Anda di halaman 1dari 9

PAPER MIKROBIOLOGI TANAH

“PENYEBARAN MIKROBA DALAM TANAH”

DISUSUN OLEH:
RISKA APRILIYANI
05101381823041
MIKROBIOLOGI TANAH (A)

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2020
PEMBAHASAN

1. POLA PERTUMBUHAN MIKROBA


Pertumbuhan merupakan proses perubahan bentuk yang semula kecil kemudian
menjadi besar. Pertumbuhan menyangkut pertambahan volume dari individu itu
sendiri. Pertumbuhan pada umumnya tergantung pada kondisi bahan makanan dan
juga lingkungan. Apabila kondisi makanan dan lingkungan cocok untuk
mikroorganisme tersebut, maka mikroorganisme akan tumbuh dengan waktu yang
relatif singkat dan sempurna.
Pertumbuhan mikroorganisme yang bersel satu berbeda dengan mikroorganisme
yang bersel banyak (multiseluler). Pada mikroorganisme yang bersel satu (uniseluler)
pertumbuhan ditandai dengan bertambahnya sel tersebut. Setiap sel tunggal setelah
mencapai ukuran tertentu akan membelah menjadi mikroorganisme yang lengkap,
mempunyai bentuk dan sifat fisiologis yang sama. Pertumbuhan jasad hidup, dapat
ditinjau dari dua segi, yaitu pertumbuhan sei secara individu dan pertumbuhan
kelompok sebagai satu populasi.
Pertumbuhan sel diartikan sebagai adanya penambahan volume serta bagian-
bagian sel lainnya, yang diartikan pula sebagai penambahan kuantiatas isi dan
kandungan didalam selnya. Pertumbuhan populasi merupakan akibat dari adanya
pertumbuhan individu, misal dari satu sel menjadi dua, dari dua menjadi empat ,empat
menjadi delapan, dan seterusnya hingga berjumlah banyak.
Fase Pertumbuhan Mikroorganisme
Secara umum fase-fase pertumbuhan mikroorganisme adalah sebagai berikut:
1. Fase lag (Masa persiapan, Adaptasi, Adaptation phase)
Pada fase ini laju pertumbuhan belum memperlihatkan pertumbuhan ekponensial,
tetapi dalam tahap masa persiapan. Hal ini tergantung dari kondisi permulaan, apabila
mikroorganisme yang ditanami pada substrat atau medium yang sesuai, maka
pertumbuhan akan terjadi. Namun sebaliknya apabila diinokulasikan mikroorganisme
yang sudah tua meskipun makanannya cocok, maka pertumbuhannya mikroorganisme
ini membutuhkan masa persiapan atau fase lag.
Waktu yang diperlukan pada fase ini digunakan untuk mensintesa enzim.
Sehingga mencapai konsentrasi yang cukup untuk melaksanakan pertumbuhan
ekponensial. Fase ini berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari, tergantung dari
jenis mikroorganisme serta lingkungan yang hidup. Selama fase ini perubahan bentuk
dan pertumbuhan jumlah individu tidak secara nyata terlihat. Karena fase ini dapat
juga dinamakan sebagai fase adaptasi (penyesuaian) ataupun fase-pengaturan jasad
untuk suatu aktivitas didalam lingkungan yang mungkin baru.
2. Fase tumbuh dipercepat (Logaritme, Eksponensial, Logaritma phase)
Pada setiap akhir persiapan sel mikroorganisme akan membelah diri.masa ini
disebut masa pertumbuhan, yang setiap selnya tidak sama dalam waktu masa
persiapan.Sehingga secara berangsur-angsur kenaikan jumlah populasi sel
mikroorganisme ini mencapai masa akhir fase pertumbuhan mikroorganisme.Setelah
setiap individu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru selama fase lag, maka
mulailah mengadakan perubahan bentuk dan meningkatkan jumlah individu sel
sehingga kurva meningkat dengan tajam (menanjak). Peningkatan ini harus diimbangi
dengan banyak faktor, antara lain:
Faktor biologis, yaitu bentuk dan sifat jasad terhadap lingkungan yang ada, serta
assosiasi kehidupan di antara jasad yang ada kalau jumlah jenis lebih dari sebuah.
Faktor non-biologis, antara lain kandungan sumber nutrien di dalam media,
temperatur, kadar oksigen, cahaya, dan lain sebagainya.Kalau faktor-faktor di atas
optimal, maka peningkatan kurva akan nampak tajam seperti gambar. Pada fase ini
pertumbuhan secara teratur telah tercapai. Maka pertumbuhan secara ekponensial
akan tercapai. Pada fase ini menunjukkan kemampuan mikroorganisme berkembang
biak secara maksimal.
Setiap sel mempunyai kemampuan hidup dan berkembang biak secara tepat. Fase
pengurangan pertumbuhan akan terlihat berupa keadaan puncak dari fase logaritmik
sebelum mencapai fase stasioner, dimana penambahan jumlah individu mulai
berkurang atau menurun yang di sebabkan oleh banyak faktor, antara lain
berkurangnya sumber nutrien di dalam media tercapainya jumlah kejenuhan
pertumbuhan jasad. Fase tumbuh reda akan terlihat dimana fase logaritma mencapai
puncaknya, maka zat-zat makanan yang diproduksi oleh setiap sel mikroorganisme
akan mengakibatkan pertumbuhan mikroorganisme, sehingga pada masa pertumbuhan
ini reda atau dikatakan sebagai fase tumbuh reda.
3. Fase Stasioner
Pengurangan sumber nutrien serta faktor –faktor yang terkandung di dalam
jasadnya sendiri, maka sampailah puncak aktivitas pertumbuhan kepada titik yang
tidak bisa dilampaui lagi, sehingga selama fase ini, gambaran grafik seakan mendatar.
Populasi jasad hidup di dalam keadaan yang maksimal stasioner yang konstan.
4. Fase Kematian

Fase ini diawali setelah jumlah mikroorganisme yang di hasilkan mencapai


jumlah yang konstan, sehingga jumlah akhir mikroorganisme tetap maksimum pada
masa tertentu. Setelah masa dilampaui, maka secara perlahan-lahan jumlah sel yang
mati melebihi jumlah sel yang hidup.

Fase ini disebut fase kematian dipercepat. Fase kematian dipercepat mengalami
penurunan jumlah sel, karena jumlah sel mikroorganisme mati. Namun penurunan
jumlah sel tidak mencapai nol, sebab sebagian kecil sel yang mampu beradaptasi dan
tetap hidup dalam beberapa saat waktu tertentu. Pada fase ini merupakan akhir dari
suatu kurva dimana jumlah individu secara tajam akan menurun sehingga grafik
tampaknya akan kembali ke titik awal lagi. Gambaran pertumbuhan mikroorganisme
seringkali tidak sesuai seperti yang sudah diterangkan kalau faktor-faktor lingkungan
yang menyertainya tidak memenuhi persyaratan.

2. PENYEBERAN MIKROBA DALAM TANAH


Tanah merupakan tempat bermukimnya berbagai kehidupan tumbuhan,hewan,
dan jasad renik yang tidak terhitung banyaknya. Kehidupan di dalam tanahsangat
beranekaragam, berkisar dari organisme bersel tunggal yangmikrokopissampai hewan
besar yang menggali liang.Masing masing ekosistem mempunyaikombinasi makhluk
hidup dan sumberdaya abiotik yang unik yang berfungsimempertahankan aliran
energidan hara yang berkesinambungan (Fothet al, 1994).
Secara ekologis tanah tersusun oleh tiga kelompok material, yaitu materialhidup
(faktor biotik) berupa biota (jasad hayati), fator abiotik berupa bahan organikdan
faktor abiotik pasir (sand), debu (silt) dan liat (clay).Kesuburan tanah tidakhanya
bergantung pada komposisi kimiawinya melainkan juga pada ciri
alamimikroorganisme yangmenghuninya. Mikroorganisme yang menghuni tanah
dapatdikelompokkan menjadi bakteri, aktinomysetes, jamur, alga, dan protozoa
(Rao,1990).
Populasi mikrobiologis tanahterbagi dalam tigagolonggan besar,
yaitu:1)Autochthonous: golongan inidapat dikatakan sebagai mikrobasetempat atau
pribumipada tanah tertentu, selalu hidup dan berkembang di tanah tersebutdan atau
selaludiperkirakan ada ditemukan di dalam tanah tersebut.2)Mikrobazimogenik:
golonganmikroba yang berkembang dibawah pengaruh perlakuan perlakuan khusus
padatanah, seperti penambahan bahan bahan organik,
pemupukan.3)Mikrobatransient(penetap sementara): terdiri dari organisme organisme
yang ditambahkan ke dalamtanah, secara disengajaseperti dengan inokulasi
leguminosa, atau yang tidak secaradisengajaseperti dalam kasus unsur unsur penghasil
penyakit tanaman dan hewan,organismeini kemungkinan akan segera mati
ataubertahan untuk sementara waktusetelah berada di dalam tanah (Campbelet al,
2003).
Jenis dan Distribusi Mikroba di Tanah:
Golongan-golongan utama yang menyusun populasi mikroba tanah terdiri
atas, Protozoa (Amoeba, Flagellata, Ciliata), Bakteri (Clostridium, Rhizobium dsb),
Algae (Algae biru, Algae hijau dan Diatom), Jamur (Jamur lendir, berbagai ragi dan
