Ket : dicurigai adanya fraktur servical/ cedera servical Ditandai dengan : adanya jejas dari clavicula ke atas, biomekanika, multipe trauma dan penurunan kesadaran. Penanganan : cek airway : jika merasa sakit maka bisa terdapat cedera kemudian pasang Neck collar untuk mengurangi cedera. Pemasangan neck collar kepala tidak boleh dilepaskan begitu saja (tidak boleh dalam posisi ekstensi atau fleksi). Hal yang perlu diperhatikan selama pemasangan neck collar yaitu vena jugularis dan trakea. 2. B : Breathing Ket : a. Jika pasien tiba-tiba ada suara ngorok maka pasang OPA , pengukuran OPA dari cuping mulut ke bagian angulus. b. Jika pasien sesak maka berikan oksigen. Berikan masker NRM (Non Breathing Mask) selama dilakukan anamnesa kepala tetap dipegang c. Jika pasien masih terasa sesak ketika sudah dberi oksigen maka dilakukan IAPP 1) Inspeksi : terdapat jejas atau tidak, pergerakan dada simetris atau tidak, irama nafas vesikuler atau tidak 2) Auskultasi : Yang diperiksa pertama adalah paru-paru yang sehat terlebih dahulu, Iramanya vesikuler jika normal. Kemudian baru beralih ke paru-paru yang sakit (suaranya bisa menghilang atau bisa menjauh iramanya). Beralih ke jantung , yang perlu diperhatikan yaitu irama jantung ada atau tidak. 3) Perkusi : Paru-paru yang normal terlebih dahulu yang di perkusi. Dicari perbedaannya suara normal yaitu sonor, sedangkan jika suaranya nyaring maka hypersonnor. 4) Palpasi : Untuk mencari nyeri pada pasien. Ket : a) Jika terdapat nyeri dan tidak ada respirasi maka dicurigai adanya Tension Pneumothorax. Tindakan yang harus dilakukan adalah : pemasangan Needle Thorakosintesis dengan jarum terbesar pada ICS 2. Jika ingin menusuk maka dicari costa ke 3 terlebih dahulu. Jika tekanan dalam pleura sudah maximal maka udara dicurigai sudah banyak, maka ketika akan ditusuk akan mengeluarkan bunyi . Atau bisa juga dengan spect yang telah diisi air (tidak terlalu penuh) kemudian titarik dan di lihat apakah ada gelembung atau tidak. Kemudian spect bisa kita lepas dan di viksasi. Kedalaman tusukan yaitu sampai terdengar suara yang keluar. b) Jika pasien mengalami Open pneumothorax maka dilakukan : 1) Inspeksi : Terdapat luka terbuka, dada tidak simetris, sesak 2) Auskultasi : Suara nafas vsesikuler atau tidak 3) Perkusi : Suara sonor atau tidak 4) Palpasi : Adanya nyeri Penanganan : Penanganan yang harus dilakukan yaitu : tangani luka terlebih dahulu dengan kasa yang lembab kemudian tutup pada bagian yang terbuka dan lapisi dengan plastik kemuian plester. Tindakan : Bisa di tusuk untuk mengeluarkan darah yang ada pada paru- paru namun berisiko syok. Jika terdapat syok maka berikann infus. Jika jantung terdapat darah yang banyak maka maka ditusuk ke arah jantung dengan posisi 30-450 3. C : Circulation Ket : Jika ada darah maka hentikan perdarahan terlebih dahulu . Jika terdapat fraktur maka langsung di bidai diantara 2 sendi, diukur pada kaki yang sehat. Untuk mengikat bidai tidak boleh diatas sendi atau luka. Sebelum dan sesudah melakukan bidai maka cek PMS : Nadi dorsialis. Cek tanda-tanda syok : akral dingin, nadi cepat, GCS menurun, CRT lebih dari 2 detik, sianosis. Jika terjadi syok maka berikan double IV. sebelum disambung pada selang cairan maka dapat mengambil sampel darah terlebih dahulu. Setelah digrojok cairan perhatikan juga waktunya. 4. D : Disability Ket : Disability mencakup GCS, Pupil, dan Motorik a. Jika pasien masih mampu membuka mata maka scor : 4 b. Jika pasien mampu merespon ucapan dengan jelas maka scor : 5 c. Jika pasien mampu mengangat tangan maka scor : 6 d. Jika dirangsang nyeri terlebih dulu maka scor : 2 e. Jika respon verbal hanya bergumam maka scor : 3 f. Jika respon motorik ketika di cubit menghindar maka scor : 4 g. Periksa motoriknya : pegangan tangannya kuat atau tidak h. Periksa pupilnya : melihat laterasi pupil dengan rangsangan cahaya dari luar mata ke arah dalam mata. Pupil normal akan mengecil jika terkena cahaya. 5. Eksposur Ket : buka semua bjau pasien dan lihat adakah luka lain pada tubuh, untuk menghindari hipottermi maka dapat diberikan selimut. Tujuan eksposur adalah untuk menemukan adanya benjolan, luka atau nyeri pada bagian tubuh lainnya. a. Jika tension maka pasien di miringkan ke arah yag berlawanan denngan luka b. Jika Open hemothorax maka pasien di miringkan ke arah yang terluka agar darah dapat keluar c. Cara memindahkan pasien : pegang bahu dan kepala , posisi tangan penolong menyilang dengan rekan satu tim atau penolong lainnya, kemudian diangkat secara bersamaan d. Cara memeriksa bagian belakang dilakukan secara bergantian oleh rekan satu tim. Periksa muai dari punggung, pinggang dan lakukan colok dubur untuk mengetahui adanya fraktur uretra atau tidak. 6. F : Pemasangan foley cateter 7. G : Pasang NGT Ket : Untuk mencegah aspirasi, distensi, mencegah muntah, serta untuk pemenuhan nutrisi pasien. Pengukuran selang NGT mulai dari dahi sampai ke px. Lakukan Re-evaluasi : a. Airway : Jalan nafas sudah efektif b. Breathing : IAPP sudah membaik atau tidak c. Circulation : Perdarahan sudah berhenti atau belum, tanda-tanda syok sudah hilang atau belum, cek urine sudah normal atau tidak dalam satu jam d. Disability Tindakan second primary meliputi : Head To Toe 1. Kepala : Ada benjolan atau tidak, ada darah atau tidak 2. Servical sampai px : Untuk memastikan adanya fraktur atau tidak , kemuian tekan sedikit pada sternum. 3. Ekstremitas : Ada fraktur atau tidak a. Pelvis : Diangkat sedikit, kemudian dirapatkan untuk mengurangi cedera b. Abdomen : 1) Auskultasi : Untuk mengetahui bising usus. 2) Perkusi : Suaranya thympani atau pekak 3) Palpasi : Adanya nyeri atau tidak, perhatikan ekspresi pasien ketika melakukan palpasi. c. Anamnesa : 1) Periksa apakah pasien sudah sadar 2) Riwayat pengobatan pasien sebelum sakit 3) Riwayat alergi pasien 4) Tanyakan pada pasien kronologi kejadian 4. Persiapan Rujukan Ket : rujukan dilakukan jika pasien atau keluarga tidak cocok dengan pengobatan pada rumah sakit, maka kita dapat membuatkan rujukan pada rumah sakit yang di inginkan pasien dengan keterangan berupa data pasien, penanganan apa saja yang telah dilakukan pada pasien.