Anda di halaman 1dari 84

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental, dan
sosial serta ukan hanya merupakan bebas dari penyakit (WHO, 2010). Kesehatan
merupakan suatu hal yang sangat penting dan fundamental bagi setiap orang.
Pembangunan kesehatan merupakan suatu kebutuhan demi tercapainya
keberhasilan pembangunan dan kesejahteran masyarakat. Sektor kesehatan bukan
satu-satunya sector yang bertanggungjawab penuh dalam keberhasilan
pembangunan kesehatan, namun hasil kerja keras dari sektor pembangunan
lainnya juga memiliki kontribusi yang positif. Optimalisasi hasil dan kontribusi
positif tersebut harus diupayakan terdapat wawasan kesehatan sebagai asas pokok
program pembangunan nasional. Demi terlaksananya pembangunan nasional
tersebut, maka seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus berperan
sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
Keperawatan sebagai salah satu profesi memegang peranan yang sangat
penting dalam pembangunan terutama di bidang kesehatan. Salah satu cabang
keperawatan yang lebih dari satu dasawarsa sedang berkembang adalah
keperawatan komunitas. Keperawatan kesehatan komunitas (Community Health
Nursing) yang identik dengan keperawatan kesehatan masyarakat (Public Health
Nursing) merupakan bidang keperawatan sebagai perpaduan keperawatan dan
kesehatan masyarakat, berfokus pada populasi melalui pendekatan berorientasi
komunitas (WHO, 2010). Hal tersebut dilakukan melalui upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan,
pembinaan peran serta dari masyarakat (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2006). Wadorf (dalam WHO, 2010) mengutip pendapat dari The
American Nursing Association (ANA), perawat kesehatan masyarakat
menggunakan pengetahuan keperawatan, ilmu sosial, dan kesehatan masyarakat
sebagai praktik dari promosi dan perlindungan populasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan informasi pada latar belakang, maka dapat
dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut :
1. Ketidakefektifan koping komunitas: kesehatan lingkungan;
2. Ketidakefektifan koping komunitas: masalah kesehatan gizi bayi dan balita
(bawah garis merah);
3. Ketidakefektifan koping komunitas: anak remaja merokok;
4. Ketidakefektifan koping komunitas: masalah pada kelompok pekerja tani:
LBP dan APD;
5. Ketidakefektifan koping komunitas: masalah kesehatan hipertensi;
6. Ketidakefektifan koping kmunitas: masalah penyakit menular (TB).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan dari kegiatan Praktik Program Studi Pendidikan Profesi
Ners Stase Keperawatan Komunitas diharapkan mahasiswa mampu meningkatkan
kondisi kesehatan masyarakat Desa Ardirejo Kecamatan Kepanjen Kabupaten
Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Menerapkan konsep Community Health Nursing (CHN) di Desa
Ardirejo Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang;
b. Melaksanakan kegiatan bersama masyarakat Desa Ardirejo Kecamatan
Kepanjen Kabupaten Malang;
c. Memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat Desa Ardirejo
Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang.

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh adalah meningkatkan tingkat pengetahuan
masyarakat dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Desa Ardirejo
Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang.
BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Singkat Tentang Komunitas dan Permasalahannya


2.1.1 Keperawatan Komunitas

A. Definisi
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
melembaga (Sumijatundkk, 2006). Misalnya di dalam kesehatan di kenal
kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok
lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain
sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani,
masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya
(Mubarak, 2006).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(publichealth) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa
mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu
yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai
kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursingprocess) untuk meningkatkan
fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya
kesehatan (Mubarak, 2006). Proses keperawatan komunitas merupakan metode
asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga,
kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).

B. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas


1. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai
berikut.
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (directcare) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat
(healthgeneralcommunity) dengan mempertimbangkan permasalahan
atau isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga,
individu, dan kelompok. Selanjutnya, secara spesifik diharapkan
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat mempunyai
kemampuan untuk:
(1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;
(2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut;
(3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;
(4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;
(5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam
memelihara kesehatan secara mandiri (selfcare).
2. Fungsi keperawatan komunitas
(1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan.
(2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.
(3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran
serta masyarakat.
(4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan
dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat
proses penyembuhan (Mubarak, 2006).
3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
(1) Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah
belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan
yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga
dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat,
tentunya gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan
sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan
penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa
penangan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah,
apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah
melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses
kelompok.
(2) Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses
transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula
seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya
kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat
sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut
Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu
”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya;
sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.
(3) Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman
bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan
komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
4. Pusat Kesehatan Komunitas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:
(1) Sekolah atau Kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan
pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan
seks. Selain itu perawata yang bekerja di sekolah dapat memberikan
perawatan untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang bukan
kasus kedaruratan misalnya penyakit influensa, batu dll. Perawat juga
dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila
dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.
(2) Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi
pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan
keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawata
menjalankan program yang bertujuan untuk:
a) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan
mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja
b) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
c) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
d) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan pendidikan kesehatan.
e) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak,
2006).
(3) Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang
dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas
juga dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya:
perawata melakukan kunjungan rumah, hospicecare, homecare dll.
Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki kemampuan
mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya diri,
sekaligus memiliki kemampuan klinik yang kompeten.
(4) Lingkungan kesehatan kerja lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan
memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi. Seorang
perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan
perawata lain, bekerja di bidang pendididkan , penelitian, di wilayah
binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun
lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan
perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2006).
2.2 Kerangka Model Community As Partner yang Sudah Diaplikasikan Pada
Komunitas Kelolaan
Dasar pemikiran dalam keperawatan komunitas adalah komunitas adalah
sebuah sistem. Pada awalnya Anderson dan McFarlane (1996) menggunakan
model “comunity as client”. Pada tahun 2000 model disempurnakan
menjadi“community as partner”. Model comunity as partner mempunyai makna
sesuai dengan filosofi PHC, yaitu fokus pada pemberdayaan masyarakat.
Pengkajian komunitas mempunyai 2 bagian utama yaitu core dan 8 subsistem.
Gambar 2.1 Model Community as Partner

Pengkajian core/inti adalah core: komunitas, sejarah/riwayat, data


demografi, jenis rumah tangga, vital statistik, value, belief, religion dan status
pernikahan. Pengkajian 8 subsistem komunitas adalah pengkajian fisik,
pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi, politik
dan pemerintahan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi (Wahit Iqbal
Mubarak, 2009). Model comunity as partner menekankan pada terjadinya
stressor yang dapat mengganggu keseimbangan sistem: pertahanan fleksibel,
normal dan resisten. Tehnik pengumpulan data dalam model tersebut adalah
melalui winshield survey (pengamatan langsung ke masyarakat dengan
berkeliling wilayah dan menggunakan semua panca indra), hasil wawancara,
kuesioner dan data sekunder ke wilayah Desa Ardirejo Kecamatan Kepanjen
Kabupaten Malang.(data statistik, laporan puskesmas, laporan kelurahan dan
lain-lain).
Gambar 2.2 Model Keperawatan Komunitas

Teori Neuman mempertahankan bahwa cara hemoestatic adalah suatu cara


yang mana tubuh mempertahankan keseimbangan dan sebagai akibat dari
kesehatan mengubah kondisi sehat atau sakit. Garis pertahanan itu terdiri dari
garis pertahanan fleksibel, garis pertahanan normal dan garis pertahanan resisten.
a. Stressor
Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan
berpotensial untuk menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman mengklasifikasi
stressor sebagai berikut:
1) Stressor intrapersonal : terjadi dalam diri individu/keluarga dan berhubungan
dengan lingkungan internal. Misalnya : respons autoimmune.
2) Stressor Interpersonal : yang terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang
memiliki pengaruh pada sistem. Misalnya : ekspektasi peran
3) Stressor Ekstrapersonal : juga terjadi diluar lingkup sistem atau
individu/keluarga tetapi lebih jauh jaraknya dari sistem dari pada stressor
interpersonal. Misalnya : sosial politik.
b. Garis pertahanan fleksibel
Garis pertahanan fleksibel adalah hambatan luar atau bantal ke garis
pertahanan normal, garis perlawanan, dan struktur inti. Jika garis pertahanan
fleksibel gagal untuk memberikan perlindungan yang memadai terhadap garis
pertahanan normal, garis perlawanan menjadi aktif. Para garis pertahanan
fleksibel bertindak sebagai bantal dan digambarkan sebagai akordeon seperti
sejalan dengan berkembangnya menjauh dari atau kontrak lebih dekat dengan
garis pertahanan normal. Garis pertahanan fleksibel bersifat dinamis dan dapat
berubah / diubah dalam waktu yang relatif singkat waktu. Upaya yang dilakukan
dengan mengidentifikasikan faktor-faktor risiko, berusaha mengeliminasi stressor
dan fokus pada pengaman kubu pertahanan normal dan penguatan kubu
pertahanan fleksibel. Suatu reaksi belum lagi terjadi, namun tingkat resiko telah
diketahui, seperti kebiasaan masyarakat terkait jajanan tidak higienis yang
berisiko terjadi hepatitis dan perkumpulan para remaja dimalam hari di Desa
Kaliwining yang berisiko terhadap penyalahgunaan alkohol.
d. Garis pertahanan normal
Garis normal mewakili garis pertahanan stabilitas sistem dari waktu ke waktu.
Hal ini dianggap sebagai tingkat biasa stabilitas sistem. Garis normal pertahanan
dapat berubah dari waktu ke waktu sebagai respons untuk mengatasi atau
menanggapi lingkungan. Contohnya adalah kulit, yang stabil dan cukup konstan,
tetapi dapat menebal menjadi kalus dari waktu ke waktu. Pada Desa
Kaliwiningadanya angka kejadian di Desa Kaliwiningseperti banyaknya
kunjungan di puskesmas pembantu terkait masalah hipertensi, ISPA, dan diare.
Adanya masalah tersebut merupakan masalah yang sudah mencapai garis
pertahanan normal. Berhubungan dengan masalah tersebut perlu adanya upaya
intervensi untuk mencegah adanya masalah atau komplikasi dari masalah tersebut
seperti pendidikan kesehatan, sosialisasi bersama pihak desa dan warga untuk
mengatasi masalah utama tersebut. Harapannya adalah tidak ada angka kematian
akibat dari masalah utama seperti hipertensi, ISPA, dan diare di Desa Kaliwining
Kecamatan Rambipuji Kabupaten Malang.
e. Garis pertahanan resisten
Garis-garis perlawanan melindungi struktur dasar dan menjadi aktif ketika
tekanan lingkungan yang menyerang garis pertahanan normal. Contoh: aktivasi
respon kekebalan setelah invasi mikroorganisme. Jika garis resistensi yang efektif,
sistem ini dapat menyusun kembali dan jika garis resistensi yang tidak efektif,
kehilangan energi yang dihasilkan dapat mengakibatkan kematian. ketika terjadi
kematian pada masalah utama seperti hipertensi, ISPA, dan diare maka masalah
tersebut sudah memasuki garis pertahanan resisten. Upaya pencegahan yang
dilakukan adalah merencanakan kegiatan bersama untuk menanggulangi adanya
kematian dari masalah utama. Selama mahasiswa melakukan kegiatan bersama
warga di Desa Kaliwining tidak ada kematian akibat masalah utama, sehingga
diharapkan warga toga toma pihak desa mampu mandiri dalam bekerja sama
mengatasi masalah hipertensi, ISPA, dan diare.
Ketika pengkajian selesai dilakukan perlu adanya upaya pencegahan agar
tidak membawa dampak yang lebih besar pada masyarakat di Desa Kaliwining,
Kecamatan Rambipuji Kabupaten Malang. Upaya pencegahan tersebut diharapkan
adanya keterlibatan antara pihak Desa, toga, toma, RT, RW, sehingga dapat
optimal pelaksanaan kegiatan yang telah dirancang bersama. Pencegahan yang
dilakukan yaitu dengan pencegahan primer, pencegahan, dan pencegahan tersier.
1) Pencegahan Primer
Terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi : promosi
kesehatan dan mempertahankan kesehatan. Pencegahan primer mengutamakan
pada penguatan flexible lines of defense dengan cara mencegah stress dan
mengurangi faktor-faktor resiko. Intervensi dilakukan jika resiko atau masalah
sudah diidentifikasi tapi sebelum reaksi terjadi. Strateginya mencakup :
immunisasi, pendidikan kesehatan, olah raga dan perubahan gaya hidup.
2) Pencegahan Sekunder
Meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari stressor.
Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines of resistance,
mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga melindungi
struktur dasar melalui tindakan-tindakan yang tepat sesuai gejala. Tujuannya
adalah untuk memperoleh kestabilan sistem secara optimal dan memelihara
energi. Jika pencegahan sekunder tidak berhasil dan rekonstitusi tidak terjadi
maka struktur dasar tidak dapat mendukung sistem dan intervensi-intervensinya
sehingga bisa menyebabkan kematian.
3) Pencegahan Tersier
Dilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi-strategi pencegahan
sekunder. Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas
sistem klien secara optimal. Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat
resistansi terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul kembali atau regresi,
sehingga dapat mempertahankan energi. Pencegahan tersier cenderung untuk
kembali pada pencegahan primer.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga –F.kep Universitas Jember
2019

BAB 3. TINJAUAN KASUS


3.1 Pengkajian
Pengkajian yang telah dilakukan oleh mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan & Ners STIKES Kepanjen sejak tanggal 22 Juli – 17 Agustus 2019
mendapatkan hasil yaitu sebagai berikut:
3.1.1 Data Inti
I. Data Organisasi
a. Lokasi : Desa Ngasem
b. Luas Wilayah : 117.363 Ha
c. Batas Wilayah :
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pakis Kecamatan Kepanjen
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Ardirejo Kecamatan
Kepanjen
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Glagahwero dan Panti
Kecamatan Kepanjen
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bangsalsari Kecamatan
Bangsalsari

1
II. Demografi
a. Jumlah Penduduk : 6817 Jiwa
Berdasarkan jenis kelamin
- Laki-laki : 3753 Jiwa
- Perempuan : 3377 Jiwa
Tabel 3.1 Distribusi Jenis Kelamin Desa Ardirejo Kecamatan Kepanjen

2
Kabupaten Malang

Jenis kelamin Frekuensi Persentase


(Orang) (%)
Laki-Laki 3.435 50,42%
Perempuan
3.377 49,57%
Total 6.812 100.0
Sumber: Profil Desa 2019

3
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga –F.kep Universitas Jember 2019

Jumlah Penduduk Desa Ardirejo

49,6%
50,4%
Laki-laki
Perempuan

Gambar 3.1 Diagram Jumlah Penduduk Desa Ngasem

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki hampir sama


dengan jumlah penduduk perempuan di Desa Ngasem.
Berdasarkan kelompok usia, yaitu:
1) Bayi/Batita/Balita : 207 Orang
2) Prasekolah/Sekolah : 207 Orang
3) Remaja : 29 Orang
4) Dewasa : 182 Orang
5) Lansia : 63 Orang
Tabel 3.2 Distribusi Data Primer Kelompok Usia di Desa Ngasem
Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang 2019

Kelompok Usia Frekuensi (Orang) Persentasi (%)


Bayi/Batita/Balita 207 30,1%
Prasekolah/Sekolah 207 30,1%
Remaja 29 4,2%
Dewasa 182 26,5%
Lansia 63 9,2%
Total 688 100%
Sumber: Data Primer April 2019
Berdasarkan agama, didapatkan data primer agama penduduk Desa
Ngasem Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang adalah 100% Islam.
Berdasarkan suku bangsa
1) Jawa : 570 Orang (82,8%)
2) Madura : 118 Orang (17,2%)
3) Lain-lain : Orang (0%)
Tabel 3.3 Distribusi Data Primer Suku Desa Ngasem Kecamatan
Ngajum Kabupaten Malang 2019

Suku Frekuensi (Orang) Persentasi (%)


Jawa 570 82,8%
Madura 118 17,2%
Lain-lain 0 0%
Total 688 100%

Suku Bangsa
0

17,2
Jawa
Madura Lain-lain

82,8

Sumber: Data Primer April 2019

Gambar 3.2 Diagram Suku Bangsa Dusun Krajan dan Dusun Kemuning Lor RW
04 Desa Ardirejo Kecamatan Kepanjen

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa sebagian besar suku penduduk desa


Ardirejo adalah Jawa dengan jumlah 570 orang (82,8%) dan sisanya
bersuku Madura sebanyak 118 orang (17,2%)
III. Data Status Kesehatan
a. Kesehatan Ibu dan Anak
Jumlah ibu hamil berdasarkan data sekunder di Desa Ardirejo
Kecamatan Kepanjen adalah 49 orang dan jumlah ibu hamil di Desa
Ngasem Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang 2019
1. Pemeriksaan kehamilan
1) Teratur : 8 Orang (80%)
2) Tidak teratur : 2 Orang (20%)
2. Kelengkapan Imunisasi TT
1) Lengkap : 77 Orang (64,2%)
2) Belum lengkap : 43 Orang (35,8%)
3. Jumlah balita : 207 Orang
4. Pemeriksaan balita ke Posyandu / Puskesmas
1) Teratur : 183 Orang (88,4%)
2) Tidak teratur : 24 Orang (11,6%)
Tabel 3.4 Pemeriksaan Balita Desa Ngasem Kecamatan Ngajum
Kabupaten Malang 2019

Kunjungan Pemeriksaan Balita Frekuensi Persentase


Teratur 183 88,4%
Tidak Teratur 24 11,6%
Total 207 100%
Sumber: Data Primer April 2019

Kunjungan ke Posyandu
11,6

Teratur
82,8 Tidak Teratur

Gambar 3.3 Diagram Kunjungan Posyandu Balita Desa Ngasem


Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang
Berdasarkan tabel dan diagram diatas ibu balita di Desa Ngasem
Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang adalah 82,8% memeriksakan
balitanya ke posyandu secara teratur.
1. Kelengkapan imunisasi balita
- Lengkap : 183 Orang (82,8%)
- Belum Lengkap : 24 Orang (11,6%)
Tabel 3.5 Kelengkapan imunisasi bayi dan balita di Desa Ngasem
Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang 2019

Kelengkapan Imunisasi Frekuensi Persentase


Lengkap 183 82,8%
Belum Lengkap 24 11,6%
Total 207 100%
Sumber: Data Primer April 2019
Berdasarkan tabel dan diagram diatas diketahui sebanyak 183 orang
(82,8%) bayi dan balita Desa Ngasem Kecamatan Ngajum Kabupaten
Malang 2019 mendapat imunisasi lengkap.
2. Status gizi balita berdasar KMS
- Garis Hijau : 201 Orang (97,2%)
- Garis Kuning : 5 Orang (2,4%)
- Garis Merah : 1 Orang (0,4%)
Jumlah Balita Bawah Garis Merah (BGM) berdasarkan data posyandu
April 2019 sebanyak 1 orang.
b. Keluarga Berencana
1. Jumlah PUS : 208 Orang
2. Keikutsertaan PUS pada program KB
1) Ikut program KB : 165 orang (79,3%)
2) Belum ikut KB : 43 orang (20,7%)
Tabel 3.6 Penggunaan KB Warga di Desa Ngasem Kecamatan Ngajum
Kabupaten Malang 2019

Menggunakan KB Jumlah Persentase (%)


Iya 165 79,3%
Tidak 43 20,7%
Total 208 100%
Sumber: Data Primer April 2019

Berdasarkan data tersebut sebanyak 165 orang (79,3%) pasangan usia


subur di Desa Ngasem Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang 2019
menggunakan KB.
3. Jenis kontrasepsi yang diikuti
1) IUD : 12 Orang
2) Pil : 40 Orang
3) Suntik : 58 Orang
4) Lain-lain : 55 Orang
Tabel 3.7 Jenis KB yang digunakan Warga Desa Ngasem Kecamatan
Ngajum Kabupaten Malang 2019
Jenis KB yang digunakan Jumlah Persentase (%)
IUD 12 7,3 %
Pil 40 24,2%
Suntik 58 35,2%
Lain-lain 55 33,3%
Total 165 100%
Sumber: Data Sekunder (Puskesmas) April 2017

Jenis KB yang Digunakan


7,3

33,3 24,2 IUD


Pil

Suntik
35,2
Lain-lain
Gambar 3.4 Diagram Jenis KB yang digunakan Masyarakat Desa
Ngasem Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang.
Berdasarkan data yang diperoleh di Desa Ngasem Kecamatan Ngajum
Kabupaten Malang 2019terdapat sebanyak 55 wanita usia subur
(35,2%) yang menggunakan jenis KB Suntik.
c. Kesehatan Remaja
1. Jumlah Penduduk usia remaja : 29 Orang
2. Jenis kegiatan penduduk remaja mengisi waktu luang :
1) Kumpul - kumpul : 21 orang (72,4%)
2) Mengikuti kursus : tidak ada (%)
3) Olahraga : 8 orang (27,6%)
4) Remaja masjid / Gereja : tidak ada (%)
5) Lain – lain : tidak ada (%)
Berdasarkan data tabel diatas mayoritas remaja di Desa Ngasem
Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang 2019 terdapat 21 orang
(72,4%) remaja yang memiliki kegiatan kumpul-kumpul.
d. Kesehatan Lansia
d.1. Jumlah penduduk lanjut usia : 63 Orang
d.2. Keadaan kesehatan lansia
1) Ada masalah : 22 Orang (34,2%)
2) Tidak ada masalah : 41 Orang (65,8%)
Tabel 3.8 Kesehatan Lansia Desa Ngasem Kecamatan Ngajum
Kabupaten Malang 2019
Kondisi lansia saat ini Jumlah Persentase (%)
Sehat 22 34,2%
Sakit 41 65,8%
Total 63 100%
Sumber: Data Primer April 2019

Berdasarkan tabel di atas mayoritas lansia di Desa Ngasem Kecamatan


Ngajum Kabupaten Malang terdapat 41 lansia (65,8%) yang tidak
mengalami masalah dengan kesehatan.
e. Distribusi keluhan kesehatan dan penyakit di masyarakat di
Ngasem dari Januari 2019 – April 2019
1. KIR : 37 orang (21,5%)
2. TB : 36 orang (20,9%)
3. ISPA : 36 orang (20,9%)
4. Myalgia : 13 orang (7,6%)
5. Mual Muntah : 12 orang (6,9%)
6. GE/Diare : 9 orang (5,2%)
7. Diabetes Melitus : 8 orang (4,7%)
8. Gastritis : 8 orang (4,7%)
9. Rematik : 7 orang (4,1%)
10. Hipertensi : 6 orang (3,5%)

Tabel 3.9 Distribusi Jenis Penyakit yang diderita Desa Ngasem


Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang 2019
Jenis Penyakit Jumlah Persentase (%)
KIR 37 21,5
TB 36 20,9
ISPA 36 20,9
Myalgia 13 7,6
Mual Muntah 12 6,9
GE/Diare 9 5,2
Diabetes Melitus 8 4,7
Gastritis 8 4,7
Rematik 7 4,1
Hipertensi 6 3,5
Total 172 100.0
Sumber: Data Primer Puskesmas Desa Ardirejo 2019
40
35
30
25
20
15
10

Jumlah
Persentase

5
0

Gambar 3.5 Diagram Distribusi Jenis Penyakit yang diderita Desa


Ngasem Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang 2019
Berdasarkan tabel dan diagram menunjukkan bahwa jenis penyakit yang paling banyak
diderita oleh warga di Desa Ngasem Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang 2019 adalah
KIR.

3.1.2 Data Subsistem


I. Lingkungan Fisik
a. Potensi Sumber Daya Alam Desa
1) Curah hujan (mm/tahun) : 2476 mm/tahun
2) Kelembaban : 52%
3) Suhu rata-rata harian : 33 oC
4) Produktivitas Tanaman: jagung, kacang kedelai, kacang tanah,
kacang panjang, padi sawah, jeruk, mangga, rambutan, pisang,
jambu merah, jahe, kunyit, lengkuas, buah naga, hasil komoditas
(kopi dan kelapa)
5) Populasi ternak:
a) Ayam kampung : 2556 populasi
b) Bebek : 1212 populasi
c) Kucing : 131 populasi
6) Sumber air bersih:
a) Sumur gali : 110 buah
b) Mata air : 3 buah
c) Sungai : 4 buah
b. Sumber air dan air minum
a.1. Penyediaan air bersih
1) PAM : 60 KK (27,8%)
2) Sumur : 154 KK (70,6%)
3) Lain-lain : 4 KK (1,6%)
Tabel 3.10 Distribusi Data Primer Penyediaan Air Bersih Desa Ngasem
Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang 2019
Penyediaan Air
Frekuensi Persentase (%)
Bersih
PAM 60 27,8%
Sumur 154 70,6%
Lain-lain 4 4%
Total 218 100%
Sumber: Data Primer April 2019
Tabel 3.10 Menunjukkan bahwa penyediaan air bersih yang paling
banyak digunakan oleh warga di Desa Ngasem Kecamatan Ngajum
Kabupaten Malang adalah Sumur sebanyak 154 KK (70,6%)
a.2. Penyediaan air minum
1) PAM : 67 KK (30,8%)
2) Sumur : 145 KK (66,6%)
3) Lain-lain : 6 KK (2,6%)
Menunjukkan bahwa penyediaan air bersih yang paling banyak
digunakan oleh warga di Desa Ngasem Kecamatan Ngajum Kabupaten
Malang 2019 adalah sumur sebanyak 145 KK (66,6%).
a.3. Pemanfaatan air minum
1) PAM : 57 KK (26%)
2) Air minum steril : 123 KK (56,4%)
3) Lain-lain : 38 KK (17,6%)
Tabel 3.11 Distribusi Data Primer Pengolahan Pemanfaatan Air Minum
Desa Ngasem Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang 2019
Pemanfaatan Air
Frekuensi Persentase (%)
Minum
PAM 57 26%
Air minum steril 123 56,4%
Lain-lain 38 17,6%
Total 218 100%
Sumber: Data Primer April 2019
a.4. Pengelolaan air minum
1) Selalu dimasak : 199 KK (91,2%)
2) Kadang – kadang dimasak : 15 KK (7,1%)
3) Tidak pernah dimasak : 4 KK (1,7%)
Tabel 3.12 Distribusi Data Primer Pengolahan Air Minum Desa
Ngasem Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang 2019

Pengolahan Air Minum Frekuensi Persentase (%)


Selalu dimasak 199 91,2%
Kadang-kadang dimasak 15 7,1%
Tidak pernah dimasak 4 1,7%
Total 218 100%
Sumber: Data Primer April 2019
Tabel 3.12 menunjukkan bahwa warga di Desa Ngasem Kecamatan
Ngajum Kabupaten Malang kebanyakan mengolah air minum dengan
cara selalu dimasak yaitu sebanyak 199 KK (91,2%).
c. Saluran pembuangan air / sampah
b.1. Kebiasaan membuang sampah
1) Ditimbun : 12 KK (5,5%)
2) Dibakar : 165 KK (75,7%)
3) Dibuang di sungai : 41 KK (18,8%)
Tabel 3.13 Distribusi Data Primer Cara Pembuangan Desa Ngasem
Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang 2019

Cara Pembuangan Sampah Frekuensi Persentase (%)


Ditimbun 12 5,5%
Dibakar 165 75,7%
Dibuang di sungai 41 18,8%
Total 168 100%
Sumber: Data Primer April 2019
Tabel 3.13 menunjukkan bahwa cara pembuangan sampah yang paling
banyak dilakukan oleh warga di Desa Ngasem Kecamatan Ngajum
Kabupaten Malang 2019 adalah dengan cara dibakar yaitu sebanyak
165 KK (75,7%).
b.2. Pembuangan air limbah
1) Got : 124 KK (56,7%)
2) Lain-lain : 94 KK (43,3%)
Tabel 3.14 Distribusi Data Primer Saluran Pembuangan Limbah di
Desa Ngasem Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang.
Saluran Pembuangan Limbah Frekuensi Persentase (%)
Got 124 56,7%
Lain-lain 94 43,3%
Total 218 100%
Sumber: Data Primer April 2019
Tabel 3.14 menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Desa
Ngasem membuang saluran limbah di got yaitu sebanyak 124 KK
(56,7%) warga membuang saluran limbah di got.
b.3. Keadaan pembuangan air limbah
1) Meluber kemana – mana : 36 KK (16,3%)
2) Lancar : 182 KK (83,7%)

Tabel 3.15 Distribusi Data Primer Keadaan Pembuangan Limbah di


Desa Desa Ngasem Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang .
Keadaan Pembuangan Limbah Frekuensi Persentase (%)
Meluber kemana-mana 36 16,3%
Lancar 182 83,7%
Total 218 100%
Sumber: Data Primer 2017
Tabel 3.15 menunjukkan bahwa sebagian besar keadaan pembuangan
air limbah masyarakat Desa Ngasem Kecamatan Ngajum Kabupaten
Malang 2019 lancar. Data diatas menunjukkan sebanyak 182 KK
(83,7%) keadaan pembuangan air limbah warga lancar.
d. Kandang ternak
c.1. Kepemilikan kandang ternak
1) Ya : 52 KK (24%)
2) Tidak : 166 KK (76%)
Tabel 3.16 Distribusi Data Primer Kepemilikan Ternak Desa Ngasem
Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang.
Kepemilikan Ternak Frekuensi Persentase (%)
Ya 52 24%
Tidak 166 76%
Total 218 100%
Sumber: Data Primer April 2019
Tabel 3.16 menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Desa
Ngasem Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang tidak memiliki
kandang ternak yaitu 166 KK (76%).
c.2. Letak kandang ternak
1) Di luar rumah : 48 KK (92%)
2) Di dalam rumah : 4 KK (8%)
Tabel 3.17 Distribusi Data Primer Letak Kandang Desa Ngasem
Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang 2019
Letak Kandang Frekuensi Persentase (%)
Di luar rumah 48 92%
Di dalam rumah 4 8%
Total 52 100%
Sumber: Data Primer April 2019
Tabel 3.17 menunjukkan bahwa mayoritas letak kandang ternak
masyarakat Desa Ngasem Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang
adalah di luar rumah yaitu 48 KK (92%).
e. Jamban
d.1. Kepemilikan jamban
1) Memiliki jamban : 196 KK (90%)
2) Tidak memiliki jamban : 22 KK (10%)
Tabel 3.18 Distribusi Data Primer Kepemilikan Desa Ngasem
Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang 2019
Kepemilikan Jumlah (KK) Persentase (%)
Memiliki 196 90%
Tidak Memiliki 22 10%
Total 218 100%
Sumber: Data Primer April 2019
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar warga di Desa
Ngasem Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang 2019sebanyak 196
KK (90%) memiliki jamban.
d.2. Macam jamban yang dimiliki
1) Septic tank : 178 KK (90,8%)
2) Sumur cemplung : 11 KK (5,6%)
3) Lain-lain : 7 KK (3,5%)
Tabel 3.19 Distribusi Data Primer Jenis Jamban Desa Ngasem
Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang 2019
Jenis Jumlah Persentase (%)
Septic tank 178 90,8%
Sumur cemplung 11 5,6%
Lain-lain 7 3,6%
Total 196 100%
Sumber: Data Primer April 2019
Tabel 3.19 menunjukkan bahwa sebagian besar warga Desa Ngasem
Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang memiliki Jenis jamban septic
tank yaitu sebanyak 178 KK (90,8%).
d.3. Bila tidak mempunyai jamban berak di
1) WC umum : 16 KK (72,7%)
2) Got, Kali, Sungai : 4 KK (18,2%)
3) Lain-lain : 2 KK (9,1%)
Tabel 3.20 Distribusi Tempat BAB Warga Desa Ngasem Kecamatan
Ngajum Kabupaten Malang 2019
Tempat Jumlah Persentase (%)
WC umum 16 72,7%
Got, Kali, Sungai 4 18,2%
Lain-lain 2 9,1%
Total 22 100%
Sumber : Data Primer April 2019
Tabel 3.20 menunjukkan bahwa sebagian besar warga Desa Ngasem
Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang sebanyak 16 KK (72,7%)
buang air besar di wc umum.
d.4. Keadaan jamban
1) Bersih : 173 KK (88,4%)
2) Kotor : 23 KK (11,6%)
Tabel 3.21 Distribusi Keadaan Jamban Warga Desa Ngasem
Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang 2019
Keadaan Jumlah Persentase (%)
Bersih 173 88,4%
Kotor 23 11,6%
Total 196 100
Sumber: Data Primer April 2019
Tabel 3.21 menunjukkan bahwa sebagian besar jamban warga Desa
Ngasem Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang 2019 dalam keadaan
bersih yaitu sebanyak 173 KK (88,4%).
f. Keadaan rumah
e.1. Tipe rumah
1) Type A (tembok) : 171 KK (78,3%)
2) Type B (1/2 tembok) : 43 KK (19,9%)
3) Lain-lain : 4 KK (2,7%)
Tabel 3.22 Distribusi Data Primer Tipe Rumah Warga Desa Ngasem
Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang.
Tipe rumah Jumlah Persentase (%)
Tipe A (tembok) 171 78,3%
Tipe B (1/2 tembok) 43 19,9%
Lain-lain 4 2,7%
Total 218 100%
Sumber: Data Primer April 2019
Tabel 3.22 menunjukkan bahwa sebagian besar warga di Desa Ngasem
Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang sebanyak 171 KK (78,3%)
memiliki tipe rumah A (tembok).
e.2. Status rumah
1) Milik sendiri : 205 KK (94,3%)
2) Kontrak : 10 KK (4,4%)
3) Lain-lain : 3 KK (1,3%)
Tabel 3.23 Distribusi Data Primer Status Rumah Warga Desa Ngasem
Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang.
Status Rumah Jumlah Persentase (%)
Milik sendiri 205 94,3%
Kontrak 10 4,4%
Lain-lain 3 1,3%
Total 218 100%
Sumber: Data Primer 2019
Tabel 3.23 menunjukkan bahwa sebagian besar warga Desa Ngasem
Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang sebanyak 205 KK (94,3%)
berstatus rumah milik sendiri.
e.3. Lantai rumah
1) Tegel : 141 KK (64,5%)
2) Semen : 70 KK (32,1%)
3) Tanah : 7 KK (3,3%)
Tabel 3.24 Lantai Rumah Warga Desa Ngasem Kecamatan Ngajum
Kabupaten Malang 2019
Lantai Jumlah Persentase (%)
Tegel 141 64,5%
Semen 70 32,1%
Tanah 7 3,3%
Total 218 100%
Sumber: Data Primer April 2019
Tabel 3.24 menunjukkan bahwa sebagian besar warga Desa Ngasem
Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang sebanyak 141KK (64,5%)
memiliki lantai rumah tegel.
e.4. Ventilasi
1) Ada : 174 KK (79,9%)
2) Tidak ada : 44 KK (20,1%)
Tabel 3.25 Ventilasi Rumah Warga Desa Ngasem Kecamatan Ngajum
Kabupaten Malang 2019
Ventilasi Jumlah Persentase (%)
Ada 174 79,9%
Tidak ada 44 20,1%
Total 218 100%
Sumber: Data Primer April 2019
Tabel 3.25 menunjukkan bahwa mayoritas warga Desa Ngasem
Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang sebanyak 174 KK (79,9%)
memiliki ventilasi rumah.
e.5. Luas kamar tidur
1) Memenuhi syarat : 132 KK (60,5%)
2) Tidak memenuhi syarat : 86 KK (39,5%)
Tabel 3.26 Luas Kamar Warga Desa Ngasem Kecamatan Ngajum
Kabupaten Malang 2019
Luas kamar Jumlah Persentase
Memenuhi syarat 132 60,5%
Tidak memenuhi syarat 86 39,5%
Total 218 100%
Sumber: Data Primer April 2019
Tabel 3.26 menunjukkan bahwa sebagian besar warga Desa Ngasem
Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang sebanyak 132 KK (60,5%)
memiliki luas kamar tidur yang memenuhi syarat.
e.6. Penerangan rumah oleh cahaya matahari
1) Terang : 158 KK (72,3%)
2) Kurang Terang : 50 KK (23%)
3) Tidak Terang : 10 (4,8%)
Tabel 3.27 Penerangan Rumah Warga Desa Ngasem Kecamatan
Ngajum Kabupaten Malang 2019
Penerangan rumah Jumlah Persentase
Terang 158 72,3%
Kurang Terang 50 23%
Tidak Terang 10 4,8%
Total 218 100%
Sumber: Data Primer April 2019
Tabel 3.27 menunjukkan bahwa sebanyak sebagian besar warga Desa
Ngasem Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang memiliki penerangan
yang terang yaitu 158 KK (72,3%).
g. Kepemiliki halaman rumah
f.1. Kepemilikan
1) Memiliki : 153 KK (70,1%)
2) Tidak memiliki : 65 KK (29,9%)
Tabel 3.28 Distribusi Kepemilikan Rumah Desa Ngasem Kecamatan
Ngajum Kabupaten Malang 2019

