Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

IDENTITAS NASIONAL BANGSA INDONESIA

DOSEN PENGAMPU : BAPAK MUHAMMAD YUSUF, SH, MH

KELOMPAK 7 :

AGUNG MARLYNIUS BUKIT

ADINDA DWI MAHARANI

AISYAH AL SYIRA

EFI SUSANTI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

AL-ISHLAHIYAH
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan mengenai mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan, dengan judul “ KONSTITUSI DAN PERUNDANG-UNDANGAN”.

Dengan tulisan ini kami diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami makna dari
Identitas Nasional di indonesia. Kami sadar materi kuliah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.

Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi pembacanya,
terutama mahasiswa, supaya kelak menjadi pribadi yang beridentitas nasional, karena kita adalah
penerus Bangsa Indonesia.

Binjai, 15 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
C. Tujuan Makalah........................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................... 2
1. Pengertian Konstitusi .................................................................................................................. 2
2. Konstitusi Tertulis dan Tidak Tertulis .......................................................................................... 3
A. Konstitusi Tertulis ................................................................................................................... 3
B. Konstitusi Tidak Tertulis .......................................................................................................... 3
3. Perubahan Konstitusi .................................................................................................................. 4
4. Hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia .............................................................. 4
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................................... 6
A. SIMPULAN ................................................................................................................................... 6
B. Saran ........................................................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 7

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Bahkan, setelah abad pertengahan yang ditandai dengan ide demokrasi dapat dikatakan
tampa konstitusi Negara tidak mungkin terbentuk. Konstitusi merupakan hukum dasarnya suatu
Negara. Dasar-dasar penyelenggaraaan bernegara didasarkan pada konstitusi sebagai hokum dasar.
Negara yang berlandaskan kepada suatu konstitusi dinamakan Negara konstitusional. Akan tetapi,
untuk dapat dikatakan secara ideal sebagai Negara konstitusional maka konstitusi Negara tersebut
harus memenuhi sifat-sifat dan cirri-ciri dari konstitusionalisme. Jadi Negara tersebut harus menganut
gagasan tenttang konstitusionalisme. Konstitusionalisme sendiri merupakan suatu ide, gagasan, atau
paham. Oleh sebab itu, bahasan tentang negara dan konstitusi pada bab ini terdiri atas
konstitusionalisme, konstitusi Negara, UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Republik Indonesia, dan
Sistem ketatanegaraan Indonesia. Manusia hidup bersama dalam berbagai kelompok yang beragam
latar belakangnya. Mula-mula manusia hidup dalam sebuah keluarga. Lalu berdasarkan kepentingan
dan wilayah tempat tinggalnya, ia hidup dalam kestuan sosial yang disebut masyarakat dan pada
akhirnya menjadi bangsa. Bangsa adalah kumpulan masyarakat yang membentuk suatu negara.
Berkaitan dengan tumbuh kembangnya bangsa, terdapat berbagai teori besar dari para ahli untuk
mewujudkan suatu bangsa yang memiliki sifat dan karakter sendiri. Istilah bangsa memiliki berbagai
makna dan pengertian nya yang berbeda-beda. Bangsa merupakan terjemahan dari kata “nation”
(dalam bahasa inggris). Kata nation bermakna keturunan atau bangsa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pengertian Konstitusi?
2. Konstitusi tertulis dan tidak tertulis
3. Perubahan konstitusi
4. hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian konstitusi.

2. Untuk mengetahui kontitusi tertulis dan tidak tertulis

3. Untuk mengetahui perubahan konstitusi.

4. Untuk mengetahui hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia

1
BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Konstitusi
Pengertian konstitusi dalam istilah Bahasa Inggris "constitution" atau dalam Bahasa
belanda "constitutie" secara etimologi sering di terjemahkan dalam Bahasa Indonesia
Undang-undang Dasar. Permasalahannya penggunaan istilah seperti halnya langsung
membayangkan suatu naskah tertulis. Padahal istilah konstitusi sendiri memiliki pengertian
lebih luas, yaitu peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur
secara mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintahan diseenggarakan dalam suatu
pemerintahan.

Pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaraan memiliki dua arti utama, seperti
berikut:

-. Lebih luas daripada undang-undang dasar

-. Sama dengan pengertian Undang-Undang Dasar

Kata konstitusi memiliki arti lebih luas daripada undang-undang dasar, karena
pengertian undang-undang dasar hanya meliputi naskah tertulis, sedangkan pengertian
konstitusi lebih menyeluruh yaitu adanya naskah tertulis maupun tidak tertulis yang tidak
tercakup dalam undang-undang. Para penyusun Undang-Undang Dasar 1945 menganut arti
konstitusi lebih luas daripada Undang-Undang Dasar, sebab penjelasan dalam Undang-
Undang Dasar 1945 dikatakan:" Undang-Undang suatu negara ialah hanya sebagian dari
hukumnya dasar negara itu. Undang-undang dasar adalah hukum tertulis, sedang
disampingnya Undang-Undang Dasar berlaku uga Hukum Dasar yang tidak tertulis, iatalh
aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara,
meskipun tidak tertulis". Namun dalam masa Republik Indonesia Serikat 27 Desember 1949
sampai 17 Agustus 1950, penyusun konstitusi RIS menerjemahkan secara sempit istilah
konstitusi sama dengan Undang-Undang Dasar.

2
2. Konstitusi Tertulis dan Tidak Tertulis

A. Konstitusi Tertulis
Konstitusi tertulis itu bisa dimaksud juga dengan UUD yaitu suatu naskah yang
isinya adalah memaparkan tugas2 pokok badan-badan pemerintahan suatu negara. Pada
hampir semua konstitusi tertulis diatur mengenai pembagian kekuasaan berdasarkan jenis-
jenis kekuasaan, dan kemudian berdasarkan jenis kekuasaan itu dibentuklah lembaga-
lembaga negara. Dengan demikian, jenis kekuasaan itu perlu ditentukan terlebih dahulu, baru
kemudian dibentuk lembaga negara yang bertanggung jawab untuk melaksanakan jenis
kekuasaan tertentu itu.

Beberapa sarjana mengemukakan pandangannya mengenai jenis tugas atau kewenangan itu,
salah satu yang paling terkemuka adalah pandangan Montesquieu bahwa kekuasaan negara
itu terbagi dalam tiga jenis kekuasaan yang harus dipisahkan secara ketat. Ketiga jenis
kekuasaan itu adalah :
1. Kekuasaan membuat peraturan perundangan (legislatif)
2. Kekuasaan melaksanakan peraturan perundangan (eksekutif)
3. Kekuasaan kehakiman (yudikatif).

B. Konstitusi Tidak Tertulis


Konstitusi tidak tertulis yaitu peraturan yang ada tapi tidak tertulis yang timbul
dan tetap terpelihara serta tetap dijalankan dalam praktik penyelenggaraan negara. Negara
yang dikategorikan sebagai negara yang tidak memiliki konstitusi tertulis adalah Inggris dan
Kanada. Di kedua negara ini, aturan dasar terhadap semua lembaga-lembaga kenegaraan dan
semua hak asasi manusia terdapat pada adat kebiasaan dan juga tersebar di berbagai
dokumen, baik dokumen yang relatif baru maupun yang sudah sangat tua seperti Magna
Charta yang berasal dari tahun 1215 yang memuat jaminan hak-hak azasi manusia rakyat
Inggris. Karena ketentuan mengenai kenegaraan itu tersebar dalam berbagai dokumen atau
hanya hidup dalam adat kebiasaan masyarakat itulah maka Inggris masuk dalam kategori
negara yang memiliki konstitusi tidak tertulis.

3
3. Perubahan Konstitusi
Perubahan Konstitusi dan Reformasi Ketatanegaraan Indonesia. Menurut K.C. Wheare kata
konstitusi dapat menjadi 2 arti yaitu: arti luas dan arti sempit. Menurut Wirjono Projodikoro arti
konstitusi berarti membentuk. Baik konstitusi maupun Undang-undang Dasar menurut Pakar Hukum
Tata Negara berisi Hukum dasar tertulis. Konstitusi/Undang-undang Dasar 1945 merupakan dokumen
formal yang merupakan hasil perjuangan politik bangsa di waktu lampau. Di era orde baru Undang-
undang Dasar 1945 “disakralkan” sehingga Majelis Permusyawaratan Rakyat RI di era orde baru
tidak mengubah Undangundang Dasar 1945. Di era reformasi dilakukan perubahan Undang-undang
Dasar 1945. Ada perubahan pasal Undang-undang Dasar 1945. Salah satunya Pasal 1 ayat (2)
perubahan pertama Undang-undang Dasar 1945.Kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilakukan
menurut Undang-undang Dasar. Ada lembaga negara yang dibentuk, salah satunya Mahkamah
Konstitusi RI dan ada lembaga tinggi negara yang dihapus, yaitu Dewan Pertimbangan Agung
RI.Dengan adanya perubahan Undang-Undang Dasar 1945, maka terjadi reformasi ketatanegaraan
Indonesia.

4. Hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia


Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia Hierarki atau tata urutan
peraturan perundang-undangan di Indonesia merujuk pada Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (“UU 12/2011”) sebagaimana
yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan ("UU
15/2019”).

Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:


a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Kekuatan hukum peraturan perundang-undangan di atas sesuai dengan hierarki tersebut dan peraturan
perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi.[1]

4
Jenis peraturan perundang-undangan selain yang dimaksud di atas mencakup peraturan yang
ditetapkan oleh:[2]
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (“MPR”);
2. Dewan Perwakilan Rakyat (“DPR”);
3. Dewan Perwakilan Daerah (“DPD”);
4. Mahkamah Agung;
5. Mahkamah Konstitusi (“MK”);
6. Badan Pemeriksa Keuangan;
7. Komisi Yudisial;
8. Bank Indonesia;
9. Menteri;
10. Badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang (“UU”) atau
pemerintah atas perintah UU;
11. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (“DPRD”) Provinsi dan DPRD kabupaten/kota;
12. Gubernur, bupati/walikota, kepala desa atau yang setingkat.

Peraturan perundang-undangan tersebut di atas diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan


hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau
dibentuk berdasarkan kewenangan.

5
BAB III PENUTUP

A. SIMPULAN
Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat
ada saat itu. Pada zaman Yunani Kuno para ahli filsafat negara merumuskan pengertian negara
secara beragam. Aristoteles yang hidup pada tahun 384-322 S.M., merumuskan negara dalam
bukunya Politica, yang disebutnya sebagai negara polis. Konstitusi atau undang-undang dasar
(bahasa latin : constitutio) dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan
pada pemerintahan negara biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Hukum ini tidak
mengatur hal-hal yang terperinci, melainkan hanya menjabarkan prinsip-prinsip yang menajdi dasar
bagi peraturan-peraturan lainnya. Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk
pertama kali disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus
1945. Dalam tatasusunan peraturan perundang-undangan Negara, UUD 1945 menempati tempatan
tertinggi. Amandemen (bahasa inggris: amendtmendt) artinya perubahan. Perubahan yang dilakukan
merupakan ada atau sisipan dari konstitusi yang asli. Konstitusi yang asli tetap berlaku. Adapun
bagian yang diamandemen merupakan atau menjadi bagian dari konstitusinya.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya kami akan lebih berhati-hati dalam menjelaskan tentang makalah dengan sumber-
sumber yang lebih banyak dan dapat lebih dipertanggung jawabkan.

6
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/fadilaza/5e6b2c75097f36169c1c3872/pengertian-dan-konsep-
dasar-konstitusi-negara-republik-indonesia

https://www.kompasiana.com/rizqidharmawan2/5eb829e0d541df3676067b92/menjadi-bagian-
dari-sebuah-konstitusi-hukum-tidak-tertulis-kerap-tidak-disadari-oleh-publik?page=all

https://mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11776

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/citahukum/article/view/1843

Anda mungkin juga menyukai