Anda di halaman 1dari 8

F.

TANDA DAN GEJALA


 Banyak kencing ( Poliuria ).
Karena sifatnya kadar glukosa darah yang tinggi akan menghabiskan banyak
kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah yang banyak akan sangat
menganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.
 Banyak minum (polidipsia ).
Rasa haus, amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang keluar
melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan. Dikiranya sebab rasa
haus ialah udara yang panas tau beban kerja yang berat. Untuk menghilagkan rasa
haus itu penderita banyak minum.
 Banyak makan ( polifagia ).
Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita Diabetes Melitus
karena pasien mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga timbul rasa lapar
itu penderita banyak makan.
 Penurunan berat badan dan rasa lemah.
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif singkat harus menimbulkan
kecurigaaan. Hal ini dapat disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk
kedalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga.
Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga diambil dari cadangan lain yaitu sel
lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga
menjdi kurus.
 Gangguan syaraf tepi dan kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam
hari.
 Gangguan penglihatan
Pada fase awal diabetes sering juga di jumpai gangguan penglihatan berupa
pandangan kabur.
 Gatal- gatal dan bisul
Kelainan kulit berupa gatal biasanya terjadi pada daerah kemaluan dan daerah
lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara.
 Gangguan fungsi seksual.
Dapat berupa gangguan ereksi,inponten yang disebabkan gangguan pada syaraf
bukan karena kekurangan hormone testosterone.

G. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Diabetes Melitus adalah :
a) Akut
 Hipoglikemia yaitu gangguan kesehatan yang terjadi ketika kadar didalm
darah berada di bawah kadar normal.
 Hiperglikemia yaitu istilah medis untuk keadaan dimana kadar gula dalam
darah lebih tinggi dari nilai normal. Dalam keadaan normal, gula darah
berkisar antar 70-100 mg/dl.
 Penyakit makrovaskuler : atau biasa makroangiopati diabetic mempunyai
gambaran histopatologis berupa asterosklerosis,gabungan dari biokimia
dengan yang di sebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi jenis
penyakit vaskuler jenis ini gangguan gangguan berupa penimbunan sorbitol
dalam intima vaskuler,hiperproteinmiadan kelainan pembekuan darah .Pada
akhirnya akan menyebabkan penyumbatan vaskuler
 Penyakit mikrovaskuler : merupakan komplikasi unik yang hanya terjadi
pada diabetes .penyakit mikrovaskuler diabetic(mikroangiopati)di tandai oleh
penebalan membrane baalis pembuluh darah kapiler .membran balsalis
mengelilingi sel sel endotel kapiler para periset mengemukakan hipotesis
bahwa peningkatan kadar glukosa darah dapat menimbulkan suatu respon
melalui serangkaian reaksi biokimia yang membuat basalis beberapa kali
lebih tebal dari keadaan normal
 Retinopati diabetic disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh pembuluh
darah kecil pada retina mata .retina merupakan bagian mata yang menerima
bayangan dan mengirimkan informasi tentang bayangan tersebut ke
otak.bagian ini mengambil banyak sekali pembuluh darah dari bagian jenis
pembuluh darah arteri serta vena yang kecil arteri venula dan kapiler
 Nefropati. Bukti menunjukan bahwa segera sesudah terjadi
diabetes,khususnya bila kadar gula darah meninggi maka mekanisme filtrasi
ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah ke
dalam urine .sebagai akibatnya tekanan darah dalam pebuluh darah ginjal
meningkat,kenaikan tekanan tersebut diperkirakan sebagai stimulus untuk
terjadinya nefropati.
b) Komplikasi menahun DM.
 Neuropatik diabetikum merupakan kerusakan syaraf di kaki yang
meningkatkan kejadian ulkus kaki, infeksi bahkan keharusan untuk amputasi.
 Retinopati diabetikum merupakan salah satu penyebab utama kebutaan,
terjadi akibat kerusakan pembuluh darah.
 Nefropatik diabetikum merupakan penyakit ginjal dibetes yang
mengkibatkan kegagalan fungsi ginjal.
 Proteinuria merupakan faktor resiko penurunn faal ginjal.
 Kelainan koroner merupakan suatu keadan akibat terjdinya penyempitan,
penyumbatan dan kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau
penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot yang di tandai
dengan rasa nyeri.
 Ulkus/ gangren diabetikum adalah kematian yang di sebabkan oleh
penyumbatan pembuluh darah (ischemic necrosis) karena adnya mikroemboli
retrombosis akibat penyakit vaskular perifir oklusi yang penyertai penderita
dibetes sebagai kompliksi menahun dari dibetes itu sendiri
H. PEMERIKSAAN KADAR SERUM GLUKOSA
a) Gula darah puasa : glukosa lebih dari 120 mg/dl pada 2x tes
b) Gula darah 2 jam : 200 mg / dl
c) Gula darah sewaktu : lebih dari 200 mg / dl
d) Tes toleransi glukosa Nilai darah diagnostik : kurang dari 140 mg/dl dan hasil 2
jam serta satu nilai lain lebih dari 200 mg/ dlsetelah beban glukosa 75 gr
e) HbA1C> 8% mengindikasikan DM yang tidak terkontrol
f) Pemeriksaan kadar glukosa urin Pemeriksaan reduksi urin dengan cara Benedic
atau menggunakan enzim glukosa . Pemeriksaan reduksi urin positif jika
didapatkan glukosa dalam urin.(Carpenito, 2011)
I. PENATALAKSANAAN
1. Pengaturan Diet
a) Jumlah Makanan
Menurut PERKENI (2011) terdapat beberapa cara untuk menentukan jumlah
kalori yang dibutuhkan pasien DM saat memulai perencanaan makan, di
antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang
besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal, lalu ditambah atau dikurangi bergantung
pada beberapa faktor seperti jenis kelamin, umur, aktivitas, dan status gizi.
Selain itu, komposisi energi terdiri dari karbohidrat 45-65% dari energi total,
protein 10-20% dari energi total, dan lemak 20-25% dari energi total.
b) Jenis Makanan
Penderita DM tipe 2 harus mengetahui dan memahami jenis makanan apa
yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang mana harus dibatasi dan
makanan apa yang harus dibatasi secara ketat , jenis makanan yang
diperbolehkan dalam penatalaksanaan diet DM tipe 2 terdiri dari sumber
karbohidrat kompleks tetapi dibatasi seperti nasi, roti, mi, kentang, singkong,
ubi, dan sagu; sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulit,
susu skim, tempe, tahu, dan kacang-kacangan; sumber lemak dalam jumlah
terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna, terutama diolah dengan
cara dipanggang, dikukus, direbus, dan dibakar. Selain itu, juga memaparkan
bahwa makanan yang diperbolehkan adalah makanan tinggi serat larut air,
makanan yang diolah dengan sedikit minyak, serta penggunaan gula murni
diperbolehkan hanya sebatas sebagai bumbu. Makanan yang mengandung
karbohidrat mudah diserap seperti sirup, gula, dan sari buah harus dihindari.
Sayuran dengan karbohidrat tinggi seperti buncis, kacang panjang, wortel,
kacang kapri, daun singkong, dan bayam harus dibatasi tidak boleh dalam
jumlah banyak. Buah-buahan berkalori tinggi seperti nanas, anggur, mangga,
sirsak, pisang, alpukat, dan sawo sebaiknya dibatasi.
c) Jadwal Makan
Pada penelitian eksperimen Jakubowicz (2015) untuk melihat apakah jadwal
makan dapat mengurangi kadar glukosa darah maka dilakukakan dua hari
pengujian makan terpisah, masing-masing selama 14 jam. Reponden
mengkonsumsi makanan besar atau utama pada sarapan pagi jam 08.00,
makan siang jam 13.00, dan makan malam jam 19.00.
2. Aktivitas Fisik
Kegiatan jasmani sehari-hari dan secara teratur (3-4 kali seminggu selama
kuranglebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM
tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki, menggunakan tangga,
berkebun harus tetap dilakukan. Latihan jasmani selain untuk menjaga
kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas
insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. (PERKENI,
2011)
1. Analisa data
 Data: data subjektif dan data objektif
 Etiologi
 Masalah
2. Diagnosa Keperawatan
a Intoleransi aktifitas berhubungan dengan imobilitas dibuktikan dengan mengeluh
lelah.
b Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme di buktikan
dengan berat badan menurun
c Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri dan vena di
tandai dengan pengisian kapiler >3 detik, akral dingin.
d
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosis (SLKI) (SIKI)


O keperawatan
(SDKI)
1. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi
aktifitas proses keperawatan  Identifikasi gangguan fungsi tubuh
berhubungan selama 3x24 jam yang mengakibatkan kelemahan.
dengan imobilitas diharapkan toleransi  Monitor pola dan cara tidur
ditandai dengan aktifitas dapat  Monitor lokasi dan
mengeluh lelah meningkat dengan ketidaknyamanan selama
kriteria hasil: melakukan aktifitas
 Frekuensi nadi  Anjurkan tirah baring
meningkat.  Anjurkan aktifitas secara bertahap
 Tekanan darah  Lakukan latihan gerak pasif dan
membaik aktif
 Kemudahan dalam
aktifitas sehari-
hari meningkat

2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi


berhubungan proses keperawatan Observasi
dengan selama 3x24 jam  Identifikasi status nutrisi
peningkatan diharapkan status  Identifikasi alergi dan informasi
kebutuhan nutrisi membaik. makanan
metabolism di Dengan kriteria hasil:  Monitor asupan makanan
tandai dengan  Porsi makanan yang Terapeutik
berat badan dihabiskan  Berikan makanan tinggi kalori dan
menurun meningkat jenis nutrien
 Pemilihan tentang  Berikan makanan tinggi serat untuk
makanan yang sehat mencegah konstipasi
meningkat Edukasi
 Pengetahuan tentang  Ajarkan diet yang diprogramkan
asupan nutrisi yang Kolaborasi
tepat meningkat  Kolaborasi pemberian medikasi
 Berat badan sebelum makan jika perluh
membaik  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
 Frekuensi makan menentukan jumlah kalori dan
membaik jenis nutrien yang dibutuhkan
 Napsu makan
membaik
3 Perfusi perifer Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi
tidak efektif proses keperawatan  Periksa sirkulasi perifer ( nadi
berhubungan selama 3x24 jam perifer dan pengisian kapiler )
dengan penurunan diharapkan perfusi  Anjurkan minum obat
aliran arteri dan perifer pada klien dapat pengontrolan tekanan darah
vena di tandai meningkat, dengan Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
dengan pengisian kriteria hasil:
kapiler >3 detik,  Denyut nadi
akral dingin. meningkat
 Warna kulit pucat
menurun.
 Pengisian kapiler
membaik
 Akral membaik
Turgor kulit membaik
5. IMPLEMENTASI

NO Diagnose Implementasi SIKI


keperawatan
1 Intoleransi Manajemen energi
aktifitas  Memonitor pola dan cara tidur
berhubungan  Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
dengan imobilitas melakukan aktifitas
dibuktikan  Menganjurkan tirah baring
dengan mengeluh  Menganjurkan aktifitas secara bertahap
lelah  Melakukan latihan gerak pasif dan aktif

2 Defisit nutrisi Manajemen nutrisi


berhubungan Observasi
dengan  Memonitor asupan makanan
peningkatan Terapeutik
kebutuhan  Memberikan makanan tinggi kalori dan jenis nutrien
metabolism di  memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah
tandai dengan konstipasi
berat badan Edukasi
menurun  Mengajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan jika perluh
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
3 Perfusi perifer Perawatan sirkulasi
tidak efektif
 Memonitor sirkulasi perifer ( nadi perifer dan pengisian
berhubungan
dengan penurunan kapiler )
aliran arteri dan
 menganjurkan minum obat pengontrolan tekanan darah
vena di tandai
dengan pengisian
kapiler >3 detik,
akral dingin

6. EVALUASI
Evaluasi formatif adalah evaluasi dari proses keperawtan dan hasil kualitas pelayanan
asuhan keperawatan
Evaluasi sumatif adalah rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan

Anda mungkin juga menyukai