Anda di halaman 1dari 44

TUGAS AKHIR (602502A)

ANALISA PENYEBAB PENERAPAN METODE FULL


OUTFITTING BLOCK SYSTEM (FOBS) KURANG
OPTIMAL PADA TAHAP ON BLOCK OUTFITTING

RIZAL HIDAYATULLAH
NRP. 0217030026

DOSEN PEMBIMBING
BACHTIAR, ST., MT.
NIP. 197012041995011001

PROGRAM STUDI
DIPLOMA III TEKNIK BANGUNAN KAPAL
JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2020
(Halaman sengaja dikosongkan)

ii
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR

ANALISA ANALISA PENYEBAB PENERAPAN METODE FULL


OUTFITTING BLOCK SYSTEM (FOBS) KURANG OPTIMAL PADA
TAHAP ON BLOCK OUTFITTING

Disusun Oleh:
Rizal Hidayatullah
0217030026

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan


Program Studi D3 Teknik Bangunan Kapal
Jurusan Teknik Bangunan Kapal
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Disetujui oleh Tim penguji Tugas Akhir Tanggal Ujian : ….


Periode Wisuda : Nopember 2020

Menyetujui,

Dosen Penguji NIDN Tanda Tangan

1. Bachtiar, ST, MT. (0004127002) (………………………………………)


2. (……….) (………………………………………)

3. (……….) (………………………………………)

Dosen Pembimbing NIDN Tanda Tangan

1. Bachtiar, ST, MT. (0004127002) (………………………………….....)

Menyetujui Mengetahui

Ketua Jurusan, Koordinator Program Studi,

Ruddianto, ST., MT. Ir. Hariyanto Soeroso, MT.


NIP. 196910151995011001 NIP. 196910151995011001
i
(halaman sengaja dikosongkan)

ii
No. : F.WD I. 021
Date : 3 Nopember 2015
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Rev. : 01
Page : 1 dari 1

Yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : Rizal Hidayatullah
NRP. : 0217030026
Jurusan/Prodi : D3 - Teknik Bangunan Kapal

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

Tugas Akhir yang akan saya kerjakan dengan judul :


ANALISA ANALISA PENYEBAB PENERAPAN METODE FULL
OUTFITTING BLOCK SYSTEM (FOBS) KURANG OPTIMAL PADA
TAHAP ON BLOCK OUTFITTING
Adalah benar karya saya sendiri dan bukan plagiat dari karya orang lain.

Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah tersebut,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab.

Surabaya,...................................
Yang membuat pernyataan,

(Rizal Hidayatullah)
NRP. 021703002

iii
(halaman sengaja dikosongkan)

KATA PENGANTAR

iv
Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan segala nikmat yang telah
dilimpahkan berupa nikmat kesehatan dan ilmu yang insyaAllah bermanfaat serta
dapat berguna bagi berbangsa dan bernegara, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “ ANALISA ANALISA PENYEBAB
PENERAPAN METODE FULL OUTFITTING BLOCK SYSTEM (FOBS)
KURANG OPTIMAL PADA TAHAP ON BLOCK OUTFITTING ” ini
dengan baik dan tepat waktu. Penyelesaian tugas akhir ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu persyaratan kelulusan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
(Amd) dan juga merupakan salah satu kurikulum yang ada di Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini tidak
lepas dari dukungan, bimbingan dan bantuan, serta kerja sama yang baik dari
berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
setulus – tulusnya dan penghargaan yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Ir. Eko Julianto, M.Sc., MRINA., selaku Direktur Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
2. Bapak Ruddianto, ST., MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Bangunan Kapal
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
3. Bapak Ir. Hariyanto Soeroso, MT., selaku Ketua Program Studi Teknik
Bangunan Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
4. Bapak Denny Oktavina Radianto, S.Pd., M.Pd., selaku Koordinator Tugas
Akhir.
5. Bapak Bachtiar, ST, MT. selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membantu dan memberi nasehat dalam penyelesaian tugas akhir ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yang tidak
dapat saya sebutkan satu-persatu.
7. Kedua orang tua penulis yang tidak pernah berhenti memberikan semangat,
doa dan dukungannya.
8. Ibu Titik Setyawati Dan Bapak Kholilur Rohman yang selalu memberikan
ilmu dan pengalaman saat kegiatan OJT.

v
9. Teman – teman seperjuangan SB angkatan 2017 yang selalu memberikan
dorongan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
10. Serta Pihak – pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis semaksimal mungkin


mengerjakan sebail-baiknya. Namun penulis menyadari bahwa Tugas
Akhir ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan tugas akhir ini.

Surabaya, 24 Juni 2020

Penulis

ANALISA PENYEBAB PENERAPAN METODE FULL


OUTFITTING BLOCK SYSTEM (FOBS) KURANG OPTIMAL
PADA TAHAP ON BLOCK OUTFITTING

Rizal Hidayatullah

vi
ABSTRAK

Pada salah satu galangan yang ada di Surabaya sedang melaksanakan


proses pembangunan kapal baru menggunakan metode Full Outfitting Block
System (FOBS) yang mana memiliki tiga tahap pembangunan berdasarkan tempat
pengerjaannya yaitu, on unit outfitting, on block outfitting, dan on board outfitting
yang mana pada metode ini mengutamakan pengerjaan outfittingnya pada tahap
on block outfitting yang mana outfitting dipasang saat kapal masih terbagi
menjadi beberapa block atau seksi, namun pada aktualnya banyak outfitting yang
belum terpasang saat proses assembly dan proses grand assembly sehingga
banyak outfitting yang dipasang pada tahap on board outfitting yang diketahui
persentasenya pada beberapa block yaitu, pada block DB 1 (P/S) sebesar 53,94%,
pada DB 2 (P/S) sebesar 66,89%, pada DB 3 (C) sebesar 61,54% dan pada DB 4
(C) sebesar 55,56% dari jumlah masing-masing outfitting pada setiap block
sehingga penerapan metode Full Outfitting Block System (FOBS) pada salah satu
galangan disurabaya dirasa kurang optimal sehingga dilakukan proses wawancara
pada pihak terkait. Dari hasil wawancara dan analisa dapat diketahui penyebab
kurang optimalnya penerapan metode Full Outfitting Block System (FOBS) pada
pembangunan kapal tersebut yaitu akibat keterlambatan material, revisi desain,
dan kekurangan sumber daya manusia dengan pengaruh paling tinggi adalah
akibat keterlambatan material dengan persentase sebesar 31,77 % pada block DB
1 (P/S), 36,74% pada block DB 2 (P/S), 33,91% pada block DB 3 (C), dan
31,25% pada block DB 4 (C) dari jumlah outfitting pada setiap block atau seksi.

Kata kunci : Full Outfitting Block System (FOBS), On Block, On Board.

vii
(HalamanSengaja Dikosongkan)

ANALYSIS CAUSES THE IMPLEMENTATION OF FULL


OUTFITTING BLOCK SYSTEM (FOBS) METHOD IS LESS
OPTIMAL IN THE STAGE OUTFITTING
Rizal Hidayatullah
viii
ABSTRACT

In one of the shipyard in Surabaya is carrying out the process of building


a new vessel using the method Full Outfitting Block System (FOBS) which has
three stages of development based on its workplaces that is, on unit Outfitting, on
Block Outfitting, and on board Outfitting which on this method prioritizes the
work of the Outfitting on an outfittings stage where the Outfitting is mounted
when the vessel is still divided into several blocks or sections, but on the actuation
many Outfitting that have not been installed during the assembly process and the
Grand assembly process so that many Outfitting are mounted on the Outfitting
stage of the on board known percentage on some blocks ie, on the DB Block 1
(P/S) of 53.94%, at DB 2 (P/S) of 66.89%, at DB 3 (C) by 61.54% and at DB 4
(C) amounting to 55.56% Of the total number of each outfitting on each block so
that the implementation of the Full Outfitting Block System (FOBS) method in one
of the shipyard is considered less optimal, so the interview process on the related
parties. From the results of interviews and analysis can be known cause of the
less optimal implementation of the Full Outfitting Block System (FOBS) method
on the ship's development is due to material delays, design revisions, and human
resources with the highest influence is the result of a material delay with a
percentage of 31.77% on DB Block 1 (P/S), 36.74% on Block DB 2 (P/S), 33.91%
in DB block 3 (C), and 31.25% in DB Block 4 (C) of Outfitting amount on each
block or section.

Keywords: Full Outfitting Block System (FOBS), On Block, On Board.

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.....................................................................iii

KATA PENGANTAR.............................................................................................v

ABSTRAK.............................................................................................................vii
x
ABSTRACT..............................................................................................................ix

DAFTAR ISI...........................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xv

DAFTAR TABEL................................................................................................xvii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................2

1.4. Manfaat Penelitian.....................................................................................3

1.5. Batasan Masalah........................................................................................3

BAB 2 DASAR TEORI...........................................................................................5

2.1. Galangan Kapal.........................................................................................5

2.2. Pengertian Kapal.......................................................................................5

2.3. Pembangunan Kapal..................................................................................7

2.3.1. Proses Perencanaan............................................................................7

2.3.2. Proses Mouldloft................................................................................7

2.3.3. Proses Sand Blasting dan Primer Coating..........................................7

2.3.4. Proses Keel Laying............................................................................8

2.3.5. Proses Fabriaksi.................................................................................8

2.3.6. Proses Sub Assembly.......................................................................10

2.3.7. Proses Assembly..............................................................................10

2.3.8. Proses Erection.................................................................................11

2.3.9. Proses Launching.............................................................................12

2.4. Metode Pembangunan Kapal...................................................................12

2.4.1. Metode Konvensional...........................................................................12

xi
2.4.2. Metode Hull Block Construction Methode (HBCM)............................13

2.4.3. Metode Full Outfitting Block System (FOBS).....................................14

2.4.4. Metode Integrited Hull Outfitting and Painting....................................15

2.5. Metode Full Outfitting Block System (FOBS)........................................15

2.5.1. On unit Outfitting..................................................................................16

2.5.2. On Block Outfitting...............................................................................17

2.5.3. On Board Outfitting..............................................................................18

2.5.4. Faktor penyebab kurang optimalnya metode FOBS.............................18

2.6. Pengadaan Material.................................................................................19

2.7. Tenaga Kerja...........................................................................................19

2.8. Produktivitas............................................................................................20

2.9. Manajemen proyek..................................................................................21

2.10. Persentase............................................................................................21

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN................................................................23

3.1. Diagram Alir Penelitian...........................................................................23

3.2. Metodologi..............................................................................................24

3.3. Identifikasi Masalah................................................................................24

3.4. Pengambilan Data....................................................................................24

3.5. Pengolahan Data......................................................................................24

3.6. Analisa.....................................................................................................25

3.7. Kesimpulan..............................................................................................26

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................27

4.1.Data Ukuran Utama......................................................................................27

4.2. Proses Pengelompokan Equipment Per Block............................................28

4.2.1. Pembagian Block..................................................................................28

xii
4.2.2. List Equipment Outfitting.....................................................................29

4.3. Persentase Pemasangan Outfitting Pada tahap On Block dan On Board....32

4.3.1. Block DB 1 (P/S)..................................................................................32

4.3.2. Block DB 2 (P/S)..................................................................................35

4.3.3. Block DB 3 (C).....................................................................................40

4.3.4. Block DB 4 (C).....................................................................................43

4.4. Persentase Penghambat Metode FOBS Akibat Keterlambatan Material....44

4.4.1. Block DB 1 (P/S)..................................................................................45

4.4.2. Block DB 2 (P/S)..................................................................................48

4.4.3. Block DB 3 (C).....................................................................................53

4.4.4. Block DB 4 (C).....................................................................................57

4.5. Persentase Penghambat Metode FOBS Akibat Revisi Gambar..................59

4.5.1. Block DB 1 (P/S)..................................................................................59

4.5.2. Block DB 2 (P/S)..................................................................................63

4.5.3. Block DB 3 (C).....................................................................................68

4.5.4. Block DB 4 (C).....................................................................................71

4.6. Pengaruh Jumlah Manpower.......................................................................73

4.6.1. Block DB 1 (P/S)..................................................................................73

4.6.2. Block DB 2 (P/S)..................................................................................76

4.6.3. Block DB 3 (C).....................................................................................81

4.6.4. Block DB 4 (C).....................................................................................83

4.7. Perhitungan Persentase................................................................................85

4.7.1. Perhitungan Persentase Pada Block DB 1 (P/S)...................................86

4.7.2. Perhitungan Persentase Pada Block DB 2 (P/S)...................................87

4.7.3. Perhitungan Persentase Pada Block DB 3 (C)......................................89

xiii
4.7.4. Perhitungan Persentase Pada Block DB 4 (C)......................................90

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................93

5.1. Kesimpulan..................................................................................................93

5.2. Saran............................................................................................................94

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................95

xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Proses Fabrikasi..................................................................................9
Gambar 2. 2 Proses Cutting.....................................................................................9
Gambar 2. 3 Proses Sub-Assembly........................................................................10
Gambar 2. 4 Proses Assembly...............................................................................11
Gambar 2. 5 Proses Erection..................................................................................11
Gambar 2. 6 Metode Pembangunan Kapal Konvensional.....................................13
Gambar 2. 7. Metode Hull Block Construction Methode (HBCM).......................14
Gambar 2. 8. Pembangunan Kapal Metode FOBS................................................15
Gambar 2. 9. Outfitting On Unit............................................................................17
Gambar 2. 10. Outfitting On Unit..........................................................................17
Gambar 2. 11. Outfitting On Board.......................................................................18
YGambar 4. 1. General arrangement....................................................................28
Gambar 4. 2. Grafik faktor penyebab (DB 1 (P/S)................................................87
Gambar 4. 3. Grafik faktor penyebab (DB 2 (P/S)................................................88
Gambar 4. 4. Grafik faktor penyebab (DB 3 (C))..................................................90
Gambar 4. 5. Grafik faktor penyebab (DB 4 (C))..................................................91

xv
(Halaman sengaja dikosongkan)

xvi
DAFTAR TABEL
YTabel 2. 1. Kriteria analisis deskriptif persentase...............................................22
YTabel 4. 1. Nama Block.......................................................................................28
Tabel 4. 2. List Outfitting Block DB 1 (P/S).........................................................30
Tabel 4. 3. List Outfitting Block DB 2 (P/S).........................................................30
Tabel 4. 4. List Outfitting Block DB 3 (C)............................................................31
Tabel 4. 5. List Outfitting Block DB 4 (C)............................................................31
Tabel 4. 6. Tahap pemasangan Outfitting Block DB 1 (P/S).................................32
Tabel 4. 7. Tahap pamasnagan outfitting pipa Block DB 1 (P/S)..........................33
Tabel 4. 8 Tahap pemasangan Outfitting Block DB 2 (P/S)..................................35
Tabel 4. 9 Tahap pemasangan Outfitting pipa Block DB 2 (P/S)..........................36
Tabel 4. 10. Tahap Pemasangan outfitting Block DB 3 (c)...................................40
Tabel 4. 11. Tahap pemasangan Outfitting pipa Block DB 3 (C)..........................41
Tabel 4. 12. Tahap pemasangan Outfitting Block DB 4 (C)..................................43
Tabel 4. 13. Tahap Pemasangan Outfitting pipa Block DB 4 (C).........................43
Tabel 4. 14. Outfitting yang mengalami keterlambatan Block DB 1 (P/S)...........45
Tabel 4. 15, Outfitting Pipa yang mengalami keterlambatan Block DB 1 (P/S)...46
Tabel 4. 16. Outfitting yang mengalami keterlambatan Block DB 2 (P/S)...........49
Tabel 4. 17. Outfitting pipa yang mengalami keterlambatan Block DB 2 (P/S).. .50
Tabel 4. 18. Outfitting yang mengalami keterlambatanBlock DB 3 (C)...............54
Tabel 4. 19. Outfitting pipa yang mengalami keterlambatan Block DB 3 (C)......54
Tabel 4. 20. Outfitting yang mengalami keterlambatan Block DB 4 (C)..............57
Tabel 4. 21Outfitting pipa yang mengalami keterlambatan Block DB 4 (C)........57
Tabel 4. 22. List gambar kerja outfitting yang mengalami revisi..........................59
Tabel 4. 23. List gambar kerja outfitting pipa yang mengalami revisi..................60
Tabel 4. 24. List gambar kerja outfitting yang mengalami revisi..........................63
Tabel 4. 25. List gambar kerja outfitting pipa yang mengalami revisi..................64
Tabel 4. 26. gambar kerja outfitting yang mengalami revisi.................................68
Tabel 4. 27.gambar kerja outfitting pipa yang mengalami revisi..........................69
Tabel 4. 28. gambar kerja outfitting yang mengalami revisi.................................71
Tabel 4. 29. gambar kerja outfitting pipa yang mengalami revisi.........................72

xvii
Tabel 4. 30. List Pipa Block DB 1 (P/S)................................................................73
Tabel 4. 31. List Pipa Block DB 2 (P/S)................................................................76
Tabel 4. 32. List Pipa Block DB 3 (C)...................................................................81
Tabel 4. 33. List Pipa Block DB 4 (C)...................................................................84

xviii
(Halaman sengaja dikosongkan)

xix
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Full Outfitting Block System (FOBS) adalah sebuah metode produksi


kapal yang sudah mengacu pada teknologi “Advance Outfitting.” Dengan
metode ini pembangunan kapal sudah dilengkapi dengan pekerjaan outfitting
dengan tahapan, on unit, on block, dan on board sebelum disambung di
building berth. Jadi pekerjaan outfitting dapat dilakukan bersamaan dengan
pekerjaan konstruksi lambung (Hull Construction). Metode ini sudah sering
digunakan oleh galangan kapal yang berada di Negara-negara maju namun
dengan presentase pekerjaan outfitting yang diselesaikan pada saat proses
peluncuran berbeda-beda.
Keuntungan dari penerapan metode Full Outfitting Block System (FOBS)
adalah peningkatan produktifitas dan mempersingkat waktu dalam proses
pembangunan sebuah kapal. Peningkatan produktifitas dimungkinkan karena
efisiensi kerja on unit outfitting adalah ½ efisiensi kerja outfitting on block
dan ¼ efisiensi kerja outfitting on board (Weiers, 1985). Sehingga pada saat
ini salah satu galangan yang ada di surabaya telah memulai untuk
mengembangkan metode pembangunan kapal menggunakan metode Full
Outfitting Block System (FOBS) dengan harapan dapat menambah
produktifitas serta mempersingkat waktu dalam memproduksi sebuah kapal.
Namun meskipun telah menerapkan metode Full Outfitting Block System
(FOBS) dengan keuntungan yang telah diketahui. Pasti dalam sebuah
pekerjaan mengalami sebuah faktor penghambat terutama pada masalah
penerapan pada tahapan pengerjaannya sehingga penerapan metode ini tidak
bisa terlaksana secara optimal sehingga pada realisasi tidak sesuai dengan
keuntungan yang dijabarkan diatas dikarenakan tidak memenuhi dengan
presentase tahapan yang telah diketahui presentasenya

1
Maka dengan ini peneliti ingin mengadakan analisa tentang faktor
penyebab penerapan metode Full Outfitting Block System (FOBS) kurang
optimal terutama pada tahap on block yang dilakukan oleh salah satu
galangan yang ada di Surabaya dengan cara menganalisa presentasi tahapan
outfitting antara on block outfitting, dan on board outfitting. Sehingga dapat
mengetahui besar persentase penghambat dalam penerapan metode
pembangunan kapal menggunakan metode Full Outfitting Block System
terutama akibat keterlambatan material dan akibat revisi gambar kerja yang
nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan penjadwalan pekerjaan
kapal yang serupa untuk proyek yang selanjutnya.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan pada latar belakang maka perumusan masalah yang akan
dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara mengetahui presentase optimalisasi penerapan metode
Full Outfitting Block System (FOBS) ?
2. Berapa persentase penyebab metode Full Outfitting Block System (FOBS)
kurang optimal pada tahap On Block pada setiap block ?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian dari tugas
akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui presentase optimalisasi penerapan metode Full Outfitting
Block System (FOBS).
2. Untuk mengetahui persentase penyebab kurang optimalnya penerapan
metode Full Outfitting Block System (FOBS) pada tahap On Block outfitting
pada setiap block

2
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan tugas
akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswa peneliti, penulisan ini dapat memberikan wawasan
tentang presentase penerapan metode Full Outfitting Block System
(FOBS) pada proses pembangunan kapal di Indonesia.
2. Bagi perusahaan, hasil dari penulisan ini dapat menjadi acuan dalam
evaluasi penjadwalan pada proyek kapal selanjutnya yang sejenis.

1.5. Batasan Masalah


dalam membahas permasalahan yang ada dalam penelitian itu diperlukan
batasan masalah agar dalam pembahasannya diperoleh hasil yang valid, untuk
itu batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian diambil hanya dari data beberapa block
2. Penelitian dilakukan pada proses pembangunan kapal baru
3. Penelitian dilakukan di salah satu galangan di Surabaya
4. Data penelitian dilperoleh dari pengamatan dan wawancara pada proses
produksi dan penjadwalan.
5. Penelitian didasari pada master schedule pada produksi kapal yang
dibangun disalah satu galangan di Surabaya
6. Tidak meneliti tentang anggaran biaya
7. Tidak memperhitungkan faktor cuaca
8. Penelitian hanya meneliti metode pembangunan kapal Full Outfitting
Block System (FOBS)

3
(Halaman sengaja dikosongkan)

4
BAB 2
DASAR TEORI

2.1. Galangan Kapal


Galangan kapal adalah sebuah tempat diperairan yang fungsinya untuk
melakukan proses pembangunan kapal baru (New Building) dan perbaikan
kapal (Ship Repair) dan juga pemeliharaan (Maintenance). Proses
pembangunannya meliputi proses desain, penjadwalan produksi, pemasangan
gading awal, pemasangan plat kulit lambung, instalasi peralatan, pemeriksaan
akurasi, test kelayakan, hingga klasifikasi oleh Class yang ditunjuk.
Sedangkan untuk perbaikan atau pemeliharaan biasanya meliputi perbaikan
konstruksi lambung, perbaikan propeller sterntube, perawatan main engine,
dan peralatan penunjangnya (Hasbullah, 2016).
Galangan kapal merupakan tempat yang terletak ditepi pantai perairan
laut atau sungai yang berfungsi sebagai tempat untyk membangun dan
mereparasi kapal. Kapal-kapal ini dapat berupa kapal pesiar (yacht), armada
militer, cruiseline, pesawat barang atau penumpang. Galangan kapal juga
dapat digunakan sebagai proses pembangunan kapal meliputi desain,
pemasangan gading awal, pemasangan plat lambung, instalasi peralatan,
pengecekan, test kelayakan, hinngga klasifikasi oleh Class yang telah
ditunjuk (Dewi, Hari S.,& Indahyanti, 2014).
Kesimpulan dari kutipan beberapa ahli diatas galangan kapal
merupakan bangunan atau tempat yang digunakan untuk membangun kapal
baru atau tempat untuk memperbaiki serta melakukan perawatan pada kapal
yang terletak di tepi laut atau sungai.

2.2. Pengertian Kapal


Didalam peraturan pemerintah No. 17 tahun 1988 tentang
penyelenggaraan dan pengusahaan pengangkutan laut, yang disebut dengan
kapal adalah alat apung dengan bentuk dan jenis apapun. Definisi ini sangat
umum dibandingkan dengan pengertian yang terdapat didalam pasal 309
5
Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) yang menyebutkan kapal
sebagai “Alat berlayar, bagaimanapun namanya, dan apapun sifatnya.” Dari
pengertian berdasarkan KUHD ini dapat dipahami bahwa benda-benda
apapun yang dapat terapung dapat dikatakan sebagai kapal selama ia
bergerak, misalnya mesin penyedot lumpur atau mesin penyedot pasir.
(Bonaparte, 2017)
Kutipan ini adalah kutipan kedua, untuk pengertian sebuah kapal menurut
beberapa para ahli. Bahwa kapal adalah kendaraan air dengan bentuk jenis
apapun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angina atau ditunda,
termasuk kendaraan yang berdaya apung dinamis, kendaraan dipermukaan
air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah
(Dep.Hub,2008).
Kutipan ini adalah kutipan ketiga untuk pengertian sebuah kapal menurut
beberapa para ahli. Bahwa kapal adalah kendaraan besar pengangkut
penumpang dan barang dilaut, sungai, dan sebagainya. Meskipun sama-sama
kendaraan air, kapal berbeda dengan perahu (boat). Terkadang pula, perahu
disebut kapal selalu ditetapkan oleh undang-undang dan peraturan atau
kebiasaan setempat. Kapal juga merupakan alat transportasi paling efektif dan
efisien karena kapasitasnya dan daya angkut yang lebih banyak dibandingkan
moda transportasi darat, udara, maupun rel manapun (Saputra, Mulyanto, &
Amirudin, 2017).
Dari pernyataan diatas atau kutipan tersebut, menurut bebrapa ahli
dapat disimpulkan bahwa tentang pengertian kapal itu sendiri adalah alat
transportasi laut untuk mengangkut orang dan bebrapa jenis barang dengan
kapasitas besar sehingga pada kapal harus memenuhi persyaratan, sehingga
dapat menjamin keselamatan penumpang dan barang yang diangkutnya
selama pelayarannya dilaut. Adapun persyaratannya adalah keadaan kapal
memenuhi persyaratan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal,
dan kesejahteraan awak kapaldan kesehatan penumpang.

6
2.3. Pembangunan Kapal
Pembangunan kapal adalah suatu proses pembuatan kapal. Biasanya
dilakukan ditempat khusus, misalnya digalangan kapal. Untuk membangun
sebuah kapal dibutuhkan perencanaan yang berisi tahap-tahap pengerjaan
pembangunan sebuah kapal

2.3.1. Proses Perencanaan


Pada proses pembangunan kapal tahap awal sebelum dilakukannya
proses produksi adalah proses perencanaan. Pada proses ini dilakukan
pekerjaan merancang desain dan perhitungan tentang segala aspek mengenai
proses produksi pembangunan kapal yang mana akan menjadi acuan
dilakukannya proses produksi pembangunan kapal tersebut sehingga proses
ini termasuk proses yang sangat penting dalam pembangunan kapal dimana
dalam proses ini dapat menentukan alur dari proses awal pembangunan
hingga kapal jadi. Sehingga pada proses ini sangat diperlukan perhitungan
dan akurasi yang sangat matang agar tidak terjadi kesalahan yang bisa
berdampak pada kerugian dari sebuah proyek pembangunan kapal.

2.3.2. Proses Mouldloft


Mould loft adalah proses menterjemahkan atau mengembangkan
gambar dasar  dengan skala 1:50, 1:100 atau 1:200  menjadi gambar
produksi dan rambu-rambu atau mal dalam ukuran sebenarnya (skala  1:1).
Mould loft ini sangat dibutuhkan dalam pembangunan sebuah kapal, karena
dapat membuat bagian-bagian kapal yang rumit seperti bagian buritan dan
haluanDi galangan kapal fungsi Mould Loft sangat penting sekali karena
merupakan sarana yang menghubungkan antara kegiatan perencanaan dan
kegiatan produksi.  

2.3.3. Proses Sand Blasting dan Primer Coating


Proses dilakukannya penembakan material blasting pada permukaan
pelat, profil, pipa, dan material lainnya untuk mendapatkan tingkat
kebersihan dan kekasaran permukaan yang sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan. Material plat dan profil yang masuk ke bengkel fabrikasi
7
terlebih dahulu diblasting yang bertujuan untuk menghilangkan lapisan
millscale yang terdapat pada lapisan material baja. Dalam proses blasting
digunakan dengan menggunakan material steel shoot. Yaitu besi yang
berbentuk butiran bola kecil. Setelah dilakukan proses blasting kemudian
material dilakukan pengecatan menggunakan cat dasar (Shop Primering)
agar tidak mengalami kerusakan dalam proses fabrikasi. Pengecatan dasar
juga mempunyai tujuan sebagai pelindung material dari korosi hingga kurun
tertentu.

2.3.4. Proses Keel Laying


Proses ini merupakan proses awal pembangunan kapal baru, proses ini
bersifat simbolik dari awal pembangunan kapal. Persyaratan untuk
melakukan proses ini biasanya ditentukan oleh Class atau owner kapal. Dan
ketentuan yang biasa dipakai adalah 10% gross tonnage dari DWT kapal.

2.3.5. Proses Fabriaksi


Proses fabriaksi terdiri dari proses marking, cutting, dan forming.
Sebelum proses tersebut dilakukan terlebih dahulu mengidentifikasi material
sesudah dilakukan pengecatan dasar. Memastiakn number plate sesuai
dengan daftar material yang terdapat pada class yang diikuti. Setelah selesai
diidentifikasi maka pihak klasifikasi tersebut akan menandatangani
pemeriksaan pada pelat tersebut.
1. Marking
Proses marking adalah suatu proses penandaan pada material plat
atau profil sesuai dengan gambar kerja dan pada setiap bagian yang
demarking harus diberi nama dengan jelas sesuaikan dengan kode yang
tercantum pada material list dan marking list, nama tersebut mencakup
nomor produksi kapal, nomor bock, dan posisi marking.

8
Gambar 2. Proses Fabrikasi
Sumber : Dokumen Pribadi,2020
2. Cutting
Proses pemotongan pelat atau profil sesuai dengan hasil proses
marking pada pelat dan profil menggunakan alat potong berupa cnc cutting
atau plasma cutting dengan memperhatikan sudut potong, dan tebal plat
yang akan dipotong serta margin pada pelat yang akan dipotong.

Gambar 2. Proses Cutting


(sumber : Dokumen Pribadi,2020)

3. Forming
Proses forming adalah proses pembentukan plat sesuai dengan
gambar kerja yang ada. Dari bentuk aslinya menjadi bentuka yang
diinginkan. Pembentukan pelat dibantu mesin roll, mesin bending, dan
mesin press.

9
2.3.6. Proses Sub Assembly
Proses sub assembly adalah proses menggabungkan beberapa
komponen-komponen kecil menjadi sebuah panel atau part-part untuk
proses assembly. Komponen-komponen tersebut masih berupa pelat
potongan lurus maupun tidak lurus, pelat yang telah dilengkungkan dan
lain-lainnya seperti bagian-bagian pipa. Seperti contoh penggabungan pelat
dengan pelat untuk dijadikan menjadi sebuah frame.

Gambar 2. Proses Sub-Assembly


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2020)

2.3.7. Proses Assembly


Proses assembly adalah penggabungan antara panel-panel menjadi
sebuah block dimana panel yang telah dibuat dari hasil penggabungan
beberapa komponen dari proses fabrikasi maka akan digabungkan pada
proses assembly sehingga menjadi block yang dimana mempunyai ukuran
sesuai dengan kapasitas alat angkut serta fasilitas yang ada digalangan
gersebut.

10
Gambar 2. Proses Assembly.
(Sumber : Dokumen pribadi,2020)

2.3.8. Proses Erection


Proses erection adalah proses penggabungan antar block-blok menjadi
sebuah badan kapal yang utuh. Proses ini dilakukan pada building berth atau
kolam untuk pembangunan kapal yang mana penggabungannya dimulai dari
double bottom hingga pada pada bagian superstructure dari kapal. Proses ini
adalah proses terakhir pada proses assembly yang mana menjadikan badan
kapal menjadi utuh dengan menggabungkan beberapa block yang telah
diproduksi pada saat proses assembly

Gambar 2. Proses Erection


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2020)

11
2.3.9. Proses Launching
Proses ini adalah proses dimana penurunan kapal dari landasan
peluncuran kedalam air. Tahap ini dilakukan setelah badan kapal telah
terbentuk sempurna dan telah dilaksanakan tes kebocoran pada lambung
kapal

2.4. Metode Pembangunan Kapal


Dalam membangun sebuah kapal dibutuhkan sebuah metode
pembangunan kapal untuk menyelesaikan proses pembuatan kapal tersebut.
metode produksi kapal ini berekembang sesuai dengan bertambah majunya
fasilitas penunjang pembangunan kapal. Perkembangan metode ini
bertujuan untuk mempermudah dalam proses pengerjaan agar kapal dapat
diselesaikan dengan waktu yang lebih efisien. Sampai saat ini
perkembangna metode pengerjaan kapal terdiri dari empat tahapan.
Perkembangan ini berdasarkan teknologi yang digunakan dalam proses
pengerjaan lambung dan outfitting.

2.4.1. Metode Konvensional


Metode ini memusatkan pekerjaan pada masing-masing sistem
fungsional yang ada dikapal. Dengan kata lain metode ini memandang kapal
sebagai sebuah sistem. Proses pengerjaan kapal dengan metode ini berjalan
dengan sangat lamban. Karena pekerjaan dilakukan satu persatu dan
bertahap. Pertama lunas dipasang terlebih dulu, kemudian gading-gading
dipasang dikulitnya. Bila badan kapal hampir selesai dirakit pekerjaan
outfitting dimulai. Pekerjaan outfitting-nya pun dipasang sistem demi
sistem, seperti pemasangan ventilasi, sistem pipa listrik, mesin, dll.
Metode ini merupakan metode paling awal sehingga tingkat
produktifitasnya pun masih sangat rendah. Mutu pekerjaan dengan
metodeini masih sangat-sangat rendah dengan juga karena hampir seluruh
pekerjaan dilakukan secara manual pada building berth. Dengan proses
pekerjaan sangat sering terjadi. Akibatnya, penambahan jam lembur
(overtime) tidak dapat dihindari.
12
Gambar 2. Metode Pembangunan Kapal Konvensional
(sumber : www.maritimworld.web.id)

2.4.2. Metode Hull Block Construction Methode (HBCM)


Metode ini dimulai dengan digunakannya teknilogi pengelasan pada
pembuatan kapal. Dengan metode ini, material kapal dibuat menjadi sebuah
seksi-sekdi seperti seksi geladak, seksi kulit dan lain-lain. Dari seksi-seksi
ini kemudian dilas membentuk sebuah block. Dari block ini kemudian
dirakit menjadi badan kapal. Pada metode pengerjaan ini, pemasangan
outfitting dikerjakan pada block maupun badan kapal. Pemasangan
outfitting ini disebut sebagai proses pre-outfitting.
Metode ini masih dikatakan sebagai metode tradisional karena design,
material definition, dan procurement masih dikerjakan sistem demi sistem.
Walaupun proses produksinya dikerjakanberdasarkan block. Karena adanya
dua aspek yang bertentangan antara perencanaan dan pengerjaannya, maka
pada perbaikan produktivitas masih sulit untuk dilakukan.

13
Gambar 2. . Metode Hull Block Construction Methode (HBCM)
(sumber : www.latarlembayung.wordpress.com)

2.4.3. Metode Full Outfitting Block System (FOBS)


Metode ini biasa disebut sebagai metode zone/area/stage. Perubahan
teknologi dari konvensional menjadi modern dimulai pada tahp ini. Tahapan
ini ditandai dengan lane zone construction dan zone outfitting yang
merupakan aplikasi group teknologi pada Hull Construction dan outfitting
work. Group teknologi adalah metode analitis untuk secara sistematik
menghasilkan produk dalam kelompok-kelompok yang mempunyai
kesamaan dalam perencanaan maupun proses produksinya. Kebanyakan
galangan-galangan di Eropa dan Jepang menggunakan metode ini.
Pada metode ini galangan mengelompokkan proses produksi
berdasarkan kesamaan proses produksi, sehingga pekerjaan lebih mudah dan
cepat dalam melakukan pekerjaan di workshop. Dengan metode ini maka
peningkatan produktivitas galangan dapat lebih mudah ditingkatkan. Dan
pada pekerjaan outfitting-nya dilakukan dengan metode zone outfitting. Jika
pada metode sebelumnya pekerjaan outfitting dikerjakan berdasarkan
fungsinya, maka pada tahap ini pekerjaan outfitting dikerjakan berdasarkan
region/zone. Pengerjaan outfitting pada metode ini dibagi menjadi tiga
tahap, on unit, on block, dan on board.

14
Gambar 2. . Pembangunan Kapal Metode FOBS
(globalmarinetechnology.blogspot.com)

2.4.4. Metode Integrited Hull Outfitting and Painting


Metode ini adalah metode pembangunan kapal yang hampir sama
dengan metode pembangunan Full Outfitting Block system (FOBS) namun
pada metode ini dikolaborasikan dengan proses pengecatan pada block-
block yang sudah jadi sebelum dilakukan proses erection yang bertempat
pada building berth. Jadi pada metode ini dirasa sangat efektif dan efisien
dalam proses pengerjaannya walaupun beberapa galangan masih enggan
menerapkannya dimana sistem manajemen pada sebuah galangan berbeda-
beda dan penerapan pada metode ini masih sulit dilakukan oleh bebrapa
galangan yang ada.

2.5. Metode Full Outfitting Block System (FOBS)


Full Outfitting Block System (FOBS) adalah metode produksi
pembangunan kapal yang sudah mengacu pada konsep kemajuan outfitting,
dengan metode ini perlengkapan outfitting pada kapal telah terpasang pada
saat masih menjadi beberapa bagian atau blok yang dapat dirakit pada tahap
on unit, on block, dan on board sebelum disambung didalam building berth.
Pada metode ini pekerjaan outfitting harus terintegrasi dengan pekerjaan
konstruksi badan kapal (Hull Construction). Pekerjaan ini diperlakukan
design engineering yang akurat dan akurasi control system yang teliti

15
Metode ini biasa disebut sebagai metode zone/area/stage. Perubahan
teknologi dari konvensional menjadi modern dimulai pada tahp ini. Tahapan
ini ditandai dengan lane zone construction dan zone outfitting yang
merupakan aplikasi group teknologi pada Hull Construction dan outfitting
work. Group teknologi adalah metode analitis untuk secara sistematik
menghasilkan produk dalam kelompok-kelompok yang mempunyai kesamaan
dalam perencanaan maupun proses produksinya. Kebanyakan galangan-
galangan di Eropa dan Jepang menggunakan metode ini.
Pada metode ini galangan mengelompokkan proses produksi
berdasarkan kesamaan proses produksi, sehingga pekerjaan lebih mudah dan
cepat dalam melakukan pekerjaan di workshop. Dengan metode ini maka
peningkatan produktivitas galangan dapat lebih mudah ditingkatkan. Dan
pada pekerjaan outfitting-nya dilakukan dengan metode zone outfitting. Jika
pada metode sebelumnya pekerjaan outfitting dikerjakan berdasarkan
fungsinya, maka pada tahap ini pekerjaan outfitting dikerjakan berdasarkan
region/zone. Pengerjaan outfitting pada metode ini dibagi menjadi tiga tahap,
on unit, on block, dan on board.

2.5.1. On unit Outfitting


On unit outfitting adalah perakitan produk-produk yang terdiri dari
komponen yang dibeli ataupun yang dibuat oleh galangan sendiri, menjadi
satu unit / kesatuan. Dalam pekerjaan perakitan ini tida termasuk perakitan
akhir. Unit yang dimaksud disini terdiri dari material-material outfitting dan
tidak termasuk konstruksi kapal. Tahapan ini sebaiknya menjadi prioritas
utama karena proses perakitannya dilakukan di bengkel-bengkel produksi
yang mempunyai suasana kerja relatif paling nyaman dibandingkan dengan
kedua tahapan lain (on block dan on board). Kondisi ini akan memberi
kesempatan untuk peningkatan produktifitas. Selain itu, tahapan ini tidak
tergantung pada kemajuan pekerjaan kontruksi lambung sehingga dapat
dilakukan secara bersamaan.

16
Gambar 2. . Outfitting On Unit
(Dokumen Pribadi,2020).

2.5.2. On Block Outfitting


On block outfitting adalah prose instalasi komponen-komponen
outfitting atau unit-unit outfitting pada suatu rangkaian konstruksi
(assembly structural) sebelum dirakit menjadi block (semi block) atau pada
blok / blok besar (grand block). Tahapan ini merupakan prioritas lanjutan
setelah on unit outfitting. Pada tahapan ini juga sudah termasuk proses
pengecatan, kecuali pengecatan akhir dan pengecatan yang tidak boleh
dilakukan karena masih ada proses pengelasan yang harus dikerjakan.
Pekerjaan on block outfitting ini biasa dikerjakan pada suatu tempat
yang digunakan untuk perakitan konstruksi atau lokasi khusus yang
memang sudah dilengkapi dengan peralatan angkat yang memadai untuk
membalik blok-blok tersebut. lokasi pekerjaan ini biasa dilakukan di dalam
bengkel (indoor) ataupun diluar bengkel (outdoor).

Gambar 2. . Outfitting On Unit


(globalmarinetechnology.wordpress.com)

17
2.5.3. On Board Outfitting
Tahapan ini meliputi pemasangan perlengkapan outfitting pada kapal
saat produksi kapal pada tahap erection atau lauching sehingga pemasangan
outfitting dilakukan saat block block pada kapal sudah tersambung sehingga
pada proses ini biasanya pemasangan outfitting hanya sekitar 25% dari total
keseluruhan jumlah outfitting yang terpasang pada kapal. Sehingga proses
ini bisa dilakukan saat kapal masih berada pada building berth dan pada saat
kapal sudah masuk kedalam air yang pastinya telah dilakukan setelah proses
pengecatan lambung dan tes kebocoran pada lambung kapal.

Gambar 2. . Outfitting On Board


(Dokumen Pribadi,2020).

2.5.4. Faktor penyebab kurang optimalnya metode FOBS


Dalam pembangunan kapal menggunakan metode Full Outfitting Block
System (FOBS) terdapat beberapa faktor penghambat, sehingga penerapan
metode tersebut dirasa kurang optimal. Dari hasil pengamatan dan
wawancara di salah satu galangan yang berada di Surabaya maka dapat
diketahui faktor yang mempengaruhi penerapan metode Full Outfitting
Block System (FOBS) adalah sebagai berikut:
1. Keterlambatan material
2. Revisi desain
3. Jumlah SDM

18
2.6. Pengadaan Material
Pengadaan material adalah segala kegiatan untuk menambah dan
memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku
dengan menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada (Subagya,
1996)
perencanaan kebutuhan material / Material Requirement Planning
(MRP) adalah suatau sistem perencanaan dan penjadawalan kebutuhan
material untuk produksi yang memerlukan beberahap tahp atau proses atau
dengan kata lain adalah suatu rencana produksi untuk sejumlah produk jadi
yang diterjemahkan ke bahan mentah (komponen) yang dibutuhkan dengan
menggunakan waktu tenggang, sehingga dapatditentukan kapan dan berapa
banyak yang dipesan untuk masing-masing komponen suatu produk yang
akan dibuat (Saputra,2004).
Pekerjaan control yang dimulai dilapangan. Barang dicek dengan surat
jalan (delivery note) baik mengenai jumlah maupun kualitasnya. Jika barang
yang dikirim dalam keadaan tidak memuaskan, maka barang akan dikirim
kembali ke tempat asalnya, dengan disertaib surat penolakandari bagian
penerimaan barang. Jika barang yang diterima sudah tepat, barang tersebut
akan dimasukkan ke gudang dan menunggu pengambilan untuk digunakan
pada proses produksi. Pada waktu yang bersamaan, catatan persediaan
barang harus diperbaharui, disesuaikan dengan keadaan terakhir untuk
menunjukkan penambahan barang yang baru tiba dalam simpanan
persediaan. Jika barang yang telah dipesan hanya digunakan persediaan,
maka akan terjadi pengurangan secara bertahap selama pemakaian pada
proses produksi sampai suatau saat catatan persediaan menunjukkan adanya
keharusan untuk memesan kembali.
2.7. Tenaga Kerja
Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab 1 pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu Negara

19
dibedakan menjadi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong
tenaga kerja jika penduduk telah memasuki usia kerja.
Pengertian tenaga kerja menurut Sumirto Djojohadikusumo adalah semua
orang yang bersedia dan sanggup, dan golongan ini meliputi mereka yang
bekerja untuk diri sendiri, anggota keluarga, yang tidak menerima bayaran
serta serta mereka yang bekerja untuk menerima bayaran/upah/gaji (Sumitro
Djojohadikusumo, 1985:70)
Dari undang-undang yang ada seta kutipan diatas dapat disimpulkan
bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang atau jasa dan sudah memasuki usia kerja dan
bekerja untuk diri sendiri maupun orang lain dengan tujuan agar menerima
bayaran/upah/gaji.

2.8. Produktivitas
Produktivitas merupakan hasil produk dibagi dengan masukan organisasi
(Richard, Daft, 2006)
Produktivitas merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan
pengendalian atas tingkat keunggulan untuk memenuhi konsumen
(Gazper,2003).
Produktivitas adalah curahan segala kemampuan seorang pemain
sepakbola untuk menciptakan kemenangan dan kejayaan klubnya (Alex
Ferguson dalam Kevin Anthony, 2007).
Produktivitas merupakan efesiensi masukan dan efektivitas pencapaian
sasaran yang berhubungan dengan upah tenaga kerja, pengalaman, curahan
waktu kerja untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik dengan yang telah
ditetapkan hingga tujuan yang ingin dicapai dapat diperoleh.
Produktivitas tenaga kerja merupakan kemampuan seorang tenaga kerja
untuk mengelola efisiensi input (material, mesin, metode, dan informasi)
yang ditransformasikan untuk menghasilkan efektifitas output berdasarkan
standar yang telah ditentukan.

20
Peranan produktifitas sebagai sasaran manajemen untuk keberhasilan
suatu tingkat kegiatan pada perusahaan, sedangkan pengukuran produktivitas
digunakan untuk sasaran manjemen penganalisa dan mendorong efisisiensi
produksi sehingga dapat diketahui kekurangannya serta melakukan perbaikan.

2.9. Manajemen proyek


Manajemen proyek dapat didefinisikan sebagai suatu proses dari
perencanaan, pengaturan, kepemimpinan, dan pengendalian dari suatu proyek
oleh para anggotanya dengan memanfaatkan sumber daya seoptimal mungkin
untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. fungsi dasar manajemen
proyek terdiri dari pengelolaan-pengelolaan lingkup kerja, waktu, biaya, dan
mutu. Pengelolaan aspek-aspek tersebut dengan benar merupakan kunci
keberhasilan dalam penyelenggaraan suatu proyek (Chairil Nizar, 2011)
Dengan adanya manajemen proyek maka akan terlihat batasan mengenai
tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari pihak-pihak yang terlibat dalam
proyek baik langsung maupun tidak langsung, sehingga tidak akan terjadi
adanya tugas dan tanggung jawab yang dilakukan secara bersamaan
(overlapping). Menurut Chairil Nizar (2011) apabila fungsi-fungsi
manajemen proyek dapat direalisasikan dengan jelas dan terstruktur, maka
tujuan kahir dari sebuah proyek akan mudah terwujud, yaitu tepat waktu,
tepat kuantitas, tepat kualitas, tepat biaya sesuai dengan biaya rencana, tidak
adanya gejolak social dengan masyarakat sekitar, dan tercapainya prosedur
K3 dengan baik.
Pelaksanaan proyek memerlukan koordinasi dan kerjasama antar
organisasi secara solid terstruktur. Dan hal inilah yang menjadi kunci pokok
agar tujuan akhir proyek dapat selesai sesuai dengan schedule yang telah
direncanakan.

2.10. Persentase
Persen ialah suatu angka perbandingan rasio untuk menyatakan pecahan
dari seratus yang ditunjukkan dengan symbol %. Dengan kata lain persentase

21
ialah bagian dari keseluruhan yang dinyatakan dengan per seratus dan
pendapat lain mengatakan bahwa pengertian persentase adalah satu cara
untuk mengekspresikan sebuah angka sebagian bagian dari keseluruhan,
dimana keseluruhan tersebut ditulis dengan 100%
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif atau statistic deskriptif.
Menurut sugiono (2003:21) bahwa statistic deskriptif adalah statistic yang
berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek
yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa
melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlakub untuk umum.
Data dari hasil pnelitian ini merupakan data kuantitatif yang akan
dianalisis secara deskriptif persentase dengan langkah-langkah menurut
Ridwan (2004:71-95) sebagai berikut :
1. Menghitung nilai responden dan masing-masing aspek atau sub variable
2. Merekap nilai
3. Menghitung nilai rata rata
4. Menggitung persentase dengan rumus
n
DP = x 100% (2.1)
N
Keterangan :
DP = Deskriptif persentase (%)
n = Skor empiric (skor yang diperoleh)
N = Skor maksimal item pertanyaan
Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor yang
diperoleh (dalam %) dengan analisis deskriptif persentase dikonsultasikan
dengan tabel kriteria pada tabel 2.1.
Tabel 2. . Kriteria analisis deskriptif persentase
No Persentase Kriteria
1 75% - 100% Sangat Tinggi
2 50% - 75% Tinggi
3 25% - 50% Rendah
4 1% - 25% Sangat Rendah
Sumber: Ridwan, 2004

22
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Diagram Alir Penelitian


Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penyelesaian tugas akhir
ini adalah sebagai berikut :

23

Anda mungkin juga menyukai