Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pengetahuan


1. Pengetahuan
Pengetahuan berasal dari kata “tahu”, dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008) kata tahu memiliki arti antara lain mengerti
sesudah melihat (menyaksikan, mengalami, dan sebagainya),
mengenal dan mengerti. Mubarak (2011), pengetahuan merupakan
segala sesuatu yang diketahui berdasarkan pengalaman manusia itu
sendiri dan pengetahuan akan bertambah sesuai dengan proses
pengalaman yang dialaminya.
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan adalah hasil dari
tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi melalui pancaindera
manusia yakni, indera pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan
dan perabaan. Sebagian pengetahuan manusia didapat melalui mata
dan telinga.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan
pengetahuan merupakan segala sesuatu yang dilihat, dikenal,
dimengerti terhadap suatu objek tertentu yang ditangkap melalui
pancaindera yakni, indera pendengaran, penglihatan, penciuman,
perasaan dan perabaan.
2. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo ada beberapa cara untuk dapat memperoleh
pengetahuan, yaitu :
a. Cara coba salah (Trial and Error)
Cara coba–coba ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang
lain, sampai masalah tersebut dapat di pecahkan.
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Pengetahuan ini diperoleh berdasarkan pada pemegang
otoritas, yaitu orang yang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli
ilmu pengetahuan atau ilmuan. Prinsip inilah orang lain menerima
pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas
tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenaranya, baik
berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan pandapat sendiri.
Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut
menganggap pengalaman pribadi.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
d. Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan umat manusia cara berpikir
manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.
Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan
manusia telah menggunakan dalam pikirannya, baik melalui
induksi maupun deduksi.
e. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah atau lebih popular disebut dengan metode
penelitian(research methodology).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang,
yaitu:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan dipengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidikan seseeorang makin mudah orang tersebut
untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi yang
masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang
kesehatan.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan
dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka
orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun
perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak
berarti berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan
tidak mutlak diperoleh dari dipendidikan formal, akan tetapi juga
dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan
seseorang tentang sesuatu objek juga mengandung dua aspek
yauitu aspek positif dan negative. Kedua aspek innilah yang
akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek
tertentu.
b. Media massa/ informasi
Menurut Long (1996) dalam Nursalam dan Pariani (2010)
informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi
rasa cemas. Seseorang yang mendapat informasi akan
mempertinggi tingkat pengetahuan terhadap suatu hal. Majunya
teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang
dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi
baru. Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa
seperti televise, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru lagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut.

c. Sosial budaya dan ekonomi


Semakin tinggi tingkat pendidikan dan status sosial
seseorang maka tingkat pengetahuannya akan semakin tinggi pula.
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun
tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang perlu dilakukan untuk
kegiatan tertentu, sehingga status social ekonomi ini akan
mempunyai pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologi maupun social.
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan
ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini
terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
Menurut Notoatmodjo (2010), hasil dari beberapa
pengalaman dan hasil observasi yang terjadi di lapangan
(masyarakat) bahwa perilaku seseorang termasuk terjadinya
perilaku kesehatan, diawali dengan pengalaman-pengalaman
seseorang serta adanya faktor eksternal (lingkungan fisik dan non
fisik).
e. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience is
the best teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa
pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu
merupakan cara untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan.
Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai
upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan
cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan persoalan yang dihadapai pada masa lalu
(Notoadmodjo, 2010).
f. Usia
Semakin cukup usia tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja dari segi
kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya
dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini
sebagai akibat dari pengalaman jiwa (Nursalam, 2011).

4. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan Pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif menurut Notoatmodjo (2012) mempunyai 6 tingkatan,
yaitu :
a. Tahu ( Know )
Tahu adalah sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat 6 kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami ( Comprehension )
Memahami adalah sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentag objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi ( Application )
Aplikasi adalah sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (
real ).

d. Analisis ( Analysis )
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi
masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya
satu sama lain.
e. Sintesis ( Synthesis )
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu
bentuk keseluruahn yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi –
formulasi yang ada.
f. Evaluasi ( Evaluation )
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu meteri atau
objek. Penilaian– penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria yang
telah ada.
5. Kriteria tingkat pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan dan Dewi (2010),
tingkat pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan
dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Baik : Hasil persentase 76 – 100%
b. Cukup : Hasil persentase 56 – 75%
c. Kurang : Hasil persentase < 56%
B. Konsep Gizi Seimbang
Istilah “gizi” dan “ilmu gizi” di Indonesia baru dikenal sekitar
tahun 1952- 1955 sebagai terjemahan kata bahasa Inggris nutrition. Kata
gizi berasal dari bahasa Arab “ghidza” yang berarti makanan. Disatu sisi
ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan disisi lain dengan tubuh manusia.
Secara klasik ilmu gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu
untuk menyediakan energy, membangun, dan memelihara jaringan tubuh,
serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh (Almatsir, 2002)
Gizi merupakah salah satu penentu kualitas SDM, kekurangan gizi
akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan
kecerdasan, menurunkan produktifitas kerja dan daya tahan tubuh, yang
berakibat meningkatnya kesakitan dan kematian. Kecukupan gizi sangat
diperlukan oleh setiap individu, sejak janin yang masih didalam
kandungan, bayi, anak-anak, remaja dewasa sampai usia lanjut. Ibu atau
calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang
cukup sehingga harus dijaga status gizi dan kesehatannya, agar dapat
melahirkan bayi yang sehat (Depkes, 2003).
Gizi Seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu
sehari- hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi
dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan (Dirjen
BKM, 2002).
Menu seimbang adalah konsumsi makanan untuk memenuhi
kebutuhan tubuh akan zat gizi. Kekurangan gizi pada salah satu makanan
dengan pemberian menu seimbang dapat dicukupi oleh makanan lain.
Untuk itu pemberian menu seimbang dengan makanan yang beraneka
ragam sangat dibutuhkan dalam memenuhi kecukupan gizi
(Almatsier,2002)
Menu seimbang adalah makanan yang beraneka ragam yang
memenuhi kebutuhan zat gizi sesuai dengan Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS) (DepkesRI,2006)
Pedoman umum gizi seimbang harus diaplikasikan dalam
penyajian hidangan yang memenuhi syarat gizi yang dikenal dengan menu
seimbang. Menu berasal dari kata ”menu” yang berarti suatu daftar yang
tertulis secara rinci. Sedangkan definisi menu adalah rangkaian beberapa
macam hidangan atau masakan yang disajikan atau dihidangkan untuk
seseorang atau sekelompok untuk setiap kali makan, yaitu dapat berupa
hidangan pagi, siang, dan malam. Pola menu seimbang mulai
dikembangkan pada tahun 1950 dengan istilah ”Empat Sehat Lima
Sempurna” (Sulistyoningsih, 2012). Pola menu 4 sehat 5 sempurna adalah
pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua
zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh (Almatsier, 2002).
Setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi yang digunakan
untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, (karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, dan mineral) dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan
dan tidak juga kekurangan. Di samping itu, manusia memerlukan air dan
serat untuk memperlancar berbagai proses faali dalam tubuh. Apabila
kelompok zat gizi tersebut diuraiakan lebih rinci, maka terdapat lebih dari
45 jenis zat gizi (Azwar, 2002)
Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beranekaragam,
maka akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat
gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Dengan
mengkonsumsi makanan sehari-hari yang beranekaragam, kekurangan zat
gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan
susunan zat gizi jenis makanan lain sehingga diperoleh masukan zat gizi
yang seimbang (Azwar, 2002)
Menurut Prof. Soekirman, prinsip gizi seimbang adalah kebutuhan
jumlah gizi disesuaikan dengan golongan usia, jenis kelamin, kesehatan,
serta aktivitas fisik. Tak hanya itu, perlu diperhatikan variasi jenis
makanan. Bahan makanan dalam konsep gizi seimbang terbagi atas tiga
kelompok, yaitu:
 Sumber energi/tenaga : Padi-padian, umbi-umbian, tepung-
tepungan, sagu, jagung, dan lain-lain.
 Sumber zat Pengatur : sayur dan buah-buahan
 Sumber zat pembangun : ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-
kacangan dan hasil olahannya seperti tempe, tahu, oncom,susu
kedelai.

Konsep gizi seimbang menetapkan tiga belas pesan dasar sebagai


pedoman praktis untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan
aman. Tujuannya agar status gizi serta kesehatan yang optimal dapat
tercapai serta dipertahankan. Adapun 13 Pedoman Umum Gizi Seimbang
adalah sebagai berikut :
 Makanlah Aneka Ragam Makanan
 Makanlah Makanan untuk Memenuhi Kecukupan Energi
 Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat setengah dari kebutuhan
energi
 Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari
kecukupan energi
 Gunakan garam beryodium
 Makanlah makanan sumber zat besi
 Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan
MP-ASI sesudahnya
 Biasakan makan pagi
 Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya
 Lakukan aktivitas fisik secara teratur
 Hindari minuman yang beralkohol
 Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan 13) Bacalah label
pada makanan yang dikemas
C. Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi ibu hamil adalah suatu keadaan keseimbangan dalam
tubuh ibu hamil sebagai akibat pemasukan konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi yang digunakan oleh tubuh untuk kelangsungan
hidup dalam mempertahankan fungsi-fungsi organ tubuh (Supariasa,
2001).
Makanan yang dikonsumsi ibu hamil dipergunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin sebesar 40% sedangkan 60% untuk
memenuhi kebutuhan ibu. Apabila masukan gizi pada ibu hamil tidak
sesuai kebutuhan maka kemungkinan dapat terjadi gangguan dalam
kehamilan, baik terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya (Huliana,
2001),
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal
pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan
bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain
kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu
sebelum dan selama hamil (Eva Ellya Sibagariang, 2010).

Menurut Murti(2003) mengatakan bahwa status gizi adalah


tanda-tanda penampilan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara
gizi disatu pihak dan pengeluaran oleh organisme dilain pihak yang
terlihat melalui variabel tertentu, variabel itu selanjutnya disebut
indikator, misalnya berat badan, tinggi badan dan sebagainyaMenurut
Pujiati (2003), bahwa status gizi ibu pada waktu pembuahan dan
selama kehamilan dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang
sedang dikandung (Pujiati, 2003)

Kondisi kesehatan dan gizi ibu hamil yang baik akan


melahirkan bayi sehat dengan keadaan gizi yang baik serta memiliki
kecerdasan dan kepribadian yang baik, sehingga
produktif.Sebaliknya,kondisi kesehatan dan gizi yang buruk selama
kehamilan akan menciptakan generasi sumber daya manusia dengan
kecerdasan yang relatif rendah yang pada gilirannya tidak akan
mampu berproduksi, dan pada akhirnya akan menjadi beban bagi
massyarakat dan pemerintah (Depkes,2003).

D. Pengukuran Status Gizi Ibu Hamil


Pengukuran Status Gizi Ibu Hamil Pengukuran status gizi ibu
hamil Dapat dilakukan melalui empat cara yaitu secara klinis, biokimia,
biofisik, dan antropometri.
1. Penilaian secara klinis Penilaian status gizi secara klinis sangat
penting sebagai langkah pertama dalam mengetahui keadaan gizi
penduduk. Karena hasil penilaian dapat memberikan gambaran
masalah gizi yang nampak nyata.
2. Penilaian secara biokimia Penilaian status gizi secara biokimia di
lapangan banyak menghadapi masalah. Salah satu ukuran yang sangat
sederhana dan sering digunakan adalah pemeriksaan haemoglobin
sebagai indeks dari anemia gizi.
3. Penilaian secara biofisik Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat
tanda dan gejala kurang gizi. Dilakukan oleh dokter atau petugas
kesehatan yang berpengalaman dengan memperhatikan rambut, mata,
lidah, tegangan otot dan bagian tubuh lainnya.
4. Penilaian secara antropometri Sudah menjadi pengetahuan umum
bahwa ukuran fisik seseorang sangat berhubungan dengan status gizi.
Atas dasar ini ukuran-ukuran antropometri diakui sebagai indeks yang
baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi untuk negara-
negara berkembang. Untuk mengetahui status gizi ibu hamil
digunakan pengukuran secara langsung dengan menggunakan
penilaian antropometri yaitu : Lingkar Lengan Atas. Pengukuran
lingkar lengan atas adalah suatu cara untuk 10 mengetahui risiko
kekurangan energi kronis wanita usia subur. Wanita usia subur adalah
wanita dengan usia 15 sampai dengan 45 tahun yang meliputi remaja,
ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur (Supariasa, 2002)

Tujuan Menurut (Supariasa dkk, 2012) beberapa tujuan


pengukuran LILA mencakup masalah WUS baik ibu hamil maupun calon
ibu dan masyarakat umum. Tujuan tersebut adalah :
1. Mengetahui risiko KEK pada ibu hamil maupun calon ibu untuk
menapis wanita yang berisiko melahirkan berat bayi lahir rendah
(BBLR).
2. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih
berperan dalam penanggulangan KEK.
3. Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
4. Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan
gizi WUS yang menderita KEK.
5. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS
yang menderita KEK.

Perubahan LILA selama masa kehamilan tidak terlalu besar


sehingga pengukuran LILA pada masa kehamilan masih bisa dilakukan
untuk melihat status gizi ibu hamil sebelum hamil. (Andriani, 2015).
Pengukuran LILA dengan menggunakan pita LILA dengan ketelitian 0,1
cm dan ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah
23,5 cm. Apabila kurang dari 23,5 cm, artinya wanita tersebut mempunyai
risiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan bayi dengan BBLR. BBLR
mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan
gangguan perkembangan anak.
E. Cara pengukuran LILA
Menurut (Supariasa, 2012) dalam buku Penilaian Status Gizi
pengukuran LILA dilakukan dengan urutan yang telah ditetapkan. Ada 7
urutan pengukuran LILA, yaitu :
1. Tetapkan posisi bahu dan siku
2. Letakkan pita antara bahu dan siku
3. Tentukan titik tengah lengan
4. Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan
5. Pita jangan terlalu ketat
6. Pita jangan terlalu longgar
7. Cara pembacaan skala yang benar

Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku


lengan kiri (kecuali orang kidal kita ukur lengan kanan). Lengan harus
dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak
tegang atau kencang. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak
kusut atau sudah dilipat-lipat Nilai Ambang Batas LILA (cm) KEK < 23,5
Risiko ≥ 23,5 Tidak berisiko sehingga permukaannya sudah tidak rata.

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil


1. Faktor Langsung
Gizi secara langsung dipengaruhi oleh asupan makanan dan
penyakit, khususnya penyakit infeksi . Faktor-faktor tersebut meliputi :
 Keterbatasan ekonomi, yang berarti tidak mampu membeli
bahan makanan yang berkualitas baik, sehingga mengganggu
pemenuhan gizi.
 Produk pangan, dimana jenis dan jumlah makanan di negara
tertentu atau daerah tertentu biasanya berkembang dari pangan
setempat untuk jangka waktu yang panjang sehingga menjadi
sebuah kebiasaan turun-temurun.
 Sanitasi makanan (penyiapan, penyajian, penyimpanan)
hendaknya jangan sampai membuat kadar gizi yang terkandung
dalam bahan makanan menjadi tercemar atau tidak higienis dan
mengandung kuman penyakit.
 Pembagian makanan dan pangan masyarakat Indonesia
umumnya masih dipengaruhi oleh adat atau tradisi. Misalnya,
masih ada kepercayaan bahwa ayah adalah orang yang harus
diutamakan dalam segala hal termasuk pembagian makanan
keluarga.
 Pengetahuan gizi yang kurang, prasangka buruk pada bahan
makanan tertentu, salah persepsi tentang kebutuhan dan nilai
gizi suatu makanan dapat mempengaruhi status gizi seseorang.
 Pemenuhan makanan berdasarkan pada makanan kesukaan saja
akan berakibat pemenuhan gizi menurun atau berlebih.
 Pantangan pada makanan tertentu, sehubungan dengan
makanan yang dipandang pantas atau tidak untuk dimakan.
Tahayul dan larangan yang beragam didasarkan pada
kebudayaan daerah yang berlainan. Misalnya, ada sebagian
masyarakat yang masih percaya ibu hamil tidak boleh makan
ikan.
 Selera makan juga akan mempengaruhi dalam pemenuhan
kebutuhan gizi. Selera makan dipicu oleh sistem tubuh (misal
dalam keadaan lapar) atau pun dipicu oleh pengolahan serta
penyajian makanan.
 Suplemen Makanan Ada beberapa suplemen makanan yang
biasanya diberikan untuk ibu hamil, antara lain :
a. Tablet Tambah Darah (TTD) yang mengandung zat besi
(Fe) yang dapat membantu pembentukan sel darah
merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan
zat nutrisi makanan bagi ibu dan janin. TTD
mengandung 200 mg ferrosulfat yang setara dengan 60
mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Tablet
Tambah Darah diminum satu tablet tiap hari di malam
hari selama 90 hari berturut-turut, karena pada sebagian
ibu yang hamil merasakan mual, muntah, nyeri pada
lambung, diare, dan susah buang air besar. Usaha lain
untuk menambah asupan zat besi adalah daging segar,
ikan, telur, kacangkacangan, dan sayuran segar yang
berwarna hijau tua.
b. Kalsium merupakan zat yang dibutuhkan untuk
perkembangan tulang dan gigi bayi, jika asupan kalsium
kurang maka kebutuhan kalsiun diambil dari tulang ibu.
Kebutuhan akan kalsium bagi ibu hamil adalah 950 mg
tiap harinya. Asupan Kalsium bisa didapat dari minum
susu, ikan, udang, rumput laut, keju, yoghurt, sereal, jus
jeruk, ikan sarden, kacangkacangan, biji-bijian, dan
sayur yang berwarna hijau gelap.
c. Vitamin juga diperlukan untuk menjaga kesehatan ibu
yang hamil. Beberapa vitamin ibu hamil yang
dibutuhkan adalah vitamin C (80 mg) yang berfungsi
untuk membantu penyerapan zat besi, vitamin A (6000
IU), vitamin D (4 mcg). Vitamin ini dapt diperoleh dari
cabe merah, mangga, pepaya, wortel, ubi, aprikot, dan
tomat.
2. Faktor Tidak Langsung
 Pendidikan keluarga
Faktor pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan menyerap
pengetahuan tentang gizi yang diperolehnya melalui berbagai
informasi.
 Faktor budaya
Masih ada kepercayaan untuk melarang memakan makanan
tertentu yang jika dipandang dari segi gizi, sebenarnya sangat
baik bagi ibu hamil.
 Faktor fasilitas kesehatan
Fasilitas kesehatan sangat penting untuk menyokong status
kesehatan dan gizi ibu hamil, dimana sebagai tempat
masyarakat memperoleh informasi tentang gizi dan informasi
kesehatan lainnya, bukan hanya dari segi kuratif, tetapi juga
preventif dan rehabilitative.
G. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin
yang dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat
sebesar 15% dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan
gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim (uterus), payudara
(mammae), volume darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin.
Makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil akan digunakan untuk
pertumbuhan janin sebesar 40% dan sisanya 60% digunakan untuk
pertumbuhan ibunya. Secara normal, ibu hamil akan mengalami kenaikan
berat badan sebesar 11-13 kg. Hal ini terjadi karena kebutuhan asupan
makanan ibu hamil meningkat seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan. Asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil berguna
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, mengganti sel-sel tubuh
yang rusak atau mati, sumber tenaga, mengatur suhu tubuh dan cadangan
makanan.
Untuk memperoleh anak yang sehat, ibu hamil perlu
memperhatikan makanan yang dikonsumsi selama kehamilannya.
Makanan yang dikonsumsi disesuaikan dengan kebutuhan tubuh dan janin
yang dikandungnya. Dalam keadaan hamil, makanan yang dikonsumsi
bukan untuk dirinya sendiri tetapi ada individu lain yang ikut
mengkonsumsi makanan yang dimakan . Penambahan kebutuhan gizi
selama hamil meliputi :
a. Energi
Tambahan energi selain untuk ibu, janin juga perlu untuk tumbuh
kembang. Banyaknya energi yang dibutuhkan hingga melahirkan
sekitar 80.000 Kkal atau membutuhkan tambahan 300 Kkal sehari.
Menurut RISKESDAS 2007 Rerata nasional Konsumsi Energi per
Kapita per Hari adalah 1.735,5 kkal. Kebutuhan kalori tiap trimester
antara lain:
 Trimester I, kebutuhan kalori meningkat, minimal 2.000 kilo
kalori/hari.
 Trimester II, kebutuhan kalori akan meningkat untuk
kebutuhan ibu yang meliputi penambahan volume darah,
pertumbuhan uterus, payudara dan lemak.
 Trimester III, kebutuhan kalori akan meningkat untuk
pertumbuhan janin dan plasenta.
b. Protein
Penambahan protein selama kehamilan tergantung kecepatan
pertumbuhan janinnya. Kebutuhan protein pada trimester I hingga
trimester II kurang dari 6 gram tiap harinya, sedangkan pada trimester
III sekitar 10 gram tiap harinya. Menurut Widyakarya Pangan dan Gizi
VI 2004 menganjurkan penambahan 17 gram tiap hari. Kebutuhan
protein bisa didapat dari nabati maupun hewani. Sumber hewani
seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu. Sedangkan sumber
nabati seperti tahu, tempe dan kacang-kacangan Protein digunakan
untuk: pembentukan jaringan baru baik plasenta dan janin,
pertumbuhan dan diferensiasi sel, pembentukan cadangan darah dan
Persiapan masa menyusui.
c. Lemak
Lemak dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan janin
selama dalam kandungan sebagai kalori utama. Lemak merupakan
sumber tenaga dan untuk pertumbuhan jaringan plasenta. Selain itu,
lemak disimpan untuk persiapan ibu sewaktu menyusui. Kadar lemak
akan meningkat pada kehamilan tirmester III.
d. Karbohidrat Sumber utama untuk tambahan kalori yang dibutuhkan
selama kehamilan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin adalah
karbohidrat. Jenis karbohidrat yang dianjurkan adalah karbohidrat
kompleks seperti roti, serelia, nasi dan pasta. Karbohidrat kompleks
mengandung vitamin dan mineral serta meningkatkan asupan serat
untuk mencegah terjadinya konstipasi.
e. Vitamin Wanita hamil membutuhkan lebih banyak vitamin
dibandingkan wanita tidak hamil. Kebutuhan vitamin diperlukan untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin serta proses
diferensiasi sel. Kebutuhan vitamin meliputi:
 Asam Folat
Asam folat merupakan vitamin B yang memegang peranan
penting dalam perkembangan embrio. Asam folat juga
membantu mencegah neural tube defect, yaitu cacat pada otak
dan tulang belakang. Kekurangan asam folat dapat
menyebabkan kehamilan prematur, anemia, cacat bawaan, bayi
dengan berat bayi lahir rendah (BBLR), dan pertumbuhan janin
terganggu. Kebutuhan asam folat sekitar 600-800 miligram.
Menurut Widyakarya Pangan dan Gizi VI 2004 menganjurkan
mengkonsumsi asam folat sebesar 5 mg/kg/hr (200 mg). Asam
folat dapat didapatkan dari suplemen asam folat, sayuran
berwarna hijau, jeruk, buncis, kacang-kacangan dan roti
gandum.
 Vitamin A
Vitamin A mempunyai fungsi untuk penglihatan, imunitas,
pertumbuhan dan perkembangan embrio. Kekurangan vitamin
A menyebabkan kelahiran prematur dan berat badan lahir
rendah. Sumber vitamin A antara lain: buah-buahan, sayuran
warna hijau atau kuning, mentega, susu, kuning telur dan
lainnya.
 Vitamin B
Vitamin B1, vitamin B2, niasin dan asam pantotenat yang
dibutuhkan untuk membantu proses metabolisme. Vitamin B6
dan B12 diperlukan untuk membentuk DNA dan sel-sel darah
merah. Vitamin B6 berperan dalam metabolisme asam amino.
 Vitamin C
Vitamin C merupakan antioksidan yang melindungi jaringan
dari kerusakan dan dibutuhkan untuk membentuk kolagen serta
menghantarkan sinyal ke otak. Vitamin C juga membantu
penyerapan zat besi di dalam tubuh. Ibu hamil disarankan
mengkonsumsi 85 miligram per hari. Sumber vitamin C
didapat dari tomat, jeruk, strawberry, jambu biji dan brokoli.
 Vitamin D
Vitamin D berfungsi mencegah hipokalsemia, membantu
penyerapan kalsium dan fosfor, mineralisasi tulang dan gigi
serta mencegah osteomalacia pada ibu. Sumber vitamin D
terdapat pada ssusu, kuning telur dan dibuat sendiri oleh tubuh
dengan bantuan sinar matahari.
 Vitamin E
Vitamin E berfungsi untuk pertumbuhan sel dan jaringan serta
integrasi sel darah merah. Selama kehamilan wanita hamil
dianjurkan mengkonsumsi 2 miligram per hari.
 Vitamin K
Kekurangan vitamin K dapat mengakibatkan gangguan
perdarahan pada bayi. Pada umumnya kekurangan vitamin K
jarang terjadi, karena vitamin K terdapat pada banyak jenis
makanan dan juga disintesis oleh bakteri usus.
f. Mineral
Wanita hamil juga membutuhkan lebih banyak mineral dibandingkan
sebelum hamil. Kebutuhan mineral diperlukan untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan janin serta proses diferensiasi sel.
Kebutuhan mineral antara lain:
 Zat Besi
Kebutuhan zat besi akan meningkat 200-300 miligram dan
selama kehamilan yang dibutuhkan sekitar 1040 miligram. Zat
besi dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin, yaitu protein
di sel darah merah yang berperan membawa oksigen ke
jaringan tubuh. Selain itu, zat besi penting untuk pertumbuhan
dan metabolisme energi dan mengurangi kejadian anemia.
Defisiensi zat besi akan berakibat ibu hamil mudah lelah dan
rentan infeksi, resiko persalinan prematur dan berat badan bayi
lahir rendah. Untuk mencukupi kebutuhan zat besi, ibu hamil
dianjurkan mengkonsumsi 30 miligram tiap hari. Efek samping
dari zat besi adalah konstipasi dan nausea (mual muntah). Zat
besi baik dikonsumsi dengan vitamin C, dan tidak dianjurkan
mengkonsumsi bersama kopi, the, dan susu. Sumber alami zat
besi dapat ditemukan pada daging merah, ikan, kerang, unggas,
sereal, dan kacang-kacangan.
 Zat Seng
Zat seng digunakan untuk pembentukan tulang selubung syaraf
tulang belakang. Resiko kekurangan seng menyebabkan
kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah. Kebutuhan seng
pada ibu hamil sekitar 20 miligram per hari. Sumber makanan
yang mengandung seng antara lain: kerang, daging, kacang-
kacangan, sereal.
 Kalsium
Ibu hamil membutuhkan kalsium untuk pembentukan tulang
dan gigi, membantu pembuluh darah berkontraksi dan
berdilatasi, serta mengantarkan sinyal syaraf, kontraksi otot dan
sekresi hormon. Kebutuhan kalsium ibu hamil sekitar 1000
miligram per hari. Sumber kalsium didapat dari ikan teri, susu,
keju, udang, sarden, sayuran hijau dan yoghurt.
 Yodium
Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi yodium sekitar 200
miligram dalam bentuk garam beryodium. Kekurangan yodium
dapat menyebabkan hipotirodisme yang berkelanjutan menjadi
kretinisme.
 Fosfor
Fosfor berperan dalam pembentukan tulang dan gigi janin serta
kenaikan metabolisme kalsium ibu. Kekurangan fosfor akan
menyebabkan kram pada tungkai.
 Fluor
Fluor diperlukan tubuh untuk pertumbuhan tulang dan gigi.
Kekurangan fluor menyebabkan pembentukan gigi tidak
sempurna. Fluor terdapat dalam air minum.
 Natrium
Natrium berperan dalam metabolisme air dan bersifat mengikat
cairan dalam jaringan sehingga mempengaruhi keseimbnagan
cairan tubuh pada ibu hamil. Kebutuhan natrium meningkat
seiring dengan meningkatnya kerja ginjal. Kebutuhan natrium
ibu hamil sekitar 3,3 gram per minggu.

H. Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil


Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai dengan
umur kehamilan. Berat badan yang bertambah dengan normal,
menghasilkan anak yang normal. Kenaikan berat badan ibu hamil meliputi
beberapa unsusr/bagian. Sebagian memuat unsur anak, sebagian lagi
memuat unsur ibu.
Kenaikan berat badan ibu kemungkinan terasa sudah cukup, tetapi
kenaikan itu lebih banyak menambah berat badan ibu dibanding untuk
menambah berat anak. Kenaikan berat badan ibu belum tentu
menghasilkan anak yang besar, demikian juga sebaliknya. Penambahan
berat badan ibu harus dinilai. Penambahan berat badan ibu hamil sudah
lebih dari 12,5 kg tetapi anak yang dikandungnya kecil maka berat badan
masih harus ditambah.
Berat badan calon ibu saat mulai kehamilan adalah 45-65 kg. Jika
kurang dari 45 kg sebaiknya berat badan dinaikkan lebih dulu hingga
mencapai 45 kg sebelum hamil dan sebaliknya. Kondisi fisik dan kenaikan
berat badan normal bagi wanita hamil pada setiap trimester adalah sebagai
berikut:
1. Trimester I (0 – 12 minggu)
Umumnya nafsu makan ibu berkurang, sering timbul rasa mual dan
ingin muntah. Kondisi ini ibu harus tetap berusaha untuk makan agar
janin dapat tumbuh dengan baik. Kenaikan normal antara 0,7 – 1,4 kg.
2. Trimester II (sampai dengan usia 28 minggu) Napsu makan sudah
pulih kembali. Kebutuhan makan harus diperbanyak. Kenaikan berat
badan normal antara 6,7 – 7,4 kg.
3. Trimester III (sampai dengan usia 40 minggu) Nafsu makan sangat
baik, tetapi jangan berlebihan. Kenaikan berat badan normal antara
12,7 kg – 13,4 kg.
Berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikan berat badan selama
hamil kurang (underweight) atau lebih (overweihgt) dari normal akan
membuat kehamilan menjadi beresiko (low risk). Berat badan ibu yang
kurang akan beresiko melahirkan bayi dengan berat badan kurang atau
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Bayi dengan BBLR tentu akan
terganggu perkembangan dan kecerdasannya, selain kesehatan fisiknya
yang juga kurang bagus. Berat badan ibu berlebih atau sangat cepat juga
beresiko mengalami perdarahan atau bisa jadi merupakan indikasi awal
terjadinya keracunan kehamilan (pre-eklamsia) atau diabetes.
Mula-mula overweight, lalu tensi naik, bengkak kaki, ginjal
bermasalah, akhirnya keracunan kehamilan. Hal tersebut akan beresiko
menghambat pertumbuhan janin, mengurangi pasokan makanan ke janin,
karena adanya penyempitan pembuluh darah. Apabila penyempitan
pembuluh darah menghebat akan berakibat fatal bagi janin. Berat badan
ibu yang berlebihan juga dapat mempengaruhi proses persalinan. Jadi
berat badan ideal akan mempermudah berjalannya kelahiran tanpa
komplikasi. Kalaupun ada hanya sedikit (low risk), nifas juga akan segera
usai. Berat badan yang ideal selama hamil akan segera kembali bentuk
tubuh ke berat semula setelah melahirkan

I. Pengaruh Keadaan Gizi terhadap Proses Kehamilan


Pengaruh gizi terhadap proses kehamilan dapat mempengaruhi
status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan.
1. Gizi pra hamil (Prenatal) Konsep perinatal menjamin bahwa ibu
dalam status gizi baik untuk terjadinya konsepsi selama masa
kehamilan dan setelah melahirkan mengalami sedikit komplikasi
kehamilan dan sedikit bayi prematur.
2. Gizi Pranatal Wanita yang dietnya kurang atau sangat kurang
selama hamil mempunyai kemungkinan besar bayi yang tidak sehat
seperti premature, gangguan kongenital, bayi lahir mati. Wanita
hamil kurang gizi kemungkinan akan melahirkan bayi yang
premature dan kecil.
Status gizi sebelum dan selama hamil dapat mempegaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila staus gizi ibu normal
pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan
bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain
kualitas bayi yang dilahirkan sangat terganntung pada keadaan gizi ibu
sebelum dan selama hamil.
Salah satu cara mengetahui kualitas bayi adalah dengan mngukur
berat bayi pada saat lahir. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang
sehat bila tingkat kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik.
Namun sampai saat ini masih banyak ibu hamil ynag mengalami masalah
gizi khusunya gizi kurang seperti Kurang Enargi Kronis (KEK) dan
anemia gizi. Hasil SKRT 1995 menunjukkan bahwa 40% ibu hamil
menderita KEK dan 51% yang menderita anemia mempunyai
kecnderungan melahirkan bayi denga Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).
Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia mempunyai resiko
kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan
dibandingkan dengan ibu hamil normal. Akibatnya mereka mempunyai
resiko yang lebih besar unmtuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian
saat persalinan, perdarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan
mudah mengalami gangguan kesehatan. Bayi yang dilahirkan dengan
BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru,
sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya. Selain
itu akan dapat menimbulkan resiko kesakitan dan kematian bayi karena
rentan terhadap infeksi saluran pernapasan bagian bawah.
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan
menimbulkan masalah baik pada ibu maupun janin antara lain sebagai
berikut :
1. Terhadap Ibu. Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan
resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, perdarahan dan
berat badan ibu tidak bertambah secara normal serta terkena
penyakit infeksi.
2. Terhadap Persalinan Pengaruh gizi kurang terhadap proses
persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama,
persalinan sebelum waktunya (premature), perdarahan setelah
persalinan serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
3. Terhadap Janin Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran , abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam
kandungan) dan lahir dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).
J. Hubungan KEK dengan BBLR
Status gizi sebelum dan selama hamil dapat mempegaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila staus gizi ibu normal
pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan
bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain
kualitas bayi yang dilahirkan sangat terganntung pada keadaan gizi ibu
sebelum dan selama hamil.
Salah satu cara mengetahui kualitas bayi adalah dengan mngukur
berat bayi pada saat lahir. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang
sehat bila tingkat kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik.
Namun sampai saat ini masih banyak ibu hamil ynag mengalami masalah
gizi khusunya gizi kurang seperti Kurang Enargi Kronis (KEK) dan
anemia gizi. Hasil SKRT 1995 menunjukkan bahwa 40% ibu hamil
menderita KEK dan 51% yang menderita anemia mempunyai
kecnderungan melahirkan bayi denga Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).
Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia mempunyai resiko
kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan
dibandingkan dengan ibu hamil normal. Akibatnya mereka mempunyai
resiko yang lebih besar unmtuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian
saat persalinan, perdarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan
mudah mengalami gangguan kesehatan. Bayi yang dilahirkan dengan
BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru,
sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya. Selain
itu akan dapat menimbulkan resiko kesakitan dan kematian bayi karena
rentan terhadap infeksi saluran pernapasan bagian bawah.

Anda mungkin juga menyukai