Anda di halaman 1dari 59

DOKUMEN RKK

DAN
KENDALA SOLUSI
(RENCANA PENANGANAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA)

Penyedia :

CV. MARDI PUTRA KARYA


JL. Cimanuk VIII / 92 Semarang
Pekerjaan : Pembangunan Ruang Gamelan, UPK, PKH, KPU, Pramuka
dan Parkir Kecamatan Godean
Lokasi : Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan
Permukiman Kabupaten Sleman
Sumber Dana : APBD Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2020
PAKTA KOMITMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : SOLEKAH
Jabatan : Direktur
Perusahaan : CV MARDI PUTRA KARYA
Alamat : JL. Cimanuk VIII / 92 Semarang

dalam rangka pengadaan Pembangunan Ruang Gamelan, UPK, PKH, KPU, Pramuka dan Parkir
Kecamatan Godean berkomitmen melaksanakan konstruksi berkeselamatan demi terciptanya Zero
Accident, dengan memastikan bahwa seluruh pelaksanaan konstruksi:

1. Memenuhi ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi;


2. Menggunakan tenaga kerja kompeten bersertifikat;
3. Menggunakan peralatan yang memenuhi standar kelaikan;
4. Menggunakan material yang memenuhi standar mutu;
5. Menggunakan teknologi yang memenuhi standar kelaikan; dan
6. Melaksanakan Standar Operasi dan Prosedur (SOP)

Semarang, 26 DESEMBER 2019


CV. MARDI PUTRA KARYA

SOLEKAH
DIREKTUR
RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA KONTRAK (RK3K) DAN KENDALA
SOLUSI

I. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan Permen PU Nomor : 05/PRT/M/2014 tanggal 22 April 2014 dan Kepmen Tenaga Kerja Nomor :
05/Men/1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, maka CV. MARDI PUTRA KARYA,
demi menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi seluruh personil dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan dilapangan membuat suatu manajemen yang mengatur dan mengelola
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pelaksanaan pekerjaan yang merujuk pada ketetapan / aturan resmi dari
pemerintah seperti tersebut diatas.

Daftar Perundang-undangan dan persyaratan K3 yang wajib dan dipenuhi dalam


Melaksanakan Paket Pekerjaan ini adalah :
a. Undang-Undang No. 14 Tahun 1969, tentang Perlindungan terhadap Tenaga
Kerja Pembinaan Norm Keselamatan Kerja.
b. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja.
c. Undang-Undang No. 18 Tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi.
d. Peraturan Menteri PU No.09/PRT/M/2008 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang
PU.
e. SNI 19-0231-1987 Kegiatan Konstruksi, Keselamatan, dan Kesehatan Kerja.
f. SNI 19-3994-1995 Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan.
g. SNI 191957-1990 Pedoman Pengawasan Kesehatan Kerja
h. SNI 19-1961-1990 Peraturan Khusus Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

II. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2. Menjamin K3 bagi Pekerja-pekerja ditempat kerja
3. Perlengkapan Produksi yang aman dan memadai

III. TUJUAN
Untuk menjamin bahwa pekerjaan yang dilaksanakan di Satuan Kerja DPU telah mencakup / menjamin hal-hal
tentang :
1. Pemakaian peralatan/perlengkapan yang memadai
2. Dapat mengidentifikasi sumber-sumber/potensi bahaya
3. Melaksanakan Metode yang benar (Menyediakan Tempat-tempat khusus untuk material yang memerlukan
pananganan khusus, bongkar muat)
IV. RUANG LINGKUP
Instruksi kerja ini dipakai berlaku pada Kegiatan DPU Propinsi Jawa Tengah.

V. DEFINISI
1. Pekerjaan ini adalah Pembangunan Ruang Gamelan, UPK, PKH, KPU, Pramuka dan Parkir
Kecamatan Godean dengan menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah untuk memberikan suatu dasar dalam bekerja yang menuju kearah tujuan akhirnya,
yakni mencegah terjadinya cedera atau gangguan kesehatan yang disebabkan karena kejadian dan
keadaan yang berhubungan dengan pekerjaan.
2. Kategori I adalah jenis kecelakaan yang dapat menimbulkan kerusakan ringan atau pada prinsipnya tidak
membutuhkan perawat I rawat inap di Rumah Sakit.
3. Kategori II adalah jenis kecelakaan yang dapat menimbulkan kerusakan sedang / korban luka berat atau
mebutuhkan rawat inap di rumah sakit.
4. Kategori III adalah jenis kecelakaan yang dapat menimbulkan kerusakan berat / korban meninggal dunia.

VI. KEBIJAKSANAAN K3
1. Keselamatan kerja adalah tanggung jawab moril baik karyawan maupun pimpinan perusahaan
2. Penanggung jawab dalam pelaksanaan K3 di proyek adalah Pelaksana K3, dengan memastikan melakukan
inspeksi secara berkala.
3. Setiap personil/pegawai harus diberikan pelatihan mengenai K3 yang sesuai dengan lingkup dan tugasnya.
4. Setiap area tempat kerja yang mempunyai resiko dan kemungkinan terjadinya bahaya, harus menyediakan
petunjuk-petunjuk/informasi-informasi yang tepat cara penanganan dan pencegahan bahaya- bahaya yang
mungkin terjadi.
5. Setiap karyawan harus disediakan kebutuhan akan alat-alat pelindung diri, dilatih bagaimana cara
menggunakan, dan digunakan tempat yang seharusnya.
6. Bahan-bahan yang mudah meledak atau terbakar harus disimpan, diangkat dan diperlakukan sedemikian
rupa sehingga dapat dicegah dari kemungkinan terjadinya kebakaran
7. Alat-alat penyelamat harus tersedia diareal atau tempat-tempat yang membutuhkan
8. Pekerjaan yang dilakukan diatas air harus menyediakan peralatan keselamatan, seperti pelampung/ life
jacket yang mudah dijangkau dan diketahui oleh pegawai yang berada dilokasi tersebut.
9. Peralatan / kendaraan sebelum digunakan harus diperiksa dulu kelayakannya
10. Pihak Manajemen proyek harus melakukan tinjauan manajemen mengenai safety secara berkala
11. Setiap personil saat bekerja dilapangan harus dilakukan secara berkelompok
12. Masing-masing kelompok harus disediakan sarana untuk berkomunikasi.
13. Pada saat bekerja pegawai disarankan mengenakan identitas pengenal
14. Kontraktor harus menyediakan fasilitas keselamatan kerja upaya pencegahan dan personil yang mampu
menangani, serta peralatan P3K.
VII. TANGGUNG JAWAB
1. Site Manager
a. Menyetujui konsep Instruksi Safety yang akan dilaksanakan diproyek
b. Memimipin penerapan program K3 di proyek yang menjadi tanggung jawabnya
c. Memimpin rapat tinjauan manajemen atau rapat koordinasi tentang pelaksanaan program K3
d. Memimpin upaya peningkatan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program K3

2. Penanggung jawab Pelaksana K3


a. Menyusun konsep Instruksi tentang Safety yang sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan dan membahasnya
bersama bagian-bagian yang terkait
b. Merekomendasikan Konsep yang telah dibahas kepada Manajer proyek
c. Memeriksa, memonitor, mengevaluasi pelaksanaan K3 ditingkat proyek
d. Melaporkan penerapan dan pelaksanaan K3 ditingkat proyek kepada Manajer Proyek
e. Membuat resume tentang pelaksanaan K3
f. Bertanggung jawab akan keselamatan karyawan yang berada dibawah pengawasannya
g. Terjadi keadaan yang kurang aman, tidak aman atau darurat.

VIII. PENANGANAN KECELAKAAN


1. Tangani segera apabila ada kecelakaan Kerja dan utamakan keselamatan Jiwa Manusia
2. Segera berikan pertolongan pertama pada kecelakaan sesuai dengan jenis kecelakaan.
3. Apabila perlu, segera dibawa ke Puskesmas/dokter/ rumah sakit yang telah dirujuk pada alamat yang ditentukan
4. Hubungi kepolisian Babinsa setempat apabila kecelakaan tersebut memerlukan pertolongan yang serius

IX. PENANGANAN BILA TERJADI KEBAKARAN


1. Apabila terjadi kebakaran kecil agar ditangani sendiri dengan menggunakan peralatan Pemadam kebakaran
2. Beritahukan kepada personil yang berada dilokasi bahwa terjadi bahaya kebakaran
3. Jika terjadi kebakaran besar yang tidak dapat ditangani sendiri,utamakan manusia dengan memberitahukan
agar menjauhi lokasi
4. Laporkan kejadian kebakaran kepada penanggung jawab safety

CATATAN :
1. Jika dilokasi pekerjaan banyak terdapat kayu-kayu kering, yang diperhatikan adalah :
- Dilarang membuang puntung rokok yang masih menyala sembarangan
- Bara-bara api / bekas api unggun harus dipastikan telah benar-benar padam ketika akan meninggalkan
tempat.
2. Peralatan pemadam api I Fire extinguisher, harus disediakan pada tempat-tempat rawan tertentu yang
memerlukan
X. PERALATAN KESELAMATAN KERJA PEGAWAI
Setiap personil yang bertugas pada pelaksanaan pekerjaan, untuk paket pekerjaan yang berisiko tinggi terutama
yang dilapangan wajib menggunakan Peralatan Pelindung Diri Yang sesuai dengan Standar yaitu :
1. Helm Proyek, disarankan dipakai setiap kelapangan dan diwajibkan dipakai pada tempat-tempat yang berisiko
tinggi terhadap kejatuhan / benturan material;
2. Sepatu Proyek, Dipakai setiap hari dilapangan l site; Pakaian Seragam, dan identitas pengenal diri;
4. Masker, jika bekerja didaerah yang beracun/ berbau yang bisa mengakibatkan terganggunya kesehatan;
5. Sarung Tangan, bila hal tersebut diperlukan (untuk tukang Las Diwajibkan);
6. Kacamata Pelindung, jika hal tersebut diperlukan
7. Body Protector (pelindung Badan), apabila hal tersebut diperlukan (untuk tukang Las Diwajibkan);
8. Life Jacket (Pelampung), untuk bekerja diatas air dipakai setiap menggunakan transportasi air
9. P3K, disediakan ditempat-tempat yang memerlukan
10. Perlengkapan P3K harus diperiksa kembali kelengkapannya setelah dipergunakan
11. Setiap Pembantu Pelaksana, pelaksana, koordinator pengukuran harus dilengkapi dengan sarana komunikasi;
12. Memastikan sarana komunikasi berfungsi dengan baik
13. Disediakan layout ruangan ditempat-tempat strategis

XI. PEKERJAAN PENGUKURAN / PEMATOKAN


Untuk pegawai bagian pengukuran / surveyor serta pematokan diharuskan melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
1. mengenakan peralatan pelindung diri
2. mengetahui lay out daerah yang akan dikerjakan dengan memahami gambar teknik yang menjadi tanggung
jawabnya
3. Pada saat Pelaksanaan dilapangan harus dipastikan apakah lokasi yang diinjak adalah rawa atau bukan
dengan cara menggunakan ranting yang ditusukkan ketanah.
4. Penguasaan terhadap peralatan yang digunakan
5. Membawa perlengkapan P3K, perlengkapan istirahat yang layak pakai ; tenda tidak tembus air, lindungi tempat
berkemah dengan garam untuk menghindari binatang-binatang hutan mendekat

XII. PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN


1. Mengenakan peralatan pelindung sesuai dengan yang disyaratkan.
2. Operator mempunyai surat ijin mengoperasikan peralatan
3. Operator bekerja atas perintah Pelaksana
4. Operator harus mengetahui area yang akan digali atau ditimbun
5. Operator Melaksanakan Pengoperasian alat sesuai instruksi kerja yang berlaku di proyek
6. Menggunakan Alat bantu jika diperlukan
7. Operator bekerja dalam keadaan fit / sehat
XIII. PERJALANAN DAN FASILITAS TRANSPORTASI
Perjalanan dan fasilitas transportasi di / ke lokasi pekerjaan dapat ditempuh dengan jalan darat, untuk itu perlu
diperhatikan / diwajibkan mengikuti hal-hal sebagai berikut :
1. Mengenakan peralatan pelindung / penyelamat sesuai dengan yang disyaratkan
2. Semua fasilitas transportasi terutama dump truck dan mobil harus operasi dengan izin resmi dari pihak yang
berwenang
3. Semua Pengemudi harus mempunyai SIM
4. Kendaraan harus dilengkapi P3K secukupnya serta untuk perbaikan kecil
5. Semua Penggunaan Transport harus menggunakan Sabuk pengaman selama perjalanan
6. Kendaraan disarankan tidak melebihi kecepatan 60 km /jam
7. Pengoperasiaan kendaraan tidak boleh melebihi kapasitas

XIV. KECELAKAAN dan PENANGANAN

NO. JENIS KECELAKAAN CARA PENANGANAN KECELAKAAN

1 Luka - Benda tajam tersebut jangan dulu dicabut dari lukanya


a Pendarahan Akibat benda tajam - Tentukan pendarahan dan lindungi dengan kapas dan
perban
- Ikat pangkal / aliran sumber darah dengan kain, 15- 30
menit sekali dibuka selama 1 menit
- Bersihkan luka dengan betadine
- Bawa korban segera kerumah sakit / dokter dengan posisi
luka diatas jantung

- Gejala Sesak Nafas dan memar, segera dibawa


b Pendarahan Akibat benda tumpul Puskesmas/dokter/rumah sakit untuk diobservasi Pertama
selama 12 jam

2 Keracunan
a Keracunan akibat makanan atau - Segera berikan susu/putih telur/air kelapa atau air putih
minuman yang tidak diketahui - Gejala : mual, pusing, kaki dingin, bola mata membesar
sebelah

- Segera dimuntahkan
b Keracunan Akibat makanan atau - Segera berikan susu/puith telur/air kelapa atau air putih
minuman yang mudah terbakar : - segera berikan 3 sendok Air the/kopi dalam 1/2 gelas
minyak tanah, bensin, baygon, dll
c Keracunan Akibat Alkohol

3 Luka Bakar - Dinginkan / kompres dengan air


- Luka Bakar Ringan I - Berikan minum sebanyak-banyaknya
- Luka Bakar Ringan II - Keluarkan cairan yang terjadi akibat luka bakar dan
- Luka Bakar Ringan III berikan Betadine
4 Dipatuk / digigit Ular Menghentikan penyebaran racun dengan mengikat bagian
pangkal atau sumber aliran

5 Disengat Lebah - Kompres dengan air les pada bekas sengatan


- Digosok-gosok dengan pasir atau bunga-bungaan
6 Gatal -gatal - Segera berikan talc atau serbuk yang mengandung
antiseptic
- Berikan CTM
7 Panas 1 over Heat - Bawa ketempat yang teduh
- Berikan air putih secukupnya
- Sedot lendir pada hidung jika ada
- Untuk menghindari dehindrasi, minum air sebanyak –
banyaknya bila bekerja dibawah terik matahari
- Panas akan berakibat ke paru – paru atau nafas;
- Untuk dilakukan :
a. Bila ada teman 2 orang
5 x dada (agak kiri) ditekan secukupnya lalu 1 x
ditiup dari hidung atau mulut (salah satu ditutup)
terus menerus selama ± 15 menit
b. Bila sendirian
15 x dada ditekan secukupnya lalu ditiup 2x
IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO, PENETAPAN PENGENDALIAN RISIKO K3
Nama Perusahaan : CV. MARDI PUTRA KARYA

PENILAIAN RESIKO SKALA


N JENIS/TIPE PENEMPATAN
IDENTIFIKASI BAHAYA DAMPAK KEKERAPA KEPARAHA TINGKAT PRIORITA
O PEKERJAAN PENGENDALIAN RESIKO K3
N N RESIKO S

Menggunakan peralatan
kerja dan APD yang benar,
- Terkena paku saat menggunakan penyokong
PEKERJAAN
memasang papan yang baik, Menggunakan
TERHAMBAT
nama proyek metode / cara kerja yang
Pekerjaan ATAU HARUS
1 - Terkena parang saat 1 2 2 1 benar dan peralatan kerja
Persiapan DIHENTIKAN ,
memasang tiang patok yang baik, Pemeriksaan
PEKERJA
- Terkena palu saat Kesehatan (sebelum kerja,
TERLUKA
memasang tiang patok Selama kerja, sesudah kerja
, Instruksi Kerja Dari
penanggungjawab
- Tertimbun tanah/
longsoran Menggunakan peralatan
- Galian runtuh kerja dan APD yang benar,
- Tertimbun pasir menggunakan penyokong
PEKERJAAN
- Menghirup gas yang baik, Menggunakan
TERHAMBAT
Pekerjaan beracun metode / cara kerja yang
ATAU HARUS
2 Tanah dan - Menghirup 1 2 2 1 benar dan peralatan kerja
DIHENTIKAN ,
Pasir debu/kotoran yang baik, Pemeriksaan
PEKERJA
- Terkena/tertimpa alat Kesehatan (sebelum kerja,
TERLUKA
kerja/material Selama kerja, sesudah kerja
- Terperosok/terjatuh ke , Instruksi Kerja Dari
dalam galian penanggungjawab
- Tersengat listrik

Menggunakan peralatan
- Tertimpa material kerja dan APD yang benar,
- Tertimbun galian menggunakan penyokong
PEKERJAAN
tanah/tanah longsor yang baik, Menggunakan
TERHAMBAT
- Terpeleset metode / cara kerja yang
Pekerjaan ATAU HARUS
3 - Kecelakaan karena 1 2 2 1 benar dan peralatan kerja
Pondasi DIHENTIKAN ,
operasional peralatan yang baik, Pemeriksaan
PEKERJA
kerja Kesehatan (sebelum kerja,
TERLUKA
- Terkena sengatan Selama kerja, sesudah kerja
listrik , Instruksi Kerja Dari
penanggungjawab
- Menghirup
debu/semen
- Perancah ambruk
- Bekisting jebol
- Terjatuh saat
pengecoran
- Terbentur Menggunakan peralatan
material/peralatan kerja dan APD yang benar,
- Tersengat listrik menggunakan penyokong
Pekerjaan PEKERJAAN
- Terpotong/tergores yang baik, Menggunakan
Beton TERHAMBAT
- Tertusuk ujung metode / cara kerja yang
(termasuk ATAU HARUS
4 besi/benda tajam 1 2 2 1 benar dan peralatan kerja
perancah, DIHENTIKAN ,
- Tertimba material yang baik, Pemeriksaan
bekisting, PEKERJA
- Terperosok/terpeleset Kesehatan (sebelum kerja,
pembesian) TERLUKA
- Iritasi kulit Selama kerja, sesudah kerja
- Kejatuhan benda , Instruksi Kerja Dari
- Hubungan pendek penanggungjawab
listrik
- Bunga api pada
pekerjaan las
- Ujung besi mencuat
- Anyaman besi
tulangan roboh
Menggunakan peralatan
kerja dan APD yang benar,
- Iritasi kulit menggunakan penyokong
PEKERJAAN
- Terpapar sinar yang baik, Menggunakan
TERHAMBAT
matahari metode / cara kerja yang
Pekerjaan ATAU HARUS
5 - Terjatuh dari 1 2 2 1 benar dan peralatan kerja
Pasangan DIHENTIKAN ,
ketinggian yang baik, Pemeriksaan
PEKERJA
- Tertimpa material Kesehatan (sebelum kerja,
TERLUKA
yang jatuh Selama kerja, sesudah kerja
, Instruksi Kerja Dari
penanggungjawab
- Komponen jatuh
- Sambungan lepas Menggunakan peralatan
- Tertimpa benda jatuh kerja dan APD yang benar,
- Terjatuh dari menggunakan penyokong
PEKERJAAN
ketinggian yang baik, Menggunakan
TERHAMBAT
Pekerjaan - Mesin las terbakar metode / cara kerja yang
ATAU HARUS
6 Rangka dan - Baut patah 1 2 2 1 benar dan peralatan kerja
DIHENTIKAN ,
Penutup Atap - Terkena sengatan yang baik, Pemeriksaan
PEKERJA
listrik Kesehatan (sebelum kerja,
TERLUKA
- Bunga api pada Selama kerja, sesudah kerja
pekerjaan las , Instruksi Kerja Dari
- Terkena penanggungjawab
peralatan/material
Menggunakan peralatan
kerja dan APD yang benar,
- Terkena mesin menggunakan penyokong
PEKERJAAN
pemotong keramik yang baik, Menggunakan
TERHAMBAT
- Menghirup debu metode / cara kerja yang
Pekerjaan ATAU HARUS
7 - Tertimpa material 1 2 2 1 benar dan peralatan kerja
Lantai DIHENTIKAN ,
- Terkena sengatan yang baik, Pemeriksaan
PEKERJA
listrik Kesehatan (sebelum kerja,
TERLUKA
- Terpeleset Selama kerja, sesudah kerja
, Instruksi Kerja Dari
penanggungjawab
Menggunakan peralatan
kerja dan APD yang benar,
- Tertimpa kusen yang menggunakan penyokong
PEKERJAAN
roboh yang baik, Menggunakan
TERHAMBAT
Pekerjaan - Tergores/tertusuk metode / cara kerja yang
ATAU HARUS
8 Kusen potongan alumunium 1 2 2 1 benar dan peralatan kerja
DIHENTIKAN ,
Alumunium - Kecelakaan akibat yang baik, Pemeriksaan
PEKERJA
operasional mesin Kesehatan (sebelum kerja,
TERLUKA
pemotong Selama kerja, sesudah kerja
, Instruksi Kerja Dari
penanggungjawab
- Terjatuh dari Menggunakan peralatan
kerja dan APD yang benar,
ketinggian
menggunakan penyokong
- Menghirup debu PEKERJAAN
yang baik, Menggunakan
akibat pemotongan TERHAMBAT
metode / cara kerja yang
Pekerjaan material penutup ATAU HARUS
9 1 2 2 1 benar dan peralatan kerja
Plafond plafond DIHENTIKAN ,
yang baik, Pemeriksaan
- Terkena palu PEKERJA
Kesehatan (sebelum kerja,
- Terkena paku TERLUKA
Selama kerja, sesudah kerja
- Terluka akibat , Instruksi Kerja Dari
operasional peralatan penanggungjawab
Menggunakan peralatan
kerja dan APD yang benar,
- Menghirup bahan
menggunakan penyokong
dasar cat PEKERJAAN
yang baik, Menggunakan
- Terjatuh dari TERHAMBAT
metode / cara kerja yang
Pekerjaan ketinggian ATAU HARUS
10 1 2 2 1 benar dan peralatan kerja
Pengecatan - Terpeleset DIHENTIKAN ,
yang baik, Pemeriksaan
- Tertimpa material PEKERJA
Kesehatan (sebelum kerja,
yang jatuh TERLUKA
Selama kerja, sesudah kerja
- Terkena percikan cat , Instruksi Kerja Dari
penanggungjawab
- Menghirup lem pipa Menggunakan peralatan
- Terperosok/terpeleset kerja dan APD yang benar,
saat pekerjaan galian menggunakan penyokong
PEKERJAAN
septictank yang baik, Menggunakan
Pekerjaan TERHAMBAT
- Tertimpa metode / cara kerja yang
Sanitasi, ATAU HARUS
11 peralatan/material 1 2 2 1 benar dan peralatan kerja
Sanitair dan DIHENTIKAN ,
- Terjatuh akibat yang baik, Pemeriksaan
Air Bersih PEKERJA
tersandung Kesehatan (sebelum kerja,
TERLUKA
peralatan/material Selama kerja, sesudah kerja
- Terkena mesin , Instruksi Kerja Dari
pemotong pipa penanggungjawab
Menggunakan peralatan
kerja dan APD yang benar,
- Adanya bahaya kejut menggunakan penyokong
PEKERJAAN
- Sambungan pendek yang baik, Menggunakan
TERHAMBAT
Pekerjaan arus listrik metode / cara kerja yang
ATAU HARUS
12 Instalasi - Terkena sengatan 1 2 2 1 benar dan peralatan kerja
DIHENTIKAN ,
Listrik listrik yang baik, Pemeriksaan
PEKERJA
- Terjatuh dari Kesehatan (sebelum kerja,
TERLUKA
ketinggian Selama kerja, sesudah kerja
, Instruksi Kerja Dari
penanggungjawab
Menggunakan peralatan
- Tertimbun galian kerja dan APD yang benar,
tanah longsor menggunakan penyokong
PEKERJAAN
- Kecelakaan yang baik, Menggunakan
Pekerjaan TERHAMBAT
operasional metode / cara kerja yang
Talud dan ATAU HARUS
13 pemotongan pipa besi 1 2 2 1 benar dan peralatan kerja
Saluran DIHENTIKAN ,
- Terkena yang baik, Pemeriksaan
Irigasi PEKERJA
peralatan/material Kesehatan (sebelum kerja,
TERLUKA
- Terkena sengatan Selama kerja, sesudah kerja
listrik , Instruksi Kerja Dari
penanggungjawab
TABEL PENYUSUNAN SASARAN DAN PROGRAM K3
Nama Perusahaan : CV. MaRDI PUTRA KARYA

SASARAN KHUSUS PROGRAM


TIPE/JENIS PENGENDALIAN INDIKATOR
NO TOLOK JANGKA MONITORIN PENANGGUNG
PEKERJAAN RESIKO URAIAN SUMBER DAYA PENCAPAIA
UKUR WAKTU G JAWAB
N

Menggunakan
peralatan kerja dan
APD yang benar,
menggunakan
rambu rambu,
penyokong yang baik,
Apabila SDM yang
Menggunakan Tidak ada harus sudah
ada yang memadai, pimpinan
metode / cara kerja pekerja lengkap 100%
terluka instruksi kerja teknis,
1 Pekerjaan Persiapan yang benar dan yang sebelum sesuai checklist
dapat yang baik, penanggungjaw
peralatan kerja yang terluka mulai standart
segera tersedianya ab k3
baik, Pemeriksaan parah bekerja
ditangani APD, kondisi
Kesehatan (sebelum
alat yang baik
kerja, Selama kerja,
sesudah kerja
, Instruksi Kerja Dari
penanggungjawab
Menggunakan
peralatan kerja dan
APD yang benar,
menggunakan
rambu rambu,
penyokong yang baik,
Apabila SDM yang
Menggunakan Tidak ada harus sudah
ada yang memadai, pimpinan
metode / cara kerja pekerja lengkap 100%
Pekerjaan Tanah dan terluka instruksi kerja teknis,
2 yang benar dan yang sebelum sesuai checklist
Pasir dapat yang baik, penanggungjaw
peralatan kerja yang terluka mulai standart
segera tersedianya ab k3
baik, Pemeriksaan parah bekerja
ditangani APD, kondisi
Kesehatan (sebelum
alat yang baik
kerja, Selama kerja,
sesudah kerja
, Instruksi Kerja Dari
penanggungjawab
Menggunakan
peralatan kerja dan
APD yang benar,
menggunakan
rambu rambu,
penyokong yang baik,
Apabila SDM yang
Menggunakan Tidak ada harus sudah
ada yang memadai, pimpinan
metode / cara kerja pekerja lengkap 100%
terluka instruksi kerja teknis,
3 Pekerjaan Pondasi yang benar dan yang sebelum sesuai checklist
dapat yang baik, penanggungjaw
peralatan kerja yang terluka mulai standart
segera tersedianya ab k3
baik, Pemeriksaan parah bekerja
ditangani APD, kondisi
Kesehatan (sebelum
alat yang baik
kerja, Selama kerja,
sesudah kerja
, Instruksi Kerja Dari
penanggungjawab
Menggunakan
peralatan kerja dan
APD yang benar,
menggunakan
rambu rambu,
penyokong yang baik,
Apabila SDM yang
Menggunakan Tidak ada harus sudah
Pekerjaan Beton ada yang memadai, pimpinan
metode / cara kerja pekerja lengkap 100%
(termasuk perancah, terluka instruksi kerja teknis,
4 yang benar dan yang sebelum sesuai checklist
bekisting, dapat yang baik, penanggungjaw
peralatan kerja yang terluka mulai standart
pembesian) segera tersedianya ab k3
baik, Pemeriksaan parah bekerja
ditangani APD, kondisi
Kesehatan (sebelum
alat yang baik
kerja, Selama kerja,
sesudah kerja
, Instruksi Kerja Dari
penanggungjawab
Menggunakan
peralatan kerja dan
APD yang benar,
menggunakan
rambu rambu,
penyokong yang baik,
Apabila SDM yang
Menggunakan Tidak ada harus sudah
ada yang memadai, pimpinan
metode / cara kerja pekerja lengkap 100%
terluka instruksi kerja teknis,
5 Pekerjaan Pasangan yang benar dan yang sebelum sesuai checklist
dapat yang baik, penanggungjaw
peralatan kerja yang terluka mulai standart
segera tersedianya ab k3
baik, Pemeriksaan parah bekerja
ditangani APD, kondisi
Kesehatan (sebelum
alat yang baik
kerja, Selama kerja,
sesudah kerja
, Instruksi Kerja Dari
penanggungjawab
Menggunakan
peralatan kerja dan
APD yang benar,
menggunakan
rambu rambu,
penyokong yang baik,
Apabila SDM yang
Menggunakan Tidak ada harus sudah
ada yang memadai, pimpinan
metode / cara kerja pekerja lengkap 100%
Pekerjaan Rangka terluka instruksi kerja teknis,
6 yang benar dan yang sebelum sesuai checklist
dan Penutup Atap dapat yang baik, penanggungjaw
peralatan kerja yang terluka mulai standart
segera tersedianya ab k3
baik, Pemeriksaan parah bekerja
ditangani APD, kondisi
Kesehatan (sebelum
alat yang baik
kerja, Selama kerja,
sesudah kerja
, Instruksi Kerja Dari
penanggungjawab
Menggunakan
peralatan kerja dan
APD yang benar,
menggunakan
rambu rambu,
penyokong yang baik,
Apabila SDM yang
Menggunakan Tidak ada harus sudah
ada yang memadai, pimpinan
metode / cara kerja pekerja lengkap 100%
terluka instruksi kerja teknis,
7 Pekerjaan Lantai yang benar dan yang sebelum sesuai checklist
dapat yang baik, penanggungjaw
peralatan kerja yang terluka mulai standart
segera tersedianya ab k3
baik, Pemeriksaan parah bekerja
ditangani APD, kondisi
Kesehatan (sebelum
alat yang baik
kerja, Selama kerja,
sesudah kerja
, Instruksi Kerja Dari
penanggungjawab
Menggunakan
peralatan kerja dan
APD yang benar,
menggunakan
rambu rambu,
penyokong yang baik,
Apabila SDM yang
Menggunakan Tidak ada harus sudah
ada yang memadai, pimpinan
metode / cara kerja pekerja lengkap 100%
Pekerjaan Kusen terluka instruksi kerja teknis,
8 yang benar dan yang sebelum sesuai checklist
Alumunium dapat yang baik, penanggungjaw
peralatan kerja yang terluka mulai standart
segera tersedianya ab k3
baik, Pemeriksaan parah bekerja
ditangani APD, kondisi
Kesehatan (sebelum
alat yang baik
kerja, Selama kerja,
sesudah kerja
, Instruksi Kerja Dari
penanggungjawab
Menggunakan
peralatan kerja dan
APD yang benar,
menggunakan
rambu rambu,
penyokong yang baik,
Apabila SDM yang
Menggunakan Tidak ada harus sudah
ada yang memadai, pimpinan
metode / cara kerja pekerja lengkap 100%
terluka instruksi kerja teknis,
9 Pekerjaan Plafond yang benar dan yang sebelum sesuai checklist
dapat yang baik, penanggungjaw
peralatan kerja yang terluka mulai standart
segera tersedianya ab k3
baik, Pemeriksaan parah bekerja
ditangani APD, kondisi
Kesehatan (sebelum
alat yang baik
kerja, Selama kerja,
sesudah kerja
, Instruksi Kerja Dari
penanggungjawab
Menggunakan
peralatan kerja dan
APD yang benar,
menggunakan
rambu rambu,
penyokong yang baik,
Apabila SDM yang
Menggunakan Tidak ada harus sudah
ada yang memadai, pimpinan
metode / cara kerja pekerja lengkap 100%
Pekerjaan terluka instruksi kerja teknis,
10 yang benar dan yang sebelum sesuai checklist
Pengecatan dapat yang baik, penanggungjaw
peralatan kerja yang terluka mulai standart
segera tersedianya ab k3
baik, Pemeriksaan parah bekerja
ditangani APD, kondisi
Kesehatan (sebelum
alat yang baik
kerja, Selama kerja,
sesudah kerja
, Instruksi Kerja Dari
penanggungjawab
Menggunakan
peralatan kerja dan
APD yang benar,
menggunakan
rambu rambu,
penyokong yang baik,
Apabila SDM yang
Menggunakan Tidak ada harus sudah
ada yang memadai, pimpinan
Pekerjaan Sanitasi, metode / cara kerja pekerja lengkap 100%
terluka instruksi kerja teknis,
11 Sanitair dan Air yang benar dan yang sebelum sesuai checklist
dapat yang baik, penanggungjaw
Bersih peralatan kerja yang terluka mulai standart
segera tersedianya ab k3
baik, Pemeriksaan parah bekerja
ditangani APD, kondisi
Kesehatan (sebelum
alat yang baik
kerja, Selama kerja,
sesudah kerja
, Instruksi Kerja Dari
penanggungjawab
Menggunakan
peralatan kerja dan
APD yang benar,
menggunakan
rambu rambu,
penyokong yang baik,
Apabila SDM yang
Menggunakan Tidak ada harus sudah
ada yang memadai, pimpinan
metode / cara kerja pekerja lengkap 100%
Pekerjaan Instalasi terluka instruksi kerja teknis,
12 yang benar dan yang sebelum sesuai checklist
Listrik dapat yang baik, penanggungjaw
peralatan kerja yang terluka mulai standart
segera tersedianya ab k3
baik, Pemeriksaan parah bekerja
ditangani APD, kondisi
Kesehatan (sebelum
alat yang baik
kerja, Selama kerja,
sesudah kerja
, Instruksi Kerja Dari
penanggungjawab
Menggunakan
peralatan kerja dan
APD yang benar,
menggunakan
rambu rambu,
penyokong yang baik,
Apabila SDM yang
Menggunakan Tidak ada harus sudah
ada yang memadai, pimpinan
metode / cara kerja pekerja lengkap 100%
Pekerjaan Talud dan terluka instruksi kerja teknis,
13 yang benar dan yang sebelum sesuai checklist
Saluran Irigasi dapat yang baik, penanggungjaw
peralatan kerja yang terluka mulai standart
segera tersedianya ab k3
baik, Pemeriksaan parah bekerja
ditangani APD, kondisi
Kesehatan (sebelum
alat yang baik
kerja, Selama kerja,
sesudah kerja
, Instruksi Kerja Dari
penanggungjawab
XV. IDENTIFIKASI KECELAKAAN DAN PENGENDALI RISIKO BAHAYA lainnya
No. Jenis Pekerjaan Identifikasi Kecelakaan Identifikasi Penyebab Pencegahan

1. Pekerjaan tanah a. Terjatuh - Kurangnya Pengetahuan & Ketrampilan - Penempatan Rambu-rambu


b. Tergelincir - Masa Bodoh terhadap Bahaya - Pemakaian Perlatan Safety ; sepatu,
c. Tertimbun Tanah - Kurang / Tidak Mengenal Sumber-sumber Bahaya helm. Masker, kacamata
d. Terkena Debu / gas - Tidak mematuhi Aturan, Metode Kerja & Instruksi - Instruksi Kerja
Kerja

2 Pekerjaan Besi / Kayu a. Terpukul - Tidak ada / Tidak Mau Menggunakan Alat - Instruksi Kerja
b. Kejatuhan Benda Pengaman - Pemakaian Perlatan Safety ; sepatu,
c. Terkena Percikan - Kurangnya Pengetahuan & Ketrampilan helm. Masker, kacamata
3 Pekerjaan Beton a. Terjatuh - Masa Bodoh terhadap Bahaya - Penempatan Rambu-rambu
b. Terpukul - Kurang / Tidak Mengenal Sumber-sumber Bahaya - Pemakaian Perlatan Safety ; sepatu,
c. Tergelincir - Tidak mematuhi Aturan, Metode Kerja & Instruksi helm. Masker, kacamata
d. Kejatuhan Benda Kerja - Instruksi Kerja
e. Terkena Batu
4 Pekerjaan Las a. Terkena Percikan - Kesalahan metode pengelasan - Instruksi Kerja
- Pemakaian Perlatan Safety ; sepatu,
helm. Masker, kacamata
5 Pekerjaan Listrik a. Terkena Aliran Listrik - Korsleting / arus pendek - Instruksi Kerja

6 Pekerjaan Peledakan a. Terjatuh - Kesalahan perhitungan - Penempatan Rambu-rambu


b. Tertimbun Tanah - Kurang mengenal lokasi peledakan - Pemakaian Perlatan Safety ; sepatu,
c. Terkena Debu / Gas - Kurang memahami sifat / efek ledakan helm. Masker, kacamata
- Instruksi Kerja
7 Pekerjaan Pembongkaran a. Terjepit - Salah mengambil posisi / di posisi rawan - Instruksi Kerja
b. Terjatuh - Ceroboh / mengacuhkan tanda-tanda peringatan - Pemakaian Perlatan Safety ; sepatu,
c. Tergelincir helm. Masker, kacamata
d. Terpukul
e. Kejatuhan Benda
f. Terkena Debu
8 Pekerjaan Diatas Atap/ a. Terjatuh - Tidak konsentrasi - Pemakaian Perlatan Safety ; sepatu,
Bangunan Konstruksi b. Tergelincir - Terkejut karena ada sesuatu yang mengganggu helm. Masker, kacamata
Lain c. Terpukul - Tempat pijakan tidak aman
d. Kejatuhan Benda
e. Terkena Debu
9 Membawa Barang a. Terjatuh - Kurangnya Pengetahuan & Ketrampilan - Instruksi Kerja
b. Tergelincir - Masa Bodoh terhadap Bahaya - Pemakaian Perlatan Safety ; sepatu,
c. Terpukul - Kurang / Tidak Mengenal Sumber-sumber Bahaya helm. Masker, kacamata
d. Kejatuhan Benda - Tidak mematuhi Aturan, Metode Kerja & Instruksi - Pelampung
e. Terkena Debu Kerja
f. Tenggelam - Tidak ada / Tidak Mau Menggunakan
Alat Pengaman

10 Pengecatan a. Terjatuh - Kurang memahami metoda pengecatan - Pemakaian Perlatan Safety ; sepatu,
b. Tergelincir - Tempat pijakan kurang stabil helm. Masker, kacamata
c. Terpukul -
d. Kejatuhan Benda
e. Terkena Debu
11 Bahan Bakar a. Kebakaran - Salah menempatkan / menyimpan - Instruksi Kerja
- Croboh / teledor - Pemakaian Perlatan Safety ; sepatu,
helm. Masker, kacamata
12 Perkakas a. Terjepit - Instruksi Kerja
b. Terpukul - Pemakaian Perlatan Safety ; sepatu,
c. Terbelit helm. Masker, kacamata
- Pelampung
13 Peralatan Bengkel a. Terpukul - Instruksi Kerja
b. Terkena Percikan - Pemakaian Perlatan Safety ; sepatu,
c. Terkena Aliran Listrik helm. Masker, kacamata
d. Kejatuhan Benda - Pelampung
e. Terkena Debu
f. Kebakaran
g. Terbelit
h. Kejatuhan Benda
XVI. JENIS PEKERJAAN, PENYEBAB dan PENCEGAHAN KECELAKAAN LAINNYA

No. Jenis Pekerjaan Yang Menimbulkan Identifikasi Penyebab Pencegahan


Gejala Penyakit

1. Pengemudi Alat Berat a. Gaduh - Pertukaran Udara


b. Tekanan Udara - Pemakaian Peralatan Safety ; sepatu helm, masker, kacamata, Penutup
c. Suhu Telinga, sarung tangan,
d. Getaran - Pemeriksaan Kesehatan (sebelum kerja, Selama kerja, sesudah kerja
e. Sinar / Radiasi - Instruksi Kerja
f. Gas / Uap - Terampil
g. Zat Kimiawi
h. Debu

2. Peralatan Yang Bergetar a. Gaduh - Pertukaran Udara


b. Tekanan Udara - Pemakaian Peralatan Safety ; sepatu helm, masker, kacamata, Penutup
c. Getaran Telinga, sarung tangan,
d. Gas / Uap - Pemeriksaan Kesehatan (sebelum kerja, Selama kerja, sesudah kerja
e. Debu - Instruksi Kerja
- Terampil
3. Operator a. Gaduh - Pertukaran Udara
b. Tekanan Udara - Pemakaian Peralatan Safety ; sepatu helm, masker, kacamata, Penutup
c. Suhu Telinga, sarung tangan,
d. Getaran - Pemeriksaan Kesehatan (sebelum kerja, Selama kerja, sesudah kerja
e. Sinar / Radiasi - Instruksi Kerja
f. Gas / Uap - Terampil
g. Zat Kimiawi
h. Debu

4. Pekerjaan Kayu a. Gaduh - Pemakaian Peralatan Safety ; sepatu helm, masker, kacamata, sarung
b. Suhu tangan,
c. Getaran - Pemeriksaan Kesehatan
d. Debu - Terampil
5. Pekerjaan Batu a. Gaduh - Pemakaian Peralatan Safety ; sepatu helm, masker, kacamata, sarung
b. Suhu tangan,
c. Getaran - Pemeriksaan Kesehatan Instruksi Kerja
d. Debu - Terampil
6. Pekerjaan Las a. Gaduh - Pemakaian Peralatan Safety ; sepatu helm, masker, kacamata, sarung
b. Tekanan Udara tangan,
c. Sinar / Radiasi - Pemeriksaan Kesehatan Instruksi Kerja
d. Percikan - Terampil
7. Pekerjaan Penggunaan Bahan Peledak a. Gaduh - Pertukaran Udara
b. Tekanan Udara - Pemakaian Peralatan Safety ; sepatu helm, masker, kacamata, Penutup
c. Suhu Telinga, sarung tangan,
d. Getaran - Pemeriksaan Kesehatan (sebelum kerja, Selama kerja, sesudah kerja
e. Sinar / Radiasi - Instruksi Kerja
f. Gas / Uap - Terampil
g. Zat Kimiawi
h. Debu

8. Pekerjaan Pengecatan / Pengapuran a. Debu - Pemakaian Peralatan Safety ; sepatu helm, masker, kacamata, Penutup
Telinga, sarung tangan,
- Pemeriksaan Kesehatan (sebelum kerja, Selama kerja, sesudah kerja
- Instruksi Kerja
9. Survey a. Serangga - Pemakaian Peralatan Safety ; sepatu helm, masker, kacamata, Penutup
b. Bakteri / virus Telinga, sarung tangan,
c. Jamur - Pemeriksaan Kesehatan (sebelum kerja, Selama kerja, sesudah kerja
d. Getah - Instruksi Kerja
e. Cacing
10. Laboratorium a. Gas - Pemakaian Peralatan Safety ; sepatu helm, masker, kacamata, Penutup
b. Uap Telinga, sarung tangan,
c. Zat Kimia - Pemeriksaan Kesehatan (sebelum kerja, Selama kerja, sesudah kerja
d. Debu - Instruksi Kerja

11. Pekerjaan Kantor a. Mental / Tanggung Jawab - Pemeriksaan Kesehatan (sebelum kerja, Selama kerja, sesudah kerja
b. Penyesuaian diri
NO. JENIS/TYPE IDENTIFIKASI PENGENDALIAN RISIKO K3
PEKERJAAN JENIS BAHAYA & RISIKO K3
1. Mobilisasi Alat Berat - Terjadi tabrakan > Kerusakan alat berat dan korban jiwa. - Sopir yang memobilisasi alat berat harus yang memiliki keahlian dan memiliki izin
megemudi yang resmi.
- Lepasnya alat berat dari mobil angkutan/ jatuh
- Alat berat yang diangkut harus diikat dengan pengikat yang standar
- Terkena alat berat > luka berat
- Pengangkatan / Penurunan alat berat harus mengikuti prosedur yang standar

2. Pekerjaan Drainase
- Galian untuk Selokan - Terkena peralatan kerja -> luka ringan / berat - Menggunakan peralatan kerja dan APD yang benar, menggunakan penyokong yang
Drainase dan Saluran baik.
Air
- Memeriksa segala instalasi bawah tanah sebelum memulai pekerjaan.
- Kerusakan prasarana umum seperti pipa air, kabel listrik,
jaringan telepon bawah tanah - Selama pekerjaan sebaiknya aliran instalasi tersebut diputuskan sementara.

- Menggunakan metode / cara kerja yang benar dan peralatan kerja yang baik.
- Pasangan Batu dengan - Terkena runtuhan material > luka ringan / berat
Mortar

3. Pekerjaan Tanah
- Galian Biasa - Terkena peralatan kerja > luka ringan / berat - Menggunakan peralatan kerja yang benar.

- Pekerja / orang jatuh kedalam galian > Luka - Memasang pagar pengaman.

- Menjaga jarak antara para pekerja pada jarak yang aman


- Terjadinya longsor karena tanah tidak kering > Luka
- Timbunan Biasa - Usahakan tanah timbunan yang sudah kering
- Terjadinya longsor karena tanah tidak kering > Luka
- Usahakan tanah timbunan yang sudah kering
- Timbunan Pilihan - Kecelakaan akibat terkena alat berat > Luka Berat
- Operator harus bekerja secara benar dan hati-hati.

- Memasang rambu-rambu
- Penyiapan Badan Jalan
- Menempatkan pemandu lapangan

4. Pekerjaan Struktur
- Pasangan Batu - Terkena runtuhan material > luka ringan / berat - Menggunakan metode / cara kerja yang benar dan peralatan kerja yang baik.

- Kemiringan penggalian lereng diusahakan tetap terjaga.

- Sediakan papan lantai untuk mencegah jatuhnya material yang tidak perlu.

Penanggung Jawab Teknis

BURHANUDIN
PENANGGUNGJAWAB K3

EMERGENCY/
KEBAKARAN
KEDARURATAN P3K

MANAJEMEN SAFETY (K3)


ALAT PENDUKUNG K3

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI


DALAM PEKERJAAN PROYEK

Abstraksi
Alat pelindung diri (APD) adalah suatu kewajiban dimana biasanya para pekerja atau buruh
bangunan yang bekerja disebuah proyek atau pembangunan sebuah gedung, diwajibkan
menggunakannya. Alat-alat demikian harus memenuhi persyaratan tidak mengganggu kerja
dan memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya. Alat Pelindung Diri yang
disediakan oleh pengusaha dan dipakai oleh tenaga kerja harus memenuhi syarat pembuatan,
pengujian dan sertifikat. Tenaga kerja berhak menolak untuk memakainya jika APD yang
disediakan jika tidak memenuhi syarat. Alat Pelindung diri berperan penting terhadap
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, serta mencegah berguna untuk mencegah pekerja dari
kecelakaan seperti: Tertimpa benda keras dan berat, tertusuk atau terpotong benda tajam,
terjatuh dari tempat tinggi, terbakar atau terkena aliran listrik, terkena zat kimia berbahaya pada
kulit atau melalui pernafasan, pendengaran menjadi rusak karena suara kebisingan,
penglihatan menjadi rusak diakibatkan intensitas cahaya yang tinggi, terkena radiasi dan
gangguan lainnya.Macam alat pelindung diri antara lain adalah: Masker alat pelindung hidung,
topi pengaman, sarung tangan, sepatu pengaman sebagai alat pelindung kaki, pakaian kerja,
tali pengaman untuk melindungi pekerja dari kemungkinan jatuh.

Kata Kunci: Alat pelindung diri, pekerjaan proyek

A. Pendahuluan.
Dalam setiap kegiatan melakukan pekerjaan seseorang yang terlibat dengan
pekerjaan yang dimaksud tidak akan lepas dengan kemungkinan kecelakaan ataupun
pengaruh yang berdampak pada kesehatan itu sendiri. Keselamatan dan kecelakaan
kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan yang tak diharapkan yang dapat
menyebabkan kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai
yang yang paling berat.
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh
produktifitas kerja yang optimal.
Hazard adalah suatu potensi bahwa dari suatu urutan kejadian akan timbul suatu
kerusakan atau dampak yang akan merugikan. Ruang lingkup upaya kesehatan kerja
meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan
kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara maupun metode kerja dan kondisi
yang bertujuan untuk :
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja disemua
lapangan kerja.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pekerja yang diakibatkan oleh keadaan
atau kondisi lingkungan pekerjaannya.
3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari kemungkinan dari
bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungkan pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

B. Pengertian alat pelindung Diri


Alat pelindung diri (APD) adalah suatu kewajiban dimana biasanya para pekerja
atau buruh bangunan yang bekerja disebuah proyek atau pembangunan sebuah
gedung, diwajibkan menggunakannya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah
melalui Departemen tenaga Kerja Republik indonesia. Alat-alat pelindung diri yang
demikian harus memenuhi persyaratan tidak mengganggu kerja dan memberikan
perlindungan efektif terhadap jenis bahaya yang akan terjadi.
Alat Pelindung diri (APD) berperan penting terhadap Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Dalam pembangunan nasional, tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan
yang penting sebagai pelaku pembangunan. Sebagai pelaku pembangunan perlu
dilakukan upaya-upaya perlindungan baik dari aspek ekonomi, politik, sosial, teknis,
dan medis dalam mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja.
Bahaya yang mungkin terjadi pada proses produksi dan diprediksi akan menimpa
tenaga kerja adalah sebagai berikut:
a. Tertimpa benda keras dan berat
b. Tertusuk atau terpotong benda tajam
c. Terjatuh dari tempat tinggi
d. Terbakar atau terkena aliran listrik
e. Terkena zat kimia berbahaya pada kulit atau melalui pernafasan.
f. Pendengaran menjadi rusak karena suara kebisingan
g. Penglihatan menjadi rusak diakibatkan intensitas cahaya yang tinggi
h. Terkena radiasi dan gangguan lainnya.
Sedangkan kerugian yang harus ditanggung oleh pekerja maupun pihak pemberi kerja
apabila terjadi kecelakaan adalah :
- Produktifitas pekerja berkurang selama sakit
- Adanya biaya perawatan medis atas tenaga kerja yang terluka, cacat, bahkan
meninggal dunia.
- Kerugian atas kerusakan fisilitas mesin dan yang lainnya.
- Menurunnya efesiensi perusahaan.
Alat Pelindung Diri (APD) bukanlah alat yang nyaman apabila dikenakan tetapi fungsi
dari alat ini sangatlah besar karena dapat mencegah penyakit akibat kerja ataupun
kecelakaan pada waktu bekerja. Pada kenyataannya banyak pekerja yang masih
belum menggunakan alat pelindung diri ini karena merasakan ketidak nyamanan.
C. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Peraturan yang mengatur penggunaan alat pelindung diri ini tertuang dalam pasal 14
Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
dimana setiap pengusaha atau pengurus perusahaan wajib menyediakan Alat
Pelindung Diri secara cuma-cuma terhadap tenaga kerja dan orang lain yang
memasuki tempat kerja. Berdasarkan peraturan tersebut secara tidak langsung setiap
pekerja diwajibkan untuk memakai APD yang telah disediakan oleh perusahaan.
Alat Pelindung Diri yang disediakan oleh pengusaha dan dipakai oleh tenaga kerja
harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat. Tenaga kerja berhak
menolak untuk memakainya jika APD yang disediakan jika tidak memenuhi syarat.

D. Macam-macam alat pelindung diri


Macam-macam alat pelindung diri yang dibutuhkan untuk mencegah agar anggota
tubuh terhindar dari kecelakaan pada saat bekerja adalah sebagai berikut dibawah ini :

1). MASKER
Masker digunakan untuk pada tempat-tempat kerja tertentu dan seringkali udaranya
kotor yang diakibatkan oleh bermacam-macam hal antara lain :
a. Debu-debu kasar dari penggerinderaan atau pekerjaan sejenis
b. Racun dan debu halus yang dihasilkan dari pengecatan atau asap
c. Uap sejenis beracun atau gas beracun dari pabrik kimia
d. Gas beracun seperti CO2 yang menurunkan konsentrasi oksigen diudara.

Gambar 1. Pelindung Pernafasan


Untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran tersebut, kita dapat menggunakan alat
yang biasa desebut dengan “masker” (pelindung pernafasan). Adapun hal yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan masker yaitu :
a. Bagaimana cara menggunakan secara benar
b. Macam dan jenis dari kotoran yang perlu dihindari
c. Lamanya menggunakan alat tersebut
Jenis-jenis masker dan penggunaanya adalah :

a). Masker Penyaring Debu


Masker penyaring debu ini berguna untuk melindungi pernafasan dari serbuk-serbuk
logam, penggerindaan atau serbuk kasar lainnya.

b). Masker berhidung


Masker ini dapat menyaring debu atau benda lain sampai ukuran 0,5 mikron, bila kita
sulit bernafas waktu memakai alat ini maka hidung-hidungnya harus diganti karena
filternya telah tersumbat oleh debu.
Hal yang perlu diingat dalam penggunaan masker berhidung adalah: Memasang
masker ini harus menempel baik pada wajah. Untuk memeriksa ini tempelkan selembar
kertas atau telapak tangan pada hidung. Bila masker terpasang baik pada wajah, maka
kertas atau telapak tangan akan tertarik.
a.Karena hidungnya dua buah, maka dalam pemasangannya jangan terbalik.
b. Bersihkanlah masker setelah pemakaian dan lepaskan hidung-hidungnya.
2). KACAMATA
Kacamata pengaman digunakan untuk melindungi mata dari debu kayu, batu,
atau serpihan besi yang berterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-partikel debu
berukuran sangat kecil dan halus yang terkadang tidak terlihat oleh kasat mata. Pada
bagian mata perlu mendapat perhatian dan diberikan perlindungan dengan alat
pelindung mata, biasanya pekerjaan yang membutuhkan kacamata yaitu pekerjaan
mengelas atau pekerjaan yang lainnya. Masalah tersulit dalam pencegahan
kecelakaan adalah pencegahan kecelakaan yang menimpa mata dimana jumlah
kejadiannya demikian besar.

Gambar 2. Alat Pelindung Muka

Kebanyakan tenaga kerja merasa enggan memakai kaca mata karena ketidak
nyamanan sehingga dengan alasan tersebut merasa mengurangi kenyamanan dalam
bekerja. Sekalipun kaca mata pelindung yang memenuhi persyaratan demikian
banyaknya. Upaya untuk pembinaan kedisiplinan pada pekerja, atau melalui
pendidikan dan keteladanan, agar tenaga kerja memakainya. Tenaga kerja yang
berpandangan bahwa resiko kecelakaan terhadap mata adalah besar akan
memakainya dengan kemauan dan kesadarannya sendiri. Sebaliknya tenaga kerja
yang merasa bahwa bahaya itu kecil, maka mereka tidak begitu mengindahkannya dan
tidak akan mau memakainya. Kesulitan akan pemakaian kacamata ini dapat diatasi
dengan berbagai cara. Pada beberapa perusahaan, tempat kerja dengan bahaya
pekerjaan mata hanya boleh di masuki jika kaca mata pelindung di kenakan.
Sebagaimana fungsi sebagai tempat kerja tersebut, maka suatu keharusan setiap
tenaga kerja akan selalu memakai kaca mata pelindung selama jam kerja, dan bagi
barang siapa tidak memakai kaca mata pelindung akan merasa kalah bersaing bila
dibandingkan tenaga kerja yang memakai kaca mata.

3). SEPATU PENGAMAN


Sepatu pengaman harus dapat melindungi tenaga kerja terhadap kecelakaan-
kecelakaan yang disebabkan oleh beban berat yang menimpa kaki, paku-paku atau
benda tajam lain yang mungkin terinjak, logam pijar, larutan asam dan sebagainya.
Biasanya sepatu kulit yang buatannya kuat dan baik cukup memberikan perlindungan,
tetapi terhadap kemungkinan tertimpa benda-benda berat masih perlu sepatu dengan
ujung berttutup baja dan lapisan baja didalam solnya. Lapisan baja dalam sol sepatu
perlu untuk melindungi pekerja dari tusukan benda runcing khususnya pada pekerjaan
bangunan.
Gambar 3. Alat Pelindung Kaki
Untuk keadaan tertentu kadang-kadang harus diberikan kepada tenaga kerja sepatu
pengaman yang lain. Misalnya, tenaga pekerja yang bekerja dibidang listrik harus
mengenakan sepatu konduktor, yaitu sepatu tanpa paku dan logam, atau tenaga kerja
ditempat yang menimbulkan peledakan diwajibkan memakai sepatu yang tidak
menimbulkan loncatan bunga api.

4). SARUNG TANGAN


Sarung tangan harus disediakan dan diberikan kepada tenaga kerja dengan
pertimbangan akan bahaya-bahaya dan persyaratan yang diperlukan. Antara lain
syaratnya adalah bebannya bergerak jari dan tangan. Macamnya tergantung pada jenis
kecelakaan yang akan dicegah yaitu tusukan, sayatan, terkena benda panas, terkena
bahan kimia, terkena aliran listrik, terkena radiasi dan sebagainya.

Gambar 4. Sarung tangan


Harus diingat bahwa memakai sarung tangan ketika bekerja pada mesin pengebor,
mesin pengepres dan mesin lainnya yang dapat menyebabkan tertariknya sarung
tangan kemesin adalah berbahaya.
Sarung tangan juga sangat membantu pada pengerjaan yang berkaitan dengan
benda kerja yang panas, tajam ataupun benda kerja yang licin. Sarung tangan juga
dipergunakan sebagai isolator untuk pengerjaan listrik.

5). TOPI PENGAMAN


Topi pengaman (helmet) harus dipakai oleh tenaga kerja yang mungkin tertimpa pada
kepala oleh benda jatuh atau melayang atau benda-benda lain yang bergerak. Topi
pengaman harus cukup keras dan kokoh, tetapi ringan. Bahan plastik dengan lapisan
kain terbukti sangat cocok untuk keperluan ini.

Gambar 5. Topi Pengaman


Topi pengaman dengan bahan elastis seperti karet atau plastik pada umumnya
dipakai oleh wanita. Rambut wanita yang panjang memiliki potensi resiko ditarik oleh
mesin. Oleh karena itu penutup kepala harus dipakai agar rambut tidak terbawa
putaran mesin dengan cara rambut diikat dan ditutup oleh penutup kepala.
6). PERLINDUNGAN TELINGA
Alat ini digunakan untuk menjaga dan melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang
yang bersumber atau dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup
keras dan bising. Alat perlindungan telinga harus dilindungi terhadap loncatan api,
percikan logam, pijar atau partikel yang melayang. Perlindungan terhadap kebisingan
dilakukan dengan sumbat atau turup telinga.

Gambar 6. Alat Pelindung Pendengaran

7). ALAT PELINDUNG DIRI LAINNYA


Masih banyak terdapat alat-alat pelindung diri lainnya seperti “tali pengaman” bagi
tenaga kerja yang mungkin terjatuh, selain itu mungkin pula diadakan tempat kerja
khusus bagi tenaga kerja dengan segala alat proteksinya. Juga ‘’pakaian khusus’’ bagi
saat terjadinya kecelakaan atau untuk proses penyelamatan.

Gambar 7. Alat Pelindung Tubuh


Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya-bahaya
kecelakaan. Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya
berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada dada atau punggung, tidak berdasi dan
tidak ada lipatan-lipatan yang mungkin mendatangkan bahaya. Bagi tenaga kerja
wanita sebaiknya memakai juga celana panjang, ikat rambut, baju yang pas dan tidak
memakai perhiasan-perhiasan yang dapat mengganggu saat bekerja. Pakaian kerja
sintetis hanya baik terhadap bahan-bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya pada
lingkungan kerja dengan bahan-bahan yang dapat meledak oleh aliran listrik statis.

E. Kesimpulan
- Alat pelindung diri (APD) adalah suatu kewajiban dimana biasanya para pekerja atau
buruh bangunan yang bekerja disebuah proyek atau pembangunan sebuah gedung,
diwajibkan menggunakannya.
- Alat-alat demikian harus memenuhi persyaratan tidak mengganggu kerja dan
memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.
- Alat Pelindung Diri yang disediakan oleh pengusaha dan dipakai oleh tenaga kerja
harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat. Tenaga kerja berhak
menolak untuk memakainya jika APD yang disediakan jika tidak memenuhi syarat.
- Alat Pelindung diri berperan penting terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja, serta
mencegah berguna untuk mencegah pekerja dari kecelakaan seperti: Tertimpa benda
keras dan berat, tertusuk atau terpotong benda tajam, terjatuh dari tempat tinggi,
terbakar atau terkena aliran listrik, terkena zat kimia berbahaya pada kulit atau melalui
pernafasan, pendengaran menjadi rusak karena suara kebisingan, penglihatan menjadi
rusak diakibatkan intensitas cahaya yang tinggi, terkena radiasi dan gangguan lainnya.
- Macam alat pelindung diri antara lain adalah: Masker alat pelindung hidung, Topi
pengaman, sarung tangan, sepatu pengaman sebagai alat pelindung kaki, pakaian
kerja, tali pengaman untuk melindungi pekerja dari kemungkinan jatuh.
METODE KENDALA SOLUSI
DAN TINDAK LANJUT APABILA
TERJADI KOMPLAIN

Penyedia :

CV. MARDI PUTRA KARYA


JL. Cimanuk VIII / 92 Semarang
Pekerjaan : Pembangunan Ruang Gamelan, UPK, PKH, KPU, Pramuka
dan Parkir Kecamatan Godean
Lokasi : Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan
Permukiman Kabupaten Sleman
Sumber Dana : APBD Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2020
PENDAHULUAN

Kendala yang sering dihadapi proyek gedung lebih banyak ke masalah non teknis dan

teknis. Berbeda dengan proyek jalan yang lebih banyak menghadapi masalah sosial.

Namun tidak dipungkiri jika lokasi proyek gedung berada ditengah kota padat

penduduk akan menimbulkan permasalahan sosial. Permasalahan akan timbul ketika

pekerjaan-pekerjaan tertentu berlangsung seperti saat pengecoran, pengeboran sumur

dalam, pekerjaan pasangan dinding, dan sebagainya.

Permasalahan di proyek memang sudah biasa terjadi. Oleh karena itu kontraktor harus

mempunyai kemampuan analisa permasalahan yang baik sehingga cepat

terselesaikan.

Pada artikel ini akan diambil contoh proyek yang berada di tengah perkotaan dengan

padat penduduk di sekitarnya. Ada beberapa faktor penghambat yang menjadi kendala

di proyek antara lain masalah teknis, non teknis, dan sosial. Berikut penjelasan satu

persatu.

1. Masalah Teknis

Masalah teknis ini sangat berpengaruh terhadap performa bangunan atau kualitas dari

bangunan setelah jadi. di sini peran engineer sangat berpengaruh terutama untuk

menyelesaikan masalah-masalah teknis seperti ini. Beberapa kendala teknis yang ada

di proyek gedung antara lain :


1. Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan di lapangan seperti pada artikel

sebelumnya . Penyebabnya adalah kurangnya pengawasan dalam proyek

sehingga pekerja tidak mengutamakan kualitas dalam bekerja. Hal ini biasa

terjadi mengingat beberapa pekerjaan banyak yang diborongkan sehingga para

pekerja hanya mengutamakan kecepatan dalam bekerja.

2. Banyak desain gambar yang tidak sinkron antara gambar arsitektur, gambar

struktur, dan gambar MEP. Oleh karena itu pekerjaan pertama seorang drafter

saat awal proyek adalah superimpose gambar. Hal ini untuk meminimalisir

kesalahan gambar. Penyebabnya adalah kurangnya koordinasi antara

perencana arsitek, perencana struktur dan perencana MEP. Sehingga saat

gambar digabungkan tidak sinkron.

3. Gambar perencanaan yang tidak lengkap. Sudah banyak kasus terjadi di

beberapa proyek gedung yang gambar perencanaan tidak bisa dijadikan acuan

untuk kerja di lapangan. Biasanya terjadi pada gambar arsitek, dengan

spesifikasi-spesifikasi material yang kurang lengkap sehingga kontraktor harus

berkoordinasi lagi dengan perencana arsitek.

4. Pemutusan merk dan spesifikasi material yang lambat oleh owner. Sehingga

pekerjaan harus ditunda dulu. Oleh karena itu, kontraktor harus bisa mengclaim

apabila ada keterlambatan disebabkan oleh owner.

5. Miskoordinasi antara pelaksana lapangan dengan teknik dibagian kantor.

6. Lahan yang sempit. Permasalahan lahan sempit ini sangat berpengaruh

terhadap lokasi gudang. Apabila terpaksa lahan gudang tidak ada maka

pelaksanaan proyek bisa dibagi dengan sistem 2 zona. Zona 1 dikerjakan dan

Zona 2 sementara untuk gudang material struktur seperti besi dan kayu.

7. Terjadi perubahan desain yang mendadak oleh owner.

8. Mutu beton yang tidak masuk standar kualitas perencanaan yang

mengakibatkan potensi gagal struktur. Sehingga harus ditangani dengan

perbaikan beton.
2. Masalah Non-Teknis

Kendala-kendala yang terjadi di proyek sangat berpengaruh terhadap progres di

lapangan sehingga semua masalah harus bisa diminimalisir termasuk masalah non

teknis. Permasalahan non teknis ini berbeda dengan masalah teknis. Beberapa

masalah non teknis antara lain

1. Komplain warga sekitar akibat adanya pengeboran sumur dalam. Banyak sekali

pengetahuan warga yang salah kaprah yaitu masih menganggap sumur dalam

berpengaruh terhadap sumur dangkal. Faktanya sumur dalam berada di

kedalaman lebih dari 70 m sehingga sudah jelas sumber air yang diambil

berbeda dengan sumur dangkal milik warga.

2. Adanya pungutan liar yang dilakukan oleh oknum pejabat dan preman setiap kali

ngecor dengan jumlah yang lumayan besar.

3. Terjadi delay armada ready mix yang mengakibatkan pengecoran lebih lama.

4. Ada beberapa operator concrete pump yang meminta pungutan liar diluar biaya

sewa saat proses pengecoran.

5. Apabila di proyek perkotaan harus selalu mengurus surat ijin kendaraan berat

masuk kota tiap bulannya.

6. Adanya permintaan sumbangan-sumbangan dengan mematok sejumlah uang

tertentu.

3. Masalah Sosial

Kendala-kendala lainnya yang sering terjadi di proyek gedung adalah masalah sosial

apalagi proyek tersebut ditengah pemukiman padat penduduk. Cara menanganinya

pun berbeda dengan masalah teknis. Penanganan masalah sosial lebih menggunakan

cara pendekatan ke warga. Pada dasarnya warga tidak bisa dilawan dengan kekerasan

karena kontraktor lah yang mempunyai kepentingan terbesar di proyek tersebut

sehingga kontraktor harus lebih banyak mengalah. Berikut masalah sosial yang sering

terjadi
1. Genteng tetangga pecah akibat kejatuhan material. Walaupun keliling proyek

sudah diberi jaring pengaman kadang masih ada material yang lolos.

2. Komplain tetangga akibat rumahnya terkena cipratan beton saat pengecoran di

lantai atas.

3. Komplain warga akibat terlalu berisik pemotongan keramik saat malam hari

4. Komplain warga akibat sampah dari atas gedung. Walaupun di dalam proyek

sudah diberi tempat sampah dan mck, masih ada tukang yang sembarangan

membuang sampah di rumah-rumah warga.

5. Komplain warga akibat rumahnya tidak terkena cahaya matahari akibat tertutup

oleh gedung

6. dan sebagainya.

Kendala-kendala di atas masih wajar dialami di proyek karena masih bisa ditangani.

Pada prinsipnya dalam menghadapi keluhan warga, harus diakomodir dengan baik

karena jangan sampai proyek berhenti karena disabotase warga.


PASCA CONSTRUCTION

Tahap Pasca Construction merupakan tahap akhir sebelum proyek diserahkan kepada

Pemilik Proyek / Pengguna Jasa. Pada tahap ini dilakukan pembersihan area dari sisa-

sisa pekerjaan proyek, sehingga area proyek bersih dari sisa-sisa bahan / material

yang sudah tidak diperlukan lagi.

RENCANA PENANGANAN MASA PEMELIHARAAN DAN KOMPLAIN

Setelah masa pelaksanaan pekerjaan selesai dan telah diserahterimakan, kami akan

tetap memelihara hasil pekerjaan tersebut, sehingga pada akhir masa pemeliharaan

tetap baik.

Yang perlu diperhatikan adalah :

• Menyiapkan laporan pekerjaan pemeliharaan.

• Menyiapkan berkas-berkas PHO

Serta melakukan langkah-langkah berikut :

1. Pembenahan tetap terus dilakukan untuk menyempurnakan finishing hasil

pekerjaan misalnya pengecatan, plesteran, kebocoran genteng dan

pembersihan ruangan atau hal – hal lain yang diakibatkan oleh kesalahan atau

kelalaian pada waktu pelaksanaan.

2. Pelayanan (service) apabila ada keluhan atau compalin dari pengguna maka

dalam waktu 3 x 24 jam kami akan datang ke lokasi (response time 72 jam)

sejak keluhan atau complain dari pengguna kami terima

3. Pengecekkan berkala setiap 1 bulan sekali.

4. Rapat secara berkala setiap 2 bulan sekali untuk membahas keluhan – keluhan

yang timbul

5. Menampung masukan masukan dari pihak yang terkait khususnya pemberi

pekerjaan, pengawas maupun masyarakat sekitar, membahasnya pada rapat

dan segera menjalankan keputusan rapat tersebut di lapangan.


6. Komunikasi yang baik antar semua pihak yang terkait dapat mengurangi ada

nya complain di belakang hari.

PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP SESUAI


TAPAK PEKERJAAN

1. UMUM
Menyadari kegiatan pembangunan ini diperkirakan akan menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan hidup, dan mengacu pada ketentuan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 17 Tahun 2001
tentang Jenis Usaha dan / atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL), maka kegiatan tersebut perlu dilengkapi dengan studi AMDAL (Studi Andal,
RKL dan RPL).
Dari semua solusi penanganan yang akan diaplikasikan, perlu dikaji dari segala aspek, termasuk aspek
lingkungan yang akan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup baik dampak positif
maupun negatif yang terjadi pada tahap pra konstruksi, tahap konstruksi maupun tahap pasca konstruksi.

2. KOMPONEN LINGKUNGAN YANG HARUS DIPERHATIKAN


Komponen lingkungan yang harus dperhatikan pada Pekerjaan adalah sebagai berikut :
a. Komponen Fisik-Kimia
Komponen fisik-kimia mencakup Kualitas air, udara, kebisingan, Erosi & Longsor, Tata Guna Lahan.
b. Biologi
Komponen biologi meliputi fauna air/darat dan flora air/darat yang berkaitan langsung dengan
kegiatan penghijauan (revegetasi) di sekitar lokasi proyek
c. Sosial Ekonomi Budaya
Komponen ekonomi, sosial budaya meliputi kesempatan kerja & berusaha, kerusakan jalan,
Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3), Gangguan Kamtibmas/keresahan masyarakat, persepsi
masyarakat

3. PELAKSANAAN KEGIATAN
a. Komponen Air
- Kualitas Air
Parameter yang akan dianalisa dalam pendugaan dampak terhadap kualitas air sungai diantaranya
adalah kandungan sedimen dalam perairan. Kandungan sedimen di amati melalui pengambilan
contoh air pada sungai yang selanjutnya ditetapkan berdasarkan metode Laboratorium. Metode
analisis kualitas air disesuaikan dengan metode yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Kep/MenLH/10/1995.
Kegiatan konstruksi fisik
 Kontraktor melakukan pengaturan pelaksanaan pekerjaan dengan baik
Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung.
Lokasi pemantauan disekitar lokasi pemukiman sebanyak 3 titik.

Kualitas Udara (Debu)


Parameter yang dipantau adalah tingkat kadar debu diudara dengan menggunakan dust sampler
data yang ada dianalisis dan dibandingkan dengan baku mutu. Periode pengelolaan sejak tahap
konstruksi sampai dengan selesai konstruksi. Dengan metode pengelolaan lingkungan.
a). Kegiatan mobilisasi alat dan bahan
 Pemilihan jalur yang tidak padat penduduknya
 Melakukan penyiraman secara periodic pada lokasi yang dekat dengan pemukiman
 Mengatur kecepatan kendaraan angkut tidak lebih dari 30 km/jam
b). Kegiatan konstruksi fisik
 Kontraktor melakukan pengaturan pelaksanaan pekerjaan dengan baik
Dengan frekuensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung.
Lokasi pemantauan disekitar lokasi pemukiman sebanyak 3 titik.

Kebisingan
Parameter yang dipantau adalah tingkat kebisingan dengan menggunakan sound level meter. Data
yang ada dianalisis dan dibandingkan dengan baku mutu. Periode pengelolaan sejak tahap
konstruksi sampai dengan selesai konstruksi. Dengan metode pengelolaan lingkungan
a. Kegiatan mobilisasi alat dan bahan
 Pemilihan jalur yang tidak padat penduduknya
 Melakukan penyiraman secara periodic pada lokasi yang dekat dengan pemukiman
 Mengatur kecepatan kendaraan angkut tidak lebih dari 30 km/jam

b. Kegiatan konstruksi fisik


 Menggunakan alat-alat konstruksi yang layak pakai
 Pelaksanaan pekerjaan menggunakan alat berat tidak dilakukan pada malam hari atau
pada siang hari jika diharuskan dalam keadaan tertentu.

Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali pada sebelum kegiatan kontruksi dan selama
kegiatan konstruksi berlangsung. Lokasi pemantauan di sekitar lokasi pemukiman sebanyak 3 titik.

Erosi dan Sedimentasi


Parameter yang dipantau adalah laju erosi/sedimentasi dan luas areal & jumlah pemilik lahan yang
longsor dengan pengamatan langsung dilapangan. Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi
sampai dengan selesai konstruksi. Dengan metode pengelolaan lingkungan :
a. Pada tempat yang miring dibuatkan terasiring
b. Membuat parit-parit/ saluran untuk mengalirkan air
c. Melakukan perawatan dan pengerasan jalan
Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung. Lokasi
pemantauan disekitar lokasi pemukiman sebanyak 3 titik.

Tata Guna Lahan


Parameter yang dipantau adalah perubahan fungsi tata guna lahan dengan cara pengambilan
sample tanah dan air dilapangan sample dianalisis dilaboratorium Data yang ada dibandingkan
dengan kondisi awal. Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai konstruksi.
Dengan metode pengelolaan lingkungan :
a. Melakukan kegiatan secara bertahap dengan memperhatikan kemiringan lahan
b. Pada tempat yang miring dibuatkan terasering
c. Membuat parit-parit / saluran untuk mengalirkan air

Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung. Lokasi
pemantauan disekitar lokasi quarry dan borrow area sebanyak 3 titik.

b. Komponen Biologi
- Fauna & Flora Air / Darat
Parameter yang dipantau adalah perubahan komposisi dan keberadaan fauna & flora air/darat
dengan cara pengamatan dan pencatatan di lapangan. Data yang ada dianalisis secara deskritif.
Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai konstruksi. Dengan metode
pengelolaan lingkungan :
a. Penanaman berbagai jenis tanaman
b. Pemberian pupuk dan penyiraman secara teratur
c. Memelihara dan mengganti tanaman yang mati
d. Jenis tanaman : Tanjung, akasia, Jatimas, Palem, dll.

Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung. Lokasi
pemantauan disekitar lokasi quarry dan borrow area.

c. Sosial Ekonomi Budaya


- Kesempatan Kerja & Berusaha
Parameter yang dipantau adalah jumlah tenaga yang terserap, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
sesuai kualifikasi. Di analisa dengan mengadakan kunjungan lapangan. Data yang ada dianalisis
dengan tabulasi frekuensi secara deskritif kualitatif. Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi
sampai dengan selesai konstruksi. Dengan metode pengelolaan lingkungan :

 Memprioritaskan penduduk lokal sebagai tenaga kerja


 Memberi kesempatan berusaha kepada penduduk sekitar pada tahap konstruksi
Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi beriangsung. Lokasi
pelaksanaan dipemukiman penduduk sekitar proyek.

- Kerusakan Jalan
Parameter yang dipantau adalah jenis alat berat yang digunakan, kondisi prasarana jalan, frekuensi
pengangkutan, tingkat kerusakan jalan dan jembatan, pelaksanaan perbaikan jalan. Di analisa
dengan pengamatan lapangan, Data yang ada dianalisa secara deskritif kualitatif. Periode
pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai konstruksi. Dengan metode pengelolaan
lingkungan :

 Menggunakan route jalan yang sesuai dengan beban kendaraan


 Pengaturan trip pengangkutan bahan dan alat
 Kendaraan yang mengangkut bahan dan alat tidak melebihi kapasitas angkutnya.
 Memperbaiki kerusakan jalan yang dilalui.
Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung. Lokasi
pelaksanaan di jalur transportasi yang dipakai sebagai jalur mobilisasi kendaraan.
- Kesehatan Keselamatan Kerja karyawan
Parameter yang dipantau dengan pengamatan lapangan, wawancara dengan pekerja. Di analisa
dengan pengamatan lapangan. Data yang ada dianalisa secara deskritif kualitatif. Periode
pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai konstruksi. Dengan metode pengelolaan
lingkungan :
a. Menyusun SOP pelaksanaan pekerjaan konstruksi
b. Menggunakan tenaga operator yang memiliki sertifikat
c. Melengkapi tenaga kerja dengan peralatan keselamatan kerja
d. Menempatkan rambu-rambu tanda bahaya di lokasi berisiko tinggi
e. Melakukan pengawasan secara rutin setiap hari
Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung. Lokasi
tapak proyek.
- Keresahan Masyarakat/ Gangguan Kamtibmas
Parameter yang dipantau adalah tingkat gangguan keamanan, tingkat kasus pencurian yang terjadi
Di analisa dengan pengamatan lapangan. Data yang ada dianalisa secara deskritif kualitatif. Periode
pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai konstruksi. Dengan metode pengelolaan
lingkungan :
a. Sosialisasi rencana kegiatan pada masyarakat sekitar
b. Menempatkan petugas pengamanan dilokasi proyek
c. Melakukan patroli keamanan secara rutin
d. Melakukan koordinasi dengan aparat polsek
e. Mewajibkan masyarakat / tamu yang masuk ke lokasi dengan menggunakan kartu identitas
Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung.
- Persepsi Masyarakat
Parameter yang dipantau adalah persepsi dan keresahan masyarakat dianalisa dengan pengamatan
lapangan. Data yang ada dianalisa secara deskritif kualitatif. Periode pengelolaan sejak tahap
konstruksi sampai dengan selesai konstruksi. Dengan metode pengelolaan lingkungan :
a. Mengelola berbagai dampak negative yang timbul
b. Melakukan pendekatan terhadap masyarakat
c. Memprioritaskan tenaga kerja lokal
d. Menjaga keamanan dan ketertiban di dalam dan sekitar tapak proyek
e. Memperhatikan aspirasi masyarakat
Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung. Di
Lokasi pelaksanaan di permukiman disekitar lokasi proyek.
RINCIAN BIAYA PENERAPAN SMK3
*Biaya K3 sesuai dengan item pada RAB atau masuk pada biaya Overhead.

1 PERSIAPAN K3
2 PERSONIL K3
3 FASILITAS SARANA KESEHATAN
4 RAMBU RAMBU

Schedule K3
Jadwal Pelaksanaan K3 ini dimulai awal proyek sampai berakhirnya proyek/serah terima proyek. Mengikuti
jadwal kegiatan pekerjaan fisik

Semarang, 26 DESEMBER 2019


CV MARDI PUTRA KARYA

SOLEKAH
DIREKTUR

Anda mungkin juga menyukai