Cari
Menu utama
Beranda
Perihal
Navigasi tulisan
← Sebelumnya
BAB I
PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan suatu hal yang penting karena kurikulum bagian dari program
pendidikan.Tujuan utamanya adalah meningkatkan kualitas pendidikan dan bukan semata-mata
hanya menghasilkan suatu bahan pelajaran. Kurikulum tidak hanya memperhatikan
perkembangan dan pembangunan masa sekarang tetapi juga mengarahkan perhatian ke masa
depan.
Tujuan pendidikan sekolah lebih luas dan kompleks karena dituntut selalu sesuai dengan
perubahan.Kurikulum harus selalu diperbarui sejalan dengan perubahan itu.Untuk mencapai
tujuan pendidikan yang ditetapkan, kurikulum harus disusun secara strategis dan dirumuskan
menjadi program-program tertentu.Karena harus selalu relevan dengan perubahan masyarakat,
penyusunan kurikulum harus mempertimbangkan berbagai macam aspek seperti perkembangan
anak, perkembangan ilmu pengetahuan, perkembangan kebutuhan masyarakat dan lapangan
kerja dan sebagainya.
1. B. Tujuan
BAB II
ISI
Kata “kurikukum” bukan berasal dari bahasa indonesia, tetapi berasal dari bahasa latin yang kata
dasarnya adalah “currere”, yang secara harafiah berarti lapangan perlombaan lari. Lapangan
tersebut ada garis start dan batas finish. Dalam lapangan pendidikan pengertian tersebut
dijabarkan bahwa bahan belajar sudah ditentukan secara pasti, dari mana mulai diajarkan dan
kapan diakhiri, dan bagaimana cara untuk menguasai bahan agar dapat mencapai kelulusan.
Selain itu, ada juga pengertian kurikulum dari beberapa sumber lain seperti :
Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa di sekolah atau perguruan
tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu; dan Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh
suatu lembaga pendidikan atau suatu departemen.
Pandangan tradisional, kurikulum adalah sejumlah pelajaran yang harus ditempuh siswa di suatu
sekolah.Pandangan modern, kurikulum lebih dari sekedar rencana pembelajaran. Kurikulum
dianggap sebagai sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah.
Badan standardisasi nasional sni 19-7057-2004 tentang kurikulum pelatihan hiperkes dan
keselamatankerja bagi dokter perusahaan. Kurikulum adalah serangkaian mata ajar dan
pengalaman belajar yang mempunyai tujuan tertentu, yang diajarkan dengan cara tertentu dan
kemudian dilakukan evaluasi.
1. Secara etimologi
secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu carier yang artinya pelari dan
curare yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga pada
zaman romawi kuno di yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh
oleh pelari dari garis start sampai garis finish.
Dalam bahasa arab, kata kurikulum biasa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan
yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan kurikulum pendidikan
(manhaj al-dirasah) dalam qamus tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang
dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.
1. Kurikulum adalah rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun
secara sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah. (crow
and crow)
2. Kurikulum adalah kelompok pengajaran yang sistematik atau urutan subjek yang
dipersyaratkan untuk lulus atau sertifikasi dalam pelajaran mayor, misalnya kurikulum
pelajaran sosial, kurikulum pendidikan fisika (carter v. Good dalam oliva, 191:6)
3. Kurikulum adalah seluruh pengalaman siswa di bawah bimbingan guru ( hollis l. Caswell
and doak s. Campbell dalam oliva, 1991:6)
4. Kurikulum adalah sebagai sebuah perencanaan untuk memperbaiki seperangkat
pembelajaran untuk seseorang agar menjadi terdidik (j. Galen saylor, william m.
Alexander, and arthur j. Lewis dalam oliva 1991:6)
5. Kurikulum pada umumnya berisi pernyataan tujuan dan tujuan khusus, menunjukkan
seleksi dan organisasi konten, mengimplikasikan dan meanifestasikan pola belajar
mengajar tertentu, karena tujuan menuntut mereka atau karena organisasi konten
mempersyaratkannya. Pada akhirnya, termasuk di dalamnya program evaluasi outcome
(hilda taba dalam oliva, 1991:6)
6. Kurikulum sekolah adalah konten dan proses formal maupun non formal di mana
pebelajar memperoleh pengetahuan dan pemahaman, perkembangan skil, perubahan
tingkah laku, apresiasi, dan nilai-nilai di bawah bantuan sekolah (ronald c. Doll dalam
oliva, 1991:7)
7. Kurikulum adalah rekonstruksi dari pengetahuan dan pengalaman secara sistematik yang
dikembangkan sekolah (atau perguruan tinggi), agar dapat pebelajar meningkatkan
pengetahuan dan pengalamannnya (danniel tanner and laurel n. Tanner dalam oliva,
1991:7)
8. Kurikulum dalam program pendidikan dibagi menjadi empat elemen yaitu program
belajar, program pengalaman, program pelayanan, dan kurikulum tersembunyi (abert i.
Oliver dalam oliva, 1991:7).
9. Kurikulum mengandung konten (suject matter), pernyataan tujuan (terminal objective),
urutan konten, pre-asesmen dari entri skil yang dipersyaratkan pada siswa ketika mulai
belajar konten (roert m. Gagne dalam oliva, 1991:7).
10. Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan kebudayaan, sosial, olahraga, dan
kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di dalam dan di luar sekolah
dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan
merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan. (dr.
Addamardasyi dan dr. Munir kamil)
Dari definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa kurikulum itu mempunyai empat unsur utama,
yaitu:
1. Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan itu. Dengan lebih tegas lagi orang yang
bagaimana ingin kita bentuk melalui kurikulum.
2. Pengetahuan (knowledge), informasi-informasi, data-data, aktivitas-aktivitas dan
pengalaman-pengalaman sehinggat terbentuk kurikulum tersebut. Bagian inilah yang
biasa disebut mata pelajaran.Bagian ini pulalah yang dimasukkn dalam silabus.
3. Metoda dan cara-cara mengajar yang dipakai oleh guru-guru untuk mengajar dan
mendorong murid-murid belajar dan membawa mereka ke arah yang dikehendaki oleh
kurikulum.
4. Metode dan cara penilain yang dipergunakan dalam mengukur dan menilai kurikulum
dan hasil proses pendidikan yang direncanakan dalam kurikulum seperti ulangan dan
ujian-ujian yang ada di sekolah.
Perencanaan kurikulum adalah fase pre-eliminer dari pengembangan kurikulum. Pada saat
pekerja kurikulum membuat keputusan dan beraksi untuk menetapkan rencana yang akan
dilaksanakan oleh guru dan siswa. Jadi perencanaan merupakan fase berfikir atau fase disain.
Latar belakang pengembangan kurikulum didasarkan pada sepuluh aksioma yang sudah diyakini
kebenarannya dan menjadi argumentasi dan kesimpulan. Aksioma-aksioma tersebut adalah :
a. Perubahan itu tak terelakkan dan penting karena melalui perubahan bentuk kehidupan
tumbuh dan berkembang.
c. Perubahan yang terjadi secara bersamaan dan ada perubahan setelah ada kurikulum baru.
j. Pengembangan kurikulum beranjak dari kurikulum yang sudah ada/kurikulum yang sudah ada.
Ada dua pendekatan dalam pengembangan kurikulum yaitu berbasis pada kabupaten/kota dan
berbasis pada sekolah.Pada masing-masing pedekatan mempunyai beberapa kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan-kelebihan pada pendekatan yang berbasis pada kabupaten/kota adalah
kesamaan antar sekolah dimungkinkan sehingga memudahkan koordinasi, memudahkan
pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh pengawas selaku pembina sekolah. Sedangkan
kelemahan-kelamahan pada pendekatan pengembangan kurikulum berbasis kabupaten/kota
adalah tidak menutup kemungkinan belum secara tepat menyentuh perbedaan karakteristik antar
sekolah, juga sangat dimungkinkan tidak memuaskan pelanggan.Pendekatan berbasis pada
sekolah dalam pengembangan kurikulum memiliki kelebihan-kelebihan di antaranya kurikulum
disusun sesuai karakteristik sekolah, dan lebih banyak memberdayakan di level
sekolah.Sedangkan kelemahan-kelemahan pada pendekatan tersebut adalah mempersulit
pengawasan dan pembinaan oleh pengawas karena keragamannya, mempersulit mutasi siswa
karena perbedaan kurikulum antar sekolah.
Terdapat tiga landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu landasan filosofi, landasan
psikologi, dan landasan sosiologi.Masing-masing landasan sangat berperan dalam langkah
pengembangan kurikulum.
1. Landasan filosofi
Filsafat pada dasarnya adalah suatu pandangan hidup yang ada pada setiap orang. Dengan kata
lain bahwa setiap orang mempunyai filsafat dalam arti pandangan hidup pada dirinya. Berkenaan
dengan pendidikan, setiap orang mempunyai pandangan tertentu mengenai
pendidikan.Berdasarkan pandangan hidup manusia itulah tujuan kurikulum dirumuskan.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri.Oleh karena
itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan
secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan
yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa negara dan
khususnya di indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan
kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.
1. Landasan psikologi
Terdapat dua landasan psikologi yang digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu
psikologi belajar (psychology of learning) dan psikologi perkembangan. Psikologi belajar
digunakan sebagai landasan dalam men-screen tujuan pembelajaran umum/standar
kompetensi/sk (tentative general objective) yang sudah dirumuskan untuk merumuskan precise
education (kompetensi dasar/kd), dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar yang akan
dirumuskan dalam kurikulum. Sedangkan psikologi perkembangan lebih berperan dalam
pengorganisasian pengalaman-pengalaman belajar, yaitu pada tingkat pendidikan mana atau pada
kelas berapa suatu pengalaman belajar tertentu harus diberikan karena harus sesuai dengan
perkembangan jiwa anak. Pada dasarnya dua landasan psikologi tersebut sangat diperlukan
dalam pengebangan kurikulum yaitu pada langkah merumuskan tujuan pembelajaran,
menyeleksi serta mengorganisasi pengalaman belajar.
1. Landasan sosiologi
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok
dan struktur sosialnya. Jadi sosiologi mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu
dengan yang lain dalam kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di
suatu wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain. Dengan kata lain sosiologi berkaitan dengan
aspek sosial atau masyarakat.
Sosiolologi mempunyai empat perenan yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum.
Empat peranan sosiologi tersebut adalah berperan dalam proses penyesuaian nilai-nilai dalam
masyarakat, berperan dalam penyesuaian dengan kebutuhan masyarakat, berperan dalam
penyediaan proses sosial, dan berperan dalam memahami keunikan individu, masyarakat dan
daerah.
Dalam merumuskan tujuan kurikulum harus memahami tiga sumber kurikulum yaitu siswa
(student), masyarakat (society), dan konten (content).Sumber siswa lebih menekankan pada
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan siswa pada tingkat pendidikan tertentu yang sesuai
dengan perkembangan jiwa atau usianya. Sumber masyarakat lebih melihat kepada kebutuhan-
kebutuhan masyarakat dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, sedangkan sumber konten
adalah berhubungan dengan konten kurikulum yang akan dikembangkan pada tingkat pendidikan
yang sesuai. Dengan kata lain landasan sosiologi digunakan dalam pengembangan kurikulum
dalam merumuskan tujuan pembelajaran dengan memperhatikan sumber masyarakat (society
source) agar kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tidak
bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Terdapat tiga tahap dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tahap yang pertama yang
harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah memahami tiga sumber, yaitu siswa
(source of student), masyarakat (source of society), dan konten (source of content). Tahap kedua
adalah merumuskan tentative general objective atau standar kompetensi (sk) dengan
memperhatikan landasan sosiologi (sociology), kemudian di-screen melalui dua landasan lain
dalam pengembangan kurikulum yaitu landasan filsofi pendidikan (philosophy of learning) dan
psikologi belajar (psychology of learning), dan tahap terakhir adalah merumuskan precise
education atau kompetensi dasar (kd).
Ada lima prinsip umum dalam pemilihan pengalaman belajar. Kelima prinsip tersebut adalah
pertama, pengalaman belajar yang diberikan ditentukan oleh tujuan yang akan dicapai, kedua,
pengalaman belajar harus cukup sehingga siswa memperoleh kepuasan dari pengadaan berbagai
macam perilaku yang diimplakasikan oleh sasaran hasil, ketiga, reaksi yang diinginkan dalam
pengalaman belajar memungkinkan bagi siswa untuk mengalaminya (terlibat), keempat,
pengalaman belajar yang berbeda dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
sama, dan kelima, pengalaman belajar yang sama akan memberikan berbagai macam keluaran
(outcomes).
Pengorganisasi atau disain kurikulum diperlukan untuk memudahkan anak didik untuk belajar.
Dalam pengorganisasian kurikulum tidak lepas dari beberapa hal penting yang mendukung,
yakni: tentang teori, konsep, pandangan tentang pendidikan, perkembangan anak didik, dan
kebutuhan masyarakat. Pengorganisasian kurikulum bertalian erat dengan tujuan pendidikan
yang ingin dicapai. Oleh karena itu kurikulum menentukan apa yang akan dipelajari, kapan
waktu yang tepat untuk mempelajari, keseimbangan bahan pelajaran, dan keseimbangan antara
aspek-aspek pendidikan yang akan disampaikan.
Pengorganisasian kurikulum terdiri atas beberapa jenis, yakni: (1) kurikulum berdasarkan mata
pelajaran (subject curriculum) yang mencakup mata pelajaran terpisah-pisah (separate subject
curriculum), dan mata pelajaran gabungan (correlated curriculum). (2) kurikulum terpadu
(integrated curriculum) yang berdasarkan fungsi sosial, masalah, minat, dan kebutuhan,
berdasarkan pangalaman anak didik, dan (3) berdasarkan kurikulum inti (core curriculum).
Tujuan dari kurikulum ini untuk mempermudah anak didik mengenal hasil kebudayaan dan
pengetahuan umat manusia tanpa perlu mencari dan menemukan kembali dari apa yang
diperoleh generasi sebelumnya. Sehingga anak didik dapat membekali diri dalam menghadapi
masalah-masalah dalam hidupnya.Dengan pengetahuan yang sudah dimiliki dan telah tersusun
secara logis dan sistematis tidak hanya untuk memperluas pengetahuan tetapi juga untuk untuk
memperoleh cara-cara berpikir disiplin tertentu.
Keuntungan kurikulum ini, antara lain: (1) memberikan pengetahuan berupa hasil pengalaman
generasi masa lampau yang dapat digunakan untuk menafsirkan pengalaman seseorang. (2)
mempunyai organisasi yang mudah strukturnya. (3) mudah dievaluasi terutama saat ujian
nasional akan mempermudah penilaian. (4) merupakan tuntutan dari perguruan tinggi dalam
penerimaan mahasiswa baru. (5) memperoleh respon positif karena mudah dipahami oleh guru,
orangtua, dan siswa. (6) mengandung logika sesuai dengan disiplin ilmu nya. Kelemahan
kurikulum berdasarkan mata pelajaran antara lain: terlalu fragmentasi, mengabaikan bakat dan
minat siswa, penyusunan kurikulumnya menjadi tidak efisien, dan mengabaikan masalah sosial.
Kurikulum ini merupakan modifikasi kurikulum mata pelajaran.Agar pengetahuan anak tidak
terlepas-lepas maka perlu diusahakan hubungan antara dua matapelajaran atau lebih yang dapat
dipandang sebagai kelompok namun masih mempunyai hubungan yang erat.Sebagai contoh, saat
mengajarkan sejarah ada beberapa mata pelajaran yang berkaitan seperti geografi, sosiologi,
ekonomi, antropologi, dan psikologi.Dan mata pelajaran yang digabungkan tersebut menjadi
‘broad field’.Namun demikian tidak bisa mengenyampingkan tujuan instruksionalnya atau yang
sekarang lebih dikenal dengan kompetensi dasar, prinsip-prinsip umum yang mendasari, teori
atau masalah di sekitar yang dapat mewujudkan gabungan itu secara wajar. Dengan
menggunakan kurikulum gabungan diharapkan akan mencegah penguasaan bahan yang terlalu
banyak sehingga akan menjadi dangkal dan lepas-lepas sehingga pada gilirannya akan mudah
dilupakan dan tidak fungsional. Pada praktiknya kurikulum gabungan ini kurang dipahami para
guru sehingga walaupun namanya ‘broad-field’ pada hakikatnya tetap separate subject-centered.
Munculnya kurikulum inti ini adalah atas dasar pemikiran bahwa pendidikan memberikan
tekanan kepada dua aspek yang berbeda, yakni: (1) adanya reaksi terhadap mata pelajaran teori
yang bercerai-berai yang mengakumulasi bahan dan pengetahuan. (2) adanya perubahan konsep
tentang peranan sosial pendidikan di sekolah.
Dengan demikian, kurikulum inti memberikan tekanan pada keperluan sosial yang berbeda
terutama pada persoalan dan fungsi sosial. Sehingga konsep kurikulum inti bersifat ‘society
centered’, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) penekanan pada nilai-nilai sosial, (2) struktur
kurikulum inti ditentukan oleh problem sosial dan per-kehidupan sosial, (3) pelajaran umum
diperuntukkan bagi semua siswa, (4) aktivitas direncanakan oleh guru dengan siswa secara
kooperatif.
Terdapat tiga kriteria utama dalam mengorganisasi pengalaman belajar, yaitu kontinuitas
(continuity), berurutan (sequence), dan terpadu (integrity).Kriteria kontinuitas mengacu
pengulangan elemen kurikulum yang penting pada kelas/level yang berbeda. Artinya pada waktu
berikutnya pada kelas/level yang lebih tinggi pengetahuan dan skil yang sama akan diajarkan dan
dilatihkan kembali dengan dikembangkan sesuai dengan psikologi belajar dan psikologi
perkembangan anak. Kriteria berurutan (sequence) adalah berhubungan dengan kontinuitas tetapi
lebih ditekankan kepada bagaimana urutan pengalaman belajar diorganisasi dengan tepat pada
kelas/level yang sama. Pengetahuan yang menjadi prasyarat akan disajikan sebelum pengetahuan
lain yang memerlukan pengetahuan prasyarat tersebut. Kriteria terpadu (integrity) artinya
mencakup ruang lingkup/scope pengetahuan dan skill yang diberikan kepada siswa, apabila
pengetahuan diperoleh dari berbagai sumber, maka akan dapat saling menghubungkannya, saat
menghadapi suatu masalah.
Elemen-elemen yang diorganisasi ada tiga yaitu konsep (concept), nilai (values), dan
ketrampilan (skill). Konsep adalah berhubungan konten pengalaman belajar yang harus dialami
siswa, nilai adalah berhubungan dengan sikap pebelajar baik terhadap dirinya sendiri maupun
sikap pebelajar kepada orang lain. Sedangkan ketrampilan dalam hal ini adalah kemampuan
menganalisis, mengumpulkan fakta dan data, kemampuan mengorganisasi an menginterpretasi
data, ketrampilan mempresentasikan hasil karya, ketrampilan berfikir secara independen,
ketrampilan meganalisis argumen, ketrampilan berpartisipasi dalam kelompok kerja, ketrampilan
dalam kebiasaan erja yang baik, mampu mengiterpretasi situasi, dan mampu memprediksi
konsekuesi dari tujuan kegiatan.
Prinsip-prinsip pengorganisasian
Terdapat dua prinsip dalam mengorganisasikan kurikulum sekolah atau pengalaman belajar.
Pengorgaisasian kurikulum harus bersifat kronologis (chronological) dan aplikatif. Kronologis
artinya pengalaman belajar harus diorganisasi secara tahap demi tahap sesuai dengan pskologi
belajar dan psoikologi perkembangan siswa.Sedangkan aplikatif berarti pengalaman belajar
harus benar-benar dapat diterapkan kepada siswa.
Tujuan penyusunan program pengajaran semesteran atau caturwulan ini adalah untuk:
1). Menjabarkan bahan pelajaran yang akan disajikan guru dalam proses belajar mengajar
2). Mengarahkan tugas yang harus ditempuh guru agar pengajaran dapat dilakukan secara
bertahap atau tepat
1). Pedoman bagi guru dalam penyelenggaraan pembelaaran selama satu semester atau
caturwulan
2). Bahan oleh kepala sekolah dan pengawas dalam mealakukan pembinaan terhadap guru
2). Mengelompokkan bahan pengajaran yang tercantum dalam gbpp menjadi beberapa satuan
bahasan (setiap satuan bahasan hendaknya terdiri dari bahan pengajaran yang relevan)
3). Menghitung banyaknya satuan bahasan yang terdapat selama satu semester/caturwulan
4). Menghitung banyaknya minggu efektif sekolah (belajar) selama satu semester/caturwulan
dengan melihat kalender pendidikan sekolah yang bersangkutan
5). Mengalokasikan waktu yang dibutuhkan untuk setiap satuan bahasan sesuai dengan hari
efektif sekolah
6). Mengatur pelaksanaan proes belajar mengajar sesuai dengan banyaknya minggu efektif
sekolah yang tersedia berdasarkan kelender pendidikan.
1. Penyusunan persiapan pengajaran (satuan pelajaran)
2). Menjabarkan tujuan pokok bahasan (tujuan instruksional umum) menjadi tujuan instruksional
khusus (tik) yang lebih rinci
3). Menjabarkan materi pengajaran dari pokok bahasan sesuai dengan tik
6). Menetapkan prosedur memperoleh balikan, baik balikan formator melalui monitoring atau
balikan sumatif melalui tes bagian itu.
