Pada hakikatnya pendekatan kawasan merupakan upaya pengembangan komoditas pertanian pada suatu wilayah yang
memenuhi persyaratan agroekologis, memenuhi kelayakan agroekonomi dan agro-sosio-teknologi, aksesibilitas lokasi memadai, dan
diseconomic-externality yang ditimbulkannya dapat dikendalikan agar kawasan yang terbangun berkelanjutan. Untuk itu, informasi
daya dukung lahan menjadi sangat penting yang dibangun dari analisis sumber daya lahan.
Peraturan Menteri Pertanian No.50/Permentan/OT.140/8/2012 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian
menekankan bahwa pengembangan komoditas unggulan perlu dilaksanakan dengan pendekatan kawasan. Ciri-ciri pengembangan
kawasan pertanian, antara lain: (a) berbasis agroekosistem (komoditas yang dikembangkan sesuai dengan agroekosistem setempat);
(b) agregat hamparan/populasi ditentukan dengan batasan tertentu dan dapat lintas batas kabupaten; (c) pengembangan kawasan bersifat
menyeluruh/tidak parsial yang mencakup aspek hulu hingga hilir; (d) sistem pertanian dapat dilakukan secara terintegrasi; (e) program dan kegiatan pada
kawasan terpadu baik antara Eselon I Kementan maupun antara Pusat dan Daerah; dan (f) pengembangan kawasan bersifat partisipatif melibatkan
Kementan dan Kementerian/Lembaga terkait, Pemda Provinsi, Pemda Kabupaten/Kota, dan pelaku usaha. Pembangunan pertanian khususnya
pengembangan kawasan pertanian padi, jagung, kedelai dan ubi kayu (PJKU) sangat membutuhkan data dan informasi dalam bentuk tabular dan spasial
(peta). Peta yang dihasilkan memberikan informasi lokasi, sebaran, dan luas lahan yang berpotensi untuk pengembangan kawasan pertanian PJKU.
Peta-peta yang dihasilkan dari analisis sumber daya lahan ini merupakan informasi spasial tentang kondisi sumber daya lahan, tingkat kesesuaian
komoditas, arahan pengembangan komoditas sampai potensi pengembangan kawasan pertanian. Atlas ini akan sangat bermanfaat bagi perencana di tingkat
Pusat dan Daerah dalam menentukan arah pengembangan kawasan pertanian PJKU.
Kepada semua pihak yang telah berperan aktif membantu tersusunnya Atlas ini disampaikan penghargaan dan terima kasih. Akhirnya semoga Atlas
ini dapat bermanfaat dalam mendukung pencapaian swasembada padi, jagung, kedelai serta peningkatan produksi ubi kayu mendukung pertanian
bioindustri.
Jakarta, September 2015
Sekretaris Jenderal,
ii
SUSUNAN TIM
Tim Pengarah
Tim Pengarah : Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian
Wakil Ketua : Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Sekretaris : Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan
Pertanian
Tim Pelaksana
Ketua I : Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan
Pertanian
Ketua II : Kepala Biro Perencanaan, Kementerian Pertanian
Sekretaris I : Kepala Bagian Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian, Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian
Tim Penyusun
Penulis : Suparto, Hendri Sosiawan, Mirza Sativa, Ardiya Yustika
iii
INFORMASI UMUM
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Halaman Halaman
SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN i
Tabel 1. Luas Potensi Pengembangan Kawasan Pertanian PJKU
KATA PENGANTAR ii
Nasional 5
SUSUNAN TIM iii Tabel 2. Luas Potensi Pengembangan Kawasan Pertanian PJKU
INFORMASI UMUM iv Pulau Sumatera 7
Tabel 3. Luas Potensi Pengembangan Kawasan Pertanian PJKU
DAFAR ISI v
Pulau Jawa 8
DAFTAR TABEL v Tabel 4. Luas Potensi Pengembangan Kawasan Pertanian PJKU
DAFTAR PETA vi Pulau Kalimantan 9
Tabel 5. Luas Potensi Pengembangan Kawasan Pertanian PJKU
I. PENDAHULUAN 1
Pulau Sulawesi 10
II. BAHAN DAN METODE 3 Tabel 6. Luas Potensi Pengembangan Kawasan Pertanian PJKU
2.1. Bahan dan Alat 3 Pulau Bali an Nusa Tenggara 11
Tabel 7. Luas Potensi Pengembangan Kawasan Pertanian PJKU
2.2. Metode 3
Pulau Maluku 12
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Tabel 8. Luas Potensi Pengembangan Kawasan Pertanian PJKU
3.1. Kawasan Nasional 5 Pulau Papua 13
3.2. Kawasan Pulau 6 Tabel 9. Luas Potensi Pengembangan Kawasan Padi Provinsi Bali 13
3.3. Kawasan Provinsi Bali 13 Tabel 10. Luas Potensi Pengembangan Kawasan Jagung Provinsi Bali 14
IV. PENUTUP 16 Tabel 11. Luas Potensi Pengembangan Kedelai Provinsi Bali 15
Tabel 12. Luas Potensi Pengembangan Ubi Kayu Provinsi Bali 15
DAFTAR PUSTAKA 17
v
DAFTAR PETA
Halaman
Peta 1. Peta Potensi Pengembangan Kawasan Padi Nasional 18
Peta 2. Peta Potensi Pengembangan Kawasan Padi Pulau Bali 19
Peta 3. Peta Potensi Pengembangan Kawasan Padi Provinsi Bali 20
Peta 4. Peta Potensi Pengembangan Kawasan Padi Provinsi Bali
lembar 1 21
Peta 5. Peta Potensi Pengembangan Kawasan Padi Provinsi Bali
lembar 2 22
Peta 6. Peta Potensi Pengembangan Kawasan Padi Provinsi Bali
lembar 3 23
Peta 7. Peta Potensi Pengembangan Kawasan Jagung Nasional 24
vi
I. PENDAHULUAN informasi yang berbasis spasial kawasan pertanian PJKU dapat disajikan
dalam beberapa tingkat, yaitu Nasional, Provinsi, dan Kabupaten. Tingkat
Kementerian Pertanian telah menetapkan salah satu kebijakan
Nasional setara dengan peta skala 1:1.000.000, yang memberikan
operasional pembangunan pertanian melalui pendekatan kawasan
informasi wilayah-wilayah sumberdaya lahan pertanian (SDLP) berpotensi
sebagaimana dituangkan dalam Permentan 50/2012 tentang Pedoman
untuk pengembangan kawasan pertanian PJKU secara global. Tingkat
Pengembangan Kawasan Pertanian. Sesungguhnya pendekatan kawasan
Provinsi setara dengan peta skala 1:250.000, yang memberikan informasi
pembangunan pertanian bukanlah suatu pendekatan yang sama sekali
potensi pengembangan kawasan pertanian PJKU lebih rinci untuk
baru. Pendekatan kawasan ini lebih merupakan upaya reorientasi
perencanaan pusat dan provinsi, sedangkan tingkat Kabupaten yang setara
manajemen pembangunan pertanian yang merubah cara pandang
dengan peta skala 1:50.000, sudah dapat digunakan untuk operasional
pembangunan pertanian dari sudut pandang kawasan sentra produksi
lapangan. Pada tingkat Kabupaten, selain kajian SDLP juga kajian sosial
yang segregatif menjadi cara pandang kerja sama jaringan kelembagaan
ekonomi wilayah pada tingkat kecamatan untuk analisis permasalahan
antar wilayah dengan komoditas unggulan sebagai perekat utamanya. Di
yang timbul di lapangan, sehingga dapat memberikan kontribusi yang
samping itu, pendekatan kawasan ini juga mewacanakan diterapkannya
optimal dalam pembangunan suatu kawasan pertanian PJKU.
revolusi perencanaan dengan digunakannya instrumen perencanaan
Kegiatan penyusunan peta potensi pengembangan kawasan
teknokratis dalam pembangunan pertanian. Melalui pendekatan kawasan
pertanian PJKU Nasional dan Provinsi ini dimaksudkan sebagai salah satu
ini daya saing wilayah dan komoditas akan dapat dirancang secara optimal,
upaya untuk menyajikan data dan informasi mengenai potensi biofisik
karena dirumuskan sesuai dengan potensi dan prospek daya dukung
(tanah, iklim, terrain, dan vegetasi). Berkaitan dengan hal di atas,
sumberdaya wilayah hingga mencapai titik optimumnya. Dengan demikian
penyusunan peta potensi pengembangan kawasan pertanian sangat
pendekatan kawasan ini meniscayakan digunakannya analisis kuantitatif
diperlukan.
serta penguatan data base sumber daya yang ada di wilayah.
Tujuan kegiatan penyusunan peta potensi pengembangan kawasan
Pembangunan kawasan pertanian sangat membutuhkan data,
pertanian PJKU Nasional dan Provinsi adalah :
informasi, rekomendasi, dan arahan penataan sistem pertanian yang
(1) Menyusun dan mengembangkan data dan informasi sumberdaya lahan
bersifat operasional di lapangan. Data dan informasi komoditas padi,
pertanian kawasan PJKU Nasional dan Provinsi.
jagung, kedelai, dan ubikayu (PJKU) sangat diperlukan untuk mendukung
(2) Menyusun peta pengembangan kawasan pertanian PJKU Nasional dan
kedaulatan serta pencapaian swasembada pangan. Ketersediaan data dan
Provinsi.
1
(3) Memperkuat Sistem Informasi Kawasan Pertanian (SIKP) Nasional dan 9.229 ha. Produksi padi Provinsi Bali sebesar 880.982 ton padi
Provinsi. (http://www.indonesia.go.id/in/pemerintah-daerah/provinsi-bali/ sumber-
Keluaran dari penyusunan peta potensi pengembangan kawasan daya-alam)
pertanian PJKU Nasional dan Provinsi adalah: Upaya untuk mewujudkan pengembangan komoditas strategis
(1) Tersedianya data dan informasi (data base) sumberdaya lahan kawasan secara berkelanjutan di Provinsi Bali membutuhkan perencanaan kinerja
PJKU Nasional dan Provinsi. pengembangan komoditas yang dapat mengakselerasi potensi daya saing
(2) Tersedianya peta potensi pengembangan kawasan pertanian PJKU komoditas dan wilayah melalui optimalisasi sinergitas pengembangan
Nasional dan Provinsi. komoditas (multiple cropping system dan crop livestock system),
Peta potensi pengembangan kawasan pertanian PJKU Nasional dan keterpaduan lokasi kegiatan dan keterpaduan sumber pembiayaan.
Provinsi merupakan peta indikasi untuk pengembangan kawasan Keterpaduan pengembangan komoditas yang didukung secara horisontal
pertanian PJKU yang dihasilkan dari analisis sumberdaya lahan dengan dan vertikal oleh segenap pelaku dan pemangku kepentingan dalam suatu
mempertimbangkan peta kawasan hutan skala 1:250.000 (Kemenhut, hamparan yang berskala ekonomis mensyaratkan suatu pendekatan yang
2013), peta penggunaan lahan, Hak Guna Usaha (HGU) skala 1:250.000 berbentuk kawasan.
(BPN, 2013), peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi (Bappeda
Provinsi). Peta yang dihasilkan akan memberikan informasi lokasi,
sebaran, dan luas lahan yang berpotensi untuk pengembangan kawasan
pertanian PJKU. Hasil penyusunan peta potensi pengembangan kawasan
pertanian PJKU disajikan dalam bentuk data tabular dan spasial.
Provinsi Bali mempunyai lahan sawah seluas 81.210 ha. Lahan
sawah terluas terdapat di Kabupaten Tabanan (22.490 ha). Hal ini sesuai
dengan julukan Tabanan sebagai lumbung beras. Kabupaten yang
mempunyai lahan sawah cukup luas lainnya adalah Kabupaten Gianyar
(14.856 ha). Sedangkan lahan kering cukup luas terdapat di Kabupaten
Buleleng, sekitar 74.320 ha, diikuti Kabupaten Karangasem sekitar 62.707
ha, Kabupanten Tabanan sekitar 51.338 ha, dan Kota Denpasar sekitar
2
II. BAHAN DAN METODE 2.2. Metode
3
Pertanian PJKU, yaitu lahan-lahan yang tergolong kelas S1 dan S2. (single value map) artinya pada lahan yang sama dinilai untuk berbagai
Selanjutnya, data spasial arahan pengembangan komoditas pertanian PJKU komoditas. Sebagai contoh, lahan sawah irigasi pada satu poligon
tersebut dioverlay dengan data spasial penggunaan lahan dan HGU skala (hamparan yang sama) dinilai untuk komoditas padi, komoditas jagung
1:250.000, status kawasan hutan skala 1:250.000, dan RTRW Provinsi atau komoditas kedelai. Peta Potensi Pengembangan Kawasan Pertanian
skala 1:250.000 untuk menghasilkan Peta Potensi Pengembangan PJKU Nasional dihasilkan dari Peta Potensi Pengembangan Kawasan
Pertanian PJKU. Penggunaan lahan yang diarahkan untuk pengembangan Pertanian PJKU Provinsi dengan melakukan penggabungan atribut dan
pertanian PJKU adalah tegalan, tanah terbuka, padang rumput, sawah, delineasi potensi pengembangan pertanian PJKU. Prosedur penyusunan
hutan, dan semak belukar non HGU. Status kawasan hutan yang diarahkan peta potensi pengembangan kawasan pertanian Nasional dan Provinsi
untuk pengembangan pertanian PJKU adalah Areal Penggunaan Lain (APL), PJKU disajikan pada Gambar 1.
Hutan Produksi dapat Dikonversi (HPK), dan Hutan Produksi (HP). RTRW DATA DAN
INFORMASI SDLP
yang diarahkan untuk pengembangan pertanian PJKU adalah kawasan - Spasial/Peta
- Tabular
budidaya. AKURASI
DATA
Peta potensi pengembangan pertanian PJKU merupakan dasar untuk PENYUSUNAN PETA
SATUAN LAHAN
delineasi Peta Potensi Pengembangan Kawasan Pertanian PJKU Provinsi. EVALUASI
PETA AUDIT
Berikut konsep dasar penyusunan Peta Potensi Pengembangan Kawasan LAHAN SAWAH
SATUAN
Pertanian PJKU: 1) Delineasi ditentukan berdasarkan luasan minimal dan EVALUASI
PERSYARATAN
konektivitas yang tidak dibatasi oleh batas wilayah administratif TUMBUH TANAMAN
(Permentan No: 50/2012), dan 2) Batasan luasan minimum untuk kawasan EVALUASI KESESUAIAN
LAHAN
padi sebesar 5.000 ha, jagung 5.000 ha, kedelai 2.000 ha, dan ubi kayu
PETA ARAHAN
5.000 ha. Delineasi kawasan tersebut dilakukan secara manual langsung di PENGEMBANGAN
KOMODITAS PJKU
layar monitor (on screen digitizing). Kawasan pertanian PJKU adalah
PETA
wilayah pengembangan komoditas PJKU yang terbangun dalam satu PENGGUNAAN
- PETA STATUS KAWASAN HUTAN
- PETA RTRW
LAHAN + HGU
kesatuan konektivitas (kelembagaan dan infrastruktur) yang mencakup PERMENTAN 50/2012
- Luas Minimum
lahan potensial dan lahan yang secara eksisting sudah dibudidayakan - Konektivitas
PETA POTENSI
untuk komoditas PJKU. Komoditas PJKU pada kawasan tersebut adalah PENGEMBANGAN
KAWASAN PJKU
komoditas dominan dengan penyebaran >50%. Peta pengembangan Gambar 1. Prosedur Penyusunan Peta Potensi Pengembangan Kawasan
kawasan PJKU untuk setiap komoditas merupakan peta bernilai tunggal Pertanian PJKU Nasional Dan Provinsi
4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN kawasan) dan Pulau Sumatera (33 kawasan). Lahan pengembangan
kawasan padi umumnya terdapat di dataran rendah (ketinggian tempat
3.1. Kawasan Nasional <700 m dpl) dan beriklim basah (curah hujan >2.000 mm/th).
Pengembangan kawasan pertanian PJKU Nasional yang dominan Potensi pengembangan komoditas jagung Nasional sekitar 6.378.262
adalah komoditas padi, berikutnya komoditas jagung, ubi kayu, dan kedelai ha, terdapat pada lahan sawah dan lahan kering. Lahan yang termasuk di
(Tabel 1). Sebaran kawasan pertanian PJKU Nasional disajikan pada Peta dalam kawasan pengembangan jagung sekitar 1.765.780 ha, terbagi dalam
Kawasan Pertanian PJKU Nasional. 131 kawasan yang tersebar di seluruh pulau. Pengembangan kawasan
Potensi pengembangan komoditas padi Nasional sekitar 10.414.410 jagung banyak dijumpai di Pulau Sumatera (34 kawasan), Pulau Jawa (24
ha berupa padi irigasi, padi tadah hujan, padi lebak, padi pasang surut, dan kawasan), dan Pulau Sulawesi (23 kawasan). Lahan pengembangan
padi gambut. Lahan yang termasuk di dalam kawasan pengembangan padi kawasan jagung umumnya terdapat di dataran rendah (ketinggian tempat
sekitar 4.589.666 ha, terbagi dalam 122 kawasan yang tersebar di seluruh <700 m dpl) dengan iklim basah dan kering.
pulau. Pengembangan kawasan padi banyak dijumpai di Pulau Jawa (33
Potensi pengembangan komoditas kedelai Nasional sekitar Pulau Maluku. Pengembangan kawasan kedelai banyak dijumpai di Pulau
2.300.914 ha, terdapat pada lahan sawah dan lahan kering. Lahan yang Jawa, sebanyak 12 kawasan. Lahan pengembangan kawasan kedelai
termasuk di dalam kawasan pengembangan kedelai sekitar 285.305 ha, umumnya terdapat di dataran rendah (ketinggian tempat <700 m dpl)
terbagi menjadi 28 kawasan yang tersebar hampir di seluruh pulau, kecuali dengan iklim basah dan kering.
5
Potensi pengembangan komoditas ubi kayu Nasional sekitar Sumatera umumnya terdapat di dataran rendah (ketinggian tempat <700
4.176.401 ha, terdapat pada lahan kering. Lahan yang termasuk dalam m dpl) beriklim basah (curah hujan >2.000 mm/th).
kawasan pengembangan ubi kayu sekitar 897.531 ha, terbagi menjadi 41 Potensi pengembangan komoditas jagung di Pulau Sumatera sekitar
kawasan yang tersebar hampir di seluruh pulau, kecuali Pulau Papua. 2.483.121 ha, terdapat pada lahan sawah dan lahan kering. Lahan yang
Pengembangan kawasan ubi kayu banyak dijumpai di Pulau Sumatera, termasuk di dalam kawasan pengembangan jagung di Pulau Sumatera
sebanyak 28 kawasan. Lahan pengembangan kawasan ubi kayu umumnya sekitar 857.913 ha, terbagi menjadi 34 kawasan yang tersebar di hampir
terdapat di dataran rendah (ketinggian tempat <700 m dpl) dan beriklim seluruh provinsi, kecuali Provinsi Bengkulu dan Kepulauan Riau. Lahan
basah (curah hujan >2.000 mm/th). pengembangan kawasan jagung di Pulau Sumatera umumnya terdapat di
dataran rendah (<700 m dpl) beriklim basah (>2.000 mm/th).
3.2. Kawasan Pulau
Potensi pengembangan komoditas kedelai di Pulau Sumatera sekitar
Pengembangan kawasan pertanian PJKU per pulau dibagi menjadi 7
254.427 ha, terdapat pada lahan sawah dan lahan lahan kering. Lahan yang
wilayah pulau, yaitu; (a) Sumatera, (b) Jawa, (c) Kalimantan, (d) Sulawesi,
termasuk di dalam kawasan pengembangan kedelai di Pulau Sumatera
(e) Bali dan Nusa Tenggara (f) Maluku, dan (g) Papua.
sekitar 45.399 ha, terbagi menjadi 3 kawasan yang tersebar di Provinsi
Aceh, Jambi, dan Lampung. Lahan pengembangan kawasan kedelai di Pulau
a. Pulau Sumatera
Sumatera umumnya terdapat di dataran rendah (<700 m dpl).
Pengembangan kawasan pertanian PJKU yang dominan di Pulau
Potensi pengembangan komoditas ubi kayu di Pulau Sumatera
Sumatera adalah komoditas padi, selanjutnya komoditas jagung, ubi kayu,
sekitar 2.659.381 ha yang terdapat pada lahan kering. Lahan yang
dan kedelai (Tabel 2).
termasuk dalam kawasan pengembangan ubi kayu di Pulau Sumatera
Potensi pengembangan komoditas padi di Pulau Sumatera sekitar
sekitar 753.530 ha, terbagi menjadi 28 kawasan yang tersebar di hampir
3.323.821 ha berupa padi irigasi, padi tadah hujan, padi lebak, padi pasang
seluruh provinsi, kecuali Provinsi Bengkulu dan Kepulauan Riau, Riau, dan
surut, dan padi gambut. Lahan yang termasuk di dalam kawasan
Sumatera Selatan. Lahan pengembangan kawasan ubi kayu di Pulau
pengembangan padi di Pulau Sumatera sekitar 1.245.412 ha, terbagi dalam
Sumatera umumnya terdapat di dataran rendah (<700 m dpl) beriklim
33 kawasan yang tersebar hampir di seluruh provinsi, kecuali Provinsi
basah (>2.000 mm/th).
Kepulauan Babel dan Riau. Lahan pengembangan kawasan padi di Pulau
6
Tabel 2. Luas Potensi Pengembangan Kawasan Pertanian PJKU Pulau Sumatera
DALAM KAWASAN LUAR KAWASAN
NO PROVINSI P NP JG NJG KD NKD UK NUK P JG KD UK
LUAS (HA)
1 ACEH 235.499 40.968 150.489 31.044 8.247 3.147 67.820 26.066 350.160 213.139 80.464 146.447
2 BENGKULU 11.735 6.218 - - - - - - 67.581 11.841 - -
3 JAMBI 30.932 10.944 203.439 20.499 12.709 631 203.439 20.499 258.208 233.869 4.525 233.869
4 KEP. BANGKA BELITUNG - - 85.223 15.406 - - 85.223 15.406 40.832 78.110 - 78.110
5 KEPULAUAN RIAU - - - - - - - - 3.389 13.346 1.252 800.761
6 LAMPUNG 141.050 68.716 240.949 100.784 24.443 34.526 240.491 103.875 293.398 136.870 11.755 122.869
7 RIAU 9.475 2.631 - - - - - - 157.564 36.448 - 16.453
8 SUMATERA BARAT 79.843 19.951 55.096 11.530 - - 70.793 22.343 234.665 136.830 2.281 98.563
9 SUMATERA SELATAN 359.018 152.501 14.968 9.200 - - - - 248.602 22.309 990 243
10 SUMATERA UTARA 377.861 260.715 107.750 12.983 - - 85.765 53.239 424.010 742.446 107.762 408.536
TOTAL 1.245.412 562.645 857.913 201.445 45.399 38.304 753.530 241.428 2.078.409 1.625.208 209.029 1.905.851
Keterangan: P = Pengembangan padi, NP = Non pengembangan padi, JG = Pengembangan jagung, NJG = Non pengembangan jagung, KD = Pengembangan kedelai,
NKD = Non pengembangan kedelai, UK = Pengembangan ubi kayu, NUK = Non pengembangan ubi kayu
b. Pulau Jawa
Pengembangan kawasan pertanian PJKU yang dominan di Pulau Jawa Potensi pengembangan komoditas jagung di Pulau Jawa sekitar
adalah komoditas padi, selanjutnya komoditas jagung, ubi kayu, dan 1.277.831 ha yang terdapat pada lahan sawah dan lahan kering. Lahan
kedelai (Tabel 3). yang termasuk di dalam kawasan pengembangan jagung di Pulau Jawa
Potensi pengembangan komoditas padi di Pulau Jawa sekitar sekitar 307.992 ha, terbagi menjadi 24 kawasan yang tersebar di hampir
3.356.125 ha, berupa padi irigasi dan padi tadah hujan. Lahan yang seluruh provinsi. Lahan pengembangan kawasan jagung di Pulau Jawa
termasuk di dalam kawasan pengembangan padi Pulau Jawa sekitar umumnya terdapat di dataran rendah (<700 m dpl).
1.762.788 ha, terbagi menjadi 33 kawasan yang tersebar di seluruh Potensi pengembangan komoditas kedelai di Pulau Jawa sekitar
provinsi dalam luasan cukup luas, terutama di Pantai Utara Jawa (Pantura). 322.772 ha, terdapat pada lahan sawah dan lahan kering. Lahan yang
Lahan pengembangan kawasan padi di Pulau Jawa umumnya terdapat di masuk dalam kawasan pengembangan kedelai di Pulau Jawa sekitar 82.897
dataran rendah (<700 m dpl). ha, terbagi menjadi 12 kawasan yang tersebar di hampir seluruh provinsi.
Lahan pengembangan kawasan kedelai di Pulau Jawa umumnya terdapat di
dataran rendah (<700 m dpl) beriklim kering (<2.000 mm/th).
7
Tabel 3. Luas Potensi Pengembangan Kawasan Pertanian PJKU di Pulau Jawa
DALAM KAWASAN LUAR KAWASAN
NO PROVINSI P NP JG NJG KD NKD UK NUK P JG KD UK
LUAS (HA)
1 BANTEN 116.119 69.083 21.045 18.133 5.234 5.988 - - 71.686 61.810 9.060 39.052
2 DKI JAKARTA - - - - - - - - - - - -
3 JAWA BARAT 518.094 215.598 27.498 21.729 9.080 3.285 34.830 30.755 452.816 220.676 18.241 180.517
4 JAWATENGAH DAN DIY 606.770 409.215 65.321 68.771 18.830 11.479 - - 457.771 137.147 32.453 -
5 JAWA TIMUR 521.806 287.292 194.128 73.569 49.753 21.225 7.181 1.861 611.065 500.205 180.122 78.204
TO TAL 1.762.788 981.188 307.992 182.203 82.897 41.977 42.011 32.616 1.593.337 919.839 239.875 297.773
Keterangan: P = Pengembangan padi, NP = Non pengembangan padi, JG = Pengembangan jagung, NJG = Non pengembangan jagung, KD = Pengembangan kedelai,
NKD = Non pengembangan kedelai, UK = Pengembangan ubi kayu, NUK = Non pengembangan ubi kayu
Potensi pengembangan komoditas ubi kayu di Pulau Jawa sekitar pengembangan kawasan padi di Pulau Kalimantan umumnya terdapat di
339.785 ha yang terdapat pada lahan kering. Lahan yang termasuk di dataran rendah (<700 m dpl) beriklim basah (>2.000 mm/th).
dalam kawasan pengembangan komoditas ubi kayu di Pulau Jawa sekitar Potensi pengembangan komoditas jagung di Pulau Kalimantan
42.011 ha, tersebar di 5 kawasan. Lahan Pengembangan kawasan ubi kayu sekitar 450.396 ha, terdapat pada lahan sawah dan lahan kering. Lahan
di Pulau Jawa umumnya terdapat di dataran rendah (<700 m dpl) beriklim yang termasuk di dalam kawasan pengembangan jagung Pulau Kalimantan
basah (>2.000 mm/th). sekitar 111.353 ha yang terbagi menjadi 7 kawasan yang tersebar di
hampir seluruh provinsi, kecuali Provinsi Kalimantan Utara. Lahan
c. Pulau Kalimantan
pengembangan kawasan jagung di Pulau Kalimantan umumnya terdapat di
Pengembangan kawasan pertanian PJKU yang dominan di Pulau dataran rendah (<700 m dpl) beriklim basah (>2.000 mm/th).
Kalimantan adalah komoditas padi, selanjutnya komoditas jagung, ubi Potensi pengembangan komoditas kedelai di Pulau Kalimantan
kayu, dan kedelai (Tabel 4). sekitar 93.524 ha, terdapat pada lahan sawah dan lahan kering. Lahan
Potensi pengembangan komoditas padi di Pulau Kalimantan sekitar yang termasuk di dalam kawasan pengembangan kedelai di Pulau
1.650.724 ha, berupa padi irigasi, padi tadah hujan, padi lebak, padi pasang Kalimantan sekitar 7.029 ha, hanya 1 kawasan, yaitu di Provinsi
surut, dan padi gambut. Lahan yang termasuk di dalam kawasan Kalimantan Selatan. Lahan pengembangan kawasan kedelai di Pulau
pengembangan padi di Pulau Kalimantan sekitar 875.576 ha, terbagi Kalimantan terdapat di dataran rendah (<700 m dpl) beriklim basah
menjadi 17 kawasan yang tersebar di seluruh provinsi dalam luasan cukup (>2.000 mm/th).
luas, kecuali Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Lahan
8
Tabel 4. Luas Potensi Pengembangan Kawasan Pertanian PJKU di Pulau Kalimantan
DALAM KAWASAN LUAR KAWASAN
NO PROVINSI P NP JG NJG KD NKD UK NUK P JG KD UK
LUAS (HA)
1 KALIMANTAN BARAT 294.883 98.918 3.037 2.249 - - - - 259.698 53.682 - 42.098
2 KALIMANTAN SELATAN 307.207 86.580 31.959 13.990 7.029 4.484 - - 115.142 10.830 6.301 -
3 KALIMANTAN TENGAH 230.721 28.420 1.189 530 - - - - 198.956 83.505 281 67.974
4 KALIMANTAN TIMUR 32.693 11.519 75.168 26.945 - - 46.367 18.865 172.636 156.490 75.201 146.017
5 KALIMANTAN UTARA 10.074 7.487 - - - - - - 28.716 34.535 4.711 30.996
TOTAL 875.576 232.923 111.353 43.714 7.029 4.484 46.367 18.865 775.148 339.042 86.495 287.085
Keterangan: P = Pengembangan padi, NP = Non pengembangan padi, JG = Pengembangan jagung, NJG = Non pengembangan jagung, KD = Pengembangan kedelai,
NKD = Non pengembangan kedelai, UK = Pengembangan ubi kayu, NUK = Non pengembangan ubi kayu
Potensi pengembangan komoditas ubi kayu di Pulau Kalimantan merupakan provinsi terluas, yaitu 356.985 ha yang terbagi menjadi 11
sekitar 333.452 ha yang terdapat pada lahan kering. Lahan yang termasuk kawasan. Lahan pengembangan kawasan padi di Pulau Sulawesi umumnya
di dalam kawasan pengembangan ubi kayu di Pulau Kalimantan sekitar terdapat di dataran rendah (<700 m dpl).
46.367 ha yang terdapat di 3 kawasan, yaitu di Provinsi Kalimantan Timur. Potensi pengembangan komoditas jagung di Pulau Sulawesi sekitar
Lahan pengembangan kawasan ubi kayu di Pulau Kalimantan terdapat di 1.064.500 ha pada lahan sawah dan lahan kering. Lahan yang termasuk di
dataran rendah (<700 m dpl) beriklim basah (>2.000 mm/th). dalam kawasan pengembangan jagung di Pulau Sulawesi sekitar 251.977
ha, terbagi dalam 23 kawasan yang tersebar di seluruh provinsi. Provinsi
d. Pulau Sulawesi
Sulawesi Selatan terluas, yaitu 134.359 ha, terbagi menjadi 8 kawasan.
Pengembangan kawasan pertanian PJKU yang dominan di Pulau
Lahan pengembangan kawasan jagung di Pulau Sulawesi terdapat di
Sulawesi adalah komoditas padi, selanjutnya komoditas jagung, kedelai,
dataran rendah (<700 m dpl).
dan ubi kayu (Tabel 5).
Potensi pengembangan komoditas kedelai di Pulau Sulawesi sekitar
Potensi pengembangan komoditas padi di Pulau Sulawesi sekitar
692.600 ha pada lahan sawah dan lahan kering. Lahan yang termasuk di
1.396.937 ha, berupa padi irigasi, padi tadah hujan, dan padi lebak. Lahan
dalam kawasan pengembangan kedelai di Pulau Sulawesi sekitar 66.821
yang termasuk di dalam kawasan pengembangan padi Pulau Sulawesi
ha, terbagi menjadi 6 kawasan yang tersebar di Provinsi Sulawesi Selatan
sekitar 420.923 ha, terbagi menjadi 18 kawasan yang tersebar di seluruh
dan Sulawesi Utara. Penyebaran di Provinsi Sulawesi Selatan terluas, yaitu
provinsi, kecuali di Sulawesi Tenggara. Provinsi Sulawesi Selatan
61.053 ha yang terbagi menjadi 3 kawasan. Lahan pengembangan kawasan
9
kedelai di Pulau Sulawesi terdapat di dataran rendah (<700 m dpl) menjadi 3 kawasan yang tersebar di Provinsi Sulawesi Selatan dan
beriklim kering (<2.000 mm/th). Sulawesi Tenggara. Penyebaran di Provinsi Sulawesi Selatan terluas, yaitu
Potensi pengembangan komoditas ubi kayu di Pulau Sulawesi sekitar 23.652 ha, terbagi menjadi 2 kawasan. Lahan pengembangan kawasan ubi
389.629 ha pada lahan kering. Lahan yang termasuk di dalam kawasan kayu di Pulau Sulawesi terdapat di dataran rendah (<700 m dpl) beriklim
pengembangan ubi kayu di Pulau Sulawesi sekitar 25.646 ha, terbagi basah (>2.000 mm/th).
e. Pulau Bali dan Nusa Tenggara pengembangan kawasan padi di Pulau Bali dan Nusa Tenggara umumnya
terdapat di dataran rendah (<700 m dpl) beriklim basah (>2.000 mm/th).
Pengembangan kawasan pertanian PJKU yang dominan di Pulau Bali
Potensi pengembangan komoditas jagung di Pulau Bali dan Nusa
dan Nusa Tenggara adalah komoditas jagung, selanjutnya komoditas
Tenggara sekitar 621.034 ha pada lahan sawah dan lahan kering. Lahan
kedelai, padi, dan ubikayu (Tabel 6).
yang termasuk di dalam kawasan pengembangan jagung Pulau Bali dan
Potensi pengembangan komoditas padi di Pulau Bali dan Nusa
Nusa Tenggara sekitar 149.797 ha, terbagi menjadi 15 kawasan yang
Tenggara sekitar 479.651 ha berupa padi irigasi, padi tadah hujan, dan
tersebar di seluruh provinsi. Provinsi NTT yang terluas, yaitu 106.029 ha,
padi lebak. Lahan yang termasuk di dalam kawasan pengembangan padi
terbagi menjadi 9 kawasan. Lahan pengembangan kawasan jagung di Pulau
Pulau Bali dan Nusa Tenggara sekitar 235.205 ha, terbagi menjadi 10
Bali dan Nusa Tenggara terdapat di dataran rendah (<700 m dpl) beriklim
kawasan yang tersebar di seluruh provinsi. Provinsi NTB merupakan
kering (<2.000 mm/th).
provinsi terluas, yaitu 162.324 ha yang terbagi menjadi 4 kawasan. Lahan
10
Potensi pengembangan komoditas kedelai di Pulau Bali dan Nusa Potensi pengembangan komoditas ubi kayu di Pulau Bali dan Nusa
Tenggara sekitar 626.285 ha pada lahan sawah dan lahan kering. Lahan Tenggara sekitar 262.313 ha pada lahan kering. Lahan yang termasuk di
yang termasuk di dalam kawasan pengembangan kedelai di Pulau Bali dan dalam kawasan pengembangan ubi kayu di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara sekitar 67.686 ha, terbagi menjadi 8 kawasan yang tersebar sekitar 25.970 ha, terbagi menjadi 2 kawasan yang tersebar di Provinsi
di Provinsi NTT dan NTB. Provinsi NTT yang terluas, yaitu 49.936 ha yang NTT. Lahan Pengembangan kawasan ubi kayu di NTT terdapat di dataran
terbagi menjadi 5 kawasan. Lahan Pengembangan kawasan kedelai di rendah (<700 m dpl).
Pulau Bali dan Nusa Tenggara terdapat di dataran rendah (<700 m dpl).
Tabel 6. Luas Potensi Pengembangan Kawasan Pertanian PJKU di Pulau Bali dan Nusa Tenggara
DALAM KAWASAN LUAR KAWASAN
NO PROVINSI P NP JG NJG KD NKD UK NUK P JG KD UK
LUAS (HA)
1 BALI 60.693 64.477 11.558 3.074 - - - - 23.079 49.605 61.163 42.441
2 NTB 162.324 48.609 32.210 6.149 17.750 1.360 - - 103.697 108.229 127.833 6.186
3 NTT 12.188 5.354 106.029 27.062 49.936 6.436 25.970 13.891 117.670 313.403 369.604 43.815
TOTAL 235.205 118.440 149.797 36.286 67.686 7.796 25.970 13.891 244.446 471.237 558.599 92.441
Keterangan: P = Pengembangan padi, NP = Non pengembangan padi, JG = Pengembangan jagung, NJG = Non pengembangan jagung, KD = Pengembangan kedelai,
NKD = Non pengembangan kedelai, UK = Pengembangan ubi kayu, NUK = Non pengembangan ubi kayu
11
Potensi pengembangan komoditas ubi kayu di Pulau Maluku sekitar Maluku Utara. Lahan pengembangan kawasan ubi kayu di Pulau Maluku
237.994 ha pada lahan kering. Lahan yang termasuk di dalam kawasan terdapat di dataran rendah (<700 m dpl).
pengembangan ubi kayu di Pulau Maluku sekitar 4.006 ha yang terdapat di
g. Pulau Papua
Pengembangan kawasan pertanian PJKU yang dominan di Pulau Potensi pengembangan komoditas kedelai di Pulau Papua sekitar
Papua adalah komoditas padi, selanjutnya komoditas jagung dan kedelai. 57.519 ha pada lahan sawah dan lahan kering. Lahan yang termasuk di
Tidak terdapat kawasan pengembangan ubi kayu (Tabel 8). dalam kawasan pengembangan kedelai di Pulau Papua sekitar 15.474 ha
Potensi pengembangan komoditas padi di Pulau Papua sekitar yang terdapat di Provinsi Papua. Lahan pengembangan kawasan kedelai di
142.408 ha, berupa padi irigasi dan padi tadah hujan. Lahan yang termasuk Pulau Papua terdapat di dataran rendah (<700 m dpl), dan beriklim basah
di dalam kawasan pengembangan padi Pulau Papua sekitar 22.643 ha, (>2.000 mm/th).
terbagi menjadi 2 kawasan yang tersebar di Provinsi Papua dan Papua Potensi pengembangan komoditas ubi kayu di Pulau Pupua sekitar
Barat. Lahan Pengembangan kawasan padi di Pulau Papua terdapat di 97.749 ha pada lahan kering. Potensi pengembangan komoditas ubi kayu
dataran rendah (<700 m dpl). tersebut tersebar sporadis dan tidak terkonektivitas, sehingga di Pulau
Potensi pengembangan komoditas jagung di Pulau Papua sekitar Papua tidak terdapat kawasan pengembangan ubi kayu.
258.725 ha pada lahan sawah dan lahan kering. Lahan yang termasuk di
dalam kawasan pengembangan jagung Pulau Papua sekitar 21.382 ha yang
terdapat di Provinsi Papua. Lahan pengembangan kawasan jagung di Pulau
Papua terdapat di dataran rendah (<700 m dpl).
12
Tabel 8. Luas Potensi Pengembangan Kawasan Pertanian PJKU di Pulau Papua
DALAM KAWASAN LUAR KAWASAN
No PROVINSI P NP JG NJG KD NKD UK NUK P JG KD UK
LUAS (HA)
1 PAPUA 21.151 6.119 21.382 8.234 15.474 11.556 - - 96.475 192.066 24.216 66.941
2 PAPUA BARAT 1.492 4.592 - - - - 23.290 45.276 17.830 30.808
TOTAL 22.643 10.711 21.382 8.234 15.474 11.556 - - 119.766 237.343 42.046 97.749
Keterangan: P = Pengembangan padi, NP = Non pengembangan padi, JG = Pengembangan jagung, NJG = Non pengembangan jagung, KD = Pengembangan kedelai,
NKD = Non pengembangan kedelai, UK = Pengembangan ubi kayu, NUK = Non pengembangan ubi kayu
Hasil penyusunan peta potensi pengembangan kawasan pertanian 97,35%, dan padi tadah hujan (PT) seluas 2.217 ha atau 2,65%. Lahan yang
PJKU Provinsi Bali disajikan dalam bentuk tabel dan peta. Provinsi Bali berpotensi untuk pengembangan kawasan padi seluas 60.693 ha atau
mempunyai potensi pengembangan kawasan padi dan jagung. Potensi 72,45% dari luas potensi pengembangan padi di Provinsi Bali.
pengembangan kawasan pertanian PJKU diuraikan per komoditas.
Tabel 9. Luas Potensi Pengembangan Kawasan Padi di Provinsi Bali
a. Kawasan Padi PI PT NK TOTAL
URAIAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (HA)
Hasil penilaian dan penyusunan peta potensi pengembangan 1 49.986 55 54.958
kawasan padi di Provinsi Bali yang terinci per kabupaten disajikan pada BADUNG 9.428 8 9.691
BANGLI 2.058 - 3.370
Tabel 9. Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa potensi pengembangan GIANYAR 12.385 47 13.498
105.000
KAWASAN
kawasan padi tersebar di 3 wilayah, yaitu (1) Kabupaten Badung, Bangli, KARANGASEM 2.526 - 2.583
KLUNGKUNG 3.376 - 2.895
Giannyar, Karangasem, Klungkung, Kota Denpsar, dan Tabanan seluas KOTA DENPASAR 1.726 0 1.809
105.000 ha, (2) Kabupaten Buleleng seluas 12.584 ha, dan (3) Kabupaten TABANAN 18.487 - 21.113
2 5.978 55 6.552
Jembrana seluas 7.586 ha. 12.584
BULELENG 5.978 55 6.552
Potensi pengembangan komoditas padi di Provinsi Bali berupa padi 3 4.610 9 2.967
7.586
JEMBRANA 4.610 9 2.967
irigasi (PI), dan padi tadah hujan (PT) seluas 83.772 ha atau 14,72% dari TO TAL 60.575 118 64.477 125.170
total luas Provinsi Bali. Adapun rincian masing-masing padi terhadap luas
total padi di Provinsi Bali adalah padi irigasi (PI) seluas 81.555 ha atau
13
bergelombang dengan lereng <15% dengan berbagai jenis bahan induk
PI PT NK TOTAL
URAIAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (HA) dan reaksi tanah (pH), seluas 61.163 ha atau 10,75% dari luas total
BADUNG 726 111 19.969 20.806
Provinsi Bali dengan rincian jagung pada lahan sawah seluas 313 ha atau
BANGLI 742 - 46.935 47.677
NON KAWASAN
BULELENG 4.875 1.039 115.698 121.613 0,51% dari luas total jagung di Provinsi Bali, dan jagung lahan kering
GIANYAR 2.404 - 8.822 11.226 seluas 60.850 ha atau 99,49% dari luas total jagung di Provinsi Bali. Lahan
JEMBRANA 2.585 512 76.122 79.219
KARANGASEM 4.704 33 75.701 80.438 yang termasuk di dalam kawasan pengembangan jagung seluas 12.558 ha
KLUNGKUNG 694 328 24.784 25.806 atau 20,53% dari luas total jagung di Provinsi Bali.
KOTA DENPASAR 774 20 8.466 9.260
TABANAN 3.475 55 44.395 47.926 Tabel 10. Luas Potensi Pengembangan Kawasan Jagung di Provinsi Bali
TO TAL 20.980 2.099 420.891 443.970 JG1 JG2 NJG TOTAL
Keterangan: PI = Padi irigasi, PL= Padi lebak, PS= Padi pasang surut, PT = Padi tanah URAIAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (HA)
hujan, NP= Non pengembangan padi 1 7.982 2.431
KAWASAN
Lahan yang berpotensi untuk pengembangan padi, tetapi berada di 10.413
KARANGASEM - 7.982 2.431
luar kawasan, seluas 23.079 ha atau 28% dari luas potensi pengembangan 2 4.576 643
5.219
padi di Provinsi Bali. Kabupaten yang mempunyai potensi pengembangan JEMBRANA - 4.576 643
TO TAL - 12.558 3.074 15.632
padi cukup luas, tetapi tidak termasuk dalam pengembangan kawasan
padi, karena penyebarannya sporadis dan tidak adanya konektivitas adalah URAIAN KABUPATEN/KOTA
JG1 JG2 NJG TOTAL
LUAS (HA)
Kabupaten Buleleng. BADUNG - 5.534 34.399 39.933
BANGLI - 2.910 50.196 53.105
NON KAWASAN
b. Kawasan Jagung BULELENG 258 6.352 127.587 134.197
GIANYAR - 6.392 30.764 37.156
Hasil penilaian dan penyusunan peta potensi pengembangan JEMBRANA - 1.798 79.788 81.586
KARANGASEM - 9.071 66.065 75.135
kawasan jagung di Provinsi Bali yang terinci per kabupaten disajikan pada
KLUNGKUNG - 5.474 26.601 32.076
Tabel 10. Dari Tabel 10 menunjukkan bahwa potensi pengembangan KOTA DENPASAR - 71 12.724 12.795
TABANAN 55 10.691 76.780 87.526
kawasan jagung tersebar di 2 wilayah, yaitu (1) Kabupaten Karangasem TO TAL 313 48.292 504.903 553.508
seluas 10.413 ha dan (2) Kabupaten Jembrana seluas 5.219 ha. Keterangan: JG1= Jagung lahan basah, JG2= Jagung lahan kering, NJG= Non
pengembangan jagung
Potensi pengembangan komoditas jagung di Provinsi Bali terdapat
pada lahan sawah dan lahan kering pada wilayah datar sampai
14
Lahan yang berpotensi untuk pengembangan jagung dan berada di d. Kawasan Ubi Kayu
luar kawasan, seluas 48.605 ha atau 79,47% dari luas potensi Hasil penilaian dan penyusunan peta potensi pengembangan
pengembangan jagung di Provinsi Bali. Kabupaten yang mempunyai kawasan ubi kayu di Provinsi Bali yang terinci per kabupaten disajikan
potensi pengembangan jagung cukup luas, tetapi tidak termasuk dalam pada Tabel 12. Dari Tabel 12 menunjukkan tidak terdapat potensi
pengembangan kawasan padi karena penyebarannya sporadis dan tidak pengembangan kawasan ubi kayu di Provinsi Bali. Potensi pengembangan
adanya konektivitas adalah Kabupaten Tabanan. ubi kayu pada lahan kering cukup luas terdapat di Kabupaten Karangasem
dan Tabanan.
c. Kawasan Kedelai
Tabel 12. Luas Potensi Pengembangan Ubi Kayu di Provinsi Bali
Hasil penilaian dan penyusunan peta potensi pengembangan UK NUK TOTAL
URAIAN KABUPATEN/KOTA
kawasan kedelai di Provinsi Bali yang terinci per kabupaten disajikan pada LUAS (HA)
BADUNG 4.973 34.959 39.933
Tabel 11. Dari Tabel 11 menunjukkan tidak terdapat potensi BANGLI 2.910 50.196 53.105
NON KAWASAN
pengembangan kawasan kedelai di Provinsi Bali. Potensi pengembangan BULELENG 192 134.005 134.197
GIANYAR 6.345 30.811 37.156
kedelai cukup luas terdapat di Kabupaten Buleleng dan Tabanan. JEMBRANA 2.698 84.107 86.805
KARANGASEM 9.435 76.113 85.548
Tabel 11. Luas Potensi Pengembangan Kedelai di Provinsi Bali KLUNGKUNG 5.147 26.929 32.076
KD2KDI NUK TOTAL KOTA DENPASAR 51 12.744 12.795
URAIAN KABUPATEN/KOTA TABANAN 10.690 76.835 87.526
LUAS (HA)
BADUNG - 5.534 34.399 39.933 TO TAL 42.441 526.699 569.140
Keterangan: UK= Ubi kayu, NUK= Non pengembangan ubi kayu
BANGLI - 2.910 50.196 53.105
NON KAWASAN
15
IV. PENUTUP
Pembangunan sektor pertanian di Indonesia merupakan suatu Provinsi Bali mempunyai potensi pengembangan kawasan padi di 3
proses pembangunan yang unik dibandingkan dengan pembangunan wilayah seluas 60.693 ha, Kabupaten Gianyar dan Tabanan mempunyai
sektor lain, karena ketergantungan dan pengaruh timbal baliknya yang penyebaran cukup luas; Potensi pengembangan kawasan jagung terdapat
besar pada kondisi lingkungan dan sumber daya alam. Sumberdaya lahan di 2 wilayah seluas 15.632 ha, Kabupaten Karangasem mempunyai
sebagai salah satu komponen utama sumber daya alam, mempunyai penyebaran terluas; Tidak terdapat potensi pengembangan kawasan
peranan penting dalam menunjang pengembangan kawasan pertanian. kedelai dan ubi kayu di Provinsi Bali.
Data dan informasi sumberdaya lahan, terutama data spasial yang
menyajikan karakteristik tanah/lahan, potensi dan tingkat kesesuaian
lahan, distribusi dan luasannya tersebut dibutuhkan dalam penentuan
potensi pengembangan kawasan pertanian.
Dengan tersedianya data sebaran potensi pengembangan kawasan
pertanian PJKU yang secara agroekosistem sesuai dan layak untuk
dikembangkan di wilayah, maka akan memudahkan dalam penyusunan,
pelaksanaan, dan pemantauan kegiatan pertanian dengan pendekatan
kawasan untuk pencapaian swasembada Pajale. Data dan informasi SDLP
sampai tersusunnya potensi pengembangan kawasan pertanian PJKU
masih skala 1:250.000, sehingga perlu ditindaklanjuti pada skala
operasional (>1:50.000). Mengingat data sudah terformat dalam database
yang dinamis, sehingga bisa di update menggunakan SIG untuk dapat
memperkuat Sistem Informasi Kawasan Pertanian (SIKP).
16
DAFTAR PUSTAKA
17
PETA-PETA POTENSI PENGEMBANGAN
KAWASAN PERTANIAN NASIONAL
99°0' 103°0' 107°0' 111°0' 115°0' 119°0' 123°0' 127°0' 131°0' 135°0' 139°0'
Vietnam
Cambodia
ma)
Myanmar (Bur
10°0'
10°0'
u)
Thailand
a la
Philippines
s (P
nd
s la
I
cific
Pa
6°0'
6°0'
nei
ACEH
Bru
KEPULAUAN RIAU
Malaysia
SUMATERA UTARA
2°0'
2°0'
Sing
apor KALIMANTAN TIMUR
e MALUKU UTARA
KALIMANTAN BARAT
SUMATERA BARAT
-2°0'
SULAWESI SELATAN
KEP. BANGKA BELITUNG
KALIMANTAN SELATAN SULAWESI BARAT
-6°0'
BANTEN
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
-10°0'
nd
Is la
co
tm
r is
Ke
Ch
line
g)
I
s la
nd
s
-14°0'
-14°0'
Australia
99°0' 103°0' 107°0' 111°0' 115°0' 119°0' 123°0' 127°0' 131°0' 135°0' 139°0'
PADI INDONESIA
Potensi Pengembangan Kawasan Padi
2015
U
-7°0'
-7°0'
Prov. Sulawesi Selatan
-8°0'
-8°0'
Prov. Bali
-9°0'
-10°0'
-10°0'
-11°0'
-11°0'
TABEL LUAS KAWASAN MENURUT PROVINSI
-12°0'
-12°0'
DALAM KAWASAN LUAR KAWASAN
NO PROVINSI P NP P NP
LUAS (HA)
-13°0'
P=potensi padi NP=non potensi padi
115°0' 116°0' 117°0' 118°0' 119°0' 120°0' 121°0' 122°0' 123°0' 124°0' 125°0' 126°0'
Kab. Situbondo
-8° -8°
Kab. Bondowoso
Kab. Jember
PROV. JAWA TIMUR 2
1 2 3
Kab. Bangli
Kab. Buleleng
Kab. Jembrana
Kab. Tabanan
Kab. Banyuwangi
1
Kab. Gianyar Kab. Klungkung
MATARAM
4 DENPASAR
5
Kab. Klungkung
-9° -9°
115° 116°
Tg. Lampungan
Tg. Rejasa
Î
Kec. Ledokombo Tg. Meneng
KAB. JEMBER
Kec. Licin Tg. Ketapang
Tl. Buaya
Kec. Silo
Î P. Burung
Î P. Kalong
Kec. Songgon
P. Gadung
Selat Bali KAB. BULELENG G. Jali
G. Pal
#
Kec. Giri #
G. Penginuman
Kec. Glagah #
P. Jawa G. Sangiang
#
Kec. Kabat
KAB. JEMBRANA
KAB. BANYUWANGI
Lemahbangdewo Tg. Jatisari Tl. Candikesuma
Kec. Singojuruh
"
Tl. Rening
Kec. Negara Negara
Kec. Genteng .
!
Tg. Kedunen
Banjardauhwaru
"
Mendoyo
3
"
Kec. Srono
Tg. Sembulungan
Kec. Muncar # G. Sembulungan (Ikan)
Kec. Siliragung Tg. Ikan
Kec. Purwoharjo
Tg. Kayuaking
Kec. Pesanggaran
-8°30' -8°30'
114° 114°15' 114°30' 114°45'
LEGENDA
Potensi pengembangan kawasan padi
PROVINSI BALI
Potensi padi lahan lebak
KEMENTERIAN PERTANIAN
#
1 2 3
Eksisting padi irigasi Potensi padi lahan pasang surut
2015
Eksisting padi tadah hujan Potensi padi lahan gambut
PADI BALI 1
#
4 5
# U 0 2,5 5 10 15
Peta dasar: Km
- Peta Rupa Bumi Indonesia digital skala 1:250.000, Badan Informasi Geospasial, 2012
- Peta Wilayah Administrasi Indonesia, Badan Pusat Statistik, 2010 SKALA 1:250.000
#
Proyeksi Peta Geografis, Datum WGS84
Lokasi Peta Peta Potensi Pengembangan Kawasan tidak ada kawasan
114°45' 115° 115°15' 115°30'
-8° -8°
LAUT Bali
LAUT BALI
Kubutambahan
"
Kloncing
"
Singaraja
Tejakula
Kampungsingaraja
."
!
Kec. Kubutambahan "
#
Seririt Banjar
"
"
Kec. Sukasada
KAB. BULELENG
G. Pangkunglesung
#
G. Tapak
KAB. BADUNG Kec. Kubu
#
G. Lesung G. Abang
Kec. Menddoyo
# PROV. BALI #
G. Pohen
#
Pupuan
G. Sengayang
#
"
Kec. Busungbiu
Kec. Baturiti
G. Batukaru "
Kec. Bangli
#
Kec. Petang
Kec. Mendoyo #
P. Bali
Kec. Pupuan Kec. Payangan Kec. Rendang
Kec. Marga
"
KAB. KARANGASEM
KAB. JEMBRANA
Kec. Penebel Petang
Kec. Pekutatan KAB. GIANYAR
3 Kec. Bebandem
"
Pekutatan Melinggih
"
" Kec. Susut
" Kec. Selat
1
"
Tembuku
Kec. Selemadeg Barat Bangli
"
"
LEGENDA
Potensi pengembangan kawasan padi
PROVINSI BALI .
! Î
Potensi padi lahan lebak .
! .
!
KEMENTERIAN PERTANIAN
" "
"
1 2 3
Eksisting padi irigasi Potensi padi lahan pasang surut
" "
2015
Eksisting padi tadah hujan Potensi padi lahan gambut
PADI BALI 2
5
"
4
U 0 2,5 5 10 15
"
Peta dasar: Km
- Peta Rupa Bumi Indonesia digital skala 1:250.000, Badan Informasi Geospasial, 2012
- Peta Wilayah Administrasi Indonesia, Badan Pusat Statistik, 2010 SKALA 1:250.000
Proyeksi Peta Geografis, Datum WGS84
.
! Lokasi Peta Peta Potensi Pengembangan Kawasan tidak ada kawasan
."
!
"
"
Banjarkembangsari
"
Sangging
"
Banjarangkan
"
KAB. GIANYAR
"
KAB. BADUNG
Dajantangluk Selat Badung
Denpasar
"
P. Ceningan
Tl. Pemalikan
Tg. Mebulu
-9° -9°
114°45' 115° 115°15' 115°30'
2015
Eksisting padi tadah hujan Potensi padi lahan gambut
PADI BALI 4
4 5
U 0 2,5 5 10 15
Peta dasar: Km
- Peta Rupa Bumi Indonesia digital skala 1:250.000, Badan Informasi Geospasial, 2012
- Peta Wilayah Administrasi Indonesia, Badan Pusat Statistik, 2010 SKALA 1:250.000
Proyeksi Peta Geografis, Datum WGS84
Lokasi Peta Peta Potensi Pengembangan Kawasan tidak ada kawasan
99°0' 103°0' 107°0' 111°0' 115°0' 119°0' 123°0' 127°0' 131°0' 135°0' 139°0'
Vietnam
Cambodia
ma)
Myanmar (Bur
10°0'
10°0'
u)
Thailand
a la
Philippines
s (P
nd
s la
I
cific
Pa
6°0'
6°0'
nei
ACEH
Bru
KEPULAUAN RIAU
Malaysia
SUMATERA UTARA
2°0'
2°0'
Sing
apor KALIMANTAN TIMUR
e MALUKU UTARA
KALIMANTAN BARAT
SUMATERA BARAT
-2°0'
SULAWESI SELATAN
KEP. BANGKA BELITUNG
KALIMANTAN SELATAN SULAWESI BARAT
-6°0'
BANTEN
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
-10°0'
nd
Is la
co
tm
r is
Ke
Ch
line
g)
I
s la
nd
s
-14°0'
-14°0'
Australia
99°0' 103°0' 107°0' 111°0' 115°0' 119°0' 123°0' 127°0' 131°0' 135°0' 139°0'
JAGUNG INDONESIA
LEGENDA
-7°0'
-7°0'
Prov. Sulawesi Selatan
-8°0'
-8°0'
Prov. Bali
-9°0'
-10°0'
-10°0'
-11°0'
-11°0'
TABEL LUAS KAWASAN MENURUT PROVINSI
-12°0'
-12°0'
DALAM KAWASAN LUAR KAWASAN
-13°0'
JG=potensi jagung NJG=non potensi jagung
115°0' 116°0' 117°0' 118°0' 119°0' 120°0' 121°0' 122°0' 123°0' 124°0' 125°0' 126°0'
Kab. Situbondo
-8° -8°
Kab. Bondowoso
Kab. Jember
PROV. JAWA TIMUR
1 2 3
Kab. Bangli
Kab. Buleleng
Kab. Jembrana
1
Kab. Tabanan
Kab. Banyuwangi
MATARAM
4 DENPASAR
5
Kab. Klungkung
-9° -9°
115° 116°
Tg. Lampungan
Tg. Rejasa
Î
Kec. Ledokombo Tg. Meneng
KAB. JEMBER
Kec. Licin Tg. Ketapang
Tl. Buaya
Kec. Silo
Î P. Burung
Î P. Kalong
Kec. Songgon
P. Gadung
Selat Bali KAB. BULELENG G. Jali
G. Pal
#
Kec. Giri #
G. Penginuman
Kec. Glagah #
P. Jawa G. Sangiang
#
Kec. Kabat
KAB. JEMBRANA
KAB. BANYUWANGI
Lemahbangdewo Tg. Jatisari Tl. Candikesuma
Kec. Singojuruh
"
Mendoyo
2
"
Kec. Srono
Tg. Sembulungan
Kec. Muncar # G. Sembulungan (Ikan)
Kec. Siliragung Tg. Ikan
Kec. Purwoharjo
Tg. Kayuaking
Kec. Pesanggaran
-8°30' -8°30'
114° 114°15' 114°30' 114°45'
LEGENDA
Potensi Pengembangan Kawasan Jagung
PROVINSI BALI
JAGUNG BALI 1
3
KEMENTERIAN PERTANIAN
# 1 2
Jagung pada lahan sawah
2015
Jagung pada lahan kering
4 5
#
# U 0 2,5 5 10 15
Peta dasar: Km
- Peta Rupa Bumi Indonesia digital skala 1:250.000, Badan Informasi Geospasial, 2012
- Peta Wilayah Administrasi Indonesia, Badan Pusat Statistik, 2010 SKALA 1:250.000
#
Proyeksi Peta Geografis, Datum WGS84
Lokasi Peta Peta Potensi Pengembangan Kawasan tidak ada kawasan
115°30' 115°45' 116° 116°15'
-8° -8°
Kubu
-8°15' " -8°15'
Kec. Kayangan
#
Kec. Kubu
1 Gondang
"
G. Agung
#
P. Trawangan P. Meno
P. Air Tanjung
Kec. Pemenang Tanjung
."
!
Kec. Abang Tg. Sira
Abang
"
Kec. Tanjung
Kec. Selat
Bebandem Amlapura ! Kec. Karangasem Kec. Gangga
.
PROV. NUSA TENGGARA BARAT
" "
" Amlapura
G. Meniting
Kec. Manggis
#
"
PETA POTENSI PENGEMBANGAN KAWASAN JAGUNG LEMBAR 2
.
! LEGENDA
Î
Potensi Pengembangan Kawasan Jagung
PROVINSI BALI
JAGUNG BALI 2
"
3
KEMENTERIAN PERTANIAN
1 2
"
2015
Jagung pada lahan kering
4 5
U 0 2,5 5 10 15
Peta dasar: Km
- Peta Rupa Bumi Indonesia digital skala 1:250.000, Badan Informasi Geospasial, 2012
- Peta Wilayah Administrasi Indonesia, Badan Pusat Statistik, 2010 SKALA 1:250.000
Proyeksi Peta Geografis, Datum WGS84
Lokasi Peta Peta Potensi Pengembangan Kawasan tidak ada kawasan