepribadian manusia
sebagai subyek diberkati dengan martabat luhur: pancaindra, akal,
rasa, karsa, cipta, karya dan budi nurani. Kemampuan martabat
manusia sesungguhnya adalah anugerah dan amanat ketuhanan/
keagamaan.
Lanjutan….
 Sumber pengetahuan dibedakan dibedakan secara kualitatif,
antara:
a. Sumber primer, yang tertinggi dan terluas, orisinal:
lingkungan alam, semesta, sosio-budaya, sistem
kenegaraan dan dengan dinamikanya;
b. Sumber sekunder: bidang-bidang ilmu yang sudah ada/
berkembang, kepustakaan, dokumentasi;
c. Sumber tersier: cendekiawan, ilmuwan, ahli, narasumber,
guru.
 Wujud dan tingkatan pengetahuan dibedakan secara
hierarkis:
a. Pengetahuan indrawi;
b. Pengetahuan ilmiah;
c. Pengetahuan filosofis;
d. Pengetahuan religius.
 Pengetahuan manusia relatif mencakup keempat wujud tingkatan itu.
Ilmu adalah perbendaharaan dan prestasi individual maupun sebagai
karya dan warisan budaya umat manusia merupakan kualitas
martabat kepribadian manusia. Perwujudannya adalah pemanfaatan
ilmu guna kesejahteraan manusia, martabat luhur dan kebajikan para
cendekiawan (kreatif, sabar, tekun, rendah hati, bijaksana). Ilmu
membentuk kepribadian mandiri dan matang serta meningkatkan
harkat martabat pribadi secara lahiriah, sosial (sikap dalam
pergaulan), psikis (sabar, rendah hati, bijaksana). Ilmu menjadi
kualitas kepribadian, termasuk kegairahan, keuletan untuk berkreasi
dan berkarya.
• Martabat kepribadian manusia dengan potensi uniknya memampukan
manusia untuk menghayati alam metafisik jauh di balik alam dan
kehidupan, memiliki wawasan kesejarahan (masa lampau, kini dan
masa depan), wawasan ruang (negara, alam semesta), bahkan secara
suprarasional menghayati Tuhan yang supranatural dengan kehidupan
abadi sesudah mati. Pengetahuan menyeluruh ini adalah perwujudan
kesadaran filosofis-religius, yang menentukan derajat kepribadian
manusia yang luhur. Berilmu/ berpengetahuan berarti mengakui
ketidaktahuan dan keterbatasan manusia dalam menjangkau dunia
suprarasional dan supranatural. Tahu secara ‘melampaui tapal batas’
ilmiah dan filosofis itu justru menghadirkan keyakinan religius yang
dianut seutuh kepribadian: mengakui keterbatasan pengetahuan ilmiah-
rasional adalah kesadaran rohaniah tertinggi yang membahagiakan.
Aspek Ontologis

Secara ontologis kajian Pancasila sebagai filsafat


dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat
dasar dari sila-sila Pancasila. Menurut Notonagoro hakikat
dasar ontologis Pancasila adalah manusia. Mengapa ?
Karena manusia merupakan subjek hokum pokok dari sila-
sila Pancasila.
Dengan demikian, secara ontologis hakikat dasar
keberadaan dari sila-sila Pancasila adalah manusia
Ontologi Pancasila mengandung azas dan nilai antara lain:

 Tuhan yang mahaesa adalah sumber eksistensi kesemestaan. Ontologi


ketuhanan bersifat religius, supranatural, transendental dan
suprarasional;
 Ada – kesemestaan, alam semesta (makrokosmos) sebagai ada tak
terbatas, dengan wujud dan hukum alam, sumber daya alam yang
merupakan prwahana dan sumber kehidupan semua makhluk: bumi,
matahari, zat asam, air, tanah subur, pertambangan, dan sebagainya;
 Eksistensi subyek/ pribadi manusia: individual, suku, nasional, umat
manusia (universal). Manusia adalah subyek unik dan mandiri baik
personal maupun nasional, merdeka dan berdaulat. Subyek pribadi
mengemban identitas unik: menghayati hak dan kewajiban dalam
kebersamaan dan kesemestaan (sosial-horisontal dengan alam dan
sesama manusia), sekaligus secara sosial-vertikal universal dengan
Tuhan. Pribadi manusia bersifat utuh dan unik dengan potensi jasmani-
rohani, karya dan kebajikan sebagai pengemban amanat keagamaan;

Lanjutan…
 Eksistensi tata budaya, sebagai perwujudan martabat dan kepribadian
manusia yang unggul. Baik kebudayaan nasional maupun universal
adalah perwujudan martabat dan kepribadian manusia: sistem nilai,
sistem kelembagaan hidup seperti keluarga, masyarakat, organisasi,
negara. Eksistensi kultural dan peradaban perwujudan teleologis
manusia: hidup dengan motivasi dan cita-cita sehingga kreatif,
produktif, etis, berkebajikan;
 Eksistensi bangsa-negara yang berwujud sistem nasional, sistem
kenegaraan yang merdeka dan berdaulat, yang menampilkan martabat,
kepribadian dan kewibawaan nasional. Sistem kenegaraan yang
merdeka dan berdaulat merupakan puncak prestasi perjuangan bangsa,
pusat kesetiaan, dan kebanggaan nasional.
Aspek Aksiologi

Kajian aksiologi filsafat Pancasila pada hakikatnya membahas


tentang nilai praksis atau manfaat suatu pengetahuan tentang
Pancasila. Karena Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki
satu kesatuan dasar aksiologis, maka nilai-nilai yang terkandung
dalamnya pada hakikatnya juga merupakan satu kesatuan.
Selanjutnya aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita
membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Istilah nilai dalam kajian
filsafat dipakai untuk merujuk pada ungkapan abstrak yang dapat
juga diartikan sebagai “keberhargaan” atau “kebaikan” dan kata
kerja yang artinya sesuatu tindakan kejiwaan tertentu dalam
menilai atau melakukan penilaian
Pokok-pokok aksiologi itu dapat disarikan sebagai berikut:

 Tuhan yang mahaesa sebagai mahasumber nilai, pencipta alam semesta


dan segala isi beserta antarhubungannya, termasuk hukum alam

 Subyek manusia dapat membedakan hakikat mahasumber dan sumber


nilai dalam perwujudan Tuhan yang mahaesa, pencipta alam semesta,
asal dan tujuan hidup manusia (sangkan paraning dumadi, secara
individual maupun sosial).
 Nilai-nilai dalam kesadaran manusia dan dalam realitas alam
semesta
 Manusia dengan potensi martabatnya menduduki fungsi ganda
dalam hubungan dengan berbagai nilai
 Martabat kepribadian manusia secara potensial-integritas bertumbuhkembang
dari hakikat manusia sebagai makhluk individu-sosial-moral: berhikmat
kebijaksanaan, tulus dan rendah hati, cinta keadilan dan kebenaran, karya dan
darma bakti, amal kebajikan bagi sesama.

Lanjutan ….
 Manusia dengan potensi martabatnya yang luhur dianugerahi akal budi
dan nurani sehingga memiliki kemampuan untuk beriman kepada Tuhan
yang mahaesa menurut agama dan kepercayaan masing-masing

 Manusia sebagai subyek nilai memikul kewajiban dan tanggung jawab


terhadap pendayagunaan nilai, mewariskan dan melestarikan nilai dalam
kehidupan
 Eksistensi fungsional manusia ialah subyek dan kesadarannya.
Kesadaran berwujud dalam dunia indra, ilmu, filsafat (kebudayaan/
peradaban, etika dan nilai-nilai ideologis) maupun nilai-nilai
supranatural.
Filsafat Pancasila dalam konteks
PKN
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai
filsafat hidup bangsa Indonesia pada hakikatnya
merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis,
fundamental dan menyeluruh. Untuk itu, sila-sila
Pancasila merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat
bulat dan utuh, hierarkis da sistematis.

Anda mungkin juga menyukai