Langkah terakhir dalam pengembangan kurikulum adalah evaluasi. Evaluasi adalah proses yang
berkelanjutan di mana data yang terkumpul dan dibuat pertimbangan untuk tujuan memperbaiki
sistem. Evaluasi yang seksama adalah sangat esensial dalam pengembangan kurikulum. Evaluasi
dirasa sebagai suatu proses membuat keputusan , sedangkan riset sebagai proses pengumpulan
data sebagai dasar pengambilan keputusan.
Perencana kurikulum menggunakan berbagai tipe evaluasi dan riset.Tipe-tipe evaluasi adalah
konteks, input, proses, dan produk.Sedagkan tipe-tipe riset adalah aksi, deskripsi, historikal, dan
eksperimental. Di sisi lain perencana kurikulum menggunakan evaluasi formatif (proses atau
progres) dan evaluasi sumatif (outcome atau produk).
Terdapat dua model evaluasi kurikulum yaitu model saylor, alexander, dan lewis, dan model
cipp yang didisain oleh phi delta kappa national study committee on evaluation yang diketuai
daniel l. Stufflebeam.
Menurut model saylor, alexander, dan lewis terdapat lima komponen kurikulum yang dievaluasi,
yaitu tujuan (goals, subgoals, dan objectives), program pendidikan secara keseluruhan (the
program of education as a totality), segmen khusus dari program pendidikan ( the specific
segments of the education program, pembelajaran (instructional), dan program evaluasi
(evaluation program). Komponen pertama, ketiga, dan keempat mempunyai konttribusi pada
komponen kedua (program pendidikan secara keseluruhan). Pada komponen kelima, program
evaluasi, disarankan sangat perlu untuk mengevaluasi evaluasi program itu sendiri, sebab hal ini
suatu operasi idependen yang mempunyai implikasi pada proses evaluasi.
Pada model cipp mengkombinasikan tiga langkah utama dalam proses evaluasi, yaitu
penggambaran (delineating), perolehan (obtainin), dan penyediaan (providing); tiga kelas seting
perubahan yaitu homeostastis, incrementalisme, dan neomobilisme); dan empat tipe evaluasi
(konteks, input, proses, dan produk); serta empat tipe keputusan ( planning, structuring,
implementing, dan recycling).
Evaluator kurikulum yang dipekerjakan oleh sistem sekolah dapat berasal dari dalam maupun
dari luar.Banyak evaluasi kurikulum dibebankan pada guru-guru di mana mereka bekerja.Dalam
mengevaluasi harus memenuhi empat standar evaluasi yaitu utility, feasibility, propriety, dan
accuracy.
Adapun peran guru dalam administrasi kurikulum yaitu menyusun sebuah kurikulum sebagai
pedoman proses kegiatan belajar dan mengajar dalam sebuah instansi guna mensukseskan dan
memperlancar kegiatan yang bermanfaat di instansi tersebut.
BAB III
PENUTUP
1. A. Kesimpulan
kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu carier yang artinya pelari dan curare yang berarti
tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman romawi kuno di
yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis
start sampai garis finish.
Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan oleh beberapa ahlai di atas, kami menyimpulkan
bahwa pengertian kurikulum adalah sebagai berikut:
Kurikulum adalah seperangkat perencanaan pengajaran yang sistematik yang berisi pernyataan
tujuan, organisasi konten, organisasi pengalaman belajar, program pelayanan, pola belajar
mengajar, dan program evaluasi agar pebelajar dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman dan perubahan tingkah laku.
1. B. Saran
Dengan adanya makalah tentang administrasi kurikulum mudah-mudahan kami penulis dapat
lebih memacu kami untuk terus belajar. Dan semoga kita semua bisa mengambil manfaat
dengan adanya diskusi tentang kurikulum ini.Sehingga kita semua bisa memahami tentang itu
dan bisa mengaplikasikan dalam kehidupan kita khususnya di sekolah-sekolah.Amin ya rabbal
‘alamin.
Bagikan ini:
Twitter
Facebook1
Memuat...
Entri ini ditulis dalam Tak Berkategori oleh tayatulredila. Buat penanda ke permalink.
Berikan Balasan
Tema Twenty Eleven. | Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.
Ikuti
Ikuti “tayatulredila”