DISUSUN OLEH :
1. ADELIA D. K. 201802045
2. AHMAD NASHIR 201802046
3. AMALUL AHLI 201802047
4. ANNISA HASNA M 201802050
5. ANNISA NUR A 201802051
6. NADHILA DEVI 201802073
7. NAZALA BRILIAN M 201802074
8. ROSYIDAN KAYAN 201802080
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufiq,
rahmat dan ridho-Nya kepada kita semua sehingga makalah kami dapat terselesaikan . Makalah
ini ditujukan untuk memahami lebih detail tentang “Prinsip hidup dengan ODHA, Family
Centered pada ODHA, Prinsip perawatan pada bayi dan anak HIV atau orang tua HIV” Dan
tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu selaku dosen pengampu Pendidikan mata
kuliah HIV AIDS yang telah membimbing kami.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman dan pihak lainnya yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan
Makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk
lebih memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik, namun penulis pun
menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami sebagai manusia biasa. Oleh
karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan, maupun dari
isi, maka kami memohon maaf dan kritik serta saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca
sangat diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam
pengetahuan kita bersama. Harapan ini dapat bermanfaat bagi kita
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah…………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orang yang mengidap HIV/AIDS di Indonesia disebut dengan ODHA (Orang dengan
HIV/AIDS). HIV hanya dapat ditularkan dari satu orang kepada yang lain melalui pertukaran
cairan tubuh seperti darah, air mani, cairan vagina dan air susu ibu. HIV/AIDS dapat
menyebabkan kematian seseorang secara perlahan. Virus ini sampai sekarang belum ada
obatnya, sehingga lebih baik mencegah untuk tidak tertular adalah tindakan yang paling
bijaksana. Penyandang HIV dan AIDS (ODHA) yang mengetahui statusnya berpeluang
untuk mendapatkan pendampingan dari lembaga-lembaga swadaya masyarakat peduli AIDS
dalam rangka memberikan dukungan, baik itu dukungan psikis ataupun dukungan lainnya,
jadi penyandang HIV dan AIDS tidak hanya butuh dukungan dari dalam yaitu keluarga tetapi
juga butuh dukungan dari luar yaitu pendamping ODHA.
Pendamping ODHA merupakan orang yang mengesampingkan resiko vonis dari masyarakat
umum dan hidup mendampingi serta memberikan dukungan bagi para ODHA. Menurut Lobo
(2008), untuk menjadi pendamping dibutuhkan kriteria sebagai berikut, yaitu memiliki sifat
dasar manusia yang supel, bertanggungjawab, penuh kepercayaan, tekun dan sebagainya.
Setiap pendamping yang memiliki sifat supel akan mempengaruhi keberadaannya di
lapangan, karena kemampuan menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi alam, nilai dan
struktur masyarakat, menjadi faktor utama keberhasilan pendampingan, mendapatkan
dampingan, dan menyampaikan informasi sesuai dengan maksud dan tujuan pendampingan.
Menyesuaikan diri dengan situasi tersebut, membutuhkan energi dan kemauan yang kuat dari
pendamping, seperti memahami karakteristik sebagai hasil dari kemampuan menyesuaikan
diri, akan menciptakan partisipasi dampingan untuk terlibat langsung, selain itu pendamping
akan membantu menentukan langkah-langkah penanganan, dan pemberdayaan dampingan
agar terhindar dari bahaya HIV/AIDS.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu prinsip hidup dengan ODHA ?
2. Bagaimana family centered pada ODHA ?
3. Bagaimana prinsip hidup pada bayi dan anak dengan HIV atau orang tua HIV ?
C. Tujuan
Agar pembaca dapat mengetahui tentang prinsip hidup dengan ODHA, bagaimana family
centered pada ODHA, dan bagaimana prinsip hidup pada bayi dan anak dengan HIV atau
orang tua HIV.
BAB II
PEMBAHASAN
Menyikapi ODHA :
Sebagai mahluk tuhan yang sederajat, serta warga Negara tentulah kita tidak
boleh melihat ODHA sebagai sosok yang rapuh dengan segudang persoalan
medis dan sosial.
ODHA bukanlah mahluk yang pesimis terhadap kehidupan, sehingga tercipta
persepsi publik bahwa menemani hidup odha adalah pekerjaan sia sia.
1. Falsafah FCC
Pada dasarnya setiap asuhan pada anak yang dirawat di rumah sakit memerlukan
keterlibatan orang tua. Waktu kunjungan untuk bagi orang tua terhadap anaknya
harus terbuka selama 24jam, tersedia aktivitas bermain dan layanan pendidikan
kesehatan pada orang tua yang terprogram secara regular. Anak membutuhkan
orang tua selama proses hospitalisasi.
Terdapat dua konsep yang mendasari family centered care atau asuhan yang
berpusat pada keluarga yaitu fasilitas keterlibatan orang tua dalam perawatan dan
peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat anaknya. Perawat juga
memiliki peran penting untuk memfasilitasi hubungan orang tua dan anaknya
selama dirumah sakit, dimana hendaknya harus diupayakan jangan sampai terjadi
perpisahan antara orang tua dengan anaknya dirumah sakit, hal ini bertujuan agar
orang tua diharapkan mempunyai kesempatan untuk meneruskan peran dan
tugasnya merawat anak selama dirumah sakit. Diharapkan selama merawat
anaknya di rumah sakit, terjadi proses belajar pada orang tua baik dalam
peningkatan pengetahuan maupun ketrampilan yang berhubungan keadaan sakit
pada anaknya. Dengan demikian pada saat anak di perbolehkan pulang maka
orang tua sudah memiliki seperangkat ilmu pengetahuan dan ketrampilan tentang
perawatan anaknya, seperti pada saat seorang ibu yang mempunyai anak sakit
panas dan dirawat di rumah saki, jika pada awal masuk rumah sakit orang tua
tidak tahu tentang perawatan anak panas, saat keluar dari rumah sakit mereka
sudah dapat memberikan kompres hangat dan mengukur suhu dengan
termometernya sendiri dengan benar.
Family centered care atau perawatan yang berpusat pada keluarga di definisikan
sebagai filosofi perawatan berpusat pada keluarga, mengakui keluarga sebagai
konstanta dalam kehidupan anak. Family centered care meyakini adanya
dukungan individu, menghormati, mendorong dan meningkatkan kekuatan dan
kompetensi keluarga.
Dalam family centered care kebutuhan semua anggota keluarga tidak hanya harus
dipertimbangkan, dengan mengacu pada elemen penting family centered care
yang meliputi:
c. Saling bertukar informasi yang lengkap dan jelas antara anggota keluarga dan
professional dalam hal dukungan tentang cara yang supportif di setiap saat.
c. Mengenali dan memperkuat kelebihan yang ada pada anak dan keluarga
f. Berbagi informasi secara jujur dan tidak bias dengan anak dan keluarga
sebagai cara untuk memperkuat dan mendayagunakan anak dan keluarga
dalam meningkatkan derajat kesehatan.
g. Memberikan dan menjamin dukungan formal dan informal untuk anak dan
keluarga
C. Prinsip Hidup Pada Bayi dan Anak dengan HIV / Ortu HIV
Transmisi dari Ibu ke Anak Sebenarnya ibu dengan HIV positif kurang begitu
subur. Penelitian di Uganda dan beberapa negara maju menunjukkan bahwa infeksi
HIV pada perempuan menurunkan fertilitas6 . Namun karena kelompok umur yang
terinfeksi HIV sebagian besar adalah usia subur maka kehamilan pada wanita HIV
positif merupakan masalah nyata. Transmisi HIV dari ibu dengan HIV positif ke bayi
disebut transmisi vertikal dapat terjadi melalui plasenta pada waktu hamil
(intrauterin), waktu bersalin (intrapartum) dan pasca natal melalui air susu ibu
(ASI).7 Tidak semua ibu pengidap HIV akan menularkannya kepada bayi yang
dikandungnya. HIV tidak melalui barier plasenta. Transmisi vertikal terjadi sekitar
15-40%, sebelum penggunaan obat antiretrovirus. Perbedaan ini terjadi karena
perbedaan insidens pemberian ASI 8,9 Diperkirakan risiko transmisi melalui ASI
adalah 15%. Apabila ibu terinfeksi pada saat hamil tua atau pada saat menyusui maka
risiko tersebut meningkat sampai 25 %.10 Mekanisme transmisi melalui ASI. HIV-1
berada di dalam ASI dalam bentuk terikat dalam sel atau virus bebas, namun belum
diketahui bentuk mana yang ditularkan ke bayi. Beberapa penelitian yang perlu
dikonformasi lagi oleh karena hanya melibatkan kasus yang tidak banyak
memperlihatkan bahwa prevalensi dan konsentrasi DNA HIV-1 tertinggi pada 6 bulan
pertama. Beberapa zat antibodi yang terdapat di dalam ASI dapat bekerja protektif
terhadap penularan melalui ASI seperti laktoferin, secretory leukocyte protease
inhibitor. Status vitamin A pada ibu juga penting karena terbukti laju penularan lebih
tinggi pada ibu dengan defisiensi vit A10
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah tepi berupa pemeriksaan Hemoglobin, leukosit hitung jenis,
trombosit, dan jumlah sel CD4. Pada bayi yang terinfeksi HIV dapat ditemukan
anemia serta jumlah leukosit CD4 dan trombosit rendah
c. Pemeriksaan antibody HIV. Terdapatnya IgG antibodi HIV pada darah bayi belum
berarti bayi tertular, oleh karena antibody IgG dari ibu dapat melalui plasenta dan
baru akan hilang pada usia kurang lebih 15 bulan. Bila setelah 15 bulan di dalam
darah bayi masih ditemukan antibodi IgG HIV baru dapat disimpulkan bahwa bayi
tertular. Untuk dapat mengetahui bayi kurang dari 15 bulan terinfeksi atau tidak
diperlukan pemeriksaan lain yaitu pemeriksaan IgM antibody HIV, biakan HIV dari
sel mononuklear darah tepi bayi, mengukur antigen p24 HIV dari serum dan
pemeriksaan provirus (DNA HIV) dengan cara reaksi rantai polimerase (polymerase
chain reaction = PCR).
Bila bayi tertular HIV in utero, maka baik biakan maupun PCR akan menunjukkan hasil yang
positif dalam 48 jam pertama setelah lahir. Bila bayi tertular pada waktu intrapartum maka
biakan HIV maupun PCR dapat menunjukkan hasil yang negatif pada minggu pertama. Reaksi
baru akan positif setelah bayi berumur 7-90 hari21. Kebanyakan bayi yang tertular HIV akan
menunjukkan hasil biakan dan PCR yang positif pada usia rata-rata 8 minggu. Dianjurkan untuk
memeriksa PCR segera setelah lahir, pada usia 1-2 bulan dan 3-6 bulan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ODHA merupakan seseorang yang seharusnya kita tolong dan kita beri bimbingan menuju
jalan yang lebih baik, dengan cara merangkul bukan mengucilkan. Karena sebenarnya
semakin kita mengucilkan mereka, semakin kecil pula harapan hidup mereka. Mereka
sebenarnya masih memiliki potensi jika kita mau membantu bangkit. Selangkah bagi kita
bagaikan seribu langkah bagi mereka tidak ada kata terlambat untuk membantu,
mengucilkan bukanlah sebuah solusi, jauhi penyakitnya bukan orangnya.
B. Saran
Diharapkan masyarakat mulai berangsur memahami dan mampu memberi solusi yang baik
selain menyalahkan dan membunuh secara perlahan, terutama kita yang berkecimpung
dalam dunia kesehatan sudah seharusnya memberi edukasi bagi masyarakat maupun bagi
penderita ODHA sendiri guna kehidupan mendatang yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://tuxdoc.com/download/prinsip-hidup-dengan-odha-3_pdf
https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/kb-3-family-centered-care