Kepemilikan Rumah Jumlah (KK) Persentase (%)


Memiliki 153 70,1%
Tidak Memiliki 65 29,9%
Total 218 100%
Sumber: Data Primer April 2019
Tabel 3.28 menunjukkan bahwa warga Desa Ngasem Kecamatan
Ngajum Kabupaten Malang sebagian besar telah memiliki halaman
rumah yaitu 153 KK (70,1%).
f.2. Pemanfaatan pekarangan/ halaman rumah
1) Ya : 86 KK (56,2%)
2) Tidak : 67 KK (43,8%)
Tabel 3.29 Distribusi Pemanfaatan Pekarangan/Halaman di Desa
Ngasem Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang 2019

Pemanfaatan
Jumlah (KK) Persentase (%)
Pekarangan/Halaman Rumah
Ya 86 56,2%
Tidak 67 43,8%
Total 153 100%
Sumber: Data Primer April 2019
Tabel 3.29 menunjukkan mayoritas warga Desa Ngasem Kecamatan
Ngajum Kabupaten Malang memanfaatkan pekarangan/halaman rumah
yaitu 86 KK (56,2%).
f.3. Jenis pemanfaatan pekarangan rumah
1) Taman : 43 KK (50,4%)
2) Kebun Sayur/Buah : 23 KK (26,3%)
3) Toga : 4 KK (4,4%)
4) Lain-lain : 16 KK (18,9%)
Tabel 3.30 Distribusi Pemanfaatan Pekarangan Rumah Desa Ngasem
Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang.

Jenis Pemanfaatan Jumlah (KK) Persentase (%)


Taman 43 50,4%
Kebun Sayur/Buah 23 23%
Toga 4 4,4%
Lain-lain 16 16%
Total 86 100%
Sumber: Data Primer April 2019
Tabel 3.30 menunjukkan mayoritas warga Desa Ngasem KEcamatan
Ngajum memanfaatkan pekarangan rumah sebagai taman yaitu 43 KK
(50,4%).
f.4. Vektor Penyakit Didalam/Sekitar Rumah
1) Nyamuk : 143 KK (65,4%)
2) Kecoa : 30 KK (14,3%)
3) Tikus : 26 KK (12,1%)
4) Lalat : 9 KK (3,9%)
5) Lain-lain : 10 (4,4%)
Tabel 3.31 Distribusi Vektor Penyakit Desa Ngasem Kecamatan
Ngajum Kabupaten Malang 2019
Vektor Penyakit Jumlah (KK) Persentase (%)
Nyamuk 143 65,4%
Kecoa 30 14,3%
Tikus 26 12,1%
Lalat 9 3,9%
Lain-lain 10 4,4%
Total 218 100%
Sumber: Data Primer April 2019
Tabel 3.31 menunjukkan bahwa vektor penyakit paling banyak adalah
nyamuk yaitu 143 KK (65,4%).

II. Pendidikan
a. Distribusi penduduk Desa Ngajum berdasarkan kegiatan
pendidikan (usia sekolah)
- Penduduk sekolah : 2193 Orang (87,4%)
- Penduduk tidak sekolah : 8 Orang (12,5%)
b. Distribusi penduduk berdasarkan jenis pendidikan
- Pendidikan formal : 163 orang (100%)
- Pendidikan non-formal :-
c. Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan formal
1) Belum sekolah : 28 orang (4,1%)
2) Tamat SD : 266 orang (38,7%)
3) Tamat SLTP : 278 orang (40,4%)
4) Tamat SLTA : 55 orang (8%)
5) PT : 5 orang (0,7%)
6) Tidak Sekolah : 4 orang (0,6%)
7) SD : 22 orang (3,2%)
8) SLTP : 16 orang (2,3%)
9) SLTA : 14 orang (2,0%)

III. Fasilitas umum dan kesehatan


a. Fasilitas umum
a.1. Sarana pendidikan formal
- Jumlah PAUD : 1 Buah
- Jumlah TK : 2 Buah
- Jumlah SD/ sederajat : 3 Buah
- Jumlah SLTP / sederajat : 2 Buah
- Jumlah SMU / sederajat : 1 Buah
- Jumlah PT / sederajat : tidak ada
a.2. Sarana kegiatan kelompok
- Karang taruna : 1 Kelompok
- Pengajian : 41 Kelompok
- Ceramah agama x/bulan : 2 x/bulan
- PKK : 1 x/bulan
- Pondok pesantren / TPA : 6 Kelompok
- Lain – lain (sebutkan) : tidak ada
a.3. Sarana ibadah
- Jumlah masjid : 6 Buah
- Mushola : 48 Buah
- Gereja : tidak ada
- Pura / Vihara : tidak ada
a.4. Sarana olahraga
- Lapangan sepak bola : 2 Buah
- Lapangan tenis meja : 1 Buah
- Lapangan bulu tangkis : 1 Buah
- Lain – lain (lap, gobak sodor) : tidak ada
a.5. Tempat perkumpulan umum
- Balai desa : 1 Buah
- Dusun : 3 Buah
- RW : tidak ada
- RT : tidak ada
b. Fasilitas kesehatan
b.1. Jenis dan sarana fasilitas kesehatan
- Puskesmas pembantu : 1 Buah
Jarak dari balai desa : 500 m
- Puskesmas : 1 Buah
Jarak dari balai desa : 7 Km
- Rumah sakit : tidak ada
Jarak dari balai desa : - Km
- Praktek dokter swasta : 2 orang
- Praktek bidan : 2 orang
- Praktek perawat : 2 orang
- Dukun bersalin terlatih : 2 orang
b.2. Pemanfaatan fasilitas kesehatan
- Puskesmas pembantu : 1 Buah
- Puskesmas : 1 Buah
- Posyandu : 10 buah
- Rumah sakit : tidak ada
- Praktek dokter swasta : 5 Buah
- Praktek bidan / Polindes : 3 Buah
- Praktek kesehatan lain : tidak ada
- Poskesdes : 1 unit
IV. Sosial Ekonomi
a. Karakteristik pekerjaan
a.1. Jenis pekerjaan
- PNS / Polisi / TNI : 0 orang (0%)
- Pegawai swasta : 6 orang (3,6%)
- Wiraswasta : 24 orang (14,3%)
- Petani (sawah / tambak) : 57 orang (33,9%)
- Buruh tani / buruh pabrik : 65 orang (38,7%)
- Nelayan : 0 orang (0%)
- Lain – lain (sebutkan) : 16 orang (9,5%)
a.2. Status pekerjaan penduduk > 18 tahun < 65 tahun
- Penduduk bekerja : 161 orang (96%)
- Penduduk tidak bekerja : 345 orang (4%)
b. Kesejahteraan Keluarga
- Jumlah keluarga prasejahtera : 608 KK
- Jumlah keluarga sejahtera 1 : 499 KK
- Jumlah keluarga sejahtera 2 : 383 KK
- Jumlah keluarga sejahtera 3 : 211 KK
- Jumlah keluarga sejahtera 3 plus : 125 KK
c. Pusat kegiatan ekonomi
- Pasar tradisional : 1 Buah
- Pasar swalayan : 7 Buah
- Toko kelontong : 16 unit
d. Penghasilan rata – rata perbulan
- < Rp. 450.000 / bulan : 92 KK (42,2%)
- Rp. 450.000 – Rp. 600.000 : 68 KK (31,2%)
- Rp. 600.000 – Rp. 800.000 : 41 KK (18,8%)
- > Rp. 800.000 / bulan : 17 KK (7,8%)
e. Pengeluaran rata – rata perbulan
- < Rp. 150.000 / bulan : 85 KK (38,9%)
- Rp. 150.000 –Rp. 300.000 : 62 KK (28,4%)
- Rp. 300.000 – Rp. 500.000 : 42 KK (19,2%)
- > Rp. 500.000 / bulan : 29 KK (13,3%)
f. Aset Sarana Produksi
- Memiliki traktor : 15 orang
- Memiliki penggilingan padi : 20 orang
g. Pemilikan Aset Ekonomi lainnya
- KK yang memiliki sepeda motor : 1021 KK
- KK yang memiliki mobil : 52 KK
- KK yang memiliki buku tabungan bank : 251 KK
- KK yang memiliki buku surat berharga : 522 KK
- KK yang memiliki TV : 1410 KK
h. Kepemilikan industri
Ada

X Tidak ada
i. Jenis industri kecil
X Makanan

Pakaian

Sepatu

j. Sumber anggaran desa


Pendapatan asli desa : Rp. 208.936.000,00
Alokasi Dana Desa/Blok Grant : Rp. 473.000.000,00

V. Keamanan dan Transportasi


a. Keamanan
- Pemadam kebakaran : tidak ada
- Instansi polisi : tidak ada
- Poskamling : 8 buah
- Jumlah anggota Linmas : 14 orang
b. Transportasi
b.1. Fasilitas transpotasi
- Jalan raya : ± 2 Km
- Jalan tol : ± 0 Km
- Jalan setapak : ± 0 Km
- Jalan kampung : ± 2 Km
b.2. Alat transportasi yang dimiliki masyarakat
- KK yang memiliki sepeda motor : 1021 KK
- KK yang memiliki mobil : 52 KK
b.3. Penggunaan sarana transportasi oleh masyarakat
- Angkutan / kendaraan umum : 17 orang (10%)
- Kendaraan pribadi : 151 orang (90%)
b4. Aset Sarana transportasi umum
- Memiliki becak 1 unit
- Memiliki ojek 10 unit
- Angkutan / kendaraan umum : 17 orang (10%)
- Kendaraan pribadi : 151 orang (90%)

VI. Politik dan Pemerintahan


a. Struktur organisasi pemerintahan

X Ada Tidak ada

b. Kelompok pelayanan kepada masyarakat (PKK, Karang taruna,


Panti, LKMD, Posyandu, UKGMD)

X Ada Tidak ada

c. Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan


X Ada Tidak ada

X
d. Peran serta partai politik dalam pelayanan kesehatan
Ada Tidak ada
e. Partisipasi politik
Jumlah penduduk yang memiliki hak pilih pada PEMILU Legislatif
berjumlah 5189 orang di desa Ardirejo, sedangkan yang
menggunakan hak pilihnya berjumlah 4815 orang.
f. Pemilihan kepala daerah
Kepala daerah di tentukan oleh pemilihan umum, sedangkan pemilihan
perangkat dan staf-staf desa dipilih langsung oleh kepala desa
VII. Komunikasi
a. Fasilitas komunikasi yag ada di masyarakat
- Radio : 10 KK
- TV keluarga : 1410 KK
- Parabola : 10 KK
- Lain – lain (sebutkan) : tidak ada (0%)
b. Teknik penyampaian informasi kepada masyarakat
Radio – TV

X Papan pengumuman

X Pengeras suara keliling

X Lain – lain (kentongan)

VIII. Sarana rekreasi


- Tempat wisata alam : tidak ada
- Kolam renang : tidak ada
- Taman kota : tidak ada
- Bioskop : tidak ada
- Lain – lain (sebutkan) : tidak ada

IX. Persepsi
Masyarakat belum mampu mengidentifikasi kebutuhan akan lingkungan
sehat dan dampak yang bisa ditimbulkan dari lingkungan yang kurang sehat.
Perilaku masyarakat yang mencerminkan kurangnya kesadaran akan lingkungan
sehat seperti:
a. Tempat pembuangan sampah yang masih tidak terpusat dimana masyarakat
desa Ardirejo biasanya menumpuk sampah pada lahan yang kosong lalu akan
membakarnya setelah penuh;
Masyarakat belum menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti:
a. pengelolaan air minum masih terdapat beberapa KK yang belum memasak air
sebelum diminum karena menganggap air sudah bersih dan tidak perlu
dimasak;
b. penggunaan jamban sehat, sebagian besar masyarakat di Desa Ngasem masih
BAB di sungai meskipun memiliki jamban permanen karena sudah menjadi
kebiasaan dan merasa lebih nyaman untuk BAB di sungai;
c. Masyarakat Desa Ngasem masih banyak merokok di dalam rumah, karena
sudah menjadi kebiasaan saat menjamu tamu di rumah.
d. Penempatan kandang ternak kurang optimal,masih banyak masyarakat Desa
Ngasem yang meletakkan kandang ternak di samping rumah tanpa ada jarak.
Kesadaran masyarakat yang kurang akan kesehatan dan pentingnya memeriksakan
kesehatan, seperti halnya sebagai berikut:
a. Banyak masyarakat dewasa dan lansia yang memiliki keluhan-keluhan namun
tidak bersedia untuk melakukan pemeriksaan dengan berbagai alasan
b. Rendahnya pengetahuan ibu hamil, ibu nifas, dan ibu menyusui terkait
perawatan dasar kesehatan ibu dan bayi
c. Banyaknya pernikahan dini
d. Tidak sedikit bayi yang berada di bawah garis tengah.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga –F.kep Universitas Jember 2019

3.2 Analisa Data, Pohon Masalah Keperawatan Komunitas


3.2.1 Analisa Data
Tabel 3.32 Analisa Data Masalah Keperawatan Komunitas
MASALAH
KEMUNGKINAN
NO. PENGELOMPOKAN DATA KEPERAWATAN
PENYEBAB
KOMUNITAS
1. Data Obyektif: a. Ketidakadekuatan Ketidakefektifan
a. Sebanyak 165 KK (75,7%) di Desa Ardirejo memilih metode membakar dukungan sosial koping komunitas:
sampah karena menganggap lebih cepat dan agar tidak banyak masyarakat masalah kesehatan
menumpuk. b. Kurangnya kesehatan
b. Berdasarkan hasil observasi lingkungan Desa Ardirejo belum ada TPA (Tempat sumber daya lingkungan
Pembuangan Akhir) (pengetahuan,
c. Berdasarkan hasil observasi lingkungan masyarakat Desa Ardirejo tidak ada finansial, dan
pemanfaatan ulang dari sampah organik maupun non-organik sosial)
d. Jumlah penduduk yang mengalami ISPA di Desa Ardirejo pada bulan Januari-
April 2019 sebanyak 36 orang (20,9%)

Data Subyektif:
Hasil dari wawancara dengan RT, RW, dan kader kesehatan Desa Ardirejo
mengatakan bahwa :
a. Berdasarkan hasil wawancara perawat wilayah mengatakan bahwa
masyarakat desa Ngasem sudah mendapatkan sosialisasi tentang larangan
membuang sampah ke sungai oleh pihak Puskesmas
b. Beberapa kader mengatakan bahwa masyarakat desa Ngasem Tempat
pembuangan sampah yang masih tidak terpusat dimana masyarakat biasanya
menumpuk sampah pada lahan yang kosong lalu akan membakarnya setelah
penuh.
c. Tokoh masyarakat mengatakan bahwa di desa ngasem tidak ada
pengangkutan sampah oleh petugas kebersihan
1
d. Berdasarkan hasil wawancara saat door to door masyarakat desa Ngasem
mengeluhkan bahwa banyak yang terkena batuk .
e. Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat wilayah Desa Desa Ngasem
bahwa saat ini penyakit terbanyak yang dialami oleh masyarakat adalah ISPA.
f. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa masyarakat Desa Desa
Ngasem masih banyak yang merokok baik di dalam maupun di luar rumah.
2. Data Obyektif: a. Ketidakadekuatan Ketidakefektifan
a. Jumlah balita yang mengalami BGM sebanyak 1 balita dan yang mengalami BGT dukungan sosial koping komunitas:
sebanyak 5 balita pada bulan April 2019. masyarakat masalah kesehatan
b. Kurangnya gizi bayi, ibu hamil
Data Subjektif: sumber daya dan balita
e. Berdasarkan hasil wawancara, kader posyandu menyatakan bahwa ibu menyusui (pengetahuan,
terkait perawatan dasar kesehatan ibu dan bayi masih kurang. finansial, dan
f. Berdasarkan hasil wawancara pada 1 ibu BGM dan 5 ibu BGT didapatkan satu ibu sosial)
BGM dan 3 ibu BGT mengatakan sebelum usia 6 bulan sudah diberi makanan
tambahan.
3 Data Obyektif: a. Ketidakadekuatan Ketidakefektifan
e. Terdapat 65,8 % penduduk lansia yang memiliki masalah kesehatan saranadan koping komunitas:
f. Penderita hipertensi berdasarkan data dari puskesmas berada pada urutan terakhir prasarana lansia (Hipertensi)
dengan total 6 yang tercatat, namun hasil screening didapatkan data hipertensi dimasyarakat
yang tidak sedikit (65,8%) b. Kurangnya
Data Subyektif: kesadaran
a. Banyak masyarakat dewasa dan lansia yang memiliki keluhan-keluhan namun tidak masayarakat
bersedia untuk melakukan pemeriksaan dengan berbagai alasan
4. Data Obyektif: c. Ketidakadekuatan Ketidakefektifan
a. banyak dari anak-anak SD yang merokok dan kedapatan merokok di sekitar saranadan koping komunitas:
lingkungan desa Ardirejo. prasarana anak remaja
Data Subyektif: dimasyarakat merokok
a. Beberapa anak SD yang merokok mengatakan jika merokok tidak ada yang d. Kurangnya
mengekang, karena ingin saja, atau karena meniru dan melihat teman-temannya merokok kesadaran
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga –F.kep Universitas Jember 2019

3.2.2
3.2.3 Pohon Masalah
Promosi kesehatan

Pendidikan Kebijakan,
kesehatan regulasi, dan
organuisasi

Faktor predeposisi Faktor pendukung Faktor yang memungkinkan

Perilaku dan gaya hidup Lingkungan

Status kesehatan

Cacat total
kesakitan kesejahteraan Sehat optimal
atau kematian

Defisiensi kesehatan
komunitas

Berdasarkan pendekatan precede procede (Green, L. W. & Kreuter, M. W. (1999)


dalam Anderson, Elizabeth T.; McFarlane, Judith (2008) Community as Partner:
Theory and Practice in Nursing, 5th Edition, Lippincott Williams & Wilkins.

Gambar 3.7 Pohon Masalah


1
3.2 Diagnosis Keperawatan Komunitas

Tabel 3.33 Skoring Prioritas Masalah Keperawatan Komunitas

Pentingnya Perubahan Penyelesaiaan


penyelesaian positif untuk untuk
masalah penyelesaian peningkatan
Diagnosa Keperawatan 1 : rendah di komunitas kualitas hidup Total
Komunitas 2 : sedang 0 : tidak ada 0 : tidak ada Skor
3 : tinggi 1 : rendah 1 : rendah
2 : sedang 2 : sedang
3 : tinggi 3 : tinggi
Ketidakeektifan koping 3 3 3 9
komunitas: kesehatan
lingkungan
Ketidakeektifan koping 2 2 2 6
komunitas: masalah
kesehatan gizi bayi dan
balita (bawah garis
merah)
Ketidakeektifan koping 2 2 1 5
komunitas: anak remaja
merokok
Ketidakeektifan koping 2 1 1 4
komunitas: masalah
pada kelompok pekerja
tani: LBP dan APD
Ketidakeektifan koping 2 1 1 4
komunitas: masalah
kesehatan hipertensi
Ketidakeektifan koping 2 1 1 4
komunitas: masalah
penyakit menular (TB)
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga –F.kep Universitas Jember 2019

3.4 Perencanaan
3.4.1 Perencanaan Masalah Keperawatan Komunitas

Tabel 3.34 Perencanaan Masalah Keperawatan Komunitas


No. Diagnosa Rencana Evaluasi
Keperawatan Tujuan Rencana Kegiatan Aktivitas
Komunitas Indikator Evaluator
1. Ketidakefektifan NOC: NIC: 1.1 Lakukan pengkajian Peningkatan derajat TOMA,
koping Kontrol  Pengembangan langsung pada kesehatan masyarakat perangkat
komunitas: risiko kesehatan komunitas komunitas (untuk Desa Ardirejo dengan Desa
kesehatan komunitas: memperoleh data mengendalikan dan Kemuningsar
(8500)
lingkungan menurunnya jumlah i Lor
penyakit  Manajemen penyakit primer dan sekunder)
kasus baru dari
menular menular (8820) 2.1 Mengobservasi Penyakit Infeksi
(2802) 1. Identifikasi fokus kondisi lingkungan Saluran Pernafasan
Kriteria kesehatan, kekuatan, masyarakat yang Atas (ISPA)
hasil: dan prioritas masalah dapat mempengaruhi Masyarakat akan
a. Skrining dengan komunitas terjadinya persebaran dapat:
kelompok 2. Monitor faktor penyakit menular a. Mengetahui
target yang lingkungan yang 3.1 berikan edukasi konsep dasar
berisiko mempengaruhi terkait cara pemilahan penyakit
tinggi penyebaran penyakit dan pengolahan ISPA.
b.Kontrol menular sampah yang baik dan b. Mengetahui cara
lingkungan 3. Bantu anggota benar penanganan
berjalan komunitas dalam 4.1 berdayakan TOGA ISPA.
dengan meningkatkan TOMA dan perangkat c. Mengetahui
baik kewaspadaan dalam terkait untuk pengelolaan
masalah kesehatan bertanggung jawab sampah yan baik
4. Tingkatkan akses dalam pengolahan

1
yang adekuat tentang sampah warganya dan benar.
pendidikan 5.1 melakukan kunjungan
kesehatan untuk rumah untuk monitor
mencegah dan dan evaluasi terkait
penatalaksanaan dari praktek pemilahan
penyakit menular sampah pada warga-
5. Berikan pendidikan warga yang
pada anggota menghadiri
mengenai rencana pertemuan edukasi
grup dan 6.1 Adakan pertemuan
perencanaan dengan masyarakat
program untuk membahas
6. Monitor pelaksanaan sejauh mana program
program berjalan
7. Evaluasi program 7.1 berikan tindak lanjut
yang telah dibentuk terhadap program dan
dan disepakati serta reinforcement positif
dijalankan oleh 8.1 memberikan
komunitas penjelasan mengenai
ISPA dan dampak
serta penyebabnya
secara singkat
sebelum program
sampah dimulai
2 Ketidakefektifan NOC: NIC: 1.1 Melakukan Peningkatan derajat TOMA,
koping Status  Pengembangan pengkajian langsung kesehatan masyarakat kader, bidan
komunitas: Desa Kemuningsari Desa
kesehatan kesehatan komunitas pada komunitas
masalah Lor dengan Kemuningsar
kesehatan gizi komunitas (8500) (untuk memperoleh mengendalikan dan i Lor
bayi, dan balita (2701)  Pengembangan data primer dan menurunnya jumlah
(bawah garis Kriteria program (8700) sekunder) kasus baru dari Bayi
merah hasil: 1. Identifikasi fokus 2.1 membentuk KELAS dengan Bawah Garis
Perbaikan kesehatan, kekuatan, PARENTING sebagai Merah (BGM)
status gizi dan prioritas program yang Masyarakat akan
bayi dan masalah dengan bekerjasama dengan dapat:
balita komunitas kader dan bidan untuk a. Mengetahui
2. Bantu anggota stimulasi tumbuh konsep dasar
komunitas dalam kembang bayi balita BGM
meningkatkan dengan melibatkan b. Mengetahui
kewaspadaan dalam ibu cara
masalah kesehatan 3.1 mengevaluasi dan menstimulasi
3. Berikan pendidikan memonitor kegiatah tumbuh
pada komunitas kelas Parenting kembang bayi
mengenai rencana selama 9 kali balita
grup dan pertemuan c. Mengetahui
perencanaan 4.1 memberikan screening bagaimana
program tumbuh kembang mempersiapkan
4. Monitor pelaksanaan menggunakan KPSP MP-ASI untuk
program 5.1 menilai kemampuan bayi dan balita
5. Evaluasi program ibu menstimulasi dengan benar
yang telah dibentuk tumbuh kembang
dan disepakati serta anaknya
dijalankan oleh 6.1 merumuskan Rencana
komunitas Tindak Lanjut dari
program stimulasi
tumbuh kembang
bersama anggota
kelas parenting
7.1 bentuk program
BUCHERI (IBU
CERI) Ibu Cermat
Gizi sebagai rencana
tindak lanjut
permasalahan gizi
pada ibu dan balita
3 Ketidakefektif NOC: NIC: 1.1 Melakukan Peningkatan derajat TOMA,
an koping Status  Pengembangan pengkajian langsung kesehatan masyarakat kader, bidan
komunitas: kesehatan kesehatan komunitas pada komunitas Desa Ardirejo dengan Desa
anak remaja komunitas (untuk memperoleh mengendalikan dan Kemuningsar
(8500)
menurunnya jumlah i Lor
merokok (2701)  Pengembangan data primer dan
perokok muda di
Kriteria program (8700) sekunder) masyarakat
hasil: 1. Identifikasi fokus 2.1 pembentukan duta anti Masyarakat akan
Perbaikan kesehatan, merokok dapat:
status anak kekuatan, dan 3.1 berikan promosi a. Mengetahui
dan remaja prioritas masalah kesehatan bahaya bahaya
dengan komunitas merokok pada anak merokok
2. Bantu anggota SD b. Mengetahui
komunitas dalam 4.1 berikan promosi bahaya HIV
meningkatkan kesehatan tentang aids
kewaspadaan dalam HIV AIDS pada SMP c. Mengetahui
masalah kesehatan 5.1 berikan promosi manfaat PHBS
3. Berikan pendidikan kesehatan terkait d. Mengetahui
pada komunitas pernikahan dini pada bahaya
mengenai rencana poskestren pernikahan dini
grup dan
perencanaan
program
4. Monitor pelaksanaan
program
5. Evaluasi program
yang telah dibentuk
dan disepakati serta
dijalankan oleh
komunitas
4 Ketidakefektifan NOC: NIC: 1.1 Melakukan Peningkatan derajat TOMA dan
koping Kontrol  Pengembangan pengkajian langsung kesehatan masyarakat Kader
komunitas: risiko kesehatan komunitas pada komunitas Desa Ardirejo dengan
masalah pada komunitas: (8500) (untuk memperoleh mengendalikan dan
kelompok penyakit menurunnya jumlah
 Pengembangan data primer dan
kasus baru dari
pekerja tani: kronis 2801) sekunder)
program (8700) penyakit degeneratif
LBP dan APD Kriteria 2.1 Melakukan screening
1. Identifikasi fokus pada kelompok lansia.
hasil: kesehatan, kekuatan, hipertensi di Masyarakat akan
a. Ketersedia dan prioritas masyarakat Desa dapat:
an masalah dengan Ardirejo a. Mengetahui
program komunitas 2.2 Pendidikan kesehatan konsep dasar
skiring 2. Bantu anggota terkait penggunaan penyakit
preventif komunitas dalam APD yang benar dan degeneratif
b. Partisipasi meningkatkan posisi ergonomi di b. Mengetahui
dalam kewaspadaan dalam bidang pertanian. cara
program masalah kesehatan 3.1 Promosi kesehatan penanganan
pendidika 3. Berikan pendidikan terkait pencegahan penyakit
n pada anggota nyeri punggung degeneratif
manajeme mengenai rencana dengan memulai c. Meminimalka
n penyakit grup dan hidup sehat penerapan n faktor
kronis perencanaan penggunaan APD resiko
c. Ketersedia program yang benar dan posisi terjadinya
an layanan 4. Monitor ergonomi penyakit
kesehatan pelaksanaan degeneratif
untuk program d. Mampu
mengobati 5. Evaluasi program mengaplikasi
penyakit yang telah dibentuk
kronis dan disepakati serta kan layanan
dijalankan oleh kesehatan di
komunitas komunitas.
e. Sesuai dengan
angka kunjungan
lansia ke
posyandu,
standart
pelayanan
minimal yaitu
sebesar 40%
5 Ketidakefektifan NOC: NIC: 1.1 Melakukan Peningkatan derajat TOMA dan
koping Kontrol  Pengembangan pengkajian langsung kesehatan masyarakat Kader
komunitas: risiko kesehatan komunitas pada komunitas Desa Ardirejo dengan
masalah komunitas: (8500) (untuk memperoleh mengendalikan dan
kesehatan menurunnya jumlah
penyakit  Pengembangan data primer dan
hipertensi kasus baru dari
kronis 2801) program (8700) sekunder) penyakit degeneratif
Kriteria 1. Identifikasi fokus 2.1 Melakukan screening pada kelompok lansia.
hasil: kesehatan, hipertensi di Masyarakat akan
a. Ketersedia kekuatan, dan masyarakat Desa dapat:
an prioritas masalah Ardirejo a. Mengetahui
program dengan komunitas 2.2 Pengoptimalan senam konsep dasar
skiring 2. Bantu anggota anti hipertensi penyakit
preventif komunitas dalam 3.1 Promosi kesehatan degeneratif
b. Partisipasi meningkatkan terkait hipertensi, b. Mengetahui
dalam kewaspadaan dalam termasuk gaya hdup cara
program masalah kesehatan sehat dan diet untuk penanganan
pendidika 3. Berikan pendidikan mencegah hpertensi penyakit
n pada anggota degeneratif
manajeme mengenai rencana c. Meminimalka
n penyakit grup dan
kronis perencanaan n faktor
c. Ketersedia program resiko
an layanan 4. Monitor terjadinya
kesehatan pelaksanaan penyakit
untuk program degeneratif
mengobati 5. Evaluasi program d. Mampu
penyakit yang telah dibentuk mengaplikasi
kronis dan disepakati serta kan layanan
dijalankan oleh kesehatan di
komunitas komunitas.
e. Sesuai dengan
angka kunjungan
lansia ke
posyandu,
standart
pelayanan
minimal yaitu
sebesar 40%
6. Ketidakefektifan NOC: NIC: 1.1 Lakukan pengkajian Peningkatan derajat TOMA,
koping Kontrol  Pengembangan langsung pada kesehatan masyarakat Perawat Desa
komunitas: risiko kesehatan komunitas komunitas (untuk Desa Ardirejo dengan Kemuningsar
masalah komunitas: memperoleh data mengendalikan dan i Lor
(8500)
penyakit menurunnya jumlah
penyakit  Pengembangan primer dan sekunder)
menular (TB) kasus baru dari TB
menular program (8700) 2.1 Mengobservasi Masyarakat akan
(2802)  Manajemen penyakit kondisi lingkungan dapat:
Kriteria menular (8820) masyarakat yang a. Mengetahui
hasil: 1. Identifikasi fokus dapat mempengaruhi konsep dasar
a. Skrining kesehatan, terjadinya penularan. penyakit TB.
kelompok kekuatan, dan 3.1 Melakukan screening b. Mengetahui
target prioritas masalah TB pada 15 rumah penularan TB.
yang dengan komunitas yanga ada di wilayah
berisiko 2. Monitor faktor pasien TB.. c. Mengetahui cara
tinggi lingkungan yang 4.1 Penyuluhan mengenai penanganan TB.
b.Penegakan mempengaruhi TB dan hal-hal yang
kebijakan penyebaran penyakit berkaitan dengan TB
pemantaua menular dan penularannya
n 3. Bantu anggota serta pengobatannya.
lingkungan komunitas dalam 5.1 Bantu masyarakat
c. Kontrol meningkatkan TOGA/TOMA untuk
lingkungan kewaspadaan dalam menganalisis
berjalan masalah kesehatan bagaimana penularan
dengan 4. Tingkatkan akses TB
baik yang adekuat tentang 6.1 Adakan pertemuan
pendidikan dengan masyarakat
kesehatan untuk untuk membahas
mencegah dan sejauh mana program
penatalaksanaan dari berjalan
penyakit menular
5. Berikan pendidikan
pada anggota
mengenai rencana
grup dan
perencanaan
program
6. Monitor pelaksanaan
program
7. Evaluasi program
yang telah dibentuk
dan disepakati serta
dijalankan oleh
komunitas
64
3.4.2 Plan Of Action
Tabel 3.35 Plan of Action
PJ
No Kegiatan Materi Sasaran Waktu Tempat Mahasiswa PJ Warga
MINGGU KEDUA
1 Kelas Parenting 1. Nutrisi balita Ibu Balita Senin dan Rumah Afriezal Bu Iin
2. Imunisasi, dampak, kamis kader (Kader)
dan penanggulangan 23 juli– 25 posyandu 29
efek samping Juni 2019
3. ASI dan MP-ASI
4. Monitoring BB dan
TB balita
5. Pentingnya
Posyandu, PAUD,
dan BKB
6. Bermain
7. Pola Asuh
8. Kemunikasi Sesuai
Usia
9. Stimulasi
Perkembangan
2 PelatihandanPenyuluhan KPSP Ibu-ibu dengan Kamis, 24 Rumah Ike Andriani Kader
TumbuhKembang balita Juli 2019 Kader
(KPSP) Posyandu 39
3 ABAT (Aku Bangga Aku Pembentukan Duta Anti SD 26 Juli SDN 1 dan Karina Guru
Tau) Merokok dan Promosi 2 Diana
Kesehatan Bahaya Kemuningsa
Merokok ri Lor
MINGGU KEDUA
4 ABAT (Aku Bangga Aku Promosi Kesehatan HIV SMP 28 Juli SMPN 2 Karina Guru

1
Tau) AIDS Panti Diana

5 Screening TB Paru Melakukan screening 30 rumah Kamis, 31 Desa Auliya H Pihak


TB Paru yang berada di Juli 2019 Kemuningsa Puskesmas
sekitar rumah s/d Minggu, ri Lor
indeks 3 Juni 2019
6 Pendidikan kesehatan 1. Pencegahan Dewasa/ lansia Kamis, 31 Musholla Al Rizky Bella Ketua
tentang hipertensi hipertensi: Juli Falah Desa Kasun
makanan yang Kemuningsa
harus dihindari ri Lor
2. Tanda gejala
hipertensi
7 Senam Lansia 1. Langkah-langkah Dewasa/ lansia Kamis, 31 Musholla Rizky Bella Kasun
senam anti Juli 2019 Al Falah
hipertensi Desa
2. Demonstrasisenam Kemuningsa
anti hipertensi ri Lor
MINGGU KETIGA
8 Monev Pemilahan Cara menurunkan 5 rumah warga 3-9 Agustus 5 rumah Fikri Sekretaris
Sampah Dan Managemen pengeluaran volume dusun krajan 2019 warga Desa desa
Sampah sampah drrumah tanggadesa Desa ngasem
Ngasem Rt 10/
Rw
02
9 ABAT (Aku Bangga Aku PHBS (Cuci Tangan) PAUD Senin, 4 PAUD Karina diana Guru
Tau) Agustus
2019
10 Pendidikan Kesehatan 1. Pengertian Posisi Kelompok tani Senin, 4 Balai desa Nurwahidah Ketua
Posisi Ergonomi di Ergonomi di Agustus Ngasem GAPOKT
Bidang Pertanian 2. Hal-hal yang Desa Ngasem 2019 AN

1
membutuhkan Lor ri Lor
pengaturan posisi
ergonomic
3. Teknik latihan posisi
ergonomi
11 PendidikanKesehatanPen 1. Pengertian APD Kelompok tani Senin, 4 Aula Balai Nurwahidah Ketua
ggunaan APD 2. Macam-macam APD di Desa Agustus Desa GAPOKT
3. Cara Penyimpanan ANgasem 2019 Ngasem AN
dan Pemeliharaan
APD Bidang
Pertanian
4. Syarat-syarat APD
Bidang Pertanian
12 RTL 1: BUCHERI (IBU 1. pentingnya gizi ibu Ibu-ibu dengan Kamis, 7 Rumah Afrizal Kader
CERI) IBU CERMAT 2. menu-menu gizi MP- balita dan Agustus 2019 Kader Posyandu
GIZI ASI kader Posyandu 39
13 Pendidikan kesehatan 1. Pengertian TB Paru Kelompok Jumat, 8 Musholla Auliya H Bidan
tentang TOSS TB 2. Penularan TB Paru risiko TB, Ngasem Desa Desa
3. Tanda dan gejala TOMA, 2019 Ngasem
TB Paru Perangkat
4. Pemeriksaan TB Desa, dan
Paru Kader
5. Pengobatan TB Kemuningsar
Paru i Lor
6. Pencegahan TB Kecamatan
Paru Panti
14 Pendidikan kesehatan 1. Pengertian etika Kelompok Jumat, 8 Musholla Auliya H Bidan
tentang Etika Batuk batuk risiko TB, Agustus Ngasem Desa
2. Tujuan etika batuk TOMA,
3. Indikasidan Perangkat
kontraindikasi etika Desa, dan
1
batuk Kader ari Lor
4. SOP etika batuk Ngasem

MINGGU KEEMPAT
15 RTL 2: STIMULASI Terapi bermain Ibu- Kamis, 14 Rumah Afrizal Kader
TUMBANG ANAK ibudenganbalit Agustus Kader posyandu
a dan kader 2019 Posyandu 39

1
3.4.3 Implementasi dan Evaluasi
Tabel 3.36 Implementasi dan Evaluasi Kegiatan
No Masalah Kegiatan Materi Sasaran Waktu Tempat Hasil Evaluasi
MINGGU KE-2 s.d Ke-6
1 Ketidakefekti Sosialisasi Sampah Promosi Kesehatan Seluruh pernagkat, Rabu, 30 Juli Balai desa Terlampir Terlampir
fan koping Pemilahan dan RT, RW Desa 2017 Ardirejo
komunitas: Manajemen Sampah Ngasem
kesehatan (Demonstrasi)
lingkungan
Monev Pemilahan Cara menurunkan 5 rumah warga dusun 3-9 Juli 2019 5 rumah warga Terlampir Terlampir
Sampah Dan pengeluaran volume krajan desa dusun krajan
Managemen Sampah sampah dr rumah NgasemRt 10/ Rw 02 desa NgasemRt
tangga 10/ Rw
02

2. Ketidakefekti Kelas Parenting 10. Nutrisi balita Ibu Balita 21 Juli – 24 Rumah kader Terlampir Terlampir
fan koping 11. Imunisasi, dampak, Juli 2019 posyandu 29
komunitas: dan penanggulangan
masalah efek samping
kesehatan 12. ASI dan MP-ASI
gizi bayi, ibu 13. Monitoring BB dan
hamil dan TB balita
balita 14. Pentingnya
Posyandu, PAUD,
dan BKB
15. Bermain
16. Pola Asuh
17. Kemunikasi Sesuai
Usia
1
18. Stimulasi
Perkembangan
Pelatihan dan KPSP Ibu-ibu dengan balita 24 Juli Rumah Kader Terlampir Terlampir
Penyuluhan Tumbuh Posyandu 39
Kembang (KPSP)
RTL 1: BUCHERI (IBU 1. pentingnya gizi ibu Ibu-ibu dengan balita 7 Agustus babRumah Terlampir Terlampir
CERI) IBU CERMAT 2. menu-menu gizi MP- dan kader Kader
GIZI ASI Posyandu 39
RTL 2: STIMULASI Terapi bermain Ibu-ibu dengan balita 14 Agustus Rumah Kader Terlampir Terlampir
TUMBANG ANAK dan kader Posyandu 39
3. Ketidakefekti ABAT (Aku Bangga Pembentukan Duta Anti SD 26 Juli SDN 1 dan 2 Terlampir Terlampir
fan koping Aku Tau) Merokok dan Promosi Ardirejo
komunitas: Kesehatan Bahaya
Merokok
anak remaja
merokok

ABAT (Aku Bangga PHBS (Cuci Tangan) PAUD 4 Agustus PAUD Terlampir Terlampir
Aku Tau)

ABAT (Aku Bangga Promosi Kesehatan SMP 28 JUli SMPN 2 Terlampir Terlampir
Aku Tau) HIV AIDS

4. Ketidakefekti Pendidikan Kesehatan 5. Pengertian APD Kelompok tani di Senin, 4 Aula Balai Desa Terlampir Terlampir
fan koping Penggunaan APD 6. Macam-macam Desa Ardirejo Agustus Ngasm
komunitas: APD 2019
Ketidakefektif 7. Cara Penyimpanan
an koping dan Pemeliharaan
komunitas: APD Bidang
masalah pada Pertanian
kelompok 8. Syarat-syarat APD
1
pekerja tani: Bidang Pertanian
LBP dan
APD
Pendidikan Kesehatan 4. Pengertian Posisi Kelompok tani di Senin, 4 Aula Balai Terlampir Terlampir
Posisi Ergonomi di Ergonomi Desa Ardirejo Agustus Desa Ngasem
Bidang Pertanian 5. Hal-hal yang 2019
membutuhkan
pengaturan posisi
ergonomic
6. Teknik latihan
posisi ergonomi
5 Ketidakefekti Pendidikan kesehatan 3. Pencegahan Dewasa/ lansia 31 Juli2019 Musholla Terlampir Terlampir
fan koping tentang hipertensi hipertensi: Ngasem
komunitas: makanan yang
masalah harus dihindari
kesehatan 4. Tanda gejala
hipertensi hipertensi
Senam Hipertensi 3. Langkah-langkah Dewasa/ lansia 31 Juli 2019 Musholla Terlampir Terlampir
senam anti Ngasem
hipertensi
4. Demonstrasi
senam anti
hipertensi
6 Ketidakefektif Screening TB Paru Melakukan screening 30 rumah yang Kamis, 31 juli Desa Ngasem Terlampir Terlampir
an koping TB Paru berada di sekitar 2019 s/d
komunitas: rumah indeks Minggu, 3
masalah Juni 2019
penyakit
menular (TB)
Pendidikan kesehatan 7. Pengertian TB Kelompok risiko Jumat, 8 Musholla Terlampir Terlampir
tentang TOSS TB Paru TB, TOMA, Agustus i Ngasem
1
2019

2
8. Penularan TB Paru Perangkat Desa, dan Desa Ngasem
9. Tanda dan gejalan Kader Desa Ngasem
TB Paru
10. Pemeriksaan TB
Paru
11. Pengobatan TB
Paru
12. Pencegahan TB
Paru
Pendidikan kesehatan 5. Pengertian etika Kelompok risiko TB, Jumat, 8 Juni Musholla Terlampir Terlampir
tentang Etika Batuk batuk TOMA, Perangkat 2019 Ngasem
6. Tujuan etika batuk Desa, dan Kader
7. Indikasi dan Desa Ngasem
kontraindikasi
etika batuk
8. SOP etika batuk
No Masalah Kegiatan Materi Sasaran Waktu Tempat Hasil Evaluasi
MINGGU KE-2 s.d Ke-6
1 Defisiensi Pendidikan Kesehatan 1. Konsep dasar ISPA 1. Siswa SMPN 2 Rabu, 12 Aula smp2 Terlampir Terlampir
kesehatan tentang ISPA bersama (pengertian, Agustus
komunitas: siswa pesantren dan penyebab, 2019
masalah anggota pesantren pencegahan dan
kesehatan penanganan)
penyakit 2. Bahaya, dan Etika
menular Merokok
(ISPA) 3. Pengolahan Sampah
Rumah Tangga
Promosi Kesehatan Di Konsep Penyakit ISPA Masyarakat umum Selasa, 13 Radio Diana Terlampir Terlampir
Radio Diana utamanya Agustus
masyarakat di desa 2019

1
Ngasem
Pelatihan Kader, TOGA Konsep ISPA dan Kader, TOGA dan Rabu, 24 Juli Balai Desa Terlampir Terlampir
dan TOMA terkait Rumah Sehat, TOMA 2019 Ngasem
Rumah Sehat dan pengolahan sampah
persiapan Lomba Dusun yang benar, dan
Sehat penanganan penyakit
ISPA dengan tanaman
sehat di rumah
Promosi Kesehatan Di Etika Merokok Masyarakat umum Selasa, 30 Juli Radio Diana Terlampir Terlampir
Radio Diana utamanya 2019
masyarakat di desa
Ngasem

Pengelolaan sampah Pembuatan Jublung Masyarakat umum Selasa, 23 Juli Rumah Warga Terlampir Terlampir
sampahh di Ngasem 2019

Lomba Tangkas Desa Desa Sehat (Teori Kepala Dusun dan Rabu, 14 Juni Balai Desa Terlampir Terlampir
Sehat dan praktik) Kader Posyandu, 2017 Ngaem
Siswa Sekolah Dasar
2 Defisiensi Promosi kesehatan Hipertensi, Pendengar Radio Selasa, 23 April Radio Diana Terlampir Terlampir
kesehatan terkait gaya hidup sehat Pencegahan, dan Diana FM 2017 107.9 FM
komunitas: dan diet untuk mencegah pemanfaatan tanaman
masalah hipertensi di Radio obat keluarga atau
kesehatan Diana tanaman disekitar
hipertensi lingkungan rumah
untuk mengatasi
hipertensi
Senam Hipertensi Perlaksanaan senam TOMA dan Kader Minggu, 11 Balai Desa Terlampir Terlampir
hipetrtensi dan Anti Posyandu, Lansia Juli 2019 Ngasem
stroke
1
Pembuatan Jalur Batu Pembuatan jalur batu Lansia Minggu, 21 Pustu Terlampir Terlampir
Refleksi refleksi untuk salah Agustus 2019 Ngasem
satu terapi penurunan
tekanan darah tinggi
pada lansia
Peringatan hari lansia Pembuatan kerajinan Lansia Selasa, 13 Rumah warga Terlampir Terlampir
dengan pmbuatan kemucing bersama Agustus Ngasem
kerajinan tangan lansia di dusun Jereng 2019
Timur
Lomba Desa sehat Konsep dasar hipertensi Kader posyandu, Rabu, 14 Balai Desa Terlampir Terlampir
dan penangan Siswa Sekolah dasar, AGustus 2019 Curah Malang
hipertensi kepala dusun

3. Defisiensi Penentuan lokasi pos Berdiskusi dan Ibu – ibu Balita Sabtu,26 Juli Rumah Kepala Terlampir Terlampir
kesehatan gizi bermusyawarah dengan dengan BGM, kepala 2019 Dusun Krajan
komunitas: ibu – ibu BGM, kader dusun,kader
masalah posyandu dan kepala posyandu
kesehatan dusun terkait tempat
gizi bayi, dan yang digunakan untuk
balita melakukan pos gizi
Promosi kesehatan 1.Pemberia Makan Ibu – ibu Balita Senin, 6 Posyandu Kraja Terlampir Terlampir
terkait pentingnya Tambahan dengan BGM, Ibu Agustus Posyandu
Pemberian Makanan a. Pengertian PMT hamil da menyusui 2019 Ngasem
Tambaha, gizi ibu hamil, b. Manfaat PMT
dan ASI Ekslusif di c. Tujuan PMT
Posyandu d. Jenis PMT
e. Pentingnya PMT
2. Gizi Bumil
3. ASI Ekslusif
Pos gizi Desa 1. Pembuatan Nugget Ibu – ibu Balita Selasa, 9 Di Rumah Terlampir Terlampir
Ardirejo Tahu Baya dengan BGM, kader agustus Kepala Dusun
1
2019

2
2. Pembuatan saos posyandu, kepala Kraja
tomat dusun
3. Pembuatan bakwan
jagung manis

Pelatihan Kader terkait Perhitungan Kader Posyandu Rabu, 24Juli Balai Desa Terlampir Terlampir
perhitungan kebutuhan kebutuhan kalori 2019
kalori pada balita dalam gizi untuk
balita
Lomba Desa Sehat Platting Variasi Ibu-ibu BGM dan Rabu, 14 Balai Desa Terlampir Terlampir
Makanan untu balita Kader Posyandu Agustus Curahmalang
2019
3. Defisiensi Penentuan lokasi pos Berdiskusi dan Ibu – ibu Balita Sabtu,28 jull Rumah Kepala Terlampir Terlampir
kesehatan gizi bermusyawarah dengan dengan BGM, kepala 2019 Dusun Krajan
komunitas: ibu – ibu BGM, kader dusun,kader
masalah posyandu dan kepala posyandu
kesehatan dusun terkait tempat
gizi bayi, dan yang digunakan untuk
balita melakukan pos gizi
4. Defisiensi Penyuluhan Kespro Konsep kesehatan Anggota pondok Jumat, 16 Pondok Terlampir Terlampir
kesehatan bersama kelompok reproduksi dan upaya pesantren Raudotul April pesantren
komunitas: pesantren penvegahan yang dapat Anfal 2017 Raudotul Anfal
masalah dilakukan
kesehatan Penyuluhan dan Konsep cuci tangan dan Siswa SD dan TK Selasa, 23 SDN 1 Terlampir Terlampir
diare Demonstrasi cuci tangan demonstrasi serta Ardirejo April Ngasem
di TK dan SD senam cuci tangan 2017 TK Terpadu
Jumat, 28 Juli An-Najah
2019 SDN 2
Rabu, 31 Juli Ngasem
2019

1
Pengujian Air Bersih Pengujiaan air bersih Ibu – ibu Balita Senin, 29 Juli Terlampir Terlampir

2
oleh pihak Lapkesda dengan BGM, kader 2019
posyandu, kepala
dusun
Lomba Desa Sehat Senam Cuci tangan Ibu-ibu BGM dan Rabu, 11 Balai Desa Terlampir Terlampir
tingkat TK Kader Posyandu Agustus Ngasme
2019

1
3.4.4 Rencana Tindak Lanjut
Tabel 3.37 Rencana Tindak Lanjut
Penanggung
No Program Rencana Tindak Lanjut Tempat Tolak Ukur Capaian program
Jawab
1. Kesehatan Monitoring ke rumah warga Rumah Kepala Dusun Penanganan sampah di setiap dusun
Lingkungan sebagai contoh pemilahan Warga
sampah dan manajemen sampah
yang benar

2. Hipertensi Kasun mampu mengajak Dukuh di Bu Maimanah Jumlah lansia yang datang melakukan
masyarakat lansia untuk rutin Setiap pemeriksaan adalah 100% (menyeluruh)
hadir mengikuti pemeriksaan Dusun
posyandu lansia dan masyarakat
usia 20 tahun ke atas (dewasa
awal)

Kasun mampu mengajak warga Kasun Masyarakat mampu menghafal gerakan


untuk mengikuti senam di Balai senam anti stroke
Desa melalui himbauan yang di
1
umumkan melalui kearifan lokal

3 Kesehatan Stimulasi tumbuh kembang Sesuai Bu Laila (Ibu Ibu mampu cara melakukan stimulasi
Gizi Balita anak kesepakat An. Kenzo) tumbuh kembang pada anaknya sesuai
an dengan usinnya

Pengukuran Tumbuh Kembang Sesuai Bidan/Perawat Untuk mengetahui tumbuh kembang anak
Anak (KPSP) kesepakat Desa saat ini
an

Mengadakan Bucheri (Ibu Sesuai Bu Iin (Kader Terlaksananya Bucheri yang di dampingi
Cermat Gizi) dengan pelatihan kesepakat posyandu) oleh kader
penyajian makanan sehat an
4. Anak Pemilihan Duta Anti Merokok Setiap Tidak ada siswa yang merokok
Remaja didampingi oleh guru, dimana Sekolah
Merokok dapat meyebutkan bahaya
merokok

1
BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
Komunitas merupakan sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme
dari berbagai lingkungan yang umumnya memiliki kesamaan. Pada komunitas
manusia individu-individu di dalamnya dapat memiliki kesamaan dalam
tujuan,kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan resiko dan sejumlah
kondisi lain. Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang
dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional. Menurut Hermawan
(2008) komunitas merupakan sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain
lebih dari yang seharusnya dimana dalam sebuha komunitas terjadi relasi pribadi
yang erat antara para anggota komunitas karena adanya kesamaan interest atau
values (Hermawan,2008). Dalam kesehatan komunitas dapat terbentuk karena
adanya faktor kesehatan yang sama dalam kelompok masyarakat seperti
kelompok ibu hamil, ibu menyusui, lansia dan bahkan petani (Mubarak, 2006).
Komunitas ini bertujuan untuk menyampaikan informasi ataupun berbagi
informasi bersama kelompok yang sama.
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan dan secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluaga atau kelompok
yang menyangkut permsalah pada fisiologis, psikologis, social ekonomi, maupun
spiritual. Hal yang perlu dikaji dalam komunitas anatara lain inti (Core) yang
meliputi data demografi, sejarah, nilai-nilai dan keyakinan. Mengkaji 8 subsistem
yang mempengaruhi komunitas yaitu lingkungan, pendidikan, keamanan dan
keselamatan, kebijakan, pelayanan kesehatan, komunikasi, ekonomi, dan rekreasi
(Mc Farland dalam Mubarak, 2006). Data diperoleh dari data subyektif yaitu data
yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat yang diungkapkan langsung secara lisan. Data
obyektif adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran (Mubarak, 2006).

1
Pada tahap pengkajian dilakukan penyusunan angket atau kuesioner yang
diisi oleh masyarakat. Penyusunan angket dilakukan dengan supervise dosen
pembimbing keperawatan komunitas. Setelah itu, dilakukan penyebaran kuesioner
dengan metode wawancara. Penyebaran kuesionar dilakukan dengan bantuan
kader, tokoh masyarakat, tokoh agama, perangkat desa, dan Puskesmas
Rambipuji. Selain dengan metode wawancara dan pengisian kuesioner.
pengumpulan data juga dilakukan dengan mengambil data sekunder, pengukiran,
dan pengamatan langsung (Whinsheld Survey). Setelah data pengakajian
terkumpul, tahap selanjutnya adalah tahap tabulasi data melalui proses
komputerisasi yang kemudian dianalisa.
Hasil pengkajian kuesioner pada 25% KK dari populasi warga Desa
Ngasem terdapat 218 KK. Jumlah penduduk Desa Ardirejo yang mengalami ISPA
sebanyak 36 orang (20,9%). Sebanyak 165 keluarga 75,7%) di Desa Ngasem
memilih metode membakar sampah karena menganggap lebih cepat dan agar
tidak banyak menumpuk. Berdasarkan hasil observasi lingkungan Desa Ardirejo
belum ada TPA (Tempat Pembuangan Akhir), lingkungan masyarakat Desa
Ardirejo tidak ada pemanfaatan ulang dari sampah organik maupun non-organik,
masyarakat di Desa Ardirejo masih ada yang memasak menggunakan tungku,
masyarakat Desa Ngasem masih banyak merokok di dalam rumah, karena sudah
menjadi kebiasaan saat menjamu tamu di rumah.
Jumlah balita yang mengalami BGM sebanyak 1 balita bawah garing
merah da 5 balita garing kuning pada periode April 2019. Berdasarkan hasil
wawancara pada 1 ibu BGM dan 5 BGT didapatkan atu ibu BGM dan 3 ibu BGT
mengatakan sebelum usia 6 bulan sudah diberi makanan tambahan.
.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan
status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa
keperawatan komunitas ditegakan berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap
stressor yang ada setelah melalui proses analisa data berdasarkan hasil pengkajian

1
maka diperoleh 3 prioritas masalah keperawatan komunitas di Desa Ngasem,
yaitu:
a. Ketidakefektifan koping komunitas: kesehatan lingkungan;
b. Ketidakefektifan koping komunitas: masalah kesehatan gizi bayi dan balita
(bawah garis merah);
c. Ketidakefektifan koping komunitas: anak remaja merokok
d. Ketidakefektifan koping komunitas: masalah pada kelompok pekerja tani:
LBP dan APD;
e. Ketidakefektifan koping komunitas: masalah kesehatan hipertensi;
f. Ketidakefektifan koping kmunitