PENDAHULUAN
Needlestick and sharp injury (NSSI) merupakan kecelakaan kerja yang dialami oleh petugas
kesehatan dengan insidensi dan tingkat mortalitas tertinggi di dunia. MenurutWHO, sebanyak 3
juta orang dari 35 juta petugas kesehatan di dunia mengalami NSSI di rumah sakit tiap tahunnya.
[1]
Laporan kejadian NSSI mencatat sebanyak 500.000 kasus di German, 100.000 kasus di UK,
600.000–800.000 kasus di Amerika terjadi tiap tahunnya dan sisanya terdistribusi pada negara-
negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, Thailand, Malaysia, Turki, Saudi Arabia,Iran,
dan lain-lain.[2,3]Insidensi NSSI yang terjadi di Indonesia sendiri sampai saat ini belum terdata
baik di lembaga kesehatan maupun di berbagai penelitian. Hal ini disebabkan karena rendahnya
tingkat pelaporan kejadian NSSI di Indonesia. Sangat jarang ditemukan rumah sakit yang
menerapkan sistem pelaporan kejadian NSSI pada petugas kesehatan. Insidensi NSSI di
Indonesia mencapai 22% dari seluruh penduduk.[4]
Kejadian NSSImeliputi kejadian tertusuk jarum (needlestick injury/ NSI) dan tergores benda
tajam (sharp injury/ SI). Petugas kesehatan yang berisiko mengalami kejadian NSSI adalah
mereka yang sering melakukan kontak dengan pasien khususnya dalam melakukan tindakan
intervensional seperti pengambilan darah, operasi, pemasangan kateter, pemberian obat bius, dan
terapi secara injeksi. Berdasarkan data penelitian di India pada tahun 2008-2013, kejadian NSSI
paling sering terjadi pada profesi perawat (49,1%) lalu diikuti dengan dokter (10,8%).
Sedangkan area di rumah sakit yang paling banyak terjadi NSSI yaitu bangsal pasien (246
kejadian) diikuti dengan ruang operasi (109 kejadian).[5] Alat medis yang sering menjadi
penyebab NSSI diantaranya disposable syringe (37,3%) , hypodermic needle (27,4%), IV
catheter syletneedle (9,4%), suture needle (6,7%), winged steel needle (3%), dan lain-lain.