Anda di halaman 1dari 9

UNSUR KEBAHASAAN DALAM NOVEL SEJARAH

INDIKATOR PEMBELAJARAN

1. Siswa dapat mengerti definisi unsur kebahasaan teks novel sejarah

2. Siswa dapat mengetahui ciri-ciri unsur kebahasaan teks novel sejarah

3. Siswa dapat mengetahui tujuan unsur kebahasaan teks novel sejarah

4. Siswa dapat mengidentifikasi unsur kebahasaan teks novel sejarah

5. Siswa dapat memilih salah satu teks untuk diidentifikasi unsur kebahasaannya

6. Siswa dapat menjelaskan ciri kebahasaan yang digunakan dalam teks yang telah dipilih

7. Siswa dapat membandingkan unsur kebahasaan pada teks sejenis

8. Siswa dapat menjelaskan perbedaan unsur kebahasaan pada teks yang telah dibandingkan
A. Definisi Unsur Kebahasaan dalam Teks Novel Sejarah.

Unsur kebahasaan adalah unsur-unsur yang mengatur bahasa untuk membangun sebuah kata
atau kalimat. Inti dari novel sejarah adalah rekaman peristiwa. Rekaman peristiwa ini diuraikan
dari awal hingga akhir secara kronologis. Jadi, unsur kebahasaan dalam teks novel sejarah
diartikan sebagai unsur-unsur yang mengatur bahasa untuk menbangun kata atau kalimat
kronologis dalam novel sejarah

B. Ciri-ciri Kebahasaan dalam Teks Novel Sejarah


1. Bahasa bersifat denotatif dan menunjuk pada pengertian yang sudah terbatas sehingga
tidak bermakna ganda.
2. Menggunakan bahasa naratif yang banyak mengandung urutan waktu untuk
menggambarkan peristiwa.
3. Bahasa bersifat ekspresif (yaitu memberi bayangan suasana pribadi pengarang), sugestif
(yaitu bersifat mempengaruhi pembaca), dan plastis (yaitu bersifat indah untuk
menggugah perasaan pembaca).
4. Melibatkan pronima, yaitu kata yang digunakan untuk menggantikan benda dan menamai
sseorang atau sesuatu secara tidak langsung. Misal kata dia atau mereka. Ini atau itu.
5. Melibatkan frasa adverbial, yaitu kata yang menujukan kejadian atau peristiwa, waktu,
dan tempat.
6. Melibatkan verba material, kata yang berfungsi menunjukan perbuatan atau aktivitas
yang dilakukan partisipan. Misal membaca, menulis, menyapu.
7. Melibatkan konjungsi temporal, yang berguna untuk menjelaskan urutan peristiwa yang
diceritakan.

C. Tujuan Unsur Kebahasaan Novel Sejarah

Unsur kebahasaan merupakan ciri-ciri suatu teks. jadi, jika tidak ada unsur kebahasaan
maka sebuah teks akan terlihat sama dan tidak ada bedanya dengan teks lain. Tujuan dari
unsur kebahasaan novel sejarah ialah untuk membedakan teks novel sejarah dengan jenis
teks yang lain.
D. Unsur Kebahasaan dalam Teks Novel Sejarah

Berikut ini ciri kebahasaan yang terdapat di dalam teks cerita sejarah:

1. Pronomina (kata ganti)

yaitu kata yang digunakan untuk menggantikan benda dan menamai sseorang atau sesuatu
secara tidak langsung. Ada tiga macam pronomina dalam bahasa Indonesia, yaitu 1)
pronomina persona, 2) pronomina penunjuk, dan 3) pronomina penanya.

A. Pronomina Persona

Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu pada orang. Pronomina
persona dapat mengacu pada diri sendiri (pronomina persona pertama), mengacu pada
orang yang diajak bicara (pronomina persona kedua), atau mengacu pada orang
dibicarakan (pronomina persona ketiga).

a. Persona pertama

Persona pertama dalam bahasa Indonesia adalah saya, aku, dan daku. Saya biasa


dipakai pada kalimat formal. Penggunaan aku biasa dipakai untuk suanana yang tidak
formal atau dalam pembicaraan batin, dan daku biasa dipakai pada karya sastra.

b. Persona kedua

Persona kedua tunggal mempunyai beberapa wujud, yakni engkau, kamu, Anda, dikau,
kau.

Biasa digunakan pada kalimat:

- Orang tua terhadap orang muda yang telah dikenal dengan baik dan lama.
Contoh: Kamu sudah bekerja, ‘kan?

- Orang yang status sosialnya lebih tinggi. Contoh: Apakah hasil rapat kemarin
  
sudah kamu ketik, Lisa?
- Orang yang mempunyai hubungan akrab, tanpa memandang umur atau status sosial.
Contoh: Kapan kerbaumu akan kamu carikan rumput?

Persona Anda dimaksudkan untuk menetralkan hubungan, seperti halnya kata you


dalam bahasa Inggris

c. Persona ketiga

Persona ini mengacu kepada orang yang dibicarakan atau orang ketiga. macam
persona ketiga , yaitu ia, dia, dan –nya,   beliau. Mereka.

B. Promina Petunjuk

Pronomina penunjuk dalam bahasa Indonesia yaitu a) pronomina penunjuk umum


dan b) pronomina penunjuk tempat.

a)        Pronomina penunjuk umum


Pronomina penunjuk umum ialah ini, itu, dan anu. Kata ini mengacu pada acuan
yang dekat dengan pembicara. Untuk acuan pada yang agak jauh dari pembicara
digunakan kata itu.
b)        Pronomina penunjuk tempat
Pronomina penunjuk tempat dalam bahasa Indonesia adalah sini,
situ, atau sana. Titik pangkal perbedaan di antara ketiganya ada pada pembicara:
dekat (sini), agak jauh (situ) dan jauh (sana). Karena meunjuk lokasi, pronomina ini
sering digunakan dengan preposisi pengacu arah, di,
ke, dan dari, sehingga di/ke/dari sini, di/ke/dari situ, di/ke/dari sana.

C. Promina Penanya
Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pertanyaan. Dari segi
maknanya, yang ditanyakan itu dapat mengenai 1) orang, 2) barang, atau 3) pilihan.
Pronomina siapa dipakai jika yang ditanyakan adalah orang atau nama orang; apa  bila
barang; dan mana  bila suatu pilihan tentang orang atau barang.

2. Frasa Keterangan atau Frasa Adverbial


Frasa yang distribusinya sama dengan kata keterangan. Umumnya inti frasa keterangan juga
berupa kata keterangan dan dalam kalimat sering menduduki fungsi sebagai keterangan.
Misalnya peristiwa, tempat, dan waktu.

Contoh:

 Tidak biasanya dia pulang larut malam


 Kebakaran itu terjadi kemarin sore
 Ia langsung terlelap setibanya di Jakarta

3. Verba Material
Verba material merupakan kata kerja berimbuhan yang mengacu pada tindakan fisik,
ataupun perbuatan yang dilakukan secara fisik oleh partisipan.

Contoh Verba Material (Kata dan Kalimat)


1. Melihat: Anwar melihat pesawat itu lepas landas di Bandara.
2. Memukul: Petinju itu memukul lawannya dengan pukulan yang sangat keras.
3. Menulis: Arif menulis buku karangan nya selama kurang lebih 1 tahun.
4. Mengendarai: Usman mengendarai mobil barunya dengan sangat lihai dan terlatih.
5. Menebang: Para penjahat itu menebang hutan secara liar tanpa memperdulikan efeknya
bagi ekosistem.

4. Konjungsi Temporal

konjungsi “kata sambung”, temporal digunakan supaya urutan peristiwa dapat tertata secara
kronologis. Konjungsi temporal yang menghubungkan dua hal atau peristiwa, terdiri dari
dua bagian yakni konjungsi temporal yang menghubungkan dua peristiwa yang sederajat
dan konjungsi temporal yang menghubungkan dua bagian kalimat yang tidak sederajat.
A. Konjungsi Temporal Sederajat

Kata konjungsi yang sering digunakan antara lain: Sebelumnya, sesudahnya, lalu,
kemudian, selanjutnya.

Contoh:

1. Mereka sarapan lalu ke pergi ke pasar.


2. Sinta menyapu halaman, kemudian dia mengepel lantai.
3. Andi sedang menonton TV, sebelumnya dia sudah membersihkan kamarnya terlebih
dahulu.
4. Ari sedang mengerjakan PR, sesudahnya dia dapat bermain dengan teman-temannya.
5. Ridwan sedang melakukan tes kesehatan mata, selanjutnya dia akan melakukan tes
kesehatan gigi.

B. Konjungsi Temporal Tidak Sederajat


Kata konjungsi yang sering digunakan antara lain: Apabila, Bila, Bilamana, Demi,
Hingga, Ketika, Sambil, Sebelum, Sedari, Sejak, Selama, Semenjak, Sementara, Seraya,
Waktu, Tatkala dan Sebagainya

Contoh:
1. Abah menonton TV sambil meminum kopi.
2. Ade dibelikan sepeda apabila dia mendapat nilai 90 di ulangan.
3. Hasan demi membanti pengobatan ibunya, ia rela menjual sepeda motornya.
4. Semenjak dia menikah dengan Sari, kehidupannya menjadi lebih tenang.
A. Kesimpulan
Inti dari novel sejarah adalah rekaman peristiwa. Rekaman peristiwa ini diuraikan
dari awal hingga akhir secara kronologis. Perlu diperhatikan bahwa novel sejarah
mengandung banyak konjungsi, terutama yang berhubungan dengan waktu. Keterangan
dan rujukan waktu, tempat, dan benda juga menjadi salah satu ciri-ciri kebahasaan dalam
teks novel sejarah.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Kepada semua agar kiranya dapat memahami kaidah – kaidah dasar bahasa indonesia
2. Kita diharuskan berbicara bahasa indonesia dengan baik dan benar agar lebih mudah
dipahami orang lain
3. Sebaiknya kita mempelajari lagi tentang kaidah – kaidah dasar bahasa indonesia agar
kita lebih lancar dalam berbahasa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai