Tanda Dan Gejala
Tanda Dan Gejala
G. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Diabetes Melitus adalah :
a) Akut
Hipoglikemia yaitu gangguan kesehatan yang terjadi ketika kadar didalm
darah berada di bawah kadar normal.
Hiperglikemia yaitu istilah medis untuk keadaan dimana kadar gula dalam
darah lebih tinggi dari nilai normal. Dalam keadaan normal, gula darah
berkisar antar 70-100 mg/dl.
Penyakit makrovaskuler : atau biasa makroangiopati diabetic mempunyai
gambaran histopatologis berupa asterosklerosis,gabungan dari biokimia
dengan yang di sebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi jenis
penyakit vaskuler jenis ini gangguan gangguan berupa penimbunan sorbitol
dalam intima vaskuler,hiperproteinmiadan kelainan pembekuan darah .Pada
akhirnya akan menyebabkan penyumbatan vaskuler
Penyakit mikrovaskuler : merupakan komplikasi unik yang hanya terjadi
pada diabetes .penyakit mikrovaskuler diabetic(mikroangiopati)di tandai oleh
penebalan membrane baalis pembuluh darah kapiler .membran balsalis
mengelilingi sel sel endotel kapiler para periset mengemukakan hipotesis
bahwa peningkatan kadar glukosa darah dapat menimbulkan suatu respon
melalui serangkaian reaksi biokimia yang membuat basalis beberapa kali
lebih tebal dari keadaan normal
Retinopati diabetic disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh pembuluh
darah kecil pada retina mata .retina merupakan bagian mata yang menerima
bayangan dan mengirimkan informasi tentang bayangan tersebut ke
otak.bagian ini mengambil banyak sekali pembuluh darah dari bagian jenis
pembuluh darah arteri serta vena yang kecil arteri venula dan kapiler
Nefropati. Bukti menunjukan bahwa segera sesudah terjadi
diabetes,khususnya bila kadar gula darah meninggi maka mekanisme filtrasi
ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah ke
dalam urine .sebagai akibatnya tekanan darah dalam pebuluh darah ginjal
meningkat,kenaikan tekanan tersebut diperkirakan sebagai stimulus untuk
terjadinya nefropati.
b) Komplikasi menahun DM.
Neuropatik diabetikum merupakan kerusakan syaraf di kaki yang
meningkatkan kejadian ulkus kaki, infeksi bahkan keharusan untuk amputasi.
Retinopati diabetikum merupakan salah satu penyebab utama kebutaan,
terjadi akibat kerusakan pembuluh darah.
Nefropatik diabetikum merupakan penyakit ginjal dibetes yang
mengkibatkan kegagalan fungsi ginjal.
Proteinuria merupakan faktor resiko penurunn faal ginjal.
Kelainan koroner merupakan suatu keadan akibat terjdinya penyempitan,
penyumbatan dan kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau
penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot yang di tandai
dengan rasa nyeri.
Ulkus/ gangren diabetikum adalah kematian yang di sebabkan oleh
penyumbatan pembuluh darah (ischemic necrosis) karena adnya mikroemboli
retrombosis akibat penyakit vaskular perifir oklusi yang penyertai penderita
dibetes sebagai kompliksi menahun dari dibetes itu sendiri
H. PEMERIKSAAN KADAR SERUM GLUKOSA
a) Gula darah puasa : glukosa lebih dari 120 mg/dl pada 2x tes
b) Gula darah 2 jam : 200 mg / dl
c) Gula darah sewaktu : lebih dari 200 mg / dl
d) Tes toleransi glukosa Nilai darah diagnostik : kurang dari 140 mg/dl dan hasil 2
jam serta satu nilai lain lebih dari 200 mg/ dlsetelah beban glukosa 75 gr
e) HbA1C> 8% mengindikasikan DM yang tidak terkontrol
f) Pemeriksaan kadar glukosa urin Pemeriksaan reduksi urin dengan cara Benedic
atau menggunakan enzim glukosa . Pemeriksaan reduksi urin positif jika
didapatkan glukosa dalam urin.(Carpenito, 2011)
I. PENATALAKSANAAN
1. Pengaturan Diet
a) Jumlah Makanan
Menurut PERKENI (2011) terdapat beberapa cara untuk menentukan jumlah
kalori yang dibutuhkan pasien DM saat memulai perencanaan makan, di
antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang
besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal, lalu ditambah atau dikurangi bergantung
pada beberapa faktor seperti jenis kelamin, umur, aktivitas, dan status gizi.
Selain itu, komposisi energi terdiri dari karbohidrat 45-65% dari energi total,
protein 10-20% dari energi total, dan lemak 20-25% dari energi total.
b) Jenis Makanan
Penderita DM tipe 2 harus mengetahui dan memahami jenis makanan apa
yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang mana harus dibatasi dan
makanan apa yang harus dibatasi secara ketat , jenis makanan yang
diperbolehkan dalam penatalaksanaan diet DM tipe 2 terdiri dari sumber
karbohidrat kompleks tetapi dibatasi seperti nasi, roti, mi, kentang, singkong,
ubi, dan sagu; sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulit,
susu skim, tempe, tahu, dan kacang-kacangan; sumber lemak dalam jumlah
terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna, terutama diolah dengan
cara dipanggang, dikukus, direbus, dan dibakar. Selain itu, juga memaparkan
bahwa makanan yang diperbolehkan adalah makanan tinggi serat larut air,
makanan yang diolah dengan sedikit minyak, serta penggunaan gula murni
diperbolehkan hanya sebatas sebagai bumbu. Makanan yang mengandung
karbohidrat mudah diserap seperti sirup, gula, dan sari buah harus dihindari.
Sayuran dengan karbohidrat tinggi seperti buncis, kacang panjang, wortel,
kacang kapri, daun singkong, dan bayam harus dibatasi tidak boleh dalam
jumlah banyak. Buah-buahan berkalori tinggi seperti nanas, anggur, mangga,
sirsak, pisang, alpukat, dan sawo sebaiknya dibatasi.
c) Jadwal Makan
Pada penelitian eksperimen Jakubowicz (2015) untuk melihat apakah jadwal
makan dapat mengurangi kadar glukosa darah maka dilakukakan dua hari
pengujian makan terpisah, masing-masing selama 14 jam. Reponden
mengkonsumsi makanan besar atau utama pada sarapan pagi jam 08.00,
makan siang jam 13.00, dan makan malam jam 19.00.
2. Aktivitas Fisik
Kegiatan jasmani sehari-hari dan secara teratur (3-4 kali seminggu selama
kuranglebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM
tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki, menggunakan tangga,
berkebun harus tetap dilakukan. Latihan jasmani selain untuk menjaga
kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas
insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. (PERKENI,
2011)
1. Analisa data
Data: data subjektif dan data objektif
Etiologi
Masalah
2. Diagnosa Keperawatan
a Intoleransi aktifitas berhubungan dengan imobilitas dibuktikan dengan mengeluh
lelah.
b Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme di buktikan
dengan berat badan menurun
c Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri dan vena di
tandai dengan pengisian kapiler >3 detik, akral dingin.
d
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
6. EVALUASI
Evaluasi formatif adalah evaluasi dari proses keperawtan dan hasil kualitas pelayanan
asuhan keperawatan
Evaluasi sumatif adalah rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan