Anda di halaman 1dari 7

PERBEDAAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DAN


MAKE A MATCH DI SMA NEGERI 1 TANJUNG RAJA

Fita Purnama Sari 1, Supriyanto 2, Syafruddin Yusuf 3


Program Studi Pendidikan Sejarah, Universitas Sriwijaya
E-mail: fitafkipunsri@gmail.com1 supriyanto.fkipsej@gmail.com2
syafruddin_y@yahoo.com3

Abstrak: Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil
belajar peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dan
Make A Match di SMA Negeri 1 Tanjung Raja. Metode penelitian menggunakan
metode Komparatif. Populasi penelitian seluruh kelas XI berjumlah 8 kelas dengan total
247 peserta didik. Pengambilan sampel penelitian dengan teknik Random Sampling dan
diperolehlah sampel penelitian yang terdiri dari 2 kelas yaitu kelas XI IPA 3 sebagai
kelas eksperimen 1 yang menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dan kelas
XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen II yang menggunakan model pembelajaran Make A
Match. Hasil belajar peserta didik bisa dilihat dari nilai posttest. Hasil belajar peserta
didik pada kelas eksperimen 1 memiliki rata-rata sebesar 78,3 sedangkan pada kelas
eksperimen II rata-rata sebesar 72,5. Hal tersebut menunjukkan bahwa model
pembelajaran Think Pair Share lebih efektif digunakan dibandingkan model
pembelajaran Make A Match. Sedangkan hasil perhitungan hipotesis dengan
menggunakan Uji-T diperoleh Thitung = 2,66 > Ttabel = 1,67 maka Ha diterima dan Ho
ditolak yang berarti adanya perbedaan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan
model pembelajaran Think Pair Share dan Make A Match di SMA Negeri 1 Tanjung
Raja.

Kata Kunci: Think Pair Share, Make A Match, Hasil Belajar.

1. Pendahuluan
Zaman sekarang pendidikan telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Hal
itu karena manusia adalah makhluk yang mempunyai akal pikiran supaya dapat
menjalankan kehidupan yang lebih baik. Maka dengan begitu pendidikan harus dikelola
dengan baik, terutama pendidiknya harus berkualitas dan paham akan tugasnya. Sebab
Mutu pendidikan yang baik diperlukan dalam mengembangkan potensi manusia
Indonesia dikarenakan mengindikasikan bahwa suatu bangsa tersebut telah mencapai
kehidupan yang lebih baik (Supriyanto dkk, 2019). Pendidik juga harus menjalankan
tugasnya seperti yang terdapat dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen pasal 1, yaitu guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
mulai dari pendidikan anak usia dini lewat jalur formal, dasar, dan menengah (Musfah,
2011: 3).
Kurikulum merupakan hal terpenting dan tidak dapat dipisahkan dari
pendidikan. Namun seperti yang telah diketahui kurikulum kita terus mengalami
perubahan seiring berkembangnya zaman dan terakhir ialah kurikulum 2013 yang tidak
lagi menekankan kepada jumlah fakta yang harus dikuasai siswa, tetapi pada konsep-
konsep pokok apa yang perlu dipahami siswa (Sani, 2014). Kurikulum 2013
mengamanatkan esensi
pendekatan scientific atau ilmiah yaitu menciptakan suasana belajar dimana siswa
bekerja secara berkelompok sehingga pembelajaran akan berorientasi kepada siswa dan
siswa dapat memperoleh pengetahuannya dengan baik (Raharja, 2019). Hal ini
sebenarnya sangat cocok dengan mata pelajaran Sejarah yang kajiannya tentang
kehidupan masa lalu dan melihat bagaimana peserta didik menghargai, menghormati
dan menteladani para tokoh pejuang atau peristiwa zaman dahulu. Akan tetapi
berdasarkan observasi yang dilakukan proses pembelajaran di kelas XI SMA Negeri 1
Tanjung Raja masih belum sepenuhnya melibatkan peserta didik dalam proses
pembelajarannya. Sehingga diperlukanlah suatu upaya agar tercipta suasana belajar
yang menyenangkan dan peserta didik aktif, sehingga tercapailah proses pembelajaran
yang diinginkan.
Berdasar permasalahan di atas, cara untuk mengatasinya menurut peneliti ialah
dibutuhkannya penerapan sebuah model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum
dan dapat melibatkan peserta didik secara langsung dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu peneliti merasa model pembelajaran yang tepat adalah model pembelajaran
Think Pair Share dan Make A Match.
Menurut Sugiarto (2014) Model pembelajaran Think Pair Share merupakan
model yang pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Frank Lyman pada tahun 1981 yang
artinya ialah model yang bisa membantu peserta didik aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran yang bersifat diskusi.
Menurut Gading dan Kharisma (2017) model pembelajaran Make A Match ialah
suatu model pembelajaran aktif yang lebih berfokus pada cara belajar kelompok, sebab
mereka bisa sama-sama bekerja sama dan membantu untuk memecahkan masalah,
mereka juga bisa sama-sama bertukar pikiran supaya memperoleh hasil yang bagus,
baik individu ataupun kelompok.
Peneliti mengambil dua model pembelajaran di atas dengan alasan ingin
membandingkan kedua model pembelajaran tersebut sebab menurut peneliti kedua
model tersebut mempunyai beberapa persamaan dalam proses pembelajaran.
Persamaannya adalah adanya sistem kelompok dan kerja sama, peserta didik dapat
terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan melatih peserta didik supaya lebih berani
menyampaikan pendapat didepan kelas.
Berdasarkan persamaan dari kedua model pembelajaran di atas, peneliti
berkeinginan untuk membandingkannya serta menurut peneliti jika hanya menerapkan
satu model pembelajaran dalam proses pembelajaran itu sudah biasa, sehingga dengan
adanya perbandingan model pembelajaran ini peneliti tidak hanya mengetahui
pengaruhnya saja melainkan juga membandingkan kedua model tersebut mana yang
lebih baik untuk digunakan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengambil penelitian
dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Peserta Didik dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Think Pair Share dan Make A Match di SMA Negeri 1 Tanjung Raja”.

2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Percobaan
Perbandingan (Comparative Experiment) artinya perbandingan yaitu peneliti ingin
melakukan perbandingan terhadap keadaan didua tempat, serta ditempat mana yang
paling baik (Arikunto, 2006: 6).
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tanjung Raja
terletak di jalan Merdeka No. 57 Tanjung Raja, Kecamatan Tanjung Raja, Kabupaten
Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan pada semester Genap tahun ajaran 2020/2021.
Populasi dalam penelitian ini ialah jumlah seluruh peserta didik kelas XI di
SMA Negeri 1 Tanjung Raja yaitu:

Tabel 1
Populasi Penelitian
No Kelas Jumlah Peserta
Didik
1 XI MIPA 1 33 orang
2 XI MIPA 2 32 orang
3 XI MIPA 3 30 orang
4 XI MIPA 4 30 orang
6 XI IPS 1 32 orang
7 XI IPS 2 30 orang
8 XI IPS 3 30 orang
9 XI IPS 4 30 orang
Jumlah 247 orang
Sumber: TU SMA Negeri 1 Tanjung Raja
Berdasarkan tabel di atas jumlah seluruh kelas XI SMA N 1 Tanjung Raja ialah
247 orang, jadi populasinya sebanyak 247 orang.
Sedangkan Sampel atau jumlah sebagian dari seluruh populasi yang akan
menjadi objek dari penelitian, ialah menggunakan teknik Random Sampling yaitu
dengan cara pengambilan sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi itu atau dengan cara undian, memilih bilangan dari daftar
bilangan secara acak (Arikunto, 2006: 139). Sehingga didapatkanlah kelas XI MIPA 3
yang jumlah peserta didiknya 30 orang dan XI MIPA 4 dengan jumlah peserta didik 30
orang. Jadi jumlah seluruh yaitu 60 orang peserta didik.
Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes yang meliputi uji
validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda, teknik analisis datanya
menggunakan Uji normalitas untuk mengetahui apakah sampel terdistribusi normal atau
tidak. Uji yang digunakan yaitu uji kemiringan kurva Karl Pearson. Uji homogenitas
variansi menggunakan uji Bartlett.”Dalam penelitian ini teknik analisis data untuk
menguji hipotesis yaitu menggunakan uji-T.

3. Hasil Dan Pembahasan


Penelitian ini dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan pada masing-masing kelas
eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Sebelum melakukan penelitian, peneliti
melakukan Validasi soal terlebih dahulu dengan ahli soal lalu dengan peserta didik yang
bukan menjadi sampel penelitian yaitu kelas XI IPA 2 dengan jumlah peserta didik 32
orang. Jumlah soal yang divalidasi ialah sebanyak 50 butir soal. Setelah dilakukan
validasi soal dengan peserta didik, kemudian dihitung validitasnya dan didapatlah 24
butir soal yang valid dan yang dipakai untuk posttest hanya 20 soal, hal ini untuk
memudahkan penskoran.
Selanjutnya melakukan perhitungan reliabilitas menggunakan Rumus KR-20 dan
berdasarkan perhitungan didapatlah Reliabilitas soal sebesar 0,73. Karena nilainya lebih
dari 0,70 maka soal dikatakan Reliabel. Taraf kesukaran soal didapatlah soal mudah itu
berjumlah 7 soal, soal sedang berjumlah 31 soal, dan soal sukar itu berjumlah 12 soal.
Terakhir menghitung daya pembeda soal dan didapatlah soal buruk itu berjumlah 24
soal, soal cukup berjumlah 24 soal, dan soal baik berjumlah 2 soal.
Setelah selesai semua dilakukan, peneliti melakukan penelitian di kelas eksperimen
1 yaitu XI IPA 3 dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dan di
kelas eksperimen 2 yaitu XI IPA 4 dengan menggunakan model pembelajaran Make A
Match. Materi dalam penelitian ini ialah tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Pada pertemuan terakhir penelitian memberikan posttest dengan jumlah soal 20 butir
soal pada masing-masing kelas, untuk melihat hasil belajar peserta didik. Hasil belajar
sendiri menurut Supriadi (2018) ialah kemampuan baru yang diperoleh peserta didik
berupa perubahan tingkah laku, serta perubahan dalam aspek afektif, kognitif, dan
psikomotorik. Berikut merupakan data hasil posttest kelas eksperimen 1 atau XI IPA 3.
Tabel 2
Hasil Belajar (Posttest) XI IPA 3
Interva F % Kriteria
l
73-100 25 83,33 % T
50-72 5 16,67 % TT
Jumlah 30 100%
Sumber: Pengolahan Data Tahun 2020
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa hasil belajar di kelas
eksperimen 1 dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share terdapat nilai
terkecil ialah 55 dan nilai terbesar 90, sehingga dengan demikian peserta didik yang
mendapat skor 73-100 dengan kategori tuntas berfrekuensi sebanyak 25 orang peserta
didik dengan jumlah presentase 83,33 %. Peserta didik yang mendapatkan skor 50-72
dengan kategori tidak tuntas sebanyak 5 orang peserta didik dengan presentase 16,67 %.
Peserta didik yang tuntas pada kelas eksperimen 1 dikarenakan dalam proses
pembelajaran peserta didik mengetahui secara keseluruhan materi pembelajaran serta
mereka tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru namun juga mencari sendiri
informasi, akhirnya mereka bisa menyelesaikan masalah yang diberikan oleh pendidik.
Sehingga hal ini dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil belajar peserta
didik. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Fitzgerald (2013) bahwa
model pembelajaran Think Pair Share merupakan model pembelajaran kerja sama,
pertama guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik untuk dijawab secara
mandiri dalam waktu ±5 menit, lalu membentuk kelompok untuk berdiskusi mengenai
jawaban / masalah yang mereka dapatkan, selanjutnya pasangan akan maju kedepan
untuk mempresentasikan hasilnya.
Sedangkan data hasil belajar kelas eksperimen 2 yaitu kelas XI IPA 4 dengan
menggunakan model pembelajaran Make A Match yaitu.
Tabel 3
Hasil Belajar (Posttest) XI IPA 3
Interva F % Kriteria
l
73-100 18 60 % T
50-72 12 40 % TT
Jumlah 30 100%
Sumber: Pengolahan Data Tahun 2020
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa hasil belajar di kelas
eksperimen 1 dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share terdapat nilai
terkecil ialah 55 dan nilai terbesar 90, sehingga dengan demikian peserta didik yang
mendapat skor 73-100 dengan kategori tuntas berfrekuensi sebanyak 18 orang peserta
didik dengan jumlah presentase 60 %. Peserta didik yang mendapatkan skor 50-72
dengan kategori tidak tuntas sebanyak 12 orang peserta didik dengan presentase 40 %.
