Anda di halaman 1dari 10

PANCASILA SEBAGAI

SISTEM FILSAFAT
Oleh Luly Triningsih M.A
Pengertian Sistem
• Menurut Shrode dan Don Voich
1) suatu kesatuan bagian-bagian;
2) bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri;
3) saling berhubungan, saling ketergantungan;
4) kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem); dan
5) terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.

• Berdasarkan pengertian tersebut, Pancasila yang berisi lima sila saling berhubungan membentuk satu
kesatuan sistem, yang dalam proses bekerjanya saling melengkapi dalam mencapai tujuan.
Meskipun, setiap sila pada hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, memiliki fungsi sendiri-sendiri,
namun memiliki tujuan tertentu yang sama, yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.
Pengertian Filsafat
• Istilah ‘filsafat’ berasal dari bahasa Yunani; philosophia terususun dari kata philos
yang berarti cinta atau philia yang berarti persahabatan + kata sophos yang berarti
kebijaksanaan, pengetahuan, ketrampilan, pengalaman praktis, inteligensi (Bagus,
1996: 242).
• philosophia secara harfiah berarti mencintai kebijaksanaan. Kata kebijaksanaan juga
dikenal dalam bahasa Inggris; wisdom.
• Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya
manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep
yang bermanfaat bagi peradaban manusia.
• istilah ‘philosophos’ pertama kali digunakan oleh Pythagoras (572 -497 SM) untuk menunjukkan
dirinya sebagai pecinta kebijaksanaan (lover of wisdom), bukan kebijaksanaan itu sendiri.
• pengertian filsafat menurut beberapa filsuf, yaitu antara lain;
 Plato (427SM - 347SM); filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada atau ilmu
pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli;
 Aristoteles (384 SM - 322SM); filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran,
yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik,
dan estetika atau filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda;
 Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM); filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang
mahaagung dan usaha-usaha untuk mencapainya;
• Dari definisi tersebut, dapat dapat diberikan garis besar bahwa filsafat sesungguhnya adalah
kerangka berpikir (mode of thougt) mendalam mengenai segala hal yang ada, yang meliputi
Tuhan, Alam dan Manusia
• Ciri berfikir filosofis setidaknya ada 4 hal :
 Rasional : logis, runtut, dan dapat diterima nalar.
 Radikal : bukan hanya sampai pada fakta empiris, tetapi sampai ke hal yang
terdalam.
 Kritis : senantiasa mempertanyakan segala sesuatu problem yang diahadapi
manusia
 Komprehensif : suatu pemikiran kefilsafatan bukan hanya berdasar pada fakta khusus dan
individual saja, yang kemudian hanya sampai pada kesimpulan yang khusus dan individual
juga, namun pemikiran kefilsafatan harus sampai pada kesimpulan yang bersifat umum.
Suatu pemikiran kefilsafatan harus bersifat komprehensif artinya menyeluruh, tidak parsial
• Cabang utama filsafat :
1. Metafisika
• metafisika umum : ontologi
• metafisika khusus yang terbagi dalam teodise, kosmologi, dan antropologi metafisik.
2. Epistemologi
3. Aksiologi : etika dan estetika
4. Logika
Filsafat Pancasila

• Filsafat Pancasila dapat didefinisikan sebagai refleksi kritis dan rasional tentang
Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila
dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil permenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh the founding fathers Indonesia, yang dituangkan dalam
suatu sistem (Abdul Gani, 1998).
Dasar Ontologis Pancasila

• Hakikatnya adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak mono-pluralis


• Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila pancasila secara ontologis memiliki hal-hal
yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat : raga dan jiwa, sifat kodrat manusia
adalah sebagai makhluk individu dan makhluk social, serta kedudukan kodrat
manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan YME.
• berbicara tentang sumber pengetahuan, sebagai salah satu pokok pembahasan
epistemologi, maka pancasila bersumber pada nilai-nilai yang ada pada bangsa
Indonesia sendiri ( adat-istiadat, budaya, dan nilai religious ) , bukan hanya merupakan
hasil perenungan serta pemikiran seseorang saja, tetapi dirumuskan oleh wakil-wakil
bangsa Indonesia dalam mendirikan Negara.
Dasar Aksiologi Pancasila

• Aksiologi terkait erat dengan penelaahan atas nilai. Nilai berhubungan dengana kajian
mengenai apa yang secara intrinsik, yaitu bernilai dalam dirinya sendiri dan ekstrinsik
atau disebut instrumental, yaitu bernilai sejauh dikaitkan dengan cara mencapai tujuan.
• Pancasila sebagai nilai instrumental mengandung imperatif dan menjadi arah bahwa
dalam proses mewujudkan cita-cita negara bangsa, seharusnya menyesuaikan dengan
sifat-sifat yang ada dalam nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan sosial
• Pancasila juga mencerminkan nilai realitas dan idealitas. Driyarkara menyatakan bahwa
bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan Sein im Sollen. Pancasila merupakan
harapan, cita-cita, tapi sekaligus adalah kenyataan bagi bangsa Indonesia.
Hakikat Sila-sila Pancasila Yang Bercorak
Hirarkis Piramidal

Sila ke-5
• Sila 1 menjiwai dan meliputi sila ke-2, 3,
Sila ke-4
Sila ke-3
4, 5.
Sila ke-2
• Sila 2 dijiwai dan diliputi sila ke-1, dan
Sila ke-1
menjiwai serta meliputi sila ke-3, 4, 5.
• Begitu seterusnya.
• Dalam susunan hierarkhis dan piramidal, sila Ketuhanan yang Maha Esa menjadi basis
kemanusiaan, persatuan Indonesia, kerakyatan dan keadilan sosial. Sebaliknya Ketuhanan
Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan, yang membangun, memelihara
dan mengembangkan persatuan Indonesia, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial.
Demikian selanjutnya, sehingga tiap-tiap sila di dalamnya mengandung sila-sila lainnya.
• hakikat adanya Tuhan adalah ada karena dirinya sendiri, Tuhan sebagai causa prima. Oleh
karena itu segala sesuatu yang ada termasuk manusia ada karena diciptakan Tuhan atau
manussia ada sebagai akibat adanya Tuhan (sila pertama). Adapun manusia adalah
sebagai subjek pendukung pokok negara, karena negara adalah lembaga kemanusiaan,
negara adalah sebagai persekutuan hidup bersama yang anggotanya adalah manusia (sila
kedua). Dengan demikian, negara adalah sebagai akibat adanya manusia yang bersatu
(sila ketiga). Selanjutnya terbentuklah persekutuan hidup bersama yang disebut rakyat.
Rakyat pada hakikatnya merupakan unsur negara di samping wilayah dan pemerintah.
Rakyat adalah totalitas individu-individu dalam negara yang bersatu (sila keempat).
Adapun keadilan yang pada hakikatnya merupakan tujuan bersama atau keadilan sosial
(sila kelima) pada hakikatnya sebagai tujuan dari lembaga hidup bersama yang disebut
negara.

Anda mungkin juga menyukai