Bab Ii 2
Bab Ii 2
TINJAUAN PUSTAKA
Sindroma Down, yang juga dikenal dengan sebutan Trisomi 21 adalah kelainan
kromosom yang bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan suatu kelainan
genetik yang dapat terjadi pada pria maupun wanita. Trisomi 21 biasanya disebut
sindroma down karena pertama diidentifikasi pada tahun 1966 sebagai sebuah
kondisi yang spesifik oleh John Langdon Down, seorang dokter di Inggris.3,15,16
lipatan pada kelopak mata penderita, yaitu lipatan epicanthal, yang memberi kesan
seperti ras Mongoloid. Namun, untuk menghindari penghinaan ras tertentu, maka
Sindroma Down (SD) adalah kelainan genetik yang biasa terjadi. Frekuensi
hidup, meskipun dalam tahun terakhir angka ini telah meningkat. Untuk sebagian
lebih tinggi. Sebaliknya, di Prancis, prevalensi SD rendah, dan ini mungkin karena
perubahan secara keseluruhan prevalensi kelahiran hidup dari SD.14 Angka kejadian
sindroma Down berkaitan dengan usia ibu saat kehamilan. Semakin meningkat usia
ibu saat kehamilan, semakin besar resiko melahirkan anak dengan sindroma Down.17
Gambar 2.1: Peningkatan angka kejadian sindroma down berkaitan dengan usia ibu
saat kehamilan. Sumber : Stewart KB. Trisomi 21-sindroma Down. The australasian
genetiks resource book; 2007: 28. [internet]. Available from URL:
www.genetiks.edu.au. Accessed December 26, 2011.
9
Tabel 2.1 Angka kejadian sindroma down berkaitan dengan usia ibu saat kehamilan
kromosom 21. Penyebab tidak langsung adanya kelebihan kromosom belum dapat
diidentifikasi. Namun, sindroma Down tidak diakibatkan oleh aktivitas ibu selama
hamil.15
10
a. Kegagalan berpisah pada meiosis. Sebuah kesalahan terjadi pada pemisahan
sperma atau sel telur. Seorang anak dengan sindroma Down mempunyai 47
kromosom yang berbeda pada setiap sel (bandingankan dengan keadaan biasa
dimana terdapat 46 kromosom). Ini adalah tipe yang paling sering. Terhitung
b. Translokasi. Sekitar 3 % terjadi sindroma Down. Hal ini terjadi jika salah satu
Kromosom lain itu kemungkinan adalah kromosom 13, 14, 15, atau 22. Dengan
XX/47, XX, 21) terjadi ketika beberapa sel dalam tubuh normal dan sel-sel lain
trisomi 21.15
Sindroma Down (SD) dikenal sebagai suatu kelainan genetik yang disebabkan
sindroma Down dibedakan atas tiga tipe, yaitu SD trisomi bebas, SD translokasi, dan
SD mosaic. Sindroma Down trisomi bebas merupakan tipe yang paling banyak
dijumpai. Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut ketiga tipe sindroma Down
tersebut.18
Kromosom adalah struktur seperti benang yang terdiri dari DNA dan protein
lain. Kromosom-kromosom itu ada di setiap sel tubuh dan membawa informasi
11
genetik yang diperlukan oleh sel untuk berkembang. Gen adalah unit informasi yang
dikodekan dalam DNA. Sel manusia normal memiliki 46 kromosom yang dapat
disusun dalam 23 pasang. Dari 23 pasang, 22 sama untuk pria maupun wanita yang
dan Y). Setiap anggota dari sepasang kromosom membawa informasi yang sama,
yang berarti bahwa gen yang sama berada di daerah yang sama pada kromosom.
Namun, variasi gen (alel) mungkin terjadi. Contoh: informasi genetik untuk warna
mata disebut gen, dan variasi untuk biru, hijau, dan lain-lain disebut alel.19
Ada dua cara pembelahan sel manusia. Yang pertama adalah pembelahan sel
biasa (mitosis). Dengan cara ini, satu sel membelah menjadi dua sel yang memiliki
jumlah dan tipe kromosom yang sama persis dengan kromosom sel induk. Yang
kedua adalah pembelahan sel yang terjadi dalam ovarium dan testis (meiosis) dan
terdiri dari satu sel yang membelah menjadi dua, dengan jumlah kromosom setengah
dari jumlah kromosom sel induk. Jadi, normalnya sel telur dan sel sperma hanya
Ada banyak kesalahan yang dapat terjadi selama proses pembelahan sel. Pada
meiosis, beberapa pasang kromosom membelah diri dan berpisah ke tempat yang
berbeda, peristiwa ini disebut disjungsi. Namun, kadang-kadang salah satu pasang
tidak membelah, dan seluruhnya pergi ke satu daerah. Ini berarti bahwa dalam sel-sel
yang dihasilkan, seseorang akan memiliki 24 kromosom dan yang lain akan memiliki
terjadi pada meiosis I atau II (lebih sering terjadi pada meiosis I). 20 Jika sperma atau
sel telur dengan jumlah kromosom yang abnormal menyatu dengan pasangan normal,
12
sel telur yang dibuahi akan memiliki jumlah kromosom yang abnormal. Pada
sindroma Down, 95% dari semua kasus disebabkan oleh peristiwa ini, satu sel
mempunyai dua kromosom 21, bukan satu sehingga sel telur yang dibuahi akan
memiliki tiga kromosom 21. Oleh karena itu sering disebut dengan nama ilmiah,
trisomi 21. Penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa dalam kasus ini, sekitar 90%
dari sel-sel yang abnormal adalah sel telur. Penyebab kesalahan nondisjunction tidak
diketahui, tetapi pastinya memiliki kaitan dengan usia ibu. Penelitian saat ini
nondisjunction.19
Gambar 2.2 : Proses meiosis (a) Proses meiosis normal, (b) Terjadi kesalahan pada
meiosis I, (c) Terjadi kesalahan pada meiosis II. Sumber : Girirajan S. Parental-age
effects in sindroma Down. USA: Journal of Genetiks 2009 Apr;88(1):1-7.
Tiga sampai empat persen dari semua kasus trisomi 21 adalah karena
yang terpisah, biasanya pada kromosom 14 dan 21. Ada penataan ulang materi
13
genetik sehingga beberapa dari kromosom 14 digantikan oleh kromosom 21
tambahan (ekstra). Jadi pada saat jumlah kromosom normal, terjadi triplikasi dari
kromosom 21. Beberapa anak mungkin hanya terjadi triplikasi pada kromosom 21
bukan pada keseluruhan kromosom, yang biasa disebut dengan trisomi 21 parsial.
Translokasi yang hasilkan dari trisomi 21 mungkin dapat diwariskan, jadi penting
untuk memriksa kromosom orang tua dalam kasus ini untuk melihat apakah anak
Sisa kasus trisomi 21 adalah karena kejadian mosaik. Orang-orang ini memiliki
campuran garis sel, beberapa diantaranya memiliki sejumlah kromosom normal dan
lainnya memiliki trisomi 21. Dalam mosaik sel, campuran ini terlihat berbeda dari
jenis yang sama. Dalam mosaik jaringan, satu set sel , seperti semua sel darah
mungkin memiliki kromosom normal dan juga tipe yang lain, seperti semua sel-sel
dalam hal produksi beragam materi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pengarahan oleh
gen ini disebut ekspresi gen. Pada trisomi 21, kehadiran sebuah gen tambahan
produk tertentu. Untuk sebagaian besar gen, overekspresi memiliki pengaruh yang
kecil karena adanya mekanisme tubuh yang mengatur gen dan produknya. Akan
pengecualian.19
Gen-gen apa saja yang terlibat? Itu menjadi pertanyaan peneliti-peneliti sejak
14
terkenal menyebutkan bahwa hanya sedikit bagian dari kromosom 21 yang
sebenarnya benar-benar perlu ditriplikasi untuk membuat efek pada sindroma Down,
yang disebut sebagai Down’s Syndrome Critical Region. Namun, region ini bukan
merupakan satu daerah yang kecil, tetapi beberapa daerah yang kemungkinan besar
gen (menjadi kromosom yang terkecil dalam hal jumlah gen), tetapi diperkirakan
bahwa hanya beberapa persen saja yang mengakibatkan ciri-ciri pada sindroma
Down. 19
Adanya Down’s Syndrome Critical Region (DSCR), sebuah segmen kecil pada
utama sindroma Down, telah mendominasi penelitian sindroma Down pada tiga
decade terakhir. Gen-gen yang terdapat pada daerah 5,4 Mb ini dikelompokkan
overekspresikan dalam otak fetus sindroma Down dan berinteraksi secara fisik dan
fungsional dengan kalsineurin A, sebuah katalitik sub unit dari kalsium / calmodulin-
dependent protein phosphatase. Menurut Fuentes et al. (1995) dalam Sommer dan
terutama retardasi mental dan / atau kelainan jantung. Sedangkan menurut Vidal-
Taboada et al. (2000) dalam Sommer dan Henrique-Silva (2008), DSCR2 lebih
15
banyak diekspresikan pada semua jaringan dan sel yang berproliferasi, seperti
dini dan menurunnya fungsi sitem imun. Gen ini berperan dalam demensia tipe
Alzheimer.
skeletal).
DNA.
Gen lainnya yang mungkin juga terlibat, diantaranya APP, GLUR5, S100B,
TAM, PFKL, dan beberapa gen lainnya. Sekali lagi, penting untuk diketahui bahwa
belum ada gen yang sepenuhnya terkait dengan setiap karakteristik yang
16
Karakteristik sindroma Down terbagi atas 2, yaitu:
a. Karakteristik Fisik15
2) Mempunyai bentuk kepala atipikal. Kepala mungkin lebih kecil dari rata-rata
3) Mata yang miring ke atas, menuju tepi wajah (upslanting palpebral fisura) dan
5) Telinga kecil atau berlipat, hidung datar, dan mulut kecil dengan tonus otot
6) Tangan pendek dan lebar dengan jari pendek dan sebuah garis selebar telapak
b. Karakteristik Perkembangan15
kategori ringan hingga sedang. Pada individu tertentu, dengan genotip mosaik
kondisi perilaku.
17
Gambar 2.3 : Anak sindroma Down. Sumber : Leonard H, dkk. Understanding
sindroma Down: capturing family experiences through research. Telethon Institute
for Child Health Research; 2011. Available from URL :
www.childhealthresearch.com.au. Accessed January 14, 2012.
18
2.1.5 Kondisi Sistemik15,22
Gambar 2.4 : Kondisi sistemik pada anak sindroma Down. Sumber : Leonard H,
dkk. Understanding sindroma Down: capturing family experiences through research.
19
Telethon Institute for Child Health Research; 2011. Available from URL :
www.childhealthresearch.com.au. Accessed January 14, 2012.
a. bertubuh pendek.
b. penyakit jantung kongenital. Lebih dari 40% anak-anak lahir dengan sindroma
konduktif sebagai hasil dari efusi telinga tengah atau kelainan struktural dari
pendengaran setelah 10 tahun. Jika tidak terdeteksi, hal ini secara signifikan
tidak diobati.
g. kelainan fungsi tiroid (hipo- atau hipertiroidisme) lebih sering terjadi diantara
posisi tidur yang tidak biasa, kelelahan yang berlebihan atau tidur siang
20
i. Peningkatan mobilitas tulang belakang leher antara tulang yang pertama dan
sekitar 1-2 persen dari individu dengan sindroma Down, termasuk sakit leher,
posisi kepala dan leher yang tidak biasa, perubahan gaya berjalan, hilangnya
kekuatan tubuh bagian atas, refleks neurologis yang abnormal, dan perubahan
k. Insidensi yang tinggi (tapi masih hanya sekitar 1 persen) dari leukimia
limpoblastik akut dibandingkan pada populasi umum. Dalam kondisi ini, terjadi
abnormalitas sel-sel darah putih dalam mengganti elemen sumsum darah yang
merah (pteki), nyeri tulang atau sendi, dan pembesarn kelenjar getah bening.
21
Sumber : Weijerman M. Consequences of Sindroma Down for patient and
family. Amsterdam : Ipskamp Drukkers B.V.; 2011. p. 13,15,17
1. Extra Oral3
a. Retardasi Mental
2) Retardasi sedang (IQ = 40-54), dapat dilatih untuk komunikasi terbatas atau
tingkat dasar.
4) Retardasi sangat berat (IQ < 25), tidak dapat dilatih dan tidak mampu
berkomunikasi.
pula yang bersifat kurang memperhatikan, selalu gelisah, dan bersifat perusak.
b. Tubuh
c. Wajah
kepala brachicephalic dan pangkal hidung lebar dan datar. Rambut terlihat
22
Hipoplasia maksila, deformitas pada tulang sphenoid, tulang rusuk, dan
tulang pelvis, dislokasi pinggang dan subluksasi patella sering dijumpai pada
d. Mata
Penderita memiliki lipatan mata epikantus. Hal ini disebabkan bagian luar
canthus lebih tinggi dari pada bagian dalam, sehingga mata terlihat sipit dan
e. Tangan
simian crease.
2. Intra Oral3
23
a. Palatum
b. Hipotonus otot
menyebabkan perubahan fasial yang bermakna, seperti sudut mulut turun dan
mulut terbuka.
c. Lidah
2/3 anterior dengan panjang dan kedalaman yang bervariasi. Pada penderita
sindroma down, hal ini dapat terjadi dengan kombinasi geographic tongue.
Permukaan dorsal lidah biasanya kering dan merekah serta tepinya mempunyai
makan, dan bicara akan terjadi pada lidah hipotonus. Jaringan lidah bagian
d. Gigi-geligi
gigi sulung maupun tetap, mahkota klinis berbentuk kerucut, pendek, dan kecil.
Hal ini menyebabkan timbulnya celah antar gigi (spacing). Keadaan gigi
berjejal sering terjadi pada rahang atas, sedangkan pada rahang baawah sering
24
terjadi spacing. Taurodonsia terjadi dengan manifestasi perpanjangan ruang
pulpa dan perubahan letak apical, bifurkasi, atau trifurkasi akar, paling sering
terjadi pada molar kedua bawah tetap. Penyakit periodontal dapat terjadi sejak
gusi, pembentukan poket, keterlibatan furkasi dan bifurkasi pada gigi molar,
mobilitas gigi anterior dan posterior, kehilangan gigi terutama pada regio
anterior bawah. Pola dan penyebaran penyakit periodontal pada penderita sama
dengan pasien normal yaitu melalui akumulasi plak yang berat pada gigi.
sindroma Down rendah. Hal ini karena efek buffer saliva yang baik.
2.2 KARIES
Karies gigi adalah penyakit yang menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak
ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai
kasus berbahaya, dan bahkan kematian. Karies gigi terdapat di seluruh dunia dan
dapat dialami oleh setiap orang tanpa memandang umur, bangsa, ataupun keadaan
ekonomi. dan dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih serta dapat meluas ke
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin, dan
sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat
25
yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi jarinegan keras gigi yang
Menurut Edwina A. M. Kidd, karies gigi adalah suatu proses yang mungkin
terjadi pada setiap permukaan gigi dalam rongga mulut di mana plak gigi dibiarkan
mikrobiologi pada gigi yang menyebabkan perubahan secara lokal dan kerusakan
jaringan keras gigi. Adanya kavitas / lubang pada gigi merupakan tanda adanya
infeksi bakteri.25
a. Inang / Host
Umumnya, karies dimulai pada enamel tetapi juga bisa dimulai pada dentin
atau sementum. Saliva memainkan beberapa peran penting dalam proses karies.
b. Plak Gigi
Plak mengandung bakteri penghasil asam yang baik dan dapat bertahan hidup
pada pH rendah. Streptokokus Mutans diyakini sebagai bakteri yang paling penting
dalam inisiasi dan perkembangan karies gigi. Dalam proses caries, setelah pH dalam
plak turun di bawah tingkat kritis, asam yang dihasilkan mulai mendemineralisasi
enamel. Ini akan berlangsung selama 20 menit atau lebih lama tergantung pada
ketersediaan substrat.26
26
c. Substrat
Bakteri menggunakan karbohidrat untuk energi difermentasi dan titik akhir dari
karbohidrat yang paling sering terlibat difermentasi tetapi penting untuk diingat
kompleks seperti pati relatif tidak berbahaya karena mereka tidak sepenuhnya
dicerna di mulut, tetapi karbohidrat berat molekul rendah (gula) mudah berdifusi ke
dalam plak dan dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri. Dengan demikian, banyak
d. Waktu
kristal enamel yang cukup untuk menghasilkan suatu rongga yang terlihat. Kavitasi
ini akan menghancurkan gigi dalam hitungan bulan sampai tahun, bukan dalam
hitungan hari atau minggu.26 Oleh karena itu, sebenarnya terdapat kesempatan yang
Gambar 2.7 :
Keterkaitan
hubungan empat
faktor penyebab
karies. Sumber :
Higham S. Caries
27
process and prevention strategies: the agent. Continuing Education Recognition
Program; 2010.
a. Umur
Sepanjang hidup dikenal 3 phase umur dilihat dari sudut pagi geligi.
2) Periode puberitas ( remaja ) umur antara 14 s/d 20 tahun. Pada masa puberitas
3) Umur antara 40 – 50 tahun. Pada umur ini sudah terjadi retraksi atau
menurunyya gusi dan papila sehingga, sisa – sisa makanan sering lebih sukar
dibersihkan.
sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan
yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi
dengan gigi antagonisnya. Anak – anak mempunyai resiko karies yang paling tinggi
ketika gigi mereka baru erupsi sedangkan orang tua lebih beresiko terhadap
terjadinya karies 23
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor dalam proses terjadinya karies,
prevalensi karies gigi tetap wanita lebih tinggi dibandingkan pria. Demikian juga
28
dengan anak-anak, prevalensi karies gigi sulung anak perempuan sedikit lebih tinggi
dibandingkan anak laki-laki. Hal ini disebabkan antara lain karena erupsi gigi anak
perempuan lebih cepat dibanding anak laki-laki sehingga gigi anak perempuan
berada lebih lama dalam mulut. sehingga gigi anak perempuan akan lebih lama
c. Makanan
Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, pengaruh ini dapat
dibagi menjadi 2 :
vitamin serta mineral. Unsur tersebut di atas berpengaruh pada masa pra-erupsi
membersihkan ini adalah apel, jambu air, bengkuang dan lain sebagainya.
Sebaliknya makanan yang lunak dan melekat pada gigi dapat merusak gigi
d. Vitamin
Vitamin berpengaruh pada proses terjadinya karies gigi, terutama pada periode
pembentukan gigi.23
e. Unsur kimia
Unsur kimia juga mempunyai pengaruh terhadap terjadinya karies gigi. Unsur
kimia yang paling berpengaruh persentase terjadinya karies gigi adalah Fluor.23
29
Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia,
peringkat 2-3. Dari 5 jenis penyakit gigi dan mulut yang terdapat pada masyarakat
yang berobat di puskesmas pada akhir pelita V dapat diketahui bahwa penyakit
karies gigi menduduki peringkat teratas (16,38%), disusul kelainan pulpa (29,30%),
melibatkan pengubahan satu atau lebih faktor, seperti yang jelaskan di atas. Beberapa
a. Diet modifikasi
Meskipun sering mendapat perhatian minimal oleh praktisi gigi, pola makan
keseluruhan tidak berubah selama 50 tahun terakhir. Banyak makanan, yang bukan
Mengubah kebiasaan makan sangat sulit dan karena itu saran harus secara individu,
30
3) Konsumsi minuman ringan sering merupakan masalah besar, hal ini bukan
positifnya.26
b. Fluorida
Prinsip utama dari semua aktivitas fluorida (pasta gigi, bilasan, gel dan air
fluoridasi komunitas) adalah efek topikal yang diberikan pada enamel. Bahkan
konsentrasi rendah fluorida dalam lingkungan yang kecil di sekitar gigi menghambat
c. Fissure sealant
terjadinya karies pada pit dan fisura masih rentan. Cara yang paling efektif untuk
mencegah karies pit dan fisura adalah dengan fissure sealant (perhatikan indikasi
d. Kontrol Plak
1) Menyikat gigi
Dalam masyarakat dengan air berfluoridasi, hampir semua karies terjadi pada
pit dan fisura serta interproksimal. Harus disadari bahwa tindakan mekanis
31
menyikat gigi saja tidak akan mencegah karies karena tidak menghilangkan
plak dari daerah yang disebutkan di atas. Anak-anak harus didorong untuk
mengadopsi kebiasaan menyikat gigi yang baik sejak awal dan sebagai bagian
mereka sejak erupsi gigi yang pertama. Sikat gigi kecil yang sangat lembut
harus digunakan untuk memberikan perlindungan pada gigi yang sedang erupsi.
Hal ini berguna untuk orang dewasa yang secara rutin menyikatkan gigi
anaknya sampai anak berumur sekitar 6 tahun dan memiliki kemampuan untuk
harus dilakukan dua kali sehari dan diingatkan pentingnya menyikat gigi
sebelum tidur.26
2) Flossing
Pada tahun prasekolah akhir, dan periode awal gigi bercampur, permukaan
interproksimal dari gigi molar permanen menjadi lebih berisiko karies. Orang
tua dapat ditunjukkan bagaimana cara membersihkan daerah kontak antar gigi
dan terutama jika ada tanda-tanda demineralisasi. Anak yang lebih tua harus
diajarkan untuk melakukan hal ini sendiri dan mungkin akan lebih mudah jika
3) Disclosing Solution
Anak-anak, orang tua mereka, dan pasien yang lebih tua merasa sulit untuk
tahu kapan secara efektif kapan mereka harus menghilangkan plak dari gigi
32
mereka. Disclosing solution dan tablet sangat berguna untuk membantu pasien
dan orang tua untuk melihat dan menghapus plak secara lebih efektif.26
4) Antimikroba
yang lebih tua dan remaja sebagai tambahan untuk kontrol plak. Peran utama
mereka adalah dalam mengontrol individu dengan resiko karies yang tinggi.
dalam flora normal dalam rongga mulut dan tidak digunakan dalam upaya
pencegahan karies.26
Relasi gigi merupakan hubungan gigi atas dan bawah dalam keadaan oklusi.
Oklusi melibatkan relasi gigi pada oklusi sentrik dan relasi sentrik selama berfungsi.
Apabila terdapat penyimpangan dari letak gigi dan relasi gigi dapat menyebabkan
terjadinya maloklusi.28,29
Relasi gigi adalah hubungan gigi atas dan bawah dalam keadaan oklusi. 28
Sedangkan pengertian oklusi sendiri adalah hubungan statis antara gigi atas dan gigi
bawah selama interkuspasi (pertemuan tonjol gigi atas dan bawah secara maksimal).
Oklusi ideal adalah keadaan beroklusinya setiap gigi, kecuali insisivus sentral bawah
33
dan molar ketiga atas, beroklusi dengan dua gigi di lengkung antagonisnya dan
didasarkan pada bentuk gigi yang tidak mengalami keausan. Akan tetapi, oklusi
sudah dapat dikatakan normal apabila memenuhi persyaratan fungsi dan estetik
Yang dimaksud dengan gigi anterior adalah insisivus sentral dan lateral. Relasi
gigi anterior diperiksa dalam jurusan sagital dan vertikal. Relasi gigi yang normal
dalam jurusan sagital adalah adanya jarak gigit / overjet. Ada beberapa pengertian
tentang jarak gigit misalnya menurut Proffit dkk.(2007), jarak gigit adalah horizontal
overlap of the incisors. Pada keadaan normal gigi insisivus bawah dengan jarak
selebar ketebalan tepi insisal insisivus atas, kurang lebih 2-3 mm dianggap normal.
Bila insisivus bawah lebih anterior daripada atas disebut jarak gigit terbalik atau
kadang-kadang ada yang menyebut gigitan silang anterior atau gigitan terbalik.
pengertian jarak gigit adalah jarak horizontal antara insisal insisivus atas dengan
bidang labial insisivus bawah. Jarak gigit pada gigitan silang anterior diberi tanda
negatif, misalnya -3 mm. Pada relasi gigitan edge to edge, jarak gigitnya 0 mm.
Pada jurusan vertikal dikenal adanya tumpang gigit / overbite yang merupakan
vertical overlap of the incisors. Di klinik, tumpang gigit diukur dari jarak vertikal
insisal insisivus atas dengan insisal insisivus bawah, yang normal ukurannya 2 mm.
34
Tumpang gigit yang bertambah menunjukkan adanya gigitan dalam. Pada gigitan
terbuka tidak ada overlap dalam jurusan vertikal, tumpang gigit ditulis dengan tanda
negatif, misalnya -5 mm. pada relasi edge to edge, tumpang gigitnya 0 mm.
Gigi yang diperiksa adalah molar pertama permanen dan kaninus permanen.
a) Netroklusi, yaitu bila tonjol mesiobukal molar pertama permanen atas terletak
b) Distoklusi, yaitu bila tonjol distobukal molar pertama permanen atas terletak
c) Mesioklusi, yaitu bila tonjol mesiobukal molar pertama permanen atas terletak
d) Gigitan tonjol, yaitu bila tonjol mesiobukal molar pertama permanen atas
e) Tidak ada relasi, yaitu bila salah satu molar pertama permanen tidak ada,
misalnya oleh karena telah dicabut, atau bila kaninus permanen belum erupsi.
telah dapat ditetapkan relasinya dengan melihat relasi sumbu kaninus tersebut.
35
Pada keadaan normal, relasi transversal gigi posterior adalah gigitan fisura
luar rahang atas, oleh karena rahang atas lebih lebar daripada rahang bawah.
Apabila rahang atas terlalu sempit atau terlalu lebar dapat menyebabkan
yang dapat terjadi adalah gigitan tonjol, gigitan fisura dalam atas, dan gigitan
rahang bawah terlalu sempit atau terlalu lebar dapat sama dengan yang di atas
Kelainan dalam jurusan vertikal dapat berupa gigitan terbuka yang berarti
tidak ada kontak antara gigi atas dan bawah pada saat oklusi.
Maloklusi adalah penyimpangan letak gigi dan atau malrelasi lengkung geligi
(rahang) di luar rentang kewajaran yang dapat diterima. Maloklusi juga bisa
merupakan variasi biologi sebagaimana variasi biologi yang terjadi pada bagian
tubuh yang lain, tetapi karena variasi letak gigi mudah diamati dan mengganggu
perawatan.29
36
Untuk kemudahan penyebutan maloklusi, penggunaan klasifikasi sangat
golongan saja. Banyak klasifikasi telah diajukan akan tetapi sampai sekarang
lengkung geligi dalam jurusan sagittal. Kunci klasifikasi Angle adalah pada relasi
molar pertama permanen. Pada keadaan normal, tonjol mesiobukal molar pertama
permanen atas beroklusi dengan lekukan bukal molar pertama permanen bawah.28
Klasifikasi Angle :
tonjol lebih mesial terhadap molar pertama permanen atas. Relasi lengkung gigi
semacam ini biasa disebut juga dengan istilah netroklusi. Kelainan yang dapat
dan lain-lain.29
1) Tipe I : Terdapat gigi anterior (insisivus) yang berdesakan / crowded; atau gigi
3) Tipe III : Terdapat satu atau lebih gigi anterior maksila yang linguoversi
4) Tipe IV : Terdapat satu atau lebih gigi posterior (malar dan premolar) yang
37
5) Tipe V : Terjadi pergeseran kea rah mesial dari gigi molar akibat hilangnya gigi
b. Klas II : Lengkung bawah minimal setengah lebar tonjol lebih posterior dari
relasi yang normal terhadap lengkung geligi atas dilihat pada relasi molar.
Maloklusi klas II dibagi menjadi dua divisi menurut inklinasi gigi insisivus
atas, yaitu:
normal, tetapi terdapat jarak gigit dan tumpang gigit yang bertambah.
proklinasi, miring ke mesial atau rotasi mesiolabial. Jarak gigit biasanya dalam
bertambah. Dapat juga keempat insisivus atas retroklinasi dan kaninus terletak
di bukal.29
c. Klas III : Lengkung bawah setidak-tidaknya satu lebar tonjol lebih ke mesial
daripada lengkung geligi atas bila dilihat dari relasi molar pertama permanen.
Relasi lengkung geligi semacam ini biasa disebut juga mesioklusi. Relasi
edge to edge.
2) Tipe II : Lengkung maksila normal; gigi insisivus mandibula crowded dan agak
38
3) Tipe III : gigi maksila berdesakan, lengkung mandibula normal; insisivus
Klasifikasi angle didasarkan atas relasi molar pertama permanen. Bila molar
pertama permanen bergeser karena molar sulung hilang premature, maka relasi molar
yang ada bukan relasi molar yang sebenarnya sebelum terjadi pergeseran. Bila molar
pertama permanen dicabut, berarti tidak ada relasi molar. Bila telah terjadi
pergeseran molar pertama permanen ke mesial maka perlu dibayangkan letak molar
Ada kemungkinan relasi molar pertama permanen kanan tidak sama dengan
relasi molar pertama permanen kiri. Angle memperbolehkan hal ini disebut sebagai
subdivisi klas II dan klas III. Jadi, pada satu sisi relasi molar pertama permanen
distoklusi atau mesioklusi sedangkan pada sisi lainnya bukan distoklusi atau
secara tegas klas I dengan klas lainnya. Pada akhirnya kesimpulan penentuan
Angle berpendapat bahwa letak molar pertama permanen tetap stabil dalam
perkembangannya pada rahang sehingga dengan melihat relasi molar dapat dilihat
pula relasi rahang. Hal ini tidak selamanya benar karena letak gigi dalam
perkembangannya tidak sama dengan letak rahang. Klasifikasi gigi dan rahang tidak
39
Kadang-kadang suatu maloklusi sukar ditentukan secara tepat etiologinya
kembang. Secara garis besar, etiologi atau penyebab suatu maloklusi dapat
a. Faktor Herediter29
2) disproporsi ukuran, posisi, dan bentuk rahang atas dan rahang bawah yang
1) Kelainan Gigi
mesiodens, bentuk gigi yang khas misalnya karabeli pada molar, kaninus yang
Kelainan jumlah gigi dapat berupa tidak ada pembentukan gigi atau agenesis
gigi. Anodonsia adalah suatu keadaan tidak terbentuk gigi sama sekali,
40
separah anodonsia adalah hipodonsia, yaitu suatu keadaan beberapa gigi
yang tidak terbentuk lebih dari 4 gigi. Sebagai panduan dapat dikatakan apabila
gigi sulung agenesis maka gigi permanennya juga agenesis, tetapi meskipun
gigi sulung ada bisa saja gigi permanennya agenesis. Gigi yang agenesis
biasanya adalah gigi sejenis yang letaknya lebih distal sehingga dapat dipahami
bahwa yang sering agenesis adalah molar ketiga, premolar kedua, dan insisivus
lateral.
Yang paling sering ditemukan adalah gigi kelebihan yang terletak di garis
median rahang atas yang biasa disebut mesiodens. Jenis gigi kelebihan lainnya
adalah yang terletak di sekitar insisivus lateral sehingga ada yang menyebut
laterodens, premolar tambahan bisa sampai dua premolar tambahan pada satu
sisi sehingga pasien mempunyai empat premolar pada satu sisi. Adanya gigi-
4) Disharmoni Dentomaksiler
dan rahang dalam hal ini lengkung geligi. Menurut Anggraini (1975) etiologi
harmoni antara besar gigi dan lengkung gigi maka keadaan klinis yang dapat
dilihat adalah adanya lengkung geligi dengan diastema yang menyeluruh pada
lengkung geligi bila gigi-geligi kecil dan lengkung geligi normal, meskipun hal
ini jarang dijumpai. Keadaan yang sering dijumpai adalah gigi-geligi yang
41
besar pada lengkung geligi yang normal atau gigi yang normal pada lengkung
geligi yang kecil sehingga menyebabkan letak gigi berdesakan. Meskipun pada
maloklusi seperti ini bisa terjadi di rahang atas maupun di rahang bawah.
b. Faktor Lokal29
Gigi sulung yang tanggal prematur dapat berdampak pada susunan gigi
permanen. Semakin muda umur pasien pada saat terjadi tanggal prematur gigi
Persistensi gigi sulung atau disebut juga over retained decicuous teeth berarti
gigi sulung yang sudah melewati waktu nya tanggal tetapi tidak tanggal. Perlu
diingat bahwa waktu tanggal gigi sulung sangat bervariasi. Keadaan yang jelas
telah erupsi tetapi gigi sulungnya tidak tanggal. Bila diduga terjadi persistensi
gigi sulung tetapi gigi sulungnya tidak ada di rongga mulut, perlu diketahui
pasien apakah dahulu pernah terdapat gigi yang bertumpuk di regio tersebut.
3) Trauma
Trauma yang mengenai gigi sulung dapat menggeser benih gigi permanen. Bila
terjadi trauma pada saat mahkota gigi permanen sedang terbentuk dapat terjadi
42
gangguan pembentukan enamel, sedangkan bila mahkota gigi permanen telah
terbentuk dapat terjadi dilaserasi, yaitu akar gigi yang mengalami distorsi
dapat mencapai oklusi yang normal bahkan kalau parah tidak dapat dirawat
Tekanan dari otot, bibir, pipi, dan lidah memberi pengaruh yang besar terhadap
letak gigi, Meskipun tekanan dari otot-otot ini jauh lebih kecil daripada tekanan
yang berlangsung selama 6 jam dapat mengubah letak gigi. Dengan demikian,
dapat dipahami bahwa bibir, pipi, dan lidah yang menempel terus pada gigi
5) Kebiasaan Buruk
mengisap jari atau benda lain dalam waktu yang berkepanjangan dapat
a) Kebiasaan mengisap jari pada fase geligi sulung tidak mempunyai dampak
pada gigi permanen bila kebiasaan tersebut telah berhenti sebelum gigi
permanen erupsi. Bila kebiasaan ini terus berlanjut sampai gigi permanen
43
proklinasi dan terdapat diastema, gigitan terbuka, lengkung atas sempit,
jari mana yang diisap dan bagaimana pasien meletakkan jarinya pada
waktu mengisap.
atas disertai jarak gigit yang bertambah dan retroklinasi insisivus bawah.
mengisap jari. Dorongan lidah pada saat menelan tidak lebih besar
6) Faktor Iatrogenik
tetapi karena kesalahan desain atau dapat juga saat menempatkan pegas tidak
44