Kelas eksperimen 2 hasil belajar peserta didiknya antara yang tuntas dan tidak
tuntas itu tidak jauh berbeda, hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran
peserta didik tidak serius dan kurang memperhatikan guru maupun temannya. Hal ini
berpengaruh pada hasil belajar peserta didik. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Amri (2013: 25-26) bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi hasil
belajar peserta didik, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang berada dalam diri individu yang sedang belajar, faktor ini meliputi faktor
jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh) dan faktor psikologis (intelegensi, perhatian,
minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan).
Berdasarkan data hasil belajar kelas XI IPA 3 dan kelas XI IPA 4 di atas dapat
di lihat bahwa peserta didik yang tuntas pada kelas XI IPA 3 lebih tinggi yaitu sebanyak
25 peserta didik daripada peserta didik yang tuntas di kelas XI IPA 4 yaitu sebanyak 18
peserta didik. Jadi, selisih peserta didik yang tuntas antara kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4
ialah 7 orang peserta didik. Dari hasil belajar peserta didik saja sudah terlihat bahwa
adanya perbedaan antara kelas yang menggunakan model pembelajaran Think Pair
Share dengan Make A Match.
Setelah mendapatkan data hasil belajar peserta didik pada masing-masing kelas,
selanjutnya menghitung analisis data yaitu menghitung normal tidaknya data yang kita
dapat di kelas XI IPA 3 dan kelas XI IPA 4.
Tabel 4
Uji Normalitas Data
Klasifikas Eksperime Eksperim
i n1 en 2
N 30 30
Mean 78,3 72,5
Modus 76,52 78
Standar 8,59 9,62
Deviasi
KM 0,20 -0,57
Sumber: Pengolahan data tahun 2020
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa data pada kelas eksperimen 1 dan
kelas eksperimen 2 ini terdistribusi normal, hal ini karena nilai Km terletak diantara (-1
dan +1), sehingga data dapat dikatakan terdistribusi normal.
Langkah selanjutnya menghitung uji homogenitas data untuk mengetahui apakah
sampel berasal dari kelompok yang terpisah dan populasi yang sama. Rumus yang
digunakan ialah uji Barlett.
Tabel 5
Uji Homogenitas
2
Nilai S Nilai Chi
Barlett Kuadrat
83,25 111,36 1,33
Sumber: Pengolahan data tahun 2020
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa data dari penelitian ini homogen,
hal ini karena X2hitung=1,33 ≤ X2tabel dengan tarif nyata ɑ = 0,05 maka X2tabel = 3,84
sehingga dikatakan homogen.
Selanjutnya ialah menghitung hipotesis penelitian yang terdiri dari 2 hipotesis.
H a : Adanya perbedaan hasil belajar Sejarah peserta didik kelas XI MIPA 3 yang
menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dengan Peserta didik kelas
XI MIPA 4 yang menggunakan model pembelajaran Make A Match di SMA
Negeri 1 Tanjung Raja.
H o : Tidak adanya perbedaan hasil belajar Sejarah antara peserta didik kelas XI MIPA 3
yang menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dengan peserta didik
kelas XI MIPA 4 yang menggunakan model pembelajaran Make A Match di SMA
Negeri 1 Tanjung Raja.
Untuk menghitung hipotesis dalam penelitian ini digunakanlah rumus uji-T.
Nilai rata-rata pada kelas eksperimen 1 ialah sebesar 78,3 dan nilai rata-rata pada kelas
eksperimen 2 ialah sebesar 72,5. Setelah dilakukan perhitungan dengan rumus uji-T
didapatkanlah nilai Thitung sebesar 2,66 dan Ttabel sebesar 1,67, berarti dapat ditulis
bahwa Thitung = 2,66 > Ttabel = 1,67, dengan begitu berarti Ha diterima dan Ho
ditolak, artinya ” Adanya perbedaan hasil belajar Sejarah peserta didik kelas XI MIPA
3 yang menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dengan Peserta didik kelas
XI MIPA 4 yang menggunakan model pembelajaran Make A Match di SMA Negeri 1
Tanjung Raja”.
Hasil hipotesis juga didasarkan pada nilai rata-rata pada masing-masing kelas,
yaitu kelas eksperime 1 sebesar 78,3 dan kelas eksperimen 2 sebesar 72,5 yang berarti
nilai rata-rata kelas eksperimen 1 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas
eksperimen 2 yaitu dengan selisih rata-rata sebesar 5,8. Dengan demikian juga bahwa
terdapat adanya perbedaan hasil belajar peserta yang menggunakan model pembelajaran
Think Pair Share dan Make A Match.

4. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa adanya perbedaan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model
pembelajaran Think Pair Share dan Make A Match di SMA Negeri 1 Tanjung Raja pada
mata pelajaran Sejarah di kelas XI. Hal ini sesuai dengan perhitungan hipotesis yang
telah dilakukan yaitu diperoleh nilai Thitung = 2,66 dan Ttabel = 1,67 dengan taraf
signifikan 5%. Dengan demikian berarti Thitung >Ttabel, hal ini menunjukkan bahwa
adanya perbedaan hasil belajar Sejarah peserta didik kelas XI MIPA 3 yang
menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dengan Peserta didik kelas XI
MIPA 4 yang menggunakan model pembelajaran Make A Match di SMA Negeri 1
Tanjung Raja.
Saran
Penelitian ini sarankan agar dapat diterapkan dan menjadi salah satu alternatif
dalam pembelajaran sejarah serta menambah model variasi pembelajran di kelas, yang
dapat diterapkan dalam mengajar sehingga tidak menimbulkan perasaan bosan pada
peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung dengan melibatkan siswa secara
aktif. kepada siswa supaya pembelajaran lebih kondusif dan efektif.
Daftar Pustaka
Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013.
Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Fitzgerald, Debbie. 2013. Employing think–pair–share in associate degree nursing
curriculum. Teaching And Learning In Nursing. 8: 88-90.
Gading, I Ketut, dan Kharisma, Kadek Dian. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Make A Match Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Hasil
Belajar IPS SD. International Journal of Elementary Education. Vol.1 (2) pp. 153-
160.
Kistian, Agus, dan Nurjannah. 2020. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Kontextual Teaching Nad Learning (CTL)
pada Siswa Kelas IV SD Negeri Keude Linteng. GENTA MULIA. Volume XI No.
2.
Musfah, Jejen. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber
Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Raharja, Surya Putra. 2019. Meningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD dengan Pendekatan Scientific
Pada Siswa Kelas X Akutansi SMK Muhammadiyah Aimas. Jurnal Pendidikan.
Vol (7) 1.
Sani, Safitri. 2014. Pembelajaran IPS Pada Pendidikan Dasar dan Menengah (Suatu
Redefinisi dan Reposisi). Jurnal Criksetra. Vol (3) 2.
Sugiarto, Dino dan Sumarsono, Puji. 2014. The Implementation of Think-Pair-Share
Model to Improve Students’ Ability in Reading Narrative Texts. International
Journal of English and Education. Vol 3.
Supriyanto dkk. 2019. Pengaruh Penerapan Media Video Sejarah Terhadap Hasil
Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Sejarah di Sma Negeri 1 Banyuasin
1. Jurnal Criksetra. Vol (8) 1.
Supriadi, Juli dkk. 2018. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Sejarah Kelas XI di SMA Negeri 3 Tanjung Raja. Jurnal Criksetra. Vol (7) 2.

Anda mungkin juga menyukai