Anda di halaman 1dari 13

LANDASAN SOSIOLOGIS PENDIDIKAN DAN IMPLEMENTASINYA DI

SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN NILAI-NILAI KEISLAMAN

IWAN KURNIARAHMAN, S.S.


Malang, 8 Agustus 2018

PENDAHULUAN
Sosial merupakan hal yang paling dekat dalam kehidupan manusia. Sejak
manusia lahir ke dunia, misalnya, kehidupan sosialnya yang pertama ialah dalam
keluarga. Kegiatan manusia tidak bisa lepas dari sosial lingkungannya. Manusia
satu dengan manusia lainnya akan berhubungan dengan tujuan tertentu. Pidarta
(1997:144) menyatakan, “sosial mengacu kepada hubungan antarindividu,
antarmasyarakat, dan individu dengan masyarakat”. Hal ini menunjukkan bahwa
kehidupan manusia selalu berkelompok, berinteraksi satu dengan yang lainnya
dengan tujuan dan maksud masing-masing individu tersebut.
Salah satu tujuan dari interaksi kelompok manusia ialah pendidikan.
Pendidikan adalah proses pendewasaan si-terdidik. Proses pendewasaan ini saling
mempengaruhi antar terdidik dalam kelompok individu. Uno dan Lamatenggo
(2016:88) menjelaskan, “pendidikan merupakan peristiwa sosial yang berlangsung
di dalam latar interaksi sosial”. Dalam kelompok masyarakat yang memiliki
tujuan yang sama dalam pendewasaan, mereka akan saling mempengaruhi guna
untuk mencapai tujuan bersama. Sehingga, pendidikan tidak mungkin terjadi
dalam kehampaan sosial. Seorang individu tidak mungkin melakukan pendewaan
diri secara mandiri. Dibutuhkan ruang lingkup sosial untuk mencapai tujuan
pendewaan diri tersebut.
Sosiologi sebagai disiplin ilmu yang mempelajari tentang sosial. Hal ini
menjadi sangat perlu dipahami secara mendalam guna untuk menganalisis
pendidikan secara luas. Segi sosial sangat perlu diperhatikan dalam
pengembangan proses pendidikan di Indonesia. Landasan sosiologis pendidikan
yaitu asumsi dalam pengimplementasian pendidikan yang berdasarkan pada
interaksi sosial antar individu dalam hidup bermasyarakat.

1
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Sosiologi?
2. Apa definisi Landasan Pendidikan?
3. Apa pengertian Landasan Sosiologi Pendidikan?
4. Apa Landasan Sosiologis Pendidikan di Indonesia?
5. Apa hubungan antara masyarakat dengan Landasan Pendidikan di Indonesia?
6. Bagaimana implikasi nyata Landasan Sosiologis pada Pendidikan Islam di
Sekolah?

Tujuan Pembahasan
1. Untuk mendeskripsikan pengertian Sosiologi.
2. Untuk mendeskripsikan definisi Landasan Pendidikan.
3. Untuk mendeskripsikan pengertian Landasan Sosiologi Pendidikan.
4. Untuk mendeskripsikan Landasan Sosiologis Pendidikan di Indonesia.
5. Untuk mendeskripsikan hubungan antara masyarakat dengan Landasan
Pendidikan di Indonesia.
6. Untuk mendeskripsikan implikasi nyata Landasan Sosiologis pada Pendidikan
Islam di Sekolah.

2
PEMBAHASAN

Pengertian Sosiologi
Secara harfiah sosiologi (sociology) berasal dari kata socius (bahasa
Latin) yang artinya “teman“ atau “bersama orang lain” dan logos (bahasa Yunani)
yang berarti “studi mengenai”, dengan demikian sosiologi diartikan sebagai
studi masyarakat. Berikut beberapa pengertian sosiologi menurut para ahli:
Menurut Pidarta (2000:145), “Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara manusia dengan kelompok-kelompok dan struktur sosialnya,
dengan demikian pola-pola dan proses-proses sosial yang ada pada kelompok dan
struktur masyarakat menjadi pokok bahasan sosiologi.”
Soekanto (2003:23) “menyimpulkan bahwa setelah menelaah berbagai
definisi sosiologi, bahwa sosiologi adalah ilmu sosial yang kategoris, murni,
abstrak, mencari pengertian-pengertian umum, rasional, dan empiris serta bersifat
umum.”
Stolley (2005:1) “menyatakan bahwa sosiologi sebagai studi ilmiah
tentang perkembangan, struktur, interaksi, dan perilaku kolektif dalam hubungan
sosial.”
Auguste Comte dalam Maqassary (2013) menyatakan bahwa, "sosiologi
adalah suatu studi positif tentang hukum-hukum dasar dari berbagai gejala sosial
yang dibedakan menjadi sosiologi statis dan sosiologi dinamis.
Dari pengertian sosiologi yang dinyatakan oleh para ahli di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
perkembangan hubungan perilaku interaksi sosial antar individu maupun
kelompok untuk mengetahui gejala sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Sosiologi menjadi disiplin ilmu pengetahuan yang paling lama. Sosiologi
menjadi ilmu dasar dalam mempelajari perkembangan manusia. Seiring
perkembangan teknologi yang berdampak pada manusia. Sosiologi menjadi
berkembang luas, hal ini dibuktikan oleh perkembangan masyarakat yang semakin
kompleks, sehingga mulai muncul disiplin ilmu sosiologi seperti halnya sosiologi

3
pembangunan, sosiologi pendidikan, sosiologi industri, sosiologi pertanian, dan
sosiologi kesehatan.

Definisi Landasan Pendidikan


Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002:633), landas bermakna alas,
tumpuan. Selanjutnya landasan memiliki arti alas, bantalan, dasar. Dasar tumpuan
dapat berupa konseptual misalnya sebuah asumsi, dapat pula berupa material,
misalnya landasan pesawat terbang.
Pendidikan dapat dipahami dalam dua sudut pandang, yaitu sudut
pandang praktik pendidikan dan sudut pandang studi pendidikan. Menurut
Robandi (2005:2) menyatakan bahwa, “Praktek pendidikan adalah kegiatan
seseorang atau sekelompok orang atau lembaga dalam membantu individu atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan studi
pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka
memahami pendidikan.”
Robandi (2005:2) mengemukakan, “landasan pendidikan adalah asumsi-
asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka praktek
pendidikan dan atau studi pendidikan.” Sementara Uno dan Lamatenggo
(2016:12) menyatakan, “landasan pendidikan pada dasarnya merupakan paparan
analisis kritis akan kaidah-kaidah dan kenyataan dasar (basic fact) pendidikan.”
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa landasan pendidikan
merupakan dasar tumpuan asumsi-asumsi praktik dan studi pendidikan sebagai
dasar tujuan pengembangan pendidikan.

Pengertian Landasan Sosiologis Pendidikan


Menurut Pidarta (1997:145), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur
sosialnya. Dengan kata lain, ilmu ini mempelajari tentang bagaimana individu
(manusia) berhubungan dan berinteraksi dengan individu lain dalam kelompoknya
serta bagaimana bentuk susunan unit-unit atau struktur dalam masyarakat atau
sosial beserta kaitannya satu sama lain.

4
Individu sendiri berasal dari bahasa latin, yakni kata individium yang
memiliki makna “tak terbagi”. Artinya, individu adalah suatu sebutan tersendiri
yang digunakan untuk menunjukkan satu kesatuan terkecil dan terbatas. Dengan
kata lain, Individu adalah unit terkecil yang membentuk satu komunitas sosial
atau masyarakat. Dalam ilmu sosiologi, individu bisa juga diartikan sebagai
bagian paling kecil dari satu komunitas pengajaran yang tidak dapat dipecah lagi
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Misalnya, di sekolah terdapat guru dan
murid. Setiap murid adalah individu atau bagian terkecil dalam kelompok sosial di
sekolah, yang sudah tidak bisa dibagi lagi menjadi satuan yang lebih kecil.
Ruang lingkup yang lebih besar dari individu adalah masyarakat. Menurut
Selo Soedmadjan yang dikutip dari Hidayati & Reickey (2007:6) “Masyarakat
adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan". Di
dalam masyarakat atau komunitas sosial, ada unsur yang dinamakan struktur
sosial, dan di dalam struktur sosial itu sendiri setiap individu memiliki peranan
dan status tertentu. Guna memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan masing-
masing, setiap individu atau kelompok akan melakukan interaksi sosial, yang di
dalamnya mereka juga melakukan tindakan sosial yang berujung pada
terbentuknya proses pendidikan.
Tindakan sosial yang individu lakukan seyogianya sesuai dengan peran dan
statusnya masing-masing yang merujuk pada nilai dan norma-norma yang berlaku
di masyarakat atau komunitas sosialnya. Dengan kata lain, secara umum haruslah
selaras dengan kebudayaan di komunitas sosial atau masyarakatnya. Hal ini perlu
dilakukan agar terbentuk conformity atau kesesuaian antara tindakan sosial
dengan norma-norma sosial. Jika tidak, individu tersebut akan dianggap
menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma sosial atau perilaku menyimpang
(deviant behavior).
Selain sebagai makhluk bermasyarakat, manusia juga merupakan makhluk
berbudaya. Meski demikian, manusia tidak serta-merta bisa langsung hidup
bermasyarakat dan berbudaya sejak lahir. Untuk itulah, individu atau masyarakat
(dalam bentuk manusia) perlu melakukan kegiatan pendidikan (sosialisi) dan
enkulturasi. Hal ini dimaksudkan agar masing-masing individu bisa hidup

5
bermasyarakat serta berbudaya, sehingga tingkah laku yang menyimpang dari
nilai-nilai dan norma-norma di masyarakat bisa dihindari.
Dalam hidup bermasyarakat, baik individu maupun masyarakat itu sendiri
tentunya memiliki kebutuhan yang perlu dipenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, mereka membentuk pranata sosial, yakni pendidikan. Pendidikan adalah
pranata sosial yang mempunyai fungsi untuk melaksanakan enkulturasi dan
sosialisasi.
Dengan mengacu pada penjelasan di atas, Landasan Sosiologis Pendidikan
merupakan acuan atau rujukan dalam menerapkan pendidikan, yang bertolak ukur
pada interaksi dan komunikasi antarindividu sebagai bagian dari makhluk sosial
dalam kehidupan sosial atau bermasyarakat yang tentunya sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku. Kegiatan pendidikan adalah satu proses interaksi antara
pendidik dan peserta didik, dengan harapan peserta didik bisa mengembangkan
dirinya. Pengembangan diri tersebut dilakukan dalam kegiatan pendidikan. Itulah
sebabnya, kegiatan pendidikan mampu dilaksanakan dengan baik di lingkungan
sekolah, keluarga, maupun masyarakat.

Landasan Sosiologis Pendidikan di Indonesia


Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, Landasan Sosiologis
Pendidikan merujuk pada norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam
proses kehidupan bermasyarakat, setidaknya ada tiga paham dasar yang dianut
oleh masyarakat itu sendiri atau individu dalam masyarakat, yakni paham
Individualisme, paham Kolektivisme, dan paham Integralistik.
Paham Individualisme adalah satu paham yang menganggap manusia perlu
diperhatikan secara pribadi. Artinya, kesanggupan dan kebutuhannya tidak boleh
disamaratakan dengan individu lainnya (KBBI, 2008:584). Paham ini
beranggapan bahwa setiap individu berhak atas kebebasan berbuat, mementingkan
dan mengutamakan hak atau kepentingan pribadi atau perseorangan melebihi
kepentingan masyarakat maupun orang lain. Paham ini tidak sesuai dengan
Pancasila karena potensi individualis yang bersemayam di dalam diri manusia

6
yang menganut paham ini akan berubah menjadi negatif berupa keserakahan
(Suhartono, 2013).
Paham Kolektivisme adalah paham yang tidak menginginkan adanya hak
milik perseorangan, segala sesuatu adalah milik bersama (KBBI, 2008:791).
Paham ini beranggapan bahwa eksistensi individu tidaklah begitu penting, dan
yang paling penting adalah kepentingan kelompok. Artinya, segala daya dan
upaya yang individu lakukan haruslah ditujukan dan diarahkan demi kepentingan
kelompok. Pada praktiknya, paham ini pun tidak sesuai dengan Pancasila karena
lebih berorientasi pada kelompok dan akan membatasi kemampuan individu untuk
menunjukkan eksistensi dirinya.
Paham ketiga adalah paham Integralistik. Mengenai paham ini, Parieta
dalam Kaelan (2013:296) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut.
Paham Integralistik adalah paham yang terkandung dalam
Pancasila yang meletakkan asas kebersamaan hidup, mengidamkan
keselarasan dalam hubungan antara individu dengan individu lain
maupun individu dengan masyarakat. Artinya, paham ini tidak
memihak kepada pihak yang lebih dominan atau kuat, menepis
adanya dominasi mayoritas, serta tidak mengenal adanya tirani
minoritas. Paham ini mengandung nilai-nilai kekeluargaan,
kebersamaan, ke-Bhinneka Tunggal Ika-an, keagamaan dan
keselarasan.

Dengan kata lain, paham ini lebih mengutamakan kepentingan masyarakat


secara keseluruhan namun tanpa mengesampingkan kepentingan pribadi masing-
masing Indovidu yang merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri.
Dari ketiga paham di atas, bangsa Indonesia menerapkan paham
Integralistik pada landasan sosiologis pendidikannya karena paham inilah yang
bisa merangkul semua elemen masyarakat dan memiliki tujuan yang sejalan
dengan Pancasila. Pancasila mengajarkan adanya keselarasan, keseimbangan, dan
keserasian dalam tata kehidupan bangsa dan negara, yang di dalamnya ada
individu yang merupakan bagian dari komunitas sosial. Namun faktanya,
keberadaan manusia yang terhimpun dalam masyarakat sarat akan
keanekaragaman, yang memang merupakan bagian dari keutuhan komunitas
sosial di bangsa yang besar ini. Untuk menjamin dan memastikan terwujudnya

7
tata kehidupan yang sarat akan ketertiban dan kedamaian, perlu diterakan paham
Integralistik sebagai landasan sosiologis pendidikan di Indonesia.
Lebih lanjut lagi tentang Landasan Sosiologis Pendidikan di Indonesia,
menurut Hidayanto yang dikutip dari Fitriyati (2013:9), paham Integralistik yang
dianut bersumber dari norma-norma dan nilai-nilai kehidupan di masyarakat,
yakni: (1) kekeluargaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk
mufakat, (2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3)
negara melindungi warga negaranya, dan (4) selaras, serasi, dan seimbang antara
hak dan kewajiban. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya
meningkatkan kualitas manusia perorangan namun juga kualitas struktur
masyarakatnya.
Asas gotong royong ini juga tercermin dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah
ayat 2 yang berbunyi:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari
kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan
ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. [Q.S. Al-Maidah:2]

8
Masyarakat sebagai Bagian dari Landasan Sosiologis Pendidikan di
Indonesia
Masyarakat adalah salah satu bentuk dari komunitas sosial yang sangat
majemuk dan dinamis. Dengan kemajemukan dan kedinamisan itulah, muncul
berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi. Salah satu cara untuk memenuhi
kebutuhan tersebut adalah dengan pranata pendidikan, sebagaimana yang telah
dijelaskan pada subbab sebelumnya.
Namun kenyataannya, kebutuhan dan sudut pandang akan pendidikan
antarindividu atau antarmasyarakat selalu berbeda-beda. Keberagaman ini
diakibatkan oleh berbagai kondisi sosial yang ada. Sebagai contoh, kondisi sosial
dari sudut pandang akan pendidikan. Pandangan masyarakat menengah ke atas
dengan masyarakat menengah ke bawah akan pendidikan dan kebutuhannya akan
pendidikan tentunya berbeda-beda. Masyarakat menengah ke atas tentunya sudah
lebih melek akan pendidikan daripada mereka yang berada di bawah garis
kemiskinan. Selain itu, kemampuan dan kesempatan mereka dalam menapaki
jenjang pendidikan juga pastinya berbeda. Hal inilah yang memicu institusi
pendidikan untuk mencanangkan program pendidikan yang sebaik-baiknya bagi
semua elemen masyarakat di Indonesia.

Implementasi Landasan Sosiologis di Sekolah dalam Pendidikan Nilai-Nilai


Keislaman
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang terdiri atas guru dan
siswa. Siswa di sekolah tentunya sangat beragam serta berasal dari berbagai
daerah dan latar belakang. Ada yang pandai, ada pula yang kecerdasannya sedang-
sedang saja. Ada yang kemampuan belajarnya tinggi, ada pula yang biasa saja.
Ada yang tingkat sosialnya tinggi, ada juga yang biasa saja. Dalam rangka
mengajarkan nilai-nilai keislaman kepada siswa dengan menjadikan kehidupan
sosial sebagai landasan utamanya, para guru bisa memulai dengan mengajarkan
tata karma ketika bertemu teman atau guru, misalnya dengan mengucapkan salam.
Para guru memberikan contoh kepada para siswa, yakni dengan saling
berjabat tangan (dengan sesama jenis) sembari mengucapkan salam saat bertemu.

9
Hal ini nantinya akan dicontoh dan diikuti oleh para siswa ketika mereka bertemu
dengan teman-teman di sekolah atau bahkan dengan para guru. Para siswa
nantinya akan saling berjabat tangan sembari mengucapkan salam saat bertemu
teman-teman lainnya. Dalam hal ini, para guru menggunakan kehidupan sosial
siswanya sebagai landasan untuk pendidikan nilai-nilai keislaman.

10
PENUTUP

Kesimpulan
Landasan Sosiologis Pendidikan merupakan acuan atau rujukan dalam
menerapkan pendidikan, yang bertolak ukur pada interaksi dan komunikasi
antarindividu sebagai bagian dari makhluk sosial dalam kehidupan sosial atau
bermasyarakat yang tentunya sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.
Dalam penerapan landasan sosiologis pendidikan di Indonesia, negara ini
menganut paham Integralistik yang artinya mengutamakan kepentingan
masyarakat secara keseluruhan namun tanpa mengesampingkan kepentingan
pribadi. Paham ini sejalan dengan Pancasila yang merupakan dasar negara
Indonesia.
Paham Integralistik yang dianut bersumber dari norma-norma dan nilai-
nilai kehidupan di masyarakat, yakni: (1) kekeluargaan dan gotong royong,
kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan bersama menjadi
tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga negaranya, dan (4)
selaras, serasi, dan seimbang antara hak dan kewajiban.
Kondisi sosial di masyarakat mempunyai hubungan yang erat dengan
sistem pendidikan di Indonesia. Hal ini karena masyarakat merupakan bagian dari
landasan sosiologis pendidikan yang ada di negara kita. Mereka mempunya
kebutuhan dan kesempatan yang berbeda-beda akan pendidikan. Perbedaan ini
mengharuskan institusi pendidikan untuk menciptakan program pendidikan yang
merujuk pada paham Integralistik.

Saran
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu melakukan interaksi satu sama lain.
Selama proses sosialisasi inilah muncul kebutuhan akan pendidikan yang akan
membawa manusia itu menjadi makhluk yang berpendidikan. Untuk membantu
mewujudkannya diperlukan komitmen yang kuat bak baja dari pemerintah untuk
memberikan pendidikan yang memadai dan mencakup semua kondisi sosial di
masyarakat.

11
RUJUKAN
Al-Maqassary, A. 2013. Pengertian Sosiologi Menurut Para Ahli. (Online),
(http://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-sosiologi-menurut-para-
ahli.html, diakses 13 Desember 2017).
Alwi, H, dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta:
Balai Pustaka.
Dendi, S, dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Hidayat, K & Rickey, G. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial: Sosiologi. Surabaya:
Erlangga
Kaelan. 2013. Negara Kebangsaan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Pidarta, M. 1997a. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Pidarta, M. 2000b. Landasan Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Robandi, B. 2005. Hand Out Mata Kuliah Landasan Pendidikan. Bandung: UPI
Soekanto, S. 2003. Sosiologi suatu pengantar. Cet.36. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Stolley, K. S. 2005. The basics of sociology. London: Greenwood Press.
Suhartono, S. 2013. Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu
Pemikiran . Kefilsafatan, (Online),
(http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Kesadaran%20Moral%20Kehidu
pan%20Bermasyarakat.pdf, diakses pada 9 Desember 2017).
Uno, H. B., & Lamatenggo, N. 2016. Landasan Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Tentang Penulis
Iwan Kurniarahman was born in Jombang, on February 26, 1989 and lives in
Perum Graha Merhosari Asri Cluster Mawar 22 Merjosari Lowokwaru Malang,
East Java, Indonesia. He received his undergraduate degree in English Literature
from Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. He is currently a
student of Postgraduate Program for English Language Teaching Study Program
in University of Islam Malang. You can reach him by sending a message to
https://unisma-malang.academia.edu/IwanKurniarahman.

Anda mungkin juga menyukai