Disusun oleh:
Rizal El Fahim
TARBIYAH B
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis memohon maaf atas segala kelemahan dan kekurangan
dari makalah ini. Untuk semua saran dan kritik penulis dengan senang hati
menerimanya sebagai perbaikan pada makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembacanya dan khususnya mahasiswa
Tarbiyah B Fakultas Agama Islam Universitas Islam 45 Bekasi
Rizal El Fahim
ii
DAFAR ISI
3.1 Kesimpulan........................................................................................... 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Agama islam adalah agama yang diridhoi oleh Allah swt. Agama islam
itu sendiri disampaikan melalui malaikat jibril kepada nabi Muhammad
saw Sebagai rosulnya. Untuk menyampaikan dan mengajak umat
manusia menuju kebenaran. Sebagai agama wahyu, seperti telah
disebutkan berulang-ulang. Komponen utama agama islam adalah yang
bersumber dari al-qur’an dan al-hadis.
1. Bagi Penulis
Dapat memahami definisi islam dan ilmu pengetahuan serta
manfaat islam sebagai agama dan ilmu pengetahuannya.
2. Bagi Pembaca
Dapat menambah wawasan serta pengetahuan mengenai
islam dan ilmu pengetahuan serta manfaat islam sebagai
agama dan ilmu pengetahuannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Islam berasal dari bahasa Arab, Islam yang artinya tunduk, taat, dan
patuh kepada perintah Allah SWT, salima yang artinya selamat dan
sejahtera, dan dari katasilm yang berarti kedamaian, kepatuhan, dan
penyerahan diri. Di dalam kamus bahasa indonesia Islam adalah agama
yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad yang ajarannya
berdasarkan pada Alquran dan Hadis.
4
Dengan demikian Islam sebagai agama merupakan sebuah keteraturan
hidup yang mengajak penganutnya menyebarkan misi perdamaian,
penyerahan diri kepada Tuhan, agar hidup teratur, saling menghargai
dan menciptakan kerukunan kepada manusia, serta adanya
keseimbangan dalam menjalankan hidup.
Pengilmuan islam atau paradigma islam dan islam sebagai ilmu adalah
tiga istilah yang menjadi trademark pemikiran-pemikiran Kuntowijoyo
mengenai perkembangan pengetahuan dan sains kontemporer.
Sementara “Pengilmuan Islam” adalah proses dan “Paradigma Islam”
sebagai hasil, maka “Islam sebagai ilmu” adalah proses dan hasil-nya.
Dalam peristilahan islam adalah rahmat bagi seluruh alam dan seluruh
manusia, sehingga sifat inilah yang melingkupi keseluruhan ajarannya.
Titik tekannya pada penyempurnaan akhlak. Misi penting inilah yang
menjadikan berbeda dengan agama selain Islam, sementara banyak
orang ketika melihat agama bisa dipastikan memakai paradigma agama
selain Islam termasuk umat Islam sendiri. Akibatnya pada awal
perkembangan Islam (masa awal kenabian Muhammad dan Dinasti
Abbasiya dan Umayyah) tidak terjadi masalah. Tetapi terjadi masalah
ketika terjadi penjajahan di negara-negara muslim. Sehingga terjadi
penyempitan makna Islam dan istilah-istilah dalam Islam/termasuk Arab.
Yang muncul pada akhirnya pemisahan agama terhadap ilmu dan
5
sebaliknya. Muncullah istilah Madrasah disempitkan berarti sekolah
yang mengajarkan agama saja, sementara sekolah pelajaran agamanya
sedikit. Perdebatan antara ilmu dan agama sampai saat ini masi dan
akan terjadi, hal ini merupakan konsekuensi dari berkembangnya
beragam agama, baik agama samawi maupunn ardli.
Dari sisi agama samawi-pun masih juga ada masalah karena kriteria
masing-masing agama samawi juga ada perbedaan dalam gradasi
antara ibadah mu’amalah dan ibadah ritual. Gradasi yang sangan kuat
terletak pada agama islam, sehingga memunculkan istilah islamisasi
ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh Ismail Raji’ Al Faruqi,
Naquib Al Attas dan Kuntowijoyo (ilmu profetik). Dalam hal ini ada
pendapat menarik dari seorang ulama dari Iran menyatakan dalam Al-
Quran perbandingan antara ayat muamalah (ibadah sosial) dengan ayat
berkaitan ibadah ritual (ibadah vertikal dengan Allah) adalah 100 ayat
berbanding 1 ayat.
6
agar kita memiliki hikmah yang atas dasar itu dapat dibentuk perilaku
yang sejalan dengan nilai-nilai normatif al-quran, baik pada level
moral maupun pada level sosial. Tetapi, rupanya konstruksi
pengetahuan itu juga memungkinkan kita untuk merumuskan desain
besar mengenai sistem Islam, termasuk dalam hal sistem ilmu
pengetahuannya. Jadi, disamping memberikan gambaran aksiologis,
paradigma al-quran juga berfungsi untuk memberikan wawasan
epistemologis.
7
hanya dipahami secara teosentris, yaitu mempercayai dan meyakini
adanya tuhan dengan segala sifat kesempurnaan yang dimilikinya
serta jauh dari sifat-sifat yang tidak sempurna, melainkan tauhid yang
melihat bahwa antara manusia dengan manusia lain, manusia
dengan alam, dan manusia dengan segenap ciptaan tuhan lainnya
adalah merupakan satu kesatuan yang saling membutuhkan dan
saling mempengaruhi, dan semua itu merupakan wujud dari
kekuasaan dan kebesaran tuhan.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran