Anda di halaman 1dari 11

Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS

Volume 3, No 1, Maret 2016 (39-49)


Online: http://journal.uny.ac.id/index.php/hsjpi

PENERAPAN MODEL TWO STAY TWO STRAY BERBANTUAN MULTIMEDIA


UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS
Kardi Manik, Abdul Gafur
SMP Negeri1 Sidamanik Sumatera Utara, Universitas Negeri Yogyakarta
kardi.manik@gmail.com, abdul_gafur@uny.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan aktivitas belajar dengan penerapan model pembelajaran
two stay two stray berbantuan multimedia, dan (2) meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IX-A
SMP Negeri 1 Sidamanik Sumatera Utara. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK)
dengan menggunakan desain Kemmis & Taggart, yang terlaksana dalam dua siklus. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah observasi, tes hasil belajar, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian adalah: (1) penerapan model pembelajaran two stay
two stray berbantuan multimedia dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa:
pada kondisi awal siswa yang aktif hanya 55,56 %, pada siklus I meningkat menjadi 59,10%, dan pada
siklus II menjadi 85,50%. (2) pembelajaran IPS dengan penerapan model kooperatif two stay two stray
berbantuan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar siswa: dari kondisi awal rata-rata hasil belajar
siswa 68,61, meningkat pada siklus I menjadi 71,94 dan pada siklus II menjadi 82,10. Dengan demikian
ketuntasan klasikal meningkat dari kondisi awal 58,33%, pada siklus I menjadi 77,78%, dan pada siklus
II menjadi 100%.
Kata Kunci: two stay-two stray, media pembelajaran, aktivitas, hasil belajar.

THE IMPLEMENTATION OF THE MULTIMEDIA-AIDED TWO STAY TWO STRAY


MODEL TO IMPROVE LEARNING ACTIVITIES AND LEARNING ACHIEVEMENT IN
SOCIAL STUDIES
Kardi Manik, Abdul Gafur
SMP Negeri1 Sidamanik Sumatera Utara, Universitas Negeri Yogyakarta
kardi.manik@gmail.com, abdul_gafur@uny.ac.id

Abstract
This study aims to: (1) improve learning activities by means the implementation of the two stay-two stray
instructional model, and (2) improve the learning achievement Social Studies of class IX-A, SMP Negeri
1 Sidamanik Sumatera Utara. This study is classroom action research (CAR) consisting of two cycles,
using Kemmis & Taggart design. The data collection techniques used were observation, achievement
test, and documentation. The data analysis used the quantitative descriptive. The results are as follows.
(1) The implementation of media-aided two stay two stray instructional model in social studies teaching
can enchance learning activities and learning achievement. There is an increase in students’ learning
activities: in the precycle, only 55.56%, in cycle I, the average score of students’ activities was 59.10 % and
it became 85.50% in cycle II. (2) There is an increase in students’ the average of learning achievement: in
the precycle, only 68.61, in cycle I, the average score of of learning achievement was 71.94 and it became
82.10 in cycle II. There is an increasing mastery of classical learning. In the precycle, only 58.33% of
students achieved learning mastery, in cycle I, it became 77.78%, and in cycle II, it became 100%.

Keywords: two stay-two stray, instructional media, learning activities, learning achievement.

Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS


p-ISSN: 2356-1807 e-ISSN:2460-7916
40 - Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS

Pendahuluan. itu dilaksanakan. Tugas utama seorang guru


Pendidikan merupakan upaya untuk adalah menciptakan perencanan pembelajaran
membangun dan meningkatkan mutu sumber seperti kegiatan memilih, menetapkan,
daya manusia, sehingga harus disadari bahwa mengembangkan model untuk mencapai hasil
pendidikan merupakan sesuatu fundamental belajar yang diinginkan. Untuk itu guru harus
bagi setiap individu. Pendidikan merupakan mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman
faktor utama dalam pembentukan pribadi dan menyenangkan. Hal ini dapat menyebabkan
manusia, karenanya sistem pendidikan yang tumbuhnya motivasi, keaktifan, semangat pada
baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa siswa dan pada akhirnya akan menghasilkan
yang berkualitas serta mampu menyesuaikan diri pembelajaran berkualitas.
untuk bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Heinich, et.al (2002, p.7) menyatakan:
Pembaharuan di bidang pendidikan harus Intruction is the arrangement of information and
selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas environment to facilitate learning. By environment
pendidikan nasional. Untuk mencapai hal tersebut, we mean not only where instruction takes place
kualitas pendidikan harus selalu ditingkatkan dan but also the methods, media, and equipment
diadaptasikan dengan perubahan zaman. needed to convey information and guide the
Pendidikan merupakan bagian dari learner’s study. Maknanya adalah pembelajaran
proses seseorang memperoleh pengetahuan, merupakan penataan informasi dan lingkungan
mengembangkan kemampuan/keterampilan, guna memudahkan belajar. Lingkungan
mengubah sikap. Pendidikan merupakan suatu tidak hanya tempat di mana pembelajaran itu
proses transformasi siswa agar mencapai hal-hal berlangsung, tetapi juga metode, media, dan
tertentu sebagai akibat proses pendidikan yang peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan
diikutinya. Undang-Undang Nomor 20 Tahun informasi dan mengarahkan siswa untuk belajar.
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal Peran guru harus lebih menekankan
1 ayat (1) menyatakan bahwa pendidikan adalah bagaimana cara yang akan dilakukan agar tujuan
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan dapat tercapai. Guru harus berusaha memberikan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar dorongan kepada siswa untuk aktif dalam proses
peserta didik secara aktif mengembangkan pembelajaran. Salah satu peran guru dalam
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual meningkatkan aktivitas dan hasil belajar yaitu
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, memilih dan menggunakan model dan media
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan pembelajaran yang tepat. Guru harus mampu
yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa memilih model dan media yang sesuai dengan
dan negara. Selanjutnya, Pasal 3 menegaskan kondisi siswa yang berbeda-beda, sesuai minat,
pendidikan nasional memiliki berfungsi motivasi, kemampuan dan gaya belajar siswa.
mengembangkan kemampuan, membentuk
Eison (2010, p.1) berpendapat: Active
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
learning instructional strategies can be created
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
and used to engage students in: 1) thinking
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
critically or creatively, 2) speaking with a
didik agar menjadi manusia yang beriman
partner, in a small group, or with the entire
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
class, 3) expressing ideas through writing, 4)
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
exploring personal attitudes and values, 5)
mandiri, dan menjadi warga negara yang
giving and receiving feedback, and 6) reflecting
demokratis serta bertanggung jawab.
upon the learning process. Strategi pembelajaran
Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh aktif dirancang bertujuan untuk melibatkan
peran guru. Menurut Nasution (2003, p.35) siswa dalam: 1) berpikir kritis atau kreatif, 2)
fungsi pendidikan adalah apa yang diajarkan berbicara dengan pasangan, dalam kelompok
hendaknya dipahami sepenuhnya oleh semua dengan kelompok, atau dengan seluruh kelas,
anak, tujuan guru mengajar adalah agar bahan 3) menyampaikan ide-ide melalui tulisan, 4)
yang disampaikan dapat dikuasai oleh semua mengeksplorasi sikap pribadi dan nilai-nilai,
murid. Sebagai pengelola sekaligus pelaku 5) memberi dan menerima umpan balik, dan 6)
di dalam proses pembelajaran, guru yang merefleksikan proses pembelajaran.
mengarahkan bagaimana proses pembelajaran

Volume 3, No 1, Maret 2016


Penerapan Model Two Stay Two Stray ...... 41
Kardi Manik, Abdul Gafur

Belajar hanya mungkin terjadi apabila Model kooperatif menurut Arends &
anak aktif mengalaminya sendiri. Keaktifan itu Kilcher (2010, p.306) adalah: “cooperative
berupa pertama, kegiatan fisik seperti membaca, learning is a teaching model or strategy that
mendengar, menulis dan sebagainya. Kedua, is characterized by cooperative task, goal, and
kegiatan psikis seperti mengunakan khazanah reward structures, and requires students to be
pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan actively engaged in discussion, debate, tutoring
masalah yang dihadapi, membandingkan konsep end teamwork”. Pembelajaran kooperatif adalah
dengan yang lain, dan menyimpulkan hasil model pembelajaran yang dicirikan tugas-tugas
percobaan dan kegiatan psikis lainnya (Rusman, kelompok, tujuan bersama, dan penghargaan, dan
2013, p.24) Keterlibatan siswa secara aktif siswa secara aktif terlibat dalam diskusi, debat,
merupakan prinsip penting pada pembelajaran latihan, dan kerjasama dalam tim.
sehingga proses pembelajaran berjalan menjadi Unsur-unsur dan ciri-ciri dalam
efektif dan efisien. pembelajaran kooperatif menurut Slavin (1995,
Penerapan suatu pembelajaran akan p.2) Coopertive learning refers to a variety
berpengaruh besar terhadap kemampuan siswa of teaching methods in which students work
dalam mendidik diri mereka sendiri. Guru yang in small groups to help one another learn
sukses bukan sekedar penyaji yang kharismatik academic content. In cooperative classrooms,
dan persuasif. Lebih jauh, guru yang sukses students are expected to help each other, to
mampu melibatkan siswa dalam tugas-tugas discuss and argue with each other, to assess
yang sarat muatan kognitif dan sosial, dan each other’s current knowledge and fill in gaps
mengajari siswa bagaimana mengerjakan tugas- in each other understands. Cooperative work
tugas tersebut secara produktif. Guru sukses reraly replaces teacher instruction, but rather
akan senantiasa mengajari siswa bagaimana replaces individual seat work, individual study,
menyerap dan menguasai informasi yang and individual drill. When properly organized
berasal dari penjelasannya. Siswa yang efektif students in cooperative groups work with each
mampu menggambarkan informasi, gagasan, other to make certain that everyone in the
dan kebijaksanaan dari guru-gurunya dan group has mastered the concepts being taught.
menggunakan sumber-sumber pembelajaran Penjelasan Slavin bahwa pembelajaran kooperatif
secara efektif. Dengan demikian, peran utama mengacu kepada model pembelajaran di mana
dalam mengajar adalah mencetak pembelajar siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk
yang handal (Joyce & Weil, 2011, p.7). saling membantu mempelajari materi pelajaran.
Berdasarkan pengalaman, observasi Dalam kelas kooperatif, siswa diharapkan untuk
yang dilakukan peneliti di beberapa sekolah saling membantu, berdiskusi, bertukar pendapat,
masih ditemukan guru yang menggunakan menilai/memberi pengetahuan terbaru dan saling
model pembelajaran konvensional dalam proses mengisi kelemahan dalam pemahaman masing-
pembelajaran. Kerja sama antar siswa dengan masing. Setiap anggota kelompok bertanggung
berbagi pengetahuan dan pengalaman seharusnya jawab satu sama lain dalam pengusaaan materi
tercipta dalam pembelajaran IPS, tetapi pada saat yang dipelajari.
observasi dilakukan peneliti melihat bahwa siswa Model perlu diterapkan dalam PTK ini
belajar sendiri-sendiri dan enggan bekerja sama adalah pembelajaran model kooperatif Two
dengan siswa yang lainnya. Temuan lain dari Stay-Two Stray (TSTS). Model kooperatif
hasil observasi adalah guru melakukan proses TSTS merupakan model pembelajaran dalam
pembelajaran konvensional, guru berperan aktif kegiatannya memberikan kesempatan kepada
namun siswa pasif, siswa hanya mendengarkan kelompok untuk berbagi hasil dan informasi
ceramah dari guru. Guru mentransfer ilmu dengan kelompok lain (Lie, 2002, p.60).
pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih Penerapan model kooperatif TSTS memberikan
banyak sebagai penerima. Pembelajaran model kesempatan kepada siswa untuk bertukar
konvensional tidak lagi memenuhi kebutuhan pikiran dan membangun keterampilan sosial
siswa dalam prose pembelajaran. Pembelajaran seperti mengajukan pertanyaan dan memberi
konvensional secara monoton menjadikan siswa kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan
tidak termotivasi dan kurang aktif sehingga sukar kelompok lain, sehingga interaksi siswa akan
menyerap dan memahami materi yang dipelajari. berkembang selama proses pembelajaran.

Harmoni Sisial: Jurnal Pendidikan IPS


Volume 3, No 1, Maret 2016
42 - Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS

Keunggulan Medel Kooperatif TSTS. mencermati pekerjaan orang lain dan


Pembelajaran model kooperatif TSTS pekerjaan kelompoknya.
digunakan untuk mengatasi kebosanan 8) Memudahkan guru menginformasikan
siswa dan anggota kelompok, karena guru materi. Model kooperatif TSTS dapat
biasanya membentuk kelompok secara membantu guru dalam memperoleh
permanen. Pembelajaran model kooperatif pembelajaran dengan cara mendapatkan
TSTS memungkinkan siswa untuk berinteraksi tenaga berupa tutor sebaya saat seorang
dengan anggota kelompok lain. Lie (2003, p.62) anggota kelompok saling bertukar informasi,
mengemukakan bahwa model pembelajaran mengkonfirmasi, presentasi, dan bertanya
kooperatif TSTS memiliki keunggulan sebagai kepada anggota kelompok lainnya.
berikut:
Alur proses belajar tidak harus selalu
1) Implementasi. Model kooperatif TSTS dapat berasal dari guru menuju siswa, tetapi siswa
diimplementasikan untuk berbagai kelas bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa
atau tingkatan usia. yang lainnya. Bahkan beberapa hasil penelitian
2) Belajar bermakna. Kecenderungan belajar menunjukkan bahwa pengajaran oleh teman
siswa menjadi lebih bermakna memberikan sebaya akan lebih mudah dimengerti dan lebih
kesempatan terhadap siswa untuk efektif daripada pengajaran oleh guru. Melalui
membentuk konsep secara mandiri dengan penerapan model kooperatif TSTS, diharapkan
cara-cara mereka sendiri. siswa termotivasi untuk belajar memahami
3) Siswa aktif.Implementasi model kooperatif materi secara mandiri, tidak hanya menerima,
dapat membuat siswa aktif, karena setiap mendengar dan mengingat saja tetapi dilatih
siswa mempunyai aktivitas dan tanggung mengoptimalkan kemampuannya berinteraksi
jawab masing-masing untuk kelompoknya. dengan siswa lain dengan melakukan diskusi
4) Meningkatkan motivasi belajar. Penggunaan dalam kelompok, dilatih menjelaskan hasil
model kooperatif TSTS, guru dapat temuannya kepada pihak lain dan dilatih untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa, karena memecahkan masalah.
setiap siswa mempunyai tanggung jawab Selain penggunaan model, media
belajar, baik untuk dirinya sendiri maupun pembelajaran sebagai sumber belajar merupakan
kelompoknya. Hal ini tampak sekali pada alat bantu yang berguna dalam kegiatan
saat mereka saling bertukar informasi. pembelajaran. Media dapat mewakili sesuatu
5) Hasil belajar dan daya ingat. Siswa terlibat yang tidak dapat disampaikan oleh guru dalam
aktif dalam pembelajaran dan semua anggota bentuk kata-kata atau kalimat. Kesulitan siswa
kelompok diharuskan melaporkan hasil-hasil dalam memahami konsep dan prinsip-prinsip
kunjungannya ke kelompok lain (bagi siswa tertentu dapat diatasi dengan menggunakan alat
yang berpencar/stray) dan hasil-hasil yang bantu media. Bahkan alat bantu media diakui
diperoleh saat kunjungan tamu di kelompok dapat melahirkan umpan balik yang baik dari
mereka (bagi siswa yang tinggal/stay), maka siswa. Penggunaan media pembelajaran tentu
dapat memberikan efek peningkatan hasil saja memiliki tujuan yang hendak dicapai, yaitu
belajar dan daya ingat. meningkatkan dan memelihara perhatian siswa
6) Kreativitas. Siswa yang tinggal di dalam terhadap relevansi proses pembelajaran.
kelompok (stay) mempunyai kesempatan Model pembelajaran perlu dipahami
untuk meningkatkan kreativitas, misalnya guru agar dapat melaksanakan pembelajaran
cara mereka menyajikan hasil kerja kelompok secara efektif dalam meningkatkan hasil belajar.
mereka kepada tamu (anggota kelompok Dalam penerapannya, model pembelajaran harus
lain) yang berkunjung ke kelompoknya. dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena
7) Melatih berpikir kritis. Dengan memban- masing-masing model pembelajaran memiliki
dingkan hasil pekerjaan kelompoknya tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-
dengan pekerjaan kelompok lain, guru berarti beda (Isjoni, 2012, p.49).
telah memberikan kesempatan kepada siswa Berkaitan dengan gaya belajar siswa,
untuk meningkatkan kemapuan berpikir D’Amico & Gallaway (2010, p.18) menyatakan
kritis, di mana mereka akan mencoba siswa dibagi menjadi tiga golongan gaya

Volume 3, No 1, Maret 2016


Penerapan Model Two Stay Two Stray ...... 43
Kardi Manik, Abdul Gafur

belajarnya, yakni: 1) pembelajar visual, yaitu guru dapat dibantu dengan menghadirkan
siswa yang paling baik belajar dengan melihat media pembelajaran. Misalkan pada waktu
informasi. Mereka belajar dengan baik ketika pembelajaran, siswa memerlukan abstraksi
mereka dapat menyalin informasi dalam buku pada proses pembelajaran tersebut. Di sinilah
catatan yang akan dipelajari nanti dan sering kehadiran media akan membantu guru dalam
menggunakan peta, grafik, dan diagram dalam proses pembelajaran tersebut.
proses belajar mereka, 2) pembelajar auditori, Menurut Ellis, (2010, p.9) bahwa tujuan
merupakan kelompok siswa yang lebih senang pembelajaran IPS adalah Social studies is
belajar dengan mendengarkan. Mereka adalah designed to help children explain their world.
penafsir kuat makna nada suara, nada irama, By organization he basically meant the ability
tidak suka kebisingan dan selalu membaca to understand and classify things with respect to
pelajaran dengan suara agak keras agar dapat how they work. Adaptation refers to the process
didengarnya sendiri, 3) pembelajar taktis kinetis, of accommodating one self to one’s environment.
siswa yang paling baik belajar dengan strategi A child who enters school has already adapted
multi indrawi. Menginterpretasikan informasi considerably to the environment throught speech,
dengan keadaan atau situasi mereka sendiri dan dress, rules at home, and so forth but school is
dapat memanfaatkan manipulasi objek-objek, designed to expand such adaptation greatly
tugas-tugas kelompok sederhana, bermain peran, throught formal learning processes, social,
bergerak bebas, dan pembelajaran berbasis emotional, and physical. Tujuan utama IPS
proyek. adalah untuk mengembangkan potensi siswa
Media pembelajaran yang berkembang agar mampu beradaptasi, peka tehadap masalah
saat ini sangat membantu guru dalam proses sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki
pembelajaran. Pandangan Dale (Arsyad, 2011, sikap mental positif terhadap perbaikan segala
p.10) melalui argumentasi berupa kerucut ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi
pengalaman menyatakan bahwa pengalaman setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang
belajar seseorang 75% diperoleh melalui menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa
indera lihat (mata), 13% melalui indera dengar masyarakat.
(telinga), dan 12% selebihnya melalui indera Pelaksanaan observasi pra tindakan
lain. Belajar dengan menggunakan indra ganda proses pembelajaran IPS di kelas IX-A SMP
seperti pandangan dan pendengaran akan Negeri 1 Sidamanik Sumatera Utara tahun
menguntungkan bagi siswa. Berhubungan dengan ajaran 2013/2014, diperoleh bahwa guru masih
hal ini, maka guru dituntut untuk memiliki menggunakan model ceramah dan belum
pengetahuan dan keterampilan yang berkenaan memanfatkan media dalam mengajar sehingga
dengan penggunaan media pembelajaran. pembelajaran membuat siswa merasa bosan dan
Dewasa ini media pembelajaran sangat cenderung pasif. Hal tersebut berdampaknya
bervariasi, namun kenyataannya penggunaan negatif terhadap hasil belajar individu maupun
media pembelajaran membosankan dan kurang klasikal. Hasil belajar IPS di kelas IX-A SMP
variatif. Dalam pengembangan pembelajaran, Negeri 1 Sidamanik ditunjukkan dari sumber
salah satu tugas guru adalah memilih media data hasil ulangan yang didokumentasikan
pembelajaran yang digunakan membantu dalam daftar nilai dari 36 siswa dengan Kriteria
siswa mencapai kompetensi yang dinginkan. Ketuntasan Minimum (KKM) 70, sebanyak 21
Menurut Gafur (2012, p.104), guru harus siswa (58,33%) mendapatkan nilai ≥70, dan
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang 15 siswa (41,67%) mendapatkan nilai ≤ 70.
berkenaan dengan media pembelajaran, dengan Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90
memiliki kemampuan memilih model dan sedangkan nilai terendahnya 45 dengan rata-
media pembelajaran yang tepat, maka guru akan rata hasil ulangan harian 68,61. Dari data hasil
melaksanakan kegiatan proses pembelajaran yang ulangan harian pelajaran IPS kelas IX-A belum
efektif. Kegiatan dalam proses pembelajaran tuntas karena jumlah ketuntasan klasikal masih di
kehadiran media mempunyai arti yang cukup bawah 85% (Dokumentasi UH 1 T.A 2013/2014
penting karena ketidakjelasan materi, kerumitan Kelas IX-A SMPN 1 Sidamanik). Hal lain
materi, dan apa yang kurang mampu diucapkan dapat dilihat pada suasana kelas yang kurang

Harmoni Sisial: Jurnal Pendidikan IPS


Volume 3, No 1, Maret 2016
44 - Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS

mencerminkan adanya interaksi edukatif diantara kelas IX-A SMP Negeri 1 Sidamanik Sumatera
guru dengan siswa maupun siswa dengan Utara.
siswa. Guru mendominasi pembelajaran dengan
menyampaikan materi dari awal hingga akhir Metode Penelitian
pembelajaran.
Jenis Penelitian
Berdasarkan kondisi ini perlu adanya
Penelitian ini merupakan Penelitian
upaya pemecahan masalah melalui penerapan
Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action
model dan media pembelajaran yang baik
Research. Penelitian menggunakan desain
sebagai kunci keberhasilan pembelajaran IPS.
Kemmis & Taggart yang masing-masing
Dalam hal ini, guru dituntut untuk melakukan
terdiri atas tahap-tahap: kegiatan perencanaan
inovasi pembelajaran dengan menerapkan model
(plan), pelaksanaan tindakan dan observasi
pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga
(act&observe), dan refleksi (reflect) (Kemmis
membangkitkan minat dan keaktifan siswa dalam
& Taggart, 1990, pp.11-13). Setiap siklus dalam
kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran
penelitian ini terdiri dua kali pertemuan dengan
yang melibatkan partisipasi aktif siswa adalah
alokasi waktu tiap pertemuan 2 x 40 menit.
model pembelajaran kooperatif TSTS. Peran
Tahapan-tahapan berlangsung secara berulang-
guru disini sebagai fasilitator, mendorong siswa
ulang, sampai tujuan penelitian tercapai.
mengembangkan potensi secara optimal. Model
pembelajaran kooperatif TSTS merupakan Penelitian ini mulai dilaksanakan bulan Juli-
sebuah model pembelajaran kooperatif yang Oktober 2013. Pelaksanaan tindakan dilakukan
dapat membuat siswa aktif, dapat meningkatkan bulan Oktober 2013. Penelitian dilaksanakan
motivasi belajar siswa, karena setiap siswa sejalan dengan proses pembelajaran sedang
mempunyai tanggung jawab belajar, baik berlangsung, yaitu 4 jam pelajaran seminggu
untuk dirinya maupun kelompoknya. Model dengan 2 kali pertemuan. Penelitian dilakukan di
pembelajaran kooperatif TSTS merupakan cara SMP Negeri 1 Sidamanik Kecamatan Sidamanik,
memberikan kesempatan untuk meningkatkan Kab. Simalungun, Sumatera Utara.
kreativitas dan meningkatkan kemapuan berpikir Subjek Penelitian
kritis.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
Agar penerapan model kooperatif TSTS kelas IX-A SMP Negeri 1 Sidamanik Sumatera
dapat berhasil guru memerlukan bantuan media Utara. Penentuan subjek penelitian berdasarkan
yang sesuai dengan materi pelajaran. Penggunaan rendahnya hasil belajar IPS di kelas IX-A,
media yang sesuai kompetensi yang ingin dicapai ditunjukkan dari data hasil ulangan dari 36
akan membuat siswa lebih mudah memahami siswa dengan Kriteria Ketuntasan Minimum
materi yang dipelajarinya. Media juga berfungsi (KKM) 70, terdapat sebanyak 21 siswa (58,33%)
untuk menarik perhatian siswa sehingga mendapatkan nilai ≥70, dan 15 siswa (41,67%)
bersedia aktif terlibat dalam pembelajaran. mendapatkan nilai ≤ 70 dengan rata-rata hasil
Penerapan model kooperatif TSTS berbantuan ulangan harian yaitu 68,61.
multimedia merupakan salah satu wujud aplikasi
pembelajaran IPS yang bermakna. Melalui model Prosedur Penelitian
pembelajaran TSTS berbantuan multimedia, siswa Prosedur penelitian tindakan kelas dilak-
dilibatkan secara menyeluruh baik aspek fisik, sanakan secara siklus yang berlangsung berkesi-
emosional, dan intelektualnya sehingga terjadi nambungan. Masing-masing siklus dengan
interaksi edukatif antara guru dan siswa, siswa menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
dengan siswa karena siswa terlibat secara aktif
dalam pembelajaran. Dengan demikian, melalui Perencanaaan (plan)
penerapan model pembelajaran TSTS berbantuan Membuat perecanaan pembelajaran, yaitu:
multimedia diharapkan dapat meningkatkan menyiapkan silabus, RPP, dan menyiapkan
aktivitas dan hasil belajar IPS siswa di kelas media pembelajaran. Selain itu, peneliti juga
IX-A SMP Negeri 1 Sidamanik Sumatera Utara. menyiapkan instrumen pengumpulan data,
Berdasarkan paparan tersebut maka yaitu: pedoman observasi, soal tes hasil belajar,
penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) lembar daftar nama siswa kelas IX-A, dan lembar
aktivitas belajar siswa, (2) hasil belajar IPS siswa rekapitulasi nilai.

Volume 3, No 1, Maret 2016


Penerapan Model Two Stay Two Stray ...... 45
Kardi Manik, Abdul Gafur

Pelaksanaan dan Observasi (Act & Observe) Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pelaksanaan tindakan pada penelitian Penelitian ini menggunakan model TSTS
ini terdiri atas 2 siklus. Siklus I, materi usaha berbantuan media yang dilaksanakan selama dua
perjuangan mempertahankan kemerdekaan siklus.
indonesia. Media yang digunakan pada siklus
I adalah gambar diam,dan hand out. Siklus II, Aktivitas Belajar Siswa
materi peristiwa-peristiwa politik dan ekonomi Data aktivitas belajar siswa kelas IX-A
indonesia pasca pengakuan kedaulatan. Media SMP N 1Sidamanik Sumatera Utara selama
yang digunakan pada siklus II yaitu; hand out, pembelajaran dengan menggunakan model
dan multimedia powerpoin. pembelajaran kooperatif TSTS berbantuan media
Pada tahap ini peneliti melakukan gambar diam (siklus I), dan multimedia powerpoin
pengamatan proses pembelajaran, apa yang (siklus II). Data diambil menggunakan panduan
dilakukan oleh guru dan siswa. Pengamatan observasi dengan cara memberikan skor pada 6
tersebut meliputi bagaimana aktivitas siswa, aspek aktivitas membaca materi, memberikan
dan aktivitas guru dalam menggunakan model saran dan tanggapan, memperhatikan penjelasan
TSTS berbantuan media selama pelaksanaan guru, mencatat poin penting, berpartisipasi dalam
pembelajaran. Pengamatan dilakukan selama diskusi dan bersemangat dalam pembelajaran.
proses pembelajaran dengan menggunakan Aktivitas siswa selama proses pembelajaran
pedoman observasi yang telah disiapkan dan mengalami peningkatan. Peningkatan
mencatat kejadian-kejadian yang tidak terdapat aktivitas siswa merupakan salah satu indikator
dalam lembar observasi. keberhasilan pelaksanaan model pembelajaran
TSTS berbantuan media. Selain itu, peningkatan
Refleksi (Reflection) aktivitas belajar siswa juga merupakan indikator
Kegiatan refleksi dilakukan dengan cara adanya perbaikan kualitas proses pembelajaran.
diskusi dengan kolaborator untuk mengklarifikasi Peningkatan aktivitas siswa secara keseluruhan
proses pembelajaran, sudah sesuai dengan dapat dilihat pada tabel berikut:
perencanaan atau belum dan hasil belajarnya
sudah tercapai atau belum dengan tujuan atau Tabel 1.Peningkatan Hasil Aktivitas Siswa
tindakan harus diadakan revisi untuk kegiatan Model Kooperatif TSTS Berbantuan Media
yang akan datang. Berdasarkan hasil refleksi Pra Siklus Siklus
pada siklus I kemudian disusun rencana tindakan Aspek yang diamati
Siklus I II
selanjutnya untuk perbaikan atas kelemahan dari Membaca materi
tindakan sebelumnya. 63,89 68,9 88,9
pelajaran IPS
Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Memberikan saran
39,45 44,2 73,1
dan tanggapan
Teknik dan instrumen pengumpulan data
Mendengarkan
dengan menggunakan observasi, , tes hasil
belajar, dan dokumentasi. &memperhatikan 59,45 61,4 86,9
penjelasan guru
Teknik analisis data yang digunakan
Mencatat poin-poin
dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. 57,22 62,2 86,7
penting
Analisis data deskriptif kuantitatif digunakan
Berpartisipasi dalam
untuk memberikan gambaran tentang kemajuan 57,22 58,6 83,1
perkembangan aktivitas, sikap, dan hasil belajar diskusi
siswa, baik secara individu maupun kelas. Bersemangat dalam
56,11 59,4 94,4
Aktivitas siswa yang diamati meliputi 6 aspek pembelajaran
yaitu: membaca materi, memberikan saran dan Rata-Rata 55,56 59,1 85,5
tanggapan, memperhatikan penjelasan guru,
mencatat poin penting, berpartisipasi dalam Data peningkatan aktivitas siswa dari
diskusi dan bersemangat dalam pembelajaran. siklus I Sampai dengan siklus II disajikan pada
Sedangkan soal tes untuk mengukur hasil belajar. grafik berikut:

Harmoni Sisial: Jurnal Pendidikan IPS


Volume 3, No 1, Maret 2016
46 - Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS

rata adalah 59,4%, pada siklus I nilai rata-


rata meningkat menjadi 61,4 dan pada siklus
II meningkat menjadi 86,9 atau meningkat
41,53% dari siklus I dengan kategori sangat baik.
Peningkatan terjadi dikarenakan siswa tertarik
dengan media yang digunakan guru. Dengan
demikian, penggunaan media dipadukan dengan
model kooperatif TSTS menjadi salah satu faktor
utama peningkatan aktivitas memperhatikan
materi.
Penerapan kooperatif TSTS berbantuan
media juga memberikan peningkatan aktivitas
belajar siswa berdasarkan aktivitas mencatat
poin-poin penting. Pada aspek mencatat hasil
diskusi pada pra tindakan sebesar 57,2, pada
Gambar 1 Peningkatan Aktivitas Siswa siklus I nilai rata-ratanya adalah 62,2 dan pada
siklus II 86,7 atau meningkat 39,39% dari siklus
Indikator dari aspek yang diamati dari pra I. Aktivitas mencatat poin-poin penting termasuk
penelitian, siklus I sampai dengan siklus II juga kategori baik. Peningkatan terjadi karena
mengalami peningkatan. Aktivitas membaca guru memberikan arahan kepada siswa untuk
materi pelajaran IPS pada siklus I kategori baik mencatat hal-hal penting saat pembelajaran
dan terus mengalami peningkatan pada siklus II berlangsung. Guru juga meminta siswa untuk
sehingga menjadi sangat baik. Pada pra penelitian rajin mengerjakan tugas latihan. Selain itu,
rata- rata membaca materi pelajaran IPS sebesar tumbuhnya kesadaran siswa untuk mencatat
63,9, pada siklus I nilai rata-rata sebesar 68,9 istilah-istilah penting dan perlunya mengerjakan
dilanjutkan pada siklus II meningkat menjadi 88,9 tugas tertulis untuk membantu memahami dan
atau mengalami peningkatan 29,03 % dari siklus mendalami materi pelajaran.
I. Dengan demikian, penerapan model kooperatif
Peningkatan aktivitas siswa juga terjadi
TSTS berbantuan media dapat meningkatkan
berpartisipasi dalam diskusi. Pada pra tindakan
aktivitas membaca materi pelajaran IPS.
nilai rata-rata aktivitas berpartisipasi dalam
Aktivitas memberikan saran dan tanggapan diskusi sebesar 57,2%, pada siklus I nilai
mengalami peningkatan. Pada pra tindakan nilai rata-rata 58,6 dan pada siklus II mengalami
rata-rata aktif memberikan saran dan tanggapan peningkatan 83,1 siklus II. Peningkatan aktivitas
sebesar 40 %, pada siklus I rata-rata meningkat berpartisipasi dalam diskusi termasuk kategori
menjadi 44,2 dan pada siklus II menjadi 73,1 baik. Aktivitas siswa mengerjakan tugas dan
atau mengalami peningkatan 65,39 % dari siklus berpartisipasi dalam diskusi termasuk salah
I. Dengan demikian, pada siklus II aktivitas satu tahapan penting dalam penerapan model
aktif memberikan saran dan tanggapan kategori kooperatif TSTS. Kegiatan aktivitas berpartisipasi
sangat baik. Peningkatan aktif memberikan saran dalam diskusi memberikan manfaat kepada siswa
dan tanggapan terjadi karena guru memberikan untuk berani mengemukakan pendapat dan saling
motivasi dan membimbing siswa untuk tidak bertukar pendapat dalam kelompok. Siswa dapat
merasa takut dan malu memberikan saran dan mengetahui pendapat dari kelompok stray dan
tanggapan. Selain itu peningkatan terjadi karena membandingkan dengan jawaban kelompoknya
siswa sudah memiliki pengetahuan awal dan kemudian saling melengkapi dan menghargai
minat membaca materi, sehingga siswa bertanya pendapat masing-masing.
terhadap materi yang belum dipahami dan Peningkatan aktivitas berpartisipasi
bertanya seputar permasalahan di dalam diskusi dalam diskusi terjadi tidak lepas dari peran guru
bersama kelompoknya. sebagai motivator dan fasilitator pada proses
Aktivitas mendengarkan dan memper- pembelajaran. Guru memberikan apresiasi
hatikan penjelasan guru dengan model kooperatif pada siswa dan kelompok yang aktif dalam
TSTS berbantuan media juga mengalami mempresentasikan, memberikan masukan,
peningkatan. Pada pra tindakan, nilai rata- sanggahan, dan tanggapan kepada kelompok

Volume 3, No 1, Maret 2016


Penerapan Model Two Stay Two Stray ...... 47
Kardi Manik, Abdul Gafur

lain. Peningkatan aktivitas juga disebabkan Data penilaian tes dari tiap-tiap siklus
munculnya keberanian siswa untuk mewakili yakni tes pra tindakan, postes siklus I, dan postes
kelompoknya dalam berbagi pengetahuan sesuai siklus II diperoleh hasil seperti yang tertera pada
tugas yang diberikan kepada setiap kelompok. gambar 10 berikut ini.
Aktivitas semangat dalam mengikuti
pelajaran mendapatkan efek positif dari penerapan
model kooperatif TSTS berbantuan media. Pada
pra penelitian nilai rata-rata sebesar 56,1 %, pada
siklus I nilai rata-rata kelas meningkat menjadi
59,4 dan pada siklus II meningkat menjadi
94,4. Aktivitas semangat dalam mengikuti atau
termasuk dalam kategori sangat baik. Peningkatan
semangat dalam mengikuti pelajaran IPS terjadi
karena siswa merasa senang terhadap model
kooperatif TSTS berbantuan media. Bagi siswa
kooperatif TSTS merupakan sesuatu yang baru
karena belum pernah dipergunakan guru IPS Gambar 2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
maupun guru lainnya. Selain itu, penggunaan Peningkatan hasil belajar berkaitan 9
media yang bervariasi pada setiap siklus dengan semakin meningkatnya penguasaan
membuat siswa merasa senang untuk belajar guru terhadap penerapan model kooperatif TSTS
IPS. Penggunaan media yang bervariasi berhasil berbantuan media sehingga proses pembelajaran
menghilangkan kesan bahwa IPS hanya sekedar IPS berlangsung dengan baik. Penggunaan
pelajaran hafalan yang membosankan. media yang bervariasi mampu meningkatkan
Berdasarkan data tersebut dapat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran
dikemukakan bahwa penerapan model kooperatif dan memberikan efek positif terhadap
TSTS berbantuan multimedia pada siklus II peningkatan hasil belajar. Pembahasan data hasil
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. penelitian diperoleh bahwa dalam penerapan
Dengan demikian, melalui penerapan model model kooperatif TSTS terdapat beberapa temuan
penting diantaranya adalah sebagai berikut:
pembalajaran kooperatif TSTS berbantuan media
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa secara Hasil Belajar Individu
keseluruhan. Secara umum hasil belajar siswa sudah
Hasil Belajar Siswa meningkat dari pra tindakan, siklus I sampai
dengan siklus II, jika dilihat pada gambar 11
Penelitian dilaksanakan menerapkan dua menunjukkan bahwa pada pra tindakan rata-rata
siklus pembelajaran dengan model yang sama hasil belajar siswa sebesar 68,6, kemudian siklus
pada tiap siklusnya, yaitu kooperatif TSTS hasil belajar
I rata-rata hasilsiswa
belajarsebesar 68,6, 77,78
siswa sebesar kemudian
pada
berbantuan media. Setiap siklus yang diterapkan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi
pada proses pembelajaran mampu meningkatkan 77,78 padaini siklus
82,10. Hal merupakanII nilai rata-rata
indikator kelas
keberhasilan
hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar meningkat menjadi 82,10. Hal ini
dari proses pembelajaran dengan menerapkan merupakan
siswa secara umum dapat dilihat pada tabel 2 model kooperatif TSTS berbantuan multimedia.
berikut ini.
Hasil Belajar Klasikal
Tabel 2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa secara klasikal pada
pra tindakan sebesar 58,33%, pada siklus I
Uraian Hasil belajar
meningkat
pra dengan
tindakan persentase
sebesar 77,78%
58,33%, padaselanjutnya
siklus I
PratindakanSiklus I Siklus II
pada siklus
meningkat II mengalami
dengan peningkatan
persentase dengan
77,78%
Nilai Terendah 45 50 70
persentase 100%, maka secara klasikal siklus
Nilai Tertinggi 90 90 100
peningkatan dengan
II dapat dikatakan persentase
tuntas. Hal ini 100%, maka
sesuai dengan
Nilai Rata-Rata 68,6 71,94 82,1 KKM awal dimana kelas sudah dikatakan tuntas
Jumlah • KKM 21 28 36 apabila jumlah siswa yang mendapat nilai 70
Persentase KKM 58,33 77,78 100 mencapai ≥85% dari jumlah siswa seluruhnya.
•85% dari
Harmoni Sisial: Jurnal Pendidikan IPS
Volume 3, No 1, Maret 2016
48 - Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS

Data aktivitas guru diperoleh melalui siklus II, memberikan apersepsi dan motivasi
observasi selama tindakan. Data aktivitas guru sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna,
dari pra tindakan, siklus I sampai siklus II dapat menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan
ditampilkan pada tabel berikut: pembelajaran, dan menjelaskan langkah-langkah
model pembelajaran TSTS berbantuan media.
Tabel 3. Peningkatan Hasil Aktivitas Guru
Kegiatan inti yang dilakukan guru antara
Siklus Skor Kategori lain: menyampaikan materi pokok secara logis
dan singkat, membimbing siswa dalam kegiatan
Pra tindakan 57,38 Cukup
diskusi kelompok dan presentasi. Pada kegiatan
Pertama 87,7 Sangat Baik inti guru juga memberikan kesempatan kepada
Kedua 95,83 Sangat Baik siswa untuk bertanya jawab sehingga melatih
siswa untuk turut berpartisipasi secara aktif
Pada tabel 18 di atas dapat dilihat bahwa
dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai kunci
rata-rata aktivitas guru terus mengalami kenaikan
keberhasilan pembelajaran, pada kegiatan inti
baik dari pra tindakan, siklus I sampai kepada
guru mengalokasikan waktu yang lebih lama
siklus II. Pada pertemuan pra tindakan persentase
namun tetap memperhatikan pengaturan waktu
aktivitas guru masih 57,38% dan mengalami
agar tujuan pembelajaran dapat terlaksana dan
peningkatan pada siklus I sebesar 87,7% serta di
tercapai dengan baik.
lanjutkan pada siklus II mengalami peningkatan
menjadi 95,83% dengan kategori sangat baik. Pada kegiatan penutup, aktivitas yang
Jadi aktivitas guru selama proses pembelajaran dilakukan guru antara lain: membimbing siswa
dari pra tindakan, siklus I sampai dengan siklus II membuat kesimpulan materi dari guru maupun
semakin meningkat. Peningakatan aktivitas guru hasil diskusi kelompok, memberikan penilaian
juga ditampilkan pada grafik berikut. dan penugasan kepada siswa, melakukan refleksi
pembelajaran, dan mengakhiri pembelajaran
dengan do’a dan salam.
Peningkatan aktivitas guru selama pelak-
sanaan tindakan juga disebabkan kemampuan
guru memainkan peran sebagai pembimbing,
fasilitator, dan motivator yang baik selama
proses pembelajaran. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa keberhasilan guru pada
pelaksanaan tindakan dikarenakan guru sudah
memiliki pengetahuan, dan kemampuan yang
baik dalam menerapkan model kooperatif TSTS
media pembelajaran yang relevan.
Gambar 3.Peningkatan Skor Aktivitas Guru Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan
Peningkatan aktivitas guru terjadi bahwa penerapan model kooperatif TSTS
dikarenakan guru telah menguasai model berbantuan multimedia power poin pada siklus II
kooperatif TSTS dan menggunkan media dengan lebih efektif dibandingkan media gambar untuk
baik, sehingga proses pembelajaran IPS berjalan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di
dengan baik. Semua tahapan pembelajaran dari kelas IX-A SMP Negeri 1 Sidamanik Sumatera
kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup dapat Utara. Dengan demikian, model TSTS berbantuan
dilaksanakan guru dari siklus I sampai dengan multimedia power poin dapat dijadikan alternatif
siklus II dengan sangat baik. Kegiatan yang pemilihan model dan media yang tepat untuk
dilakukan guru pada kegiatan pendahuluan dikembangkan dalam pembelajaran IPS.
adalah membuka pelajaran dengan salam
dan doa, memeriksa kesiapan belajar siswa Simpulan dan Saran
meliputi kebersihan dan kerapihan, memusatkan Simpulan
perhatian siswa dengan menggunakan media
Penerapan model kooperatif TSTS
yang telah disiapkan oleh guru yaitu gambar
berbantuan multimedia terbukti dapat
pada siklus I dan multimedia power poin pada

Volume 3, No 1, Maret 2016


Penerapan Model Two Stay Two Stray ...... 49
Kardi Manik, Abdul Gafur

meningkatkan aktivitas belajar siswa yang Daftar Pustaka


semakin baik. Nilai rata-rata aktivitas belajar Arend, R.I., & Kilcher, A. (2010). Teaching
siswa pada pra penelitian sebesar 55,56 %, for student learning (becoming an
pada siklus I sebesar 59,10 % dan mengalami accomplished teacher). New York and
peningkatan pada siklus II menjadi 85,50 % atau London: Routledge Ratlor and Francis
termasuk kategori sangat baik. Grup.
Penerapan model kooperatif TSTS Arsyad, A. (2011). Media pembelajaran. Jakarta:
berbantuan multimedia mampu meningkatkan Rajawali Press
hasil belajar siswa. Nilai rata-rata awal hasil D’Amico, J., & Gallaway, K. (2010).
belajar IPS pada pra penelitian sebesar 68,61 Differentiated instruction for the middle
dan pada siklus I sebesar 71,94 serta mengalami school science teacher. San Francisco,
peningkatan pada siklus II menjadi 82,10. Hasil CA: JohnWiley & Sons.
belajar klasikal pada pra penelitian sebesar 58,33
% dan pada siklus I sebesar 77,78 serta mengalami Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI No.20,
peningkatan pada siklus II menjadi 100%. Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Saran Eison, J. (2010). Using active learning
instructional strategies to create
Kepada Guru excitement and enhance learning. Diambil
Memanfaatkan hasil penelitian ini dalam pada tanggal 1 Mei 2013 dari http://www.
memilih model pembelajaran, karena model cte.cornell.edu/.
kooperatif TSTS dapat meningkatkan aktivitas Gafur, A. (2012). Desain Pembelajaran:
dan hasil belajar. konsep, model, dan aplikasinya dalam
Guru hendaknya mampu menguasai perencanaan pelaksanaan pembelajaran.
langkah-langkah model kooperatif TSTS dengan Yogyakarta: Ombak.
baik dan mampu memilih media yang tepat sesuai Heinich, R., et.al, (2002). Instructional media
dengan materi dan tujuan pembelajaran. and technologies for learning. London:
Pearson Merrill Prentice Hall.
Kepada Sekolah
Isjoni. (2012). Pembelajaran kooperatif,
Model kooperatif TSTS berbantuan
meningkatkan kecerdasan komunikasi
multimedia dapat digunakan oleh guru untuk
antar peserta didik. Yogyakarta: Pustaka
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
Pelajar
sehingga membantu upaya sekolah meningkatkan
kualitas pembelajaran pada khususnya dan Joyce, B & Weil, M. (2003). Model of teaching.
kualitas sekolah pada umumnya. New Jersey: Pearson Education.
Dapat menciptakan budaya meneliti di Lie, A. (2003). Cooperative learning:
sekolah dalam rangka untuk pengembangan Mempraktikkan cooperative learning di
profesi guru. ruang-ruang kelas. Jakarta: Grasindo.
Nasution, S. (2011). Berbagai pendekatan dalam
Kepada Peneliti Lain. proses belajar dan mengajar. Jakarta:
Kepada peneliti lain yang ingin melakukan Bumi Aksara.
penelitian sejenis hendaknya terlebih dahulu Rusman, Kurniawan & Riyana. (2013).
menganalisis model untuk disesuaikan dengan Pembelajaran berbasis teknologi informasi
penerapannya, terutama dalam hal alokasi dan komunikasi: Mengembangkan
waktu, fasilitas pendukung, media pembelajaran, profesionalitas guru. Jakarta: Raja
dan karakteristik siswa pada sekolah tempat Grafindo Persada.
penelitian tersebut dilakukan. Dengan demikian,
Ellis, A.K. (2010). Teaching and learning
diharapkan hasil penelitian yang dilakukan akan
elementary social studies. Boston: Allyn
lebih baik.
& Bacon A Viacom Company.

Harmoni Sisial: Jurnal Pendidikan IPS


Volume 3, No 1, Maret 2016

Anda mungkin juga menyukai