Anda di halaman 1dari 5

Tita: Bagaimana Perlakuan PPN dan PPnBM Apabila Terjadi Pembatalan Transaksi Pembelian Barang

Kena Pajak (BKP )?

Jawab:

Perlakuan PPN dan PPnBM Apabila Terjadi Pembatalan Transaksi Pembelian BKP berlaku ketentuan
sebagai berikut :

1. Dalam hal terjadi pembatalan transaksi penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang
Faktur Pajak-nya telah diterbitkan, maka Faktur Pajak tersebut harus dibatalkan.
2. Pembatalan transaksi harus didukung oleh bukti atau dokumen yang membuktikan bahwa telah
terjadi pembatalan transaksi. Bukti dapat berupa pembatalan kontrak atau dokumen lain yang
menunjukkan telah terjadi pembatalan transaksi tersebut.
3. Pengusaha Kena Pajak Penjual yang melakukan pembatalan Faktur Pajak harus memiliki bukti
dari Pengusaha Kena Pajak Pembeli yang menyatakan bahwa transaksi dibatalkan.
4. Faktur Pajak yang dibatalkan harus tetap diadministrasi (disimpan) oleh Pengusaha Kena Pajak
Penjual yang menerbitkan Faktur Pajak tersebut.
5. Pengusaha Kena Pajak Penjual yang membatalkan Faktur Pajak harus mengirimkan surat
pemberitahuan dan copy dari Faktur Pajak yang dibatalkan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat
Pengusaha Kena Pajak Penjual dikukuhkan dan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha
Kena Pajak Pembeli dikukuhkan.
6. Dalam hal Pengusaha Kena Pajak Penjual belum melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan di
dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, maka Pengusaha Kena Pajak Penjual
harus tetap melaporkan Faktur Pajak tersebut dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai dengan mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPn
BM.
7. Dalam hal Pengusaha Kena Pajak Penjual telah melaporkan Faktur Pajak tersebut dalam Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai sebagai Faktur Pajak Keluaran, maka Pengusaha
Kena Pajak Penjual harus melakukan pembetulan Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai Masa Pajak yang bersangkutan, dengan cara tetap melaporkan Faktur Pajak
yang dibatalkan tersebut dan mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan
PPn BM.
8. Dalam hal Pengusaha Kena Pajak Pembeli telah melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan
tersebut dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai sebagai Faktur Pajak
Masukan, maka Pengusaha Kena Pajak Pembeli harus melakukan pembetulan Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak (SPT Masa PPN) yang bersangkutan,
dengan cara tetap melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan tersebut dengan mencantumkan
nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPn BM.

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, maka atas kasus pembatalan pembelian tersebut yang harus
dilakukan bagi pembeli adalah :
1. Apabila Faktur Pajak belum dilaporkan ke Kantor Pajak melalui SPT Masa PPN, maka Saudara
harus meminta dokumen pembatalan faktur pajak kepada penjual serta meminta uang atas
harga beli barang dan PPN serta PPnBM yang telah dipungut oleh penjual.
2. Apabila Faktur Pajak sudah dilaporkan ke Kantor Pajak melalui SPT Masa PPN, maka harus
meminta dokumen pembatalan faktur pajak kepada penjual serta meminta uang atas harga beli
barang dan PPN serta PPnBM yang telah dipungut oleh penjual dan melakukan pembetulan SPT
Masa PPN Masa Pajak yang bersangkutan, dengan cara tetap melaporkan Faktur Pajak yang
dibatalkan tersebut dengan mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPn
BM.
3. Sehingga atas uang PPN dan PPnBM yang telah dibayarkan oleh pembeli kepada penjual tidak
dapat dikompensasikan ke masa berikutnya tetapi harus diminta kembali dari penjual Barang
Kena Pajak tetetersebu

Nisa: Bagaimana jika PKP mempunyai PPN masukan atas impor aset tetap, bisa dikreditkan atau tidak?
Bagaimana jika ada PPN atas pembelian aset tetap yang tidak dapat dikreditkan?

Jawab:

1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang terdapat dalam Impor aktiva tetap dan pembelian aktiva
tetap dapat dikreditkan sebagai pajak masukan sepanjang tidak termasuk dalam kriteria Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) Yang Tidak Dapat Dikreditkan Sebagai Pajak Masukan.
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang terdapat dalam Impor aktiva tetap dan pembelian aktiva
tetap dapat dibebankan sebagai biaya atau ditambahkan (dikapitalisasi) kepada harga perolehan
Aktiva sepanjang tidak dikreditkan sebagai pajak masukan.
3. Sehingga Pengusaha Kena Pajak (PKP) hanya dapat memilih salah satu pencatatan atau
pengakuan atas PPN tersebut tidak boleh keduanya yaitu sebagai pajak masukan atau
dikapitalisasi dalam harga beli/impor aktiva.

Widi: Jelaskan perubahan apa yang terjadi pada uu no. 18 ke UU no. 28? Dan apa kah yang diubah itu
merugikan atau bagaimana? Serta keuntungan apa apa saja yang didapat oleh pihak yang bersangkutan.

Pokok-pokok perubahan Undang- Undang PPN dan PPnBM UU No. 18 ke UU No. 28 tahun 2009
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani perubahan yang terdapat pada UU ini adalah:

1. Objek dan non objek pajak. Usaha di luar daerah pabean atas ekspor jasa kena pajak (JKP) dan Barang
Kena Pajak (BKP) dikenakan tarif 0%. Barang hasil pertanian yang diambil dari sumbernya tetap objek
pajak.

2. Untuk menjamin ketersediaan bahan baku industri energi, termasuk batubara, tetap tidak terkena
PPN.

3. Daging, telur, susu, sayur, buah, tidak kena PPN.

4. Untuk menghindari pengenaan ganda, maka yang sudah kena pajak daerah dikecualikan seperti galian
C, hotel, restoran, katering.
5. Jasa keuangan, termasuk bank syariah, bukan jasa kena pajak.

6. Retur jasa kena pajak,

7. Tarif tertinggi pajak barang mewah (PPnBM) 200% diterapkan jika benar-benar diperlukan.

Tujuan dilakukan perubahan UU Nomor 42 Tahun 2009

1. Untuk dapat lebih meningkatkan kepastian hukum dan keadilan bagi pengenaan Pertambahan Nilai.

2. Menciptakan sistem perpajakan yang lebih sederhana. Dengan cara mengubah dan
menyempurnakan ketentuan dalam UU PPN yang dianggap menyulitkan Wajib Pajak dalam rangka
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

3. Mengurangi biaya kepatuhan. Biaya yang dimaksud baik itu biaya administrasi bagi Wajib Pajak dalam
rangka melaksanakan hak dan kewajibannya maupun biaya pengawasan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah dalam rangka mengawasi kepatuhan Wajib Pajak.

4. Untuk lebih meningkatkan kepatuhan


Wajib Pajak. Dengan tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan
penerimaan pajak yang tercermin dengan naiknya rasio pajak (tax ratio).

5. Tidak mengganggu penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Selain tujuan diatas, fungsi pajak sebagai
sumber penerimaan negara tetap menjadi pertimbangan.

6. Mengurangi distorsi dan peningkatan kegiatan ekonomi.

Alam: bagaimana pengenaan PPN pada barang dan jasa? Serta nominal minimum pengenaan PPN

Barang atau Jasa yang Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BPK) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam daerah Pabean yang
dilakukan oleh pengusaha.

2. Impor Barang Kena Pajak.

3. Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.

4. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.

5. Ekspor Barang Kena Pajak berwujud atau tidak berwujud dan ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha
Kena Pajak (PKP).

6. Kegiatan Membangun Sendiri bangunan dengan luas lebih dari 200m2 yang dilakukan di luar
lingkungan perusahaan dan/atau pekerjaan oleh Orang Pribadi atau Badan yang hasilnya digunakan
sendiri atau pihak lain.
7. Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang pajak
masukan yang dibayar pada saat perolehan aktiva tersebut boleh dikreditkan.

Barang atau jasa yang dikenai PPN jumlahnya sangat banyak. Oleh karena itu, untuk memudahkan kita
membedakan mana barang yang dikenakan PPN dan tidak.

Berikut adalah daftar barang yang tidak dikenakan PPN:

1) Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya.

2) Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak.

3) Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung dan sejenisnya,
meliputi makanan dan minuman yang dikonsumsi di tempat atau tidak, termasuk makanan dan
minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering.

4) Uang, emas batangan, dan surat berharga.

Sedangkan untuk jasa yang tidak dikenakan PPN meliputi:

1) Jasa pelayanan kesehatan medis.

2) Jasa pelayanan sosial.

3) Jasa pengiriman surat dengan perangko.

4) Jasa keuangan.

5) Jasa asuransi.

6) Jasa keagamaan.

7) Jasa pendidikan.

8) Jasa kesenian dan hiburan.

9) Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan.

10) Jasa angkutan umum di darat dan air serta jasa angkutan dalam negeri yang menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari jasa angkutan luar negeri.

11) Jasa tenaga kerja.

12) Jasa perhotelan.

13) Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum.

14) Jasa penyediaan tempat parkir.


15) Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam.

16) Jasa pengiriman uang dengan wesel pos.

17) Jasa boga atau katering.

Untuk nominal minimum pengenaan PPN secara umum tidak ada. Ketika sudah memenuhi kriteria
sebagai Barang/Jasa kena pajak, maka Akan dikenakan pajak sesuai tarif pajak yang berlaku tanpa
memandang berapa nominal BPI tersebut.

Anda mungkin juga menyukai