Rhycomycetes dan Ascomycetes).
Jumlah mikroba tanah sangat tinggi, yakni berkisar 320.000-200.000 setiap
gram tanah pasir, 360.000-600.000 bakteri setiap gram tanah lempeng, dan 2.000.000-
200.000.000 bakteri setiap gram tanah subur. Actinomycetes terdiri dari 10-50% total
populasi mikroba di dalam tanah. Organisme ini ditemukan di dalam tanah, kompos,
dan sedimen. Kelimpahan populai Actinomycetes di dalam tanah adalah terbesar
kedua setelah bakteri, yakni rentang dari 500.000-100.000.000 propagul/gr tanah.
Propagul adalah bagian dari suatu mikroorganisme yang dapat tumbuh dan
berkembang biak. Sementara populasi alga sekitar 3-300 kg/hektar.
Jumlah total protozoa antara 100.000 – 300.000 per gram tanah pada lapisan di
atas 15cm dari permukaan. Populasi ini dapat berubah setiap hari. Jumlah paling
sedikit adalah cilliata hanya di bawah 1.000 per gram tanah. Jumlah flagellata
merupakan protozoa yang dominan dalam tanah, termasuk tanah asam. Biomassa
protozoa dapat mencapai 5-20 gram per meter persegi. Sementara lebih dari 10.000
total spesies nematoda hanya lebih kurang 1000 spesies yang dapat ditemukan di
dalam tanah dan 90% nematoda di temukan pada lapisan tanah atas sekitar 15 cm.
Populasi nematoda lebih banyak terdapat  di dalam akar tanaman daripada di dalam
tanah. biomassa arthropoda dalam tanah kurang dari 10%, sedangkan collembola di
dapatkan lebih dari 10.000 individu per meter persegi tanah.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Mikroba di Tanah:
Seperti halnya pada penyebaran mikroorganisme pada air dan udara,
penyebaran mikroba di tanah juga dipengaruhi oleh faktor pH dan suhu tanah. Tanah
yang bersifat asam dengan pH kurang dari 5,8 % lebih sedikit 50% terhidar dari
serangan penyakit akibat Streptomycetes patogen, hal ini karena Streptomycetes
scabies dipengaruhi pertumbuhannya pada pH dibawah 6,3.  Sedangkan pengaruh
suhu juga dapat mempengaruhi pertumbuhan mokroorganisme seperti pada
pertumbuhan Actinomycetes yang tumbuh sangat lambat pada suhu 5%  dan dapat
diisolasi lebih banyak dari tanah yang lebih panas. Pertumbhan optimum pada suhu
antara 28 – 37 0C, tetapi beberapa Actinomycetes tumbuh 55 – 65 0C di dalam
kompos.
Penyinaran (radiasi) dari matahari berpengaruh besar terhadap kehidupan
mikroorganisme di dalam tanah, dalam partikel tanah terdapat komponen-komponen
anorganik antara lain elemen-elemen, pH, udara, air, sinar, sedangkan adalah
komponen-komponen organik mereka merupakan faktor-faktor alam. antara lain
hancuran dari sisa-sisa makhluk hidup.
Mikroba Penyebab Penyakit dan Pengendalian Penyakit:
Salah satu penyakit yang penularannya melalui tanah adalah kaki pecah-pecah,
hal ini disebabkan karena kaki terkena infeksi jamur. Infeksi jamur umumnya diawali
dengan bercak merah gatal dan bersisik di kulit. Kemudian kulit dapat menebal dan
retak.
Pengendalian Penyakitmya adalah harus mengguanakan alas kaki, sehingga
terjadi kontak langsung dengan tanah.

3. RESISTENSI MIKROBA TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN


EKSTREM
Habitat bakteri merupakan daerah tempat tinggal dan hidup bakteri. Bakteri
merupakan mikroorganisme ubikuotus, yang berarti melimpah dan banyak ditemukan
di hampir semua tempat. Habitatnya sangat beragam; lingkungan perairan, tanah,
udara, permukaan daun, dan bahkan dapat ditemukan di dalam organisme hidup.
Diperkirakan total jumlah sel mikroorganisme yang mendiami muka bumi ini adalah
5x1030.
Pengaruh lingkungan terhadap bakteri:
 Suhu
Suhu berperan penting dalam mengatur jalannya reaksi metabolisme bagi semua
makhluk hidup. Khusus untuk bakteri, suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu yang
dapat ditoleransi akan menyebabkan denaturasi protein dan komponen penting
lainnya dari sel bakteri sehingga sel akan mati. Berdasarkan kisaran suhu kegiatan,
bakteri dibagi menjadi 4 kelompok:
1. Bakteri Psikrofil, yaitu bakteri yang hidup di suhu daerah antara 0 ° – 30 ° C,
dengan suhu optimum 15 ° C.
2. Mesofil bakteri, bakteri yaitu yang hidup di daerah suhu antara 15 ° – 55 ° C,
dengan suhu optimum 25 ° – 40 ° C.
3. Termofil bakteri, bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40 ° – 75 °
C, suhu optimum 50-65 ° C
4. Bakteri Hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65-114 ° C,
dengan suhu optimum 88 ° C.
 Kelembaban relatif
Secara umum, bakteri memerlukan kelembaban relatif (relative humidity, RH)
yang cukup tinggi, sekitar 85%. Kelembaban relatif dapat didefinisikan sebagai
kandungan air yang terkandung di udara. Pengurangan kadar air dari aktivitas
metabolik protoplasma menyebabkan berhenti, misalnya, pada pembekuan dan
pengeringan. Sebagai contoh, bakteri Escherichia coli akan menurunkan daya tahan
dan elastisitas dinding sel mereka ketika RH lingkungan kurang dari 84%.
 Cahaya
Cahaya adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Secara
umum, bakteri dan mikroorganisme lainnya dapat hidup dengan baik di paparan
cahaya normal. Namun, paparan cahaya dengan intensitas ultraviolet (UV) tinggi
dapat berakibat fatal bagi pertumbuhan bakteri. Teknik menggunakan sinar UV, sinar-
x, dan sinar gamma untuk mensterilkan bakteri lingkungan dan mikroorganisme
lainnya teknik iradiasi diketahui bahwa telah berkembang sejak awal abad ke-20.
 Radiasi
Radiasi pada kekuatan tertentu dapat menyebabkan kelainan dan bahkan dapat
mematikan bagi organisme hidup, terutama bakteri. Misalnya pada manusia, radiasi
dapat menyebabkan penyakit akut hati, katarak, hipertensi, dan bahkan kanker.
Namun, ada kelompok tertentu bakteri yang dapat bertahan hidup paparan radiasi
yang sangat tinggi, bahkan ratusan kali lebih besar dari resistansi radiasi tehadap
manusia, yaitu Deinococcaceae.
Jenis-Jenis Bakteri:
1. organisme multiselluler
2. Prokariota (tidak ada nukleus dari membran sel)
3. Umumnya tidak memiliki klorofil
4. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s / d ratusan mikron
umumnya memiliki ukuran rata-rata 1 s / d 5 mikron.
5. Memiliki bentuk tubuh yang beragam
6. Hidup bebas atau parasit
7. Hidup di lingkungan yang ekstrim seperti sumber air panas, kawah atau
gambut tidak mengandung dinding sel peptidoglikan.
8. Hidup kosmopolitan di berbagai lingkungan yang mengandung dinding sel
peptidoglikan
Bakteri merupakan kelompok organisme yang sangat beragam, baik dari segi
metabolisme maupun morfologi tubuh. Beberapa kelompok mikroorganisme ini
mampu hidup di lingkungan yang tidak memungkinkan organisme lain untuk hidup.
Kondisi lingkungan yang ekstrem ini menuntut adanya toleransi, mekanisme
metabolisme, dan daya tahan sel yang unik. Selain bakteri, mikroorganisme yang
termasuk dalam domain archaea juga cenderung memiliki ketahanan sel terhadap
lingkungan ekstrem. Kemampuan mikroorganisme untuk hidup pada kondisi ekstrem
dapat membawa nilai dan aplikasi di berbagai bidang industri, seperti pangan,
agrikultur, farmasi dan pengobatan, serta bioteknologi.
Thermus aquatiqus, bakteri termofilik yang banyak diaplikasikan dalam bioteknologi.
Sebagai contoh, Thermus aquatiqus merupakan salah satu jenis bakteri yang
hidup pada sumber air panas dengan kisaran suhu 60-80 oC. Organisme yang mampu
hidup di lingkungan dengan suhu tinggi ini termasuk dalam golongan termofilik.
Kemampuan bakteri ini untuk bertahan pada suhu tinggi disebabkan oleh stabilitas
enzim, membran sel, dan makromolekul sel yang telah teradaptasi. Enzim yang
dimiliki oleh bakteri kelompok termofilik memiliki komposisi asam amino yang
berbeda dengan bakteri pada umumnya. Di samping itu, protein yang terdapat sel
memiliki ikatan hidrofobik dan ikatan ionik yang sangat kuat. Komposisi membran
selnya didominasi oleh asam lemak jenuh sehingga bersifat lebih stabil dan fungsional
pada suhu tinggi. Hal ini disebabkan oleh kuatnya ikatan hidrofobik pada rantai asam
lemak jenuh bila dibandingan dengan asam lemak tak jenuh. Terdapat beberapa jenis
enzim yang banyak digunakan di industri yang diperoleh dari kelompok organisme
termofilik, seperti amilase, pullulanase, selulase, xilanase, kitinase, proteinase,
esterase, dan alkohol dehidrogenase.
Tidak hanya di lingkungan bersuhu tinggi, bakteri juga dapat ditemukan pada
lingkungan dengan suhu yang sangat dingin. Pseudomonas extremaustralis ditemukan
pada Antartika dengan suhu di bawah 0 oC. Bakteri ini bersifat motil dan hidup
membentuk struktur biofilm yang membantunya dalam menghadapi kondisi ekstrem.
Contoh bakteri lainnya yang dapat hidup di suhu rendah adalah Carnobacterium.
Kelompok bakteri yang mampu hidup di lingkungan bertemperatur rendah termasuk
dalam golongan psikrofilik. Kemampuan bakteri ini untuk bertahan pada kondisi
temperatur rendah cukup bertolak belakang dengan kelompok bakteri termofilik.
Enzim yang disintesis memiliki struktur α-heliks yang lebih banyak bila dibandingkan
dengan struktur β-sheet. Struktur α-heliks yang lebih fleksibel menyebabkan enzim
tetap dapat bekerja walaupun pada suhu yang rendah. Di samping itu, enzim bakteri
psikrofilik harus lebih bersifat polar dan hanya mengandung sedikit asam amino yang
bersifat hidrofobik. Selain enzim dan protein yang teradaptasi, membran sitoplasma
kelompok bakteri ini juga telah mengalami penyesuaian dengan mengandung lebih
banyak asam amino tidak jenuh. Di samping pengaruh ekstrem temperatur, bakteri
juga dapat hidup pada berbagai lingkungan lain yang hampir tidak memungkinkan
adanya kehidupan (lingkungan steril). Halobacterium salinarum dan Halococcus sp.
adalah contoh dari bakteri yang dapat hidup pada kondisi garam (NaCl) yang sangat
tinggi (15-30%).[19][20] Kelompok bakteri yang hidup optimal pada kisaran kadar
garam tersebut termasuk dalam golongan ekstrem halofil. Tedapat pula beberapa jenis
bakteri yang mampu hidup pada kadar gula tinggi (kelompok osmofil), kadar air
rendah (kelompok xerofil), derajat keasaman pH sangat tinggi, dan rendah.

Anda mungkin juga menyukai