Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENYULUHAN PERIODONTITIS

Oleh :

Syifa’ Shibghoh Imaniyah

NIM 091610101040

Pembimbing :

drg. Ari Tri W , M.kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2010
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang disusun untuk keperluan ”Penyuluhan” guna memenuhi blok
Kedokteran Gigi Pencegahan.

Penyusunan makalah ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya
kerjasama dan bantuan dari pihak yang terkait, baik berupa bimbingan, saran, dan
do’a. Untuk itu pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati
menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Tim Pengajar blok Kedokteran Gigi Pencegahan.


2. drg. Ari Tri W H . M.kes. selaku pembimbing kelompok 3.
3. Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan semua pihak yang berhubungan dengan tugas ini.

Jember, agustus 2010


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sistem mastikasi terdiri dari mandibula dan maksila, otot-otot mastikasi,


sendi temporomandibula dan ligament yang berhubungan dengannya, gigi-geligi
dan jaringan pendukung gigi atau jaringan periodontal. System ini perlu dilihat
sebagai suatu unit fungsional dimana bagian-bagian tersebut saling berhubungan
satu terhadap yang lain. Kerusakan gigi geligi dapat mempengaruhi komponen
system mastikasi yang lain: perubahan aktivitas fungsional dari otot mastikasi
atau sendi temporomandibula dapat mempengaruhi jaringan gigi. Seperti semua
jaringan yang vital lainnya, jaringan system mastikasi berada pada aktivitas yang
konstan. Sel-sel bermetabolisme, bereproduksi, mati dan diganti baru: komponen
non-seluler seperti misalnya substansi kolagen dan substansi dasar tersintesa,
mengalami kerusakan dan siganti yang baru. Aktivitas ini dipengaruhi oleh usia,
nutrisional, dan status hormonal, dan juga dipengaruhi oleh kebutuhan fungsional.
Selain itu juga dipengaruhi oleh penyakit ini (Manson, Eley 1993).

Periodonsium mempunyai empat komponen : gingival, tulang alveolar,


ligament periodontal, dan sementum. Pengetahuan tentang jaringan periodontal
dalam keadaan sakit penting untuk mengenal perjalanan penyakit ini. Penyakit
periodontal seringkali mempunyai gejala tidak nyata bahkan asimtomatik. Dengan
demikian pasien dengan penyakit periodontal sering tidak peduli karena sakit
giginya tidak mengganggu aktivitas dan tentunya jarang berkonsultasi ke dokter
gigi, namun parahnya proses periodontal akan terus berlanjut jika tidak dikenali
dan ditangani lanjut. Apabila deteksi telat dimana proses periodontal lanjut telah
terjadi seperti pembentukan dan peradangan pocket, seringkali gigi sudah goyang
dan penanganan lebih sulit. Oleh karena sangat diperlukan pengenalan dini dari
proses tersebut dan upaya-upaya pencegahan standar nya (Manson, Eley 1993).
1.2 Rumusan masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan jaringan penyangga gigi dan


periodontitis?

b. Bagaimanakah kondisi jaringan periodontal yang sehat dan sakit?

c. Apa saja yang dapat menyebabkan periodontitis?

d. Bagaimanakah mekanisme terjadinya periodontitis?

e. bagaimanakah tindakan perawatan terhadap periodontitis?

f. Apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya periodontitis?

1.3 Tujuan

a. Mengetahui definisi jaringan penyangga gigi dan periodontitis.

b. Mengetahui kondisi jaringan periodontal yang sehat dan sakit.

c. Mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan periodontitis.

d. Mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya periodontitis.

e. Mengetahui cara perawatan periodontitis.

f. Mengetahui cara-cara untuk mencegah periodontitis.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jaringan periodontal

Penyakit periodontal merupakan penyakit yang mengenai jaringan


periodontal yang meliputi gingiva (gusi), tulang alveolar, ligament periodontal,
dan sementum. .(Manson dan Eley, 1993)

2.1.1 Gingiva

Gingiva adalah salah satu jaringan lunak yang membatasi rongga mulut.
Merupakan daerah pertama yang berhubungan langsung dengan mukosa rongga
mulut, menutupi tulang alveolar serta rahang dan mengelilingi leher gigi. Secara
anatomis menurut (Manson, Eley 1993) jaringan gingival dibagi menjadi tiga
bagian :

1. Margin gingival (free atau unattached gingiva)


Margin gingiva adalah bagian gingival yang terletak paling
koronal. Tidak melekat pada gigi dan membentuk dinding jaringan lunak
dari sulkus gingiva (ruangan dangkal antara margin gingiva dan gigi).

Dalam keadaan sehat margin gingival mempunyai :

a. Kontur yang berpinggir tajam.

b. Konsistensi padat.

c. Tekstur halus.

d. Dibatasi oleh free gingival groove di bagian apical.

Free gingival groove adalah lekukan dangkal pada


permukaan gingiva yang menggambarkan sebagai
bagian paling koronal dari perlekatan gingiva pada gigi.
Pada beberapa orang, free gingival groove ini ada,
sedangkan pada orang lain tidak ada.

2. Gingiva cekat (attached gingiva)

Attached gingiva terletak tepat di apikal dari margin gingival, yang


melekat erat pada gigi dan tulang alveolar dibawahnya. Attached gingiva
mempunyai lebar bervariasi pada daerah satu dan yang lainnya dalam
mulut, berkisar antara kurang dari 1 sampai 9 mm.

Secara anatomis attached gingiva mempunyai :

a. Tekstur yang stippled (stippling). Stippling


menggambarkan permukaan gingiva yang tidak rata.

b. Permukaan merah muda.

c. Konsistensi padat.

Attached gingiva menyebabkan jaringan gingiva dapat menahan


tekanan mekanis dari sikat gigi dan mencegah pergerakan-pergerakan
gingiva bila terdapat benturan pada alveolar mukosa. Alveolar mukosa
tidak melekat erat pada struktur dibawahnya, karena :

a. Permukaan tekstur lunak.

b. Ditutup dengan lapisan tipis epitel.

c. Tidak dapat menahan banyak gesekan seperti attached gingiva

3. Interdental papil

Interdental papil adalah bagian gingiva yang terletak di ruang


interproksimal yang dibentuk oleh kontak dengan gigi tetangga. Jika
konturnya rata dengan kontak interproksimal yang lebar, papilla akan
menjadi sempit dan pendek. Jika gigi-gigi “overlapping” satu dengan
yang lainnya, ruang interdental bisa kecil atau bisa tidak ada,
menghasilkan papilla yang membulat, tidak mempunyai ruang
interproksimal.

2.1.2 Tulang alveolar

Tulang alveolar adalah bagian tulang yang menopang gigi geligi.(Manson


dan Eley, 1993). Sebagian dari tulang alveolar ini bergantung pada gigi dan
setelah tanggalnya gigi akan terjadi resopsi tulang.
Seperti tulang lainnya , tulang alveolar terus menerus mengalami
remodeling sebagai respon terhadap stress mekanis dan kebutuhan metabolisme
terhadap ion fosfor dan kalsium. Pada keadaan sehat, remodeling tulang alveolar
berfungsi untuk mempertahankan keseluruhan dari tulang dan anatomi
keseluruhan relatif stabil (Manson dan Eley, 1993).

2.1.3 Ligamen periodontal

Ligament adalah suatu ikatan, biasanya menghubungkan dua buah tulang


(Manson dan Eley,1993). Serat-serat kolagen yang padat membentuk ligament
periodontal, menghubungkan akar sementum dengan soket tulang alveolar
(Lawler dkk,1992). Ligamen periodontal tidak hanya menghubungkan gigi ke
tulang rahang tetapi juga menopang gigi pada soketnya dan mengandung nutrisi
yang disalurkan ke gingiva, sementum dan tulang alveolar. Struktur ligamen
biasanya menyerap beban tersebut secara efektif dan meneruskannya ke tulang
pendukung (Manson, Eley 1993).

2.1.4 Sementum

Sementum adalah jaringan ikat kalsifikasi yang menyelubungi dentin akar


dan tempat berinsersinya bundel serabut kolagen. Sementum terdiri dari serabut
kolagen yang tertanam didalam matriks organ yang terkalsifikasi. Hubungan
dengan tepi email, bervariasi dapat terletak atau bersitumpang dengan email tetapi
juga terpisah dari email oleh adanya sepotong kecil dentin yang terbuka (Manson
dan Eley, 1993).

2.2 Periodontitis

Periodontitis adalah suatu penyakit keradangan pada jaringan penyangga


gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme tertentu atau kelompok
mikroorganisme tertentu yang menyebabkan kerusakan progresif pada ligamen
periodontal dan tulang alveolar ditandai dengan terbentuknya poket, resesi gingiva
atau keduanya (Carranza et al.,2006:104).
Penyakit periodontal mengenai jaringan gusi dan penyanggah gigi lainnya.
Penyakit periodontal merupakan penyebab utama tanggalnya gigi pada orang
dewasa yang disebabkan infeksi bakteri dan menimbulkan kerusakan gusi, serat
perekat dan tulang di sekitar gigi. Penyebab utamanya adalah plak. Umumnya
tidak menimbulkan rasa sakit. Kunjungan berkala ke dokter gigi sangat berarti
untuk mendapatkan diagnosa dini dan perawatan penyakit periodontal. Kira-kira
15% orang dewasa usia 21 – 50 tahun dan 30% usia di atas 50 tahun mengalami
penyakit ini (Manson, Eley, 1993).

2.3 Jaringan periodontal yang sehat

Sebelum mengetahui bagaimana keadaan periodontitis, kita harus


mengetahui bagaimana keadaan rongga mulut yang sehat. Tanda-tanda rongga
mulut yang sehat adalah berwarna merah muda, lembut dan kenyal, bertekstur
seperti kulit jeruk, bentuknya mengikuti kontur gigi dan tepinya berbentuk seperti
kulit kerang serta tidak ada perdarahan pada saat penyikatan gigi. (Manson, Eley
1993)

2.4 Jaringan periodontal yang tidak normal

Awal mula terjadi periodontitis adalah terjadinya gingivitis. Gingivitis adalah


keradangan yang terjadi pada gusi. Gingivitis umumnya ditandai dengan penumpukan
plak atau karang gigi di sepanjang tepi gusi, gusi yang terasa sakit, mudah berdarah,
lunak dan bengkak. Selain itu seringkali terjadi perdarahan pada waktu menyikat gigi
atau menggunakan benang gigi (Manson dan Eley, 1993).
Apabila gingivitis dibiarkan begitu saja tanpa ada penanganan yang sesuai
akan menimbulkan periodontitis. Periodontitis dibagi menjdi beberapa tahap.
Tahap yang muncul setelah gingivitis adalah tahap awal periodontitis. Pada tahap
ini mulai terjadi tulang penyanggah gigi. Kerusakan yang terjadi tidak dapat
dipulihkan, tapi penjalarannya dapat dihentikan melalui pemeliharaan kebersihan
mulut yang baik dan kunjungan ke dokter gigi. Tanda – tanda periodontitis awal
seperti tanda-tanda gingivitis, ditambah keadaan gusi yang kemerahan dan
bengkak serta terdorong menjauhi gigi (Manson, Eley 1993).

Tahap periodontitis selanjutnya adalah periodontitis lanjut. Tanda-tanda


Periodontitis tingkat lanjut adalah terjadi perubahan cara menggigit, perubahan kecekatan
gigi palsu karena berkurangnya dukungan tulang penyanggah gigi. Akibat pengurangan
tinggi tulang penyanggah gigi, akar gigi terbuka, sehingga sensitif terhadap panas atau
dingin atau rasa sakit ketika menyikat. Peradangan pada jaringan periodontal seringkali
ditandai dengan keluarnya nanah di antara gigi dan gusi bila gusi ditekan, bau mulut dan
rasa gatal pada gusi. Berkurangnya dukungan jaringan penyanggah akan menyebabkan
gigi akan goyang bahkan tanggal (Manson dan Eley, 1993).
2.5 Faktor-faktor yang dapat menyebabkan periodontitis

2.5.1 Faktor lokal

Faktor lokal yang terdapat pada lingkungan rongga mulut merupakan


predisposisi untuk akumulasi plak bakteri. Faktor lokal ini meliputi kalkulus,
morfologi gigi, jaringan lunak rongga mulut, gigi berdesakan, restorasi, dan
protesa yang jelek. Kalkulus merupakan plak yang telah terkalsifikasi. Kalkulus
ini sebenarnya tidak pathogen karena merupakan struktur yang mati, namun
permukaannya yang kasar menjadi tempat retensi plak bakteri (Manson dan Eley,
1993).

Morfologi gigi yang sulit dibersihkan akan merangsang akumulasi bakteri.


Groove pada permukaan akar atau groove palatal incisive atas sulit dibersihkan
dan menimbulkan inflamasi serta pembentukan poket. Jaringan lunak rongga
mulut dalam keadaan tertentu dapat menjadi tempat akumulasi plak bakteri.
Frenulum yang tinggi mendekati koronal dan menempel di gingiva margin akan
menyebabkan tarikan dan mempermudahkan akumulasi plak bakteri. Gigi
berdesakan akan memudahkan akumulasi plak bakteri dan menyulitkan
pembersihan akumulasi plak bakteri tersebut. Restorasi dan protesa yang kurang
baik dan tidak dihaluskan akan memudahkan akumulasi plak bakteri. Restorasi
yang kurang baik seperti tumpatan yang berlebihan atau kasar pada bagian tepi
akan menyulitkan pembersihan bakteri tersebut (Manson dan Eley, 1993).

2.5.2 Faktor sistemik

Beberapa kondisi sistemik merupakan faktor predisposisi penyakit


periodontal. Factor-faktor sisitemik ini mempengaruhi respon jaringan terhadap
iritasi bakteri dan respon perawatan. Salah satu faktor sistemik ialah factor
hormonal seperti pada masa pubertas dan kehamilan. Pada masa pubertas, insiden
gingivitis mencapai puncaknya dan tidak berubah walaupun telah dilakukan plak
control. Pada masa ini terjadi inflamasi gingiva yang disertai pembengkakan dan
pendarahan. Sesudah masa pubertas, innflamasi akan reda dan hilang bila
dilakukan plak control. Pada masa kehamilan, insiden gingivitis bertambah parah
sampai bulan ke delapan kemudian menurun. Selama kehamilan ini terdapat
peningkatan jumlah progesterone yang menyebabkan peningkatan vaskularisasi
dan perubahan dinding pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi lebih
permeabel. .(Manson dan Eley, 1993)

2.5.3 Faktor resiko terhadap penyakit periodontal

Keparahan penyakit periodontal berhubungan dengan beberapa faktor


resiko. Secara umum, jenis kelamin pria menunjukkan prevalensi dan keparahan
penyakit periodontal lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kelamin wanita.
Kemungkinan penyebabnya adalah masa perawatan oral hygine, dimana wanita
cenderung mempunyai oral hygine yang baik daripada pria. Prevalensi dan
keparahan penyakit periodontal berhubungan dengan tingkat pendidikan
seseorang. Berdasarkan survey yang ada, menunjukkan bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang maka prevalensi dan keparahan penyakit periodontal
semakin rendah (Caranza dan Newman, 1996 : 76)

2.6 Mekanisme terjadinya periodontitis

Periodontitis selalu diawali dengan gingivitis, akan tetapi tidak semua


gingivitis berkembang menjadi periodontitis. Periodontitis merupakan hasil
perluasan dari keradangan gingiva ke jaringan periodontal yang lebih dalam, yang
disebabkan oleh perubahankomposisi plak bakteri yang semula sebagian besar
adalah bakteri aerob Gram positif yang berhubungan dengan gingivitis menjadi
flora bakteri yang kompleks dan lebih spesifik bakteri anaerob Gram negatif
subgingiva (Manson, Eley 1993).

Mekanisme terjadinya periodontitis diawali adanya akumulasi bakteri plak


supragingiva. Berbagai substansi mikrobial yang termasuk factor kemotaksis
seperti lipopilisakarida (LPS), microbial peptide, dan berbagai antigen bakteri
lainnya melalui junctional ephitelium ke dalam jaringan ikat gingiva. Jaringan
tersebut akan menunjukkan terjadinya luka akibat masuknya bakteri. Hal ini
mengakibatkan epitel dan jaringan ikat terangsang untuk memproduksi mediator
keradangan yang menyebabkan respon keradangan pada jaringan. Selanjutnya,
vaskularisasi gingiva akan mengalami vasodilatasi dan terjadi peningkatan
permeabilitas terhadap sel dan cairan. Proses perubahan vasodilatasi kapiler yang
diikuti dengan peningkatan permeabilitas kapiler terjadi dalam waktu ± 10 menit
yang timbul akibat pelepasan histamin, enzim lisosom dan beberapa molekul
mediator lainnya. Peningkatan aliran darah menuju ke area jejas dan peningkatan
permeabilitas untuk kedua kalinya terjadi dalam waktu 2-10 jam setelah terjadinya
luka. Peristiwa ini diikuti oleh melekatnya leukosit menuju dinding pembuluh
darah. Cairan dalam jaringan dan sel pertahanan akan bermigrasi dari sirkulasi
menuju sumber rangsangan kemotaksis yaitu bakteri dan produknya pada servik
gingiva. (Manson dan Eley, 1993).
Neutrofil PMN pada tahap awal keradangan gingiva terutama berfungsi
sebagai fagosit dan pembunuh bakteri plak. Pembunuhan bakteri plak oleh PMN
terjadi melalui dua mekanisme, yaitu mekanisme intraseluler yang terjadi setelah
bakkteri difagosit dan ekstra seluler yaitu dengan pelepasan enzim dan oksigen
radikal oleh PMN menuju keluar sel. Selanjutnya, limfosit B dikirim menuju
plasma sel dan memproduksi antibody untuk melawan bakteri tertentu. Antibody
dan komplemen yang dilepaskan dalam jarinngan gingiva akan meningkatkan
fagositosis dan pembunuhan bakteri oleh PMN. Proses tersebut merupakan
mekanisme pertahanan pertama untuk mengontrol infeksi. (Caranza dan Newman,
1990 : 424)

Proses keradangan pada individu yang rentan akan meluas ke lateral dan
ke apikal melibatkan jaringan yang lebih dalam dan tulang alveolar. Keadaan
tersebut terjadi ketika sel pertahanan seperti makrofag dan limfosit dan sejumlah
besar sel PMN bermigrasi dan terkumpul di daerah keradangan. Sel PMN di
dalam jaringan akan mensekresi sejumlah enzim seperti matriks metalloproteinase
(MMPs) seperti kolagenase dan mediator inflamasi dalam jumlah besar. Makrofag
yang bermigrasi akan teraktifasi dan memproduksi prostaglandin E2 (PGE2),
interleukin (IL-1β, IL-1α, IL-6), tumor necrosis factor (TNF-α), dan MMPs.
Enzim kolagenase yang dihasilkan PMN dan fibroblast serta makrofag akan
merusak jaringan ikat pada jaringan periodontal. Sedangkan IL-1, PGE2, dan TNF-
α akan merangsang osteoklas untuk meresobsi tulang alveolar(Manson, Eley
1993).

Munculnya enzim-enzim dan mediator inflamasi akan meluas lebih jauh


ke apikal, poket akan menjadi lebih dalam, ligament periodontal menjadi rusak
dan tulang alveolar akan lebih teresorbsi.proses tersebut merupakan tanda-tanda
terjadinya periodontitis sebagai lanjutan dari gingivitis tahap IV atau yang disebut
dengan advanced lesion. (Manson dan Eley, 1993)
2.7 Tindakan perawatan periodontitis

Manurut (Manson, Eley 1993) tujuan perawatan adalah :

1. Menghilangkan penyakit.

2. Restorasi fungsi yang efisien.

3. Produksi estetik yang baik.

Dari daftar diatas terlihat bahwa perawatan periodontal tidak hanya


berhubungan dengan upaya mempertahankan satu gigi tetapi juga
berhubungan dengan mempertahankan semua gigi geligi tetap sehat.
Walaupun demikian tetap ada situasi dimana gigi-gigi individual harus
dikorbankan untuk mendapat hasil yang lebih baik. Konsep merawat gigi-
geligi sebagai unit fungsional berlawanan dengan pengajaran tradisional
dimana gigi bukan gigi-geligi yang merupaka factor perawatan.
Perawatan menurut (Manson, Eley 1993) secara garis besar adalah sebagai berikut
:

1. Perawatan darurat

Kontrol rasa sakit harus dilakukan sebelum perawatan


lainnya, tetapi agar efektif perlu ditentukan diagnosis yang
akurat. Abses alveolar yang berasal dari pulpa dapat salah
didiagnosis sebagai lesi periodontal yang menyebabkan
kesalahan perawatan dan tetap adanya rasa sakit.

Pembengkakan bahkan yang tidak disertai rasa sakit, perlu


mendapat penanganan segera. Infeksi akut memerlukan
pemberian antibiotic sebelum melakukan perawatan lebih
lanjut. Abses yang menonjol dan terlokalisir harus dirawat
dengan insisi dan drainasi bukan dengan antibiotik. Gigi geligi
yang sangat goyang yang sangat membantu fungsi harus
displinting atau dicabut.

2. Pencabutan gigi dengan prognosa yang sangat buruk.

Keputusan untuk mencabut gigi harus didasarkan tidak


hanya pada kondisi gigi tersebut tetapi juga pada keadaan
jaringan penopang serta akibat yang mungkin terjadi akibat
pencabutan. Bila kerusakan periodontal cukup lanjut,
pencabutan gigi yang lemah dapat menimbulkan masalah
prostetik. Perkembangan seperti ini perlu diantisipasi sebelum
pencabutan. Pembuatan protesa lepasan mungkin perlu
dilakukan pula saat ini dan desainnya harus diperhatikan
walaupun sifatnya sementara.

3. Kontrol plak dan skaling

Control plak dan skaliing merupakan prosedur terpenting pada


perawatan periodontal. Bila kondisi ini didiagnnosa dan
dirawat cukup dini, maka ini adalah bentuk satu-satunya yang
diperlukan. Fase perawatan ini juga harus melibatkan perbaikan
restorasi yang berlebih dan penggantian restirasi yang sudah
rusak. Semua koreksi dari retensi plak harus di lakukan pada
tahap ini.

4. Modifikasi oklusal

Perlu dilakukan untuk menghilangkan lesi periodontal


dan dapat dilakukan bersama dengan pengontrolan plak.
Ketidakharmonisan oklusal yang besar harus dihilangkan dan
dibuat splint sementara untuk setiap gigi yang sangat goyang.
Pada tahap ini, pergerakan gigi yang minimal perlu dilakukan.
Pergerakan ini harus menyeluruh dan pesawat retensi harus
dipasang sebelum dilakukan operasi.

5. Rekontruksi

Fase ini mencakup modifikasi oklusi dan pembuatan


restorasi permanen serta protesa. Oklusi yang seimbang juga
harus dibuat.

6. Pemeliharaan

Pemeliharaan kesinambungan merupakan keharusan


untuk keberhasilan perawatan periodontal, yang berisi bahwa
perawatan periodontal tidak pernah selesai. Pasien memerlukan
pemeriksaan ulang, monitoring kebersihan mulut dan skaling
setiap 3, 6, 9, atau 12 bulan, tergantung pada penyakit dan
kerentanannya.

Setelah prosedur perawatan telah dilakukan, maka sebaiknya pasien diberi


instruksi untuk menghidari merokok dan minum alkohol. Jika pasien adalah
perokok berat, maka sangat disarankan untuk mengurangi kebiasaan merokoknya
selama perawatan. Sangat penting unruk menghindari panas dan produk-produk
yang dihasilkan dari rokok karena dapat mengiritasi jaringan yang terkena radang
(Glickman, 1965)

2.8 Cara untuk mencegah periodontitis

Menurut (Forrest.J.O. 1995) terdapat beberapa langkah-langkah preventif


terhadap penyakit periodontal sebagai berikut :

1. Perlunya mengenal kelainan-kelainan periodontal seperti gingivitis


marginal yang sering terjadi maupun bentuk lainnya seperti
gingivitis atrofi/deskuamatif. Bahkan penanganan harus segera
diberikan apabila Acute Necrotizing Ulcerative Gingivostomatitis
( ANUG) dikarenakan kelainan ini memiliki tingkat destruktif yang
tinggi. Kelainan periodontal lanjut juga harus dikenali seperti sudah
terbentuknya true pocket, periodontitis marginal maupun abses
periodontal. Walaupun pada kelainan-kelainan lanjut ini gigi masih
mungkin vital tetapi resorpsi tulang alveolar umumnya sudah
berlangsung dan penanganan lebih lanjut diperlukan.

2. Mengenal faktor-faktor lokal terkait seperti calculus/tartar/karang


gigi , material alba, food impact dan tentunya dental plak. Dengan
demikian pembersihan dan eliminasi factor-faktor tersebut dapat
segera dilakukan. Calculus merupakan deposit keras karena
mengalami kalsifikasi , keberadaannya terutama pada daerah
servikal gigi akan menjadi iritan kronis terhadap gingival sehingga
proses peradangan cepat atau lambat akan terjadi. Masih ada faktor
lokal yang harus dikenal dan ditangani seperti trauma oklusal misal
karena gigi yang impacted dan malposisi, kebiasaan-kebiasaan jelek
seperti bruxism-clenching dan bernapas dengan mulut. Pengenalan
cara sikat gigi yang tepat juga diperlukan karena cara sikat gigi
yang salah seperti arah horizontal akan menimbulkan abrasi maupun
resesi gingival.
3. Oral Hygiene Instruction (OHI)

Merupakan pesan-pesan pendidikan kesehatan gigi dan mulut.


Pasien perlu dijelaskan mengenai pentingnya menjaga oral hygiene
sehingga mereka dapat menyadari sendiri kegunaan bagi
dirinya.Kesadaran sendiri itu sangat perlu, merupakan obat
pencegah yang paling manjur. Salah satu cara pendekatan yang baik
dan mudah dilakukan adalah dengan menunjukkan dengan kaca saat
pemeriksaan gigi dilakukan oleh dokter gigi kepada pasien itu
sendiri, dengan demikian mereka dapat melihat sendiri seberapa
‘menakutkan’ gambaran penyakit gigi yang mereka derita sambil
dijelaskan komplikasi dan bahaya-bahaya yang dapat menyertai
kelainan tersebut kemudian. Penjelasan bahwa kebanyakan
penyakit-penyakit tersebut berawal mula dari pembentukan dental
plak perlu pula dijelaskan dengan demikian mereka pun dapat
mengetahui pentingnya upaya eliminasi dari plak yang sudah
terbentuk dan upaya-upaya pencegahan pembentukannya lebih
lanjut.

Pengenalan cara-cara sehari-hari yang efektif dalam menjaga oral


hygiene seperti :

a. Sikat gigi : semua orang sudah tahu tentunya cara ini,


mungkin juga sudah dilakukan setiap hari. Jadi yang
penting disini adalah pengenalan teknik sikat gigi yang
tepat, memotivasi untuk sikat gigi secara teratur dan
pemilihan pasta gigi dengan tepat. Teknik sikat gigi yang
secara horizontal adalah lazim dikenal umum, dan itu
merupakan suatu kesalahan karena dengan cara demikian
lambat laun dapat menimbulkan resesi gingival dan abrasi
gigi. Lebih lanjut lagi, penyakit-penyakit periondontal akan
lebih mudah terjadi.
Pemilihan bulu sikat yang halus juga penting supaya
tidak melukai gusi. Hendaknya sikat gigi diganti sekurang-
kurangnya tiap sebulan sekali, dengan demikian bulu sikat
masih tetap efektif dalam membersihkan gigi. Pasta gigi
berfluoride selayaknya dipilih karena dari penelitian
kandungan fluoride tersebut mampu menurunkan angka
karies melalui 2 hal ; mengeliminasi dental plak yang
merupakan cikal bakal karies serta suplemen topikal
fluoride bagi gigi sebagai mineral protektif penting
terhadap karies.

b. Kumur-kumur antiseptik( Oral Rinse) : terdapat berbagai


bahan aktif yang sering digunakan sebagai kumur-kumur.
Yang dijual bebas umumnya berasal dari minyak tumbuh-
tumbuhan seperti metal salisilat ( seperti pada produk
Listerine ), sedangkan yang perlu diresepkan dokter adalah
chlorhexidine 0.20 % ( seperti pada produk minosep) dan
H2O2 1.5 % atau 3.0 %. Kumur-kumur yang lebih murah
dan cukup efektif adalah dengan air garam hangat.

Sebenarnya kumur-kumur lebih diperlukan pada


penyakit-penyakit gusi dan periodontal sedangkan dalam
penggunaan sehari-hari tidak terbukti dalam mencegah
karies,apalagi jika penggunaannya tidak diawali dengan
sikat gigi. Jadi penting untuk diketahui bahwa kumur-kumur
bukanlah pengganti sikat gigi dan sikat gigi masih menjadi
upaya pencegahan terpenting dari penyakit-penyakit gigi,
khususnya karies. Bahkan jika kumur-kumur terlalu sering
digunakan akan menyebabkan flora normal mulut akan mati
dan merangsang pertumbuhan candida serta juga membuat
mulut dan menjadi kering seperti terbakar.
c. Dental floss atau benang gigi : akhir-akhir ini cara ini mulai
banyak diperkenalkan , dan cukup ampuh untuk
membersihkan di sela-sela gigi. Tapi teknik harus
dimengerti dengan tepat karena jikalau tidak, alih-alih
mencegah penyakit periodontal, yang terjadi malah melukai
gusi dan membuat radang.

d. Pembersih lidah : juga mulai banyak digunakan, baik untuk


membersihkan dorsum lingual yang seringkali luput kita
bersihkan saat sikat gigi. Tumpukan debris di dorsum lidah
penuh dengan kuman-kuman oportunis serta candida yang
bermukim sebagai flora normal maupun transient.
Penjelasan mengenai cara lagi-lagi diperlukan.

4. Kontrol ke dokter gigi secara teratur diperlukan sebagai salah satu


upaya preventif, karena merekalah ahlinya dan terkadang kita
sendiri seringkali luput mengamati perubahan pada gigi dan gusi
yang masih kecil. Bagi mereka yang pernah menderita penyakit
periodontal disarankan untuk kontrol secara teratur ke dokter gigi
setiap 3 bulan sekali. (Forrest.J.O, 1995)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Jaringan penyangga gigi terdiri atas gingiva, tulang alveolar,


ligament periodontal, dan sementum.

b. Periodontitis merupakan keradangan pada jaringan penyangga gigi.

c. Jaringan periodontal yang sehat dan yang terkena periodontitis


berbeda kontur, bentuk, warna dan konsistensinya.

d. Faktor yang menyebabkan periodontitis terdiri dari faktor lokal,


faktor sistemik dan faktor resiko terhadap penyakit periodontal.

e. Bakteri plak memegang peranan penting terhadap periodontitis,


terutama bakteri anaerob Gram negatif.

f. Manjaga oral hygine dan mengenali kesehatan gigi dan mulut


merupakan hal yang penting untuk mencegah periodontitis.

3.2 Saran

a. Pemahaman tentang periodontitis perlu ditingkatkan agar gigi tetap


sehat sampai usia lanjut.

b. Pengetahuan tentang cara-cara mencegah penyakit periodontal


perlu diberikan lebih banyak agar masyarakat semmakin sadar
untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut.

DAFTAR PUSTAKA
Eley, M. 1991. Buku Ajar Periodonti. Jakarta : Hipokrates.

Carranza JR., F.A. 1990. Glickman’s Clinical Periodontology. Seventh Edition.


W.B. Sounders Company Philadelphia. Toronto. London.

Carranza JR., F.A. 1990. Glickman’s Clinical Periodontology. Tenth Edition.


W.B. Sounders Company Philadelphia. Toronto. London.

Manson J.D., Eley B.M., 1989, Outline of Periodontics, Butterworth-Heinemann


Ltd,Surrey.

Forrest.J.O. 1995. Pencegahan Penyakit Mulut. Jakarta : Hipokrates

Glickman,I. 1965. Clinical Periodontology. W.B Saunders Company.


Phyladelphia.

Anda mungkin juga menyukai