Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

GANGGUAN POLA ELIMINASI

KELOMPOK IV :

1. Aulia Rachman 17DI0007


2. Glory Victoria Gumansalangi 17D10014
3. Muhammad indra aprianto 17D10039
4. Umi kaltsum maulidia wadjo 17D10056
5. Dita rahma 17D10065
6. Ni kadek ayu sintia dewi 17D10083
7. Putrinda kurnia rambu ndadung 17D10109
8. Putu Juan Fernanda Wiratama

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

2018/2019
KONSEP TEORI KEBUTUHAN

1. Definisi

a. Gangguan Eliminasi Urine


Gangguan eliminasi urin adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya orang yang mengalami
gangguan eliminasi urin akan dilakukan kateterisasi urine, yaitu tindakan memasukan
selang kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan
urine.
b. Gangguan Eliminasi Fekal (BAB)
Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
atau berisiko tinggi mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan jarang buang
air besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi gangguan eliminasi fekal biasanya
dilakukan huknah, baik huknah tinggi maupun huknah rendah. Memasukkan cairan
hangat melalui anus sampai ke kolon desenden dengan menggunakan kanul rekti.

2. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Fisiologi Saluran Kemih
a. Ginjal
Ginjal manusia berjumlah 2 buah, terletak dipinggang, sedikit dibawah
tulang rusuk bagian belakang. ( Daniel S, Wibowo, 2005 )
Ginjal manusia berjumlah 2 buah, terletak dipinggang, sedikit dibawah
tulang rusuk bagian belakang. ( Daniel S, Wibowo, 2005 )
Fungsi Ginjal :
a. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme
tubuh.
b. Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan
c. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh
bagian tubulus ginjal
d. Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh
e. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan
sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang
f. Hemostasis Ginjal, mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan
komposisi air dalam darah. (Guyton, 1996 ).
b. Ureter
Ureter merupakan dua saluran dengan panjang sekitar 25 sampai 30 cm,
terbentang dari ginjal sampai vesika urinaria. Fungsi satu – satunya adalah
menyalurkan urin ke vesika urinaria. ( Roger Watson, 2002 )
c. Vesika Urinaria
Vesika urinaria adalah kantong berotot yang dapat mengempis, terletak 3 sampai
4 cm dibelakang simpisis pubis ( tulang kemaluan ).
Vesika urinaria mempunyai dua fungsi yaitu :
a. Sebagai tempat penyimpanan urin sebelum meninggalkan tubuh.
b. Dibantu uretra vesika urinaria berfungsi mendorong urin keluar tubuh.
(RogerWatson, 2002 ).
Didalam vesika urinaria mampu menampung urin antara 170 - 230 ml.
(Evelyn, 2002 )
d. Uretra
Uretra adalah saluran kecil dan dapat mengembang, berjalan dari kandung
kemih sampai keluar tubuh. Pada wanita uretra pendek dan terletak didekat
vagina. Pada uretra laki – laki mempunyai panjang 15 – 20 cm. ( Daniel S,
Wibowo, 2005 ).
Uretra dilengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada
perbatasan kandung kemih dan uretra. Sfingter uretra interna ini dipersarafi oleh
system simpatetik sehingga pada saat kandung kemih penuh, maka sfingter ini
akan terbuka dan manusia akan mengalami proses berkemih/miksi. Uretra juga
dilengkapi dengan sfingter uretra posterior yang dipersarafi oleh system somatik.
3. Faktor Predisposisi dan Prepitasi

1. Faktor Predisposisi dan Prepitasi pada Saluran Kemih

- Respon keinginan awal untuk berkemih Beberapa masyarakat mempunyai


kebiasaan mengabaikan respon awal untuk berkemih. Akibatnya urine banyak
tertahan di kandung kemih.
- Gaya hidup Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal
eliminasi urine dan defekasi. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi
dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi dan defekasi. Praktek eliminasi
keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.
- Stress psikologi Meningkatnya stress seseorang dapat mengakibatkan
meningkatnya frekuensi keinginan berkemih, hal ini karena meningkatnya
sensitif untuk keinginan berkemih dan atau meningkatnya jumlah urine yang
diproduksi.
- Tingkat perkembangan.Tingkat perkembangan juga akan mempengaruhi pola
berkemih. Pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena
adanya tekanan dari fetus atau adanya lebih sering berkemih. Pada usia tua
terjadi penurunan tonus otot kandung kemih dan penurunan gerakan
peristaltik intestinal.
- Kondisi Patologis.Demam dapat menurunkan produksi urine (jumlah &
karakter).
- Obat-obatan diuretiik dapat meningkatkan output urine. Analgetik dapat
terjadi retensi urine.
4. Gangguan Terkait KDM

a. Etiologi Gangguan saluran perkemihan

1. Intake cairan
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yangmempengaruhi output
urine atau defekasi. Seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang
keluar, kopi meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan,
akibatnya outputurine lebih banyak.

2. Aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot,eliminasi urine
membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfinkter internal
dan eksternal. Hilangnya tonus ototkandung kemih terjadi pada masyarakat yang
menggunakan kateter untuk periode waktu yang lama.Karena urine secara terus
menerusdialirkan keluar kandung kemih, otot-otot itu tidak pernah
merenggangdan dapat menjadi tidak berfungsi. Aktifitas yang lebih berat
akanmempengaruhi jumlah urine yang diproduksi, hal ini disebabkan karena lebih
besar peningkatan metabolisme tubuh.

Berbagai macam penyebab gangguan eliminasi urine lainnya:


1.Obstruksi; batu ginjal, pertumbuhan jaringan abnormal, struktur uretra
2.Infeksi.
3.Kehamilan.
4.Penyakit; pembesaran kelenjar ptostat.
5.Trauma sumsum tulang belakang.
6.Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih,urethra.
7. Umur .
8.Penggunaan obat-obatan.
b. Proses Terjadi
Gangguan pada eliminasi sangat beragam seperti yang telah dijelaskan
diatas.Masing-masing gangguan tersebut disebabkan oleh etiologi yang berbeda. Pada
pasien dengan usia tua, trauma yang menyebabkan cederamedulla spinal, akan
menyebabkan gangguan dalam mengkontrol urine/inkontinensia urine.Gangguan
traumatik pada tulang belakang bisa mengakibatkan kerusakan pada medulla
spinalis.Lesi traumatik padamedullaspinalis tidak selalu terjadi bersama-sama dengan
adanya fraktur ataudislokasi.Tanpa kerusakan yang nyata pada tulang belakang, efek
traumatiknya bisa mengakibatkan efek yang nyata di medulla spinallis.Cedera Medulla
Spinalis (CMS) merupakan salah satu penyebab gangguan fungsi saraf termasuk pada
persyarafan berkemih dan defekasi.
Komplikasi cedera spinal dapat menyebabkan syok neurogenik dikaitkan dengan
cedera medulla spinalis yang umumnya dikaitkan sebagaisyok spinal.Syok spinal
merupakan depresi tiba-tiba aktivitas refleks padamedulla spinalis (areflexia) di
bawah tingkat cedera.Dalam kondisi ini, otot-otot yang dipersyarafi oleh bagian
segmen medulla yang ada di bawah tingkatlesi menjadi paralisis komplet dan
fleksid, dan refleks-refleksnya tidak ada.Hal ini mempengaruhi refleks yang
merangsang fungsi berkemih dan defekasi.Distensi usus dan ileus paralitik
disebabkan oleh depresi refleks yang dapatdiatasi dengan dekompresi usus.
(Brunner & Suddarth, 2002)
Hal senadadisampaikan Sjamsuhidajat (2004), pada komplikasi syok spinal
terdapat tanda gangguan fungsi autonom berupa kulit kering karena tidak
berkeringatdan hipotensi ortostatik serta gangguan fungsi kandung kemih dan
gangguandefekasi.Proses berkemih melibatkan 2 proses yang berbeda yaitu
pengisian dan penyimpanan urine dan pengosongan kandung kemih.Hal ini saling
berlawanan dan bergantian secara normal.Aktivitas otot-otot kandung kemihdalam
hal penyimpanan dan pengeluaran urin dikontrol oleh sistem saraf otonom dan
somatik.Selama fase pengisian, pengaruh sistem saraf simpatis terhadap kandung
kemih menjadi bertekanan rendah dengan menigkatkan resistensi saluran kemih.
Penyimpanan urin dikoordinasikan oleh hambatansistem simpatis dari aktivitas
kontraktil otot detrusor yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan otot dari leher
kandung kemih dan proksimal uretra.Pengeluaran urine secara normal timbul akibat
dari kontraksi yangsimultan otot detrusor dan relaksasi saluran kemih. Hal ini
dipengaruhi olehsistem saraf parasimpatis yang mempunyai neurotransmitter utama
asetilkolin,suatu agen kolinergik. Selama fase pengisian impuls afferent
ditransmisikan ke saraf sensoris pada ujung ganglion dorsal spinal sakral segmen 2-
4 dan informasikan ke batang otak.Impuls saraf dari batang otak menghambat aliran
parasimpatis dari pusat kemih sakral spinal.Selama fase pengosongan kandung kemih,
hambatan pada aliran parasimpatis sakral dihentikan dan timbul kontraksi otot
detrusor.Hambatan aliran simpatis pada kandung kemih menimbulkan relaksasi pada
otot uretra trigonal dan proksimal.Impuls berjalan sepanjang nerveous pudendus untuk
merelaksasikan otot halus dan skelet dari spingter eksterna.Hasilnya keluarnya urine
dengan resistensi saluran yang minimal.
c. Manifestasi klinik
1. Urin mengalir lambat
2. Terjadi poliuria yang yang makin lama makin parah karena pengosongan
kandung kemih tidak efesien
3. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
4. Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan ingin merasa ingin BAK
5. Pada tetensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc
d. Komplikasi
1) Infeksi Saluran Kemih (ISK)
2) Benign Prostatic Hyperplasia(BPH)
3) Batu Ginjal/ Urolithiasis

5. Pemeriksaan Diagnostic/Pemeriksaan Penunjang Terkait KDM

a. Jenis Pemeriksaan

1) Pemeriksaan USG
2) Pemeriksaan foto rontgen
3) Pemeriksaan laboratorium urin dan feses
b. Parameter Yang Diperiksa
1) Pemeriksaan Makroskopis Urin
o Volume urine
o Warna urine
o Kekeruhan
o Bau urine
o Derajat keasaman urine
o Berat Jenis urine (BJ Urine)
2) Pemeriksaan Mikroskopis Urin
o Eritrosit
o Leukosit
o Torak,silinder
o Sel epitel
o Kristal
o Bakteri
o SGOT
o SGPT
c. hasil temuan(yang tidak normal)
o Terjadinya peningkatan ataupun penurunan nilai SGOT
Normal dewasa : 5-40 U/L (Frankel), 4-36 u/L,16-60 U/L, 8-33 U/L pada
wanita nilainya sedikit lebih rendah.
o Terjadinya peningakatan ataupun penurunan SGPT
Normal : 1.836 U/L
d. Interpretasi hasil
o Penurunan nilai SGOT
Penurunan kadar SGOT dapat terjadi pada wanita hamil , diabetic
ketoasidosis, dan beri-beri. Peningkatan kadar dapat terjadi pada Infark
miokard akut, ensefalitis, nekrosis hepar, penyakit dan traumamusculoskeletal
, pankreatitis akut, gagal jantung kongestif dan efek dari obat-obatan.
o Peningkatan nilai SGOT
Apabila terjadi peningkatan nilai SGOT maka dapat diindikasikan adanya
kerusakan sel hati,seperti serangan virus hepatitis
o Peningkatan nilai SGPT
hepatitis akut,hepatoksisitas yang menyebabkan nekrosis hepar /toksisitas
obat ataukimia agak atau meningkat sedang (sirosis, kanker hepar,
gagal jantung kongestif, intoksisitas alcohol akut peningkatan marginal,
infark miokardakut. Antibiotik ,narkotik, metildopa,sediaan digitalis, salisilat,
rifampisin

6. penatalaksanaan medis

a. penatalaksanaan terapi

1. obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg


klorpromazine 0,5-1 mg / kg BB/hari

2. obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide

3. antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta

b. penatalaksanaan operatif

1.   Eliminasi Urine

a.       Retensi Urine

-       Minta klien untuk berusaha berkemih pada waktu yang terjadwal yang teratur.

-       Instruksikan klien untuk melakukan latihan dasar panggul (kegle exercise) diluar waktu
berkemihnya. Minta klien melakukan latihan ini setiap kali berkemih

-       Minta klien menggunakan konpresi kandung kemih ( metode crede) selama berkemih.

b.      Inkontinensia

-       Lakukan penilaian kemih  yang komprehensif berfokus pada inkontinensia ( misalnya


output urine, pola berkemih, fungsi kognitif, dan masalah kencing praeksisten)

-       Merangsang refleks kandung kemih dengan menerapkan dingin untuk perut

-       Memantau asupan dan pengeluaran cairan


-       Membantu toileting secara berkala

-       Pemasangan kateter

-       Penerapan kateterisasiintermiten

2.        Eliminasi Fekal

a.       Konstipasi

-       Memonitor tanda dan gejala konstipasi

-       Memonitor bising usus

-       Memonitor feces : frekuensi, konsistensi dan volume

-       Konsultasi dengan dokter tentang peningkatan dan penurunan bising usus

-       Monitor tanda dan gejala ruktur usus atau peritonitis

-       Jelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan terhadap pasien

-       Identifikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi

-       Dukung intake cairan

-          Kolaborasika pemberian laksatid

-       Pantau tanda-tanda dan gejala konstipasi

-       Mendorong  meningkatkan asupan cairan, kecuali dikontraindikasikan

-       Evaluasi profil obat untuk efek samping gastrointestinal

-       Anjurkan pasinen atau keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi
tinja

-       Anjurkan pasien atau keluarga untuk diet tinggi serat

-       Anjurkan pasien atau keluarga pada penggunaan obat pencahar

-       Timbang pasien secara teratur

-       Ajarkan pasien atau keluarga tentang kerangka waktu untuk resolusi untuk sembelit
b.      Diare

-       Evaluasi efek samping pengobatan terhadap gastrointestinal

-       Ajarkan pasien untuk menggunakan obat anti diare

-       Instruksikan pasien atau keluarga untuk mencatat warna, jumlah, frekuensi dan konsistensi
dari feces

-       Evaluasi intake makanan yang masuk

-       Identifikasi faktor penyebab dari diare

-       Monitor tanda dan gejala diare

-       Observasi turgor kulit secara rutin

-       Ukur diare atau keluaran BAB

-       Hubungi dokter jika ada kenaikan bising usus

-       Instruksikan pasien untuk makan rendah serat, tinggi protein dan tinggi kalori jika
memungkinkan

-       Instruksikan untuk menghindari laksatik

-       Ajarkan teknik menurunkan stress

-       Monitor persiapan makananyang aman

c. penatalaksanaan cairan

Intake cairan 2000-3000 cc perhari (sesuai toleransi). Hindari cairan yang terlalu
hangat atau terlalau dingin, kafein dan minuman berkarbonasi.
A. Tinjauan Teori Masalah Kesehatan Pemenuhan Kebutuhan Keamanan dan
Kesehatan

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI


KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
( PENGKAJIAN DOROTHEA OREM )
DENGAN GANGGUAN ELIMINASI URINE

A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Tn.Adi
Umur : 23th
Jenis kelamin : Pria
Agama : Hindu
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Pelajar/mahasiswa
Suku Bangsa : Indonesia
Status perkawinan` : Belum Menikah
Golongan darah :O
Alamat : Renon, Denpasar Selatan.
No. CM : 0001
Diagnosa medis : Gangguan Eliminasi Urine
Tanggal masuk : 12 Juni 2019
Tanggal pengkajian : 12 Juni 2019

2) Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny.Milea
Umur : 21 Thn
Jenis kelamin : Wanita
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Indonesia
Hubungan dg Klien : istri klien
Alamat : Renon, Denpasar Selatan.

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pasien mengatakan….
2) Riwayat Penyakit Sekarang
...............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................

3) Riwayat Penyakit Dahulu


...............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit sistemik (diabetes melitus, hipertensi, kardiovaskuler, TB,
asma)

5) Riwayat Kesehatan
- Adakah penyakit keturunan?
- Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? Jika iya, menderita penyakit apa?
- Bagaimana pengobatannya, tuntas atau tidak?
- Obat apa saja yang pernah digunakan?
- Riwayat anestesi dan operasi sebelumnya.
- Kebiasaan-kebiasaan pasien (perokok berat, pemakai alkohol atau obat-
obatan)
- Riwayat alergi

c. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


1) Udara atau oksigenasi :
- Gangguan pernafasan :
- Alat bantu pernafasan :
- Sirkulasi udara :
- Letak tempat tinggal :

2) Air
a) Sebelum sakit :
- Konsumsi air :
- Kondisi air :
- Skala mandi : x/hari
b) Saat sakit :
Minum air
- Frekuensi
- Jenis
- Cara
- Keluhan ..

3) Nutrisi/ makanan
a) Sebelum sakit :
- Frekuensi
- Jenis
- Porsi
- Diet khusus :
- Makanan yang disukai :
- Pantangan :
- Napsu makan
b) Saat sakit :
- Frekuensi
- Jenis
- Porsi
- Diet khusus :
- Makanan yang disukai :
- Pantangan :
- Napsu makan
4) Eliminasi
a) BAB
- Sebelum sakit :
 Frekuensi
 Konsistensi
 Warna
 Bau
 Cara
 Keluhan
- Saat Sakit
 Frekuensi
 Konsistensi
 Warna
 Bau
 Cara
 Keluhan

b) BAK
- Sebelum sakit :
 Frekuensi
 Konsistensi
 Warna
 Bau
 Cara
 Keluhan
- Saat sakit :
 Frekuensi
 Konsistensi
 Warna
 Bau
 Cara
 Keluhan

5) Pola aktivitas dan istirahat


a)   Aktivitas

Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4


Makan dan minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total

b)  Istirahat Dan Tidur

 Sebelum sakit
- Apakah frekuensi waktu anda beraktivitas lebih banyak dari pada
waktu anda beristirahat?
- Apakah anda pernah mengalami insomnia?
- Berapa jam anda tidur: malam…………., siang ………
 Saat sakit
- Apakah anda pernah mengalami insomnia?
- Berapa jam anda tidur: malam…………., siang ………
6) Interaksi sosial
- Kegiatan Lingkungan :
- Interaksi Sosial :
- Keterlibatan Kegiatan Sosial :

7) Pemeliharaan kesehatan
- Konsumsi vitamin :
- Imunisasi :
- Olahraga :
- Upaya keharmonisan keluarga :
- Sters dan adaptasi

8) Kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia


- Hubungan dengan lingkungan masyarakat, keluarga, kelompok, teman:
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan :

B. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama : keluhan yang paling dominan dirasakan dan yang menjadi
alas an masuk rumah sakit.
b) Riwayat Penyakit Sekarang : scenario dari pertama kali kejadian, siapa, apa
yang dilakukan, kapan kejadian tersebut, kenapa kejadian itu bisa terjadi,
bagaimana tindakan selanjutnya. Sesampai di RS tindakan apa yang
dilakukan, obat-obatan, hasil lab, hasil radiologi dll.
c) Riwayat Penyakit Dahulu : scenario apakah pasien pernah sakit apa dan
dirawat dirumah sakit mana dll.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
e) Riwayat Cedera atau Jatuh
Pengkajian risiko jatuh dapat menggunakan instrument Morse Fall Scale,St.
Thomas Risk Assesment Tool in Falling Elderly Inpatients (STRATIFY),
Resident Assesment Instrument (RAI), Fall Risk Assesment Tool, Henrich
Fall Risk Model, dan lain-lain (Aranda-Galardo,2013)
f) Riwayat Imunisasi
g) Riwayat infeksi akut atau kronik
h) Terapi yang sedang dijalani
i) Stressor emosional: ekspresi verbal dannon verbal, gaya hidup
j) Proses penyakit yang terlihat pada pasien dan keluhan fisik

A .Pemeriksaan fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar
kepala, lingkar abdomen membesar,
b.Keadaan umum :
Klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
Tekanan darah mmHg, suhu tubuh C, pernapasan ..x/menit, nadi ..x/menit (regular), GCS
:E=.. M=... Vapasia. BB ( sakit) : tidak diketahui, BB ( Sebelum Sakit ) ;tidak diketahui,
hasil pengukuran LL 25 cm.(BB=2xLL; 50kg).
c.Kepala : Ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun
lebih
d.Mata : Cekung, kering, sangat cekung
e.Sistem pencernaan : Mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat >
35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum
lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f.Sistem Pernafasan:Dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic
(kontraksi otot pernafasan)
g.Sistem kardiovaskuler : Nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare
sedang .
h.Sistem integumen :Warna kulit pucat, turgor menurun >2 dt, suhu meningkat > 375 0 c,
akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt,
kemerahan pada daerah perianal.

i.Sistem perkemihan :
Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari
sebelum sakit. Perlu dikaji :
a. Pola berkemih:Pada orang-orang untuk berkemih sangat individual.
b. Frekuensi: Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan.
Banyak orang-orang berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari pada
waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada
malam hari. Orang-orang biasanya berkemih : pertama kali pada waktu
bangun tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu makan.
c. Volume:Volume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi.Usia Jumlah / hari :
1. Hari pertama & kedua dari kehidupan 15–60 ml
2. Hari ketiga–kesepuluh dari kehidupan 100–300 ml
3. Hari kesepuluh–2 bulan kehidupan 250–400 ml
4. Dua bulan–1 tahun kehidupan 400–500 ml
5. 1–3 tahun 500–600 ml
6. 3–5 tahun600–700 ml
7. 5–8 tahun 700–1000 ml
8. 8–14 tahun 800–1400 ml
9. 14 tahun-dewasa 1500 ml
10. Dewasa tua 1500 ml / kurang Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam
periode 24 jam pada orang dewasa, maka perlu lapor

C . TERAPI
1. Obat-obatan
a.obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5–1 mg / kg BB/har
b.obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
c.antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta

2. Masalah kesehatan anestesi


1.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2.Gangguan keseimbangan cairan dan.
3.Resiko peningkatan suhu tubuh
4.Resiko gangguan integritas kulit
5.Kecemasan

3.perencanaan
No Problem( masalah kesehatan Perencanaan
Tujuan Intervensi rasional
anestesi)
1 Perubahan nutrisi dari kebutuhan
2 Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit
3 Resiko peningkatan suhu tubuh
4 Resiko gangguan integritas kulit
5 Kecemasan

4. Penatalaksanaan

1.      Eliminasi Urine


a.       Retensi Urine
-       Minta klien untuk berusaha berkemih pada waktu yang terjadwal yang
teratur.
-       Instruksikan klien untuk melakukan latihan dasar panggul (kegle
exercise) diluar waktu berkemihnya. Minta klien melakukan latihan ini
setiap kali berkemih
-       Minta klien menggunakan konpresi kandung kemih ( metode crede)
selama berkemih.
b.      Inkontinensia
-       Lakukan penilaian kemih yang komprehensif berfokus pada
inkontinensia(misalnya output urine, pola berkemih, fungsi kognitif, dan
masalah kencing praeksisten)
-       Merangsang refleks kandung kemih dengan menerapkan dingin untuk
perut
-       Memantau asupan dan pengeluaran cairan
-       Membantu toileting secara berkala
-       Pemasangan kateter
-       Penerapan kateterisasi intermiten
2.      Eliminasi Fekal
a.       Konstipasi
-       Memonitor tanda dan gejala konstipasi
-       Memonitor bising usus
-       Memonitor feces : frekuensi, konsistensi dan volume
-       Konsultasi dengan dokter tentang peningkatan dan penurunan bising
usus
-       Monitor tanda dan gejala ruktur usus atau peritonitis
-       Jelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan terhadap pasien
-       Identifikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi
-       Dukung intake cairan
-          Kolaborasika pemberian laksatid
-       Pantau tanda-tanda dan gejala konstipasi
-       Mendorong meningkatkan asupan cairan, kecuali dikontraindikasikan
-       Evaluasi profil obat untuk efek samping gastrointestinal
-       Anjurkan pasinen atau keluarga untuk mencatat warna, volume,
frekuensi dankonsistensi tinja
-       Anjurkan pasien atau keluarga untuk diet tinggi serat
-       Anjurkan pasien atau keluarga pada penggunaan obat pencahar
-       Timbang pasien secara teratur
-       Ajarkan pasien atau keluarga tentang kerangka waktu untuk resolusi
untuk sembelit
b.      Diare
-       Evaluasi efek samping pengobatan terhadap gastrointestinal
-       Ajarkan pasien untuk menggunakan obat anti diare
-       Instruksikan pasien atau keluarga untuk mencatat warna, jumlah,
frekuensi dan konsistensi dari feces
-       Evaluasi intake makanan yang masuk
-       Identifikasi faktor penyebab dari diare
-       Monitor tanda dan gejala diare
-       Observasi turgor kulit secara rutin
-       Ukur diare atau keluaran BAB
-       Hubungi dokter jika ada kenaikan bising usus
-       Instruksikan pasien untuk makan rendah serat, tinggi protein dan tinggi
kalori jika memungkinkan
-       Instruksikan untuk menghindari laksatik
-       Ajarkan teknik menurunkan stress
-       Monitor persiapan makanan yang aman
5. Evaluasi
a.       Eliminasi Urine
1)      Retensi Urine
-       Kandung kemih tidak akan distensi setelah berkemih
-       Klien akan menyangkal adanya rasa penuh pada kandung kemihnya
setelah berkemih
-       Klien akan mencapai pengosongan urine total dalam 24 jam setelah
kateter diangkat
2)      Inkontinensia
-       Individu melaporkan tidak ada atau berkurangnyaperiode inkontinensia
-       Individu dapat menahan keinginan berkemih setelah sampai di toilet
b.      Eliminasi Fekal
1)      Konstipasi
-       Mempertahankan bentuk feces lunak 1-3 hari
-       Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi
-       Mengidentifikasi indikator untuk mencegah konstipasi
-       Feces lunak dan berbentuk
2)      Diare
-       Feces berbentuk, BAB sehari samapi tiga hari sekali
-       Menjaga daerah sekitar rektal dari iritasi
-       Tidak mengalami diare
-       Menjelaskan penyebab diare dan rasional tindakan
-       Mempertahankan turgor kulit
DAFTAR PUSTAKA

1. Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

2. Alimul, Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

3. Format Asuhan Keperawatan Anestesi (AKA),Dorothea Orem

WOC

Anda mungkin juga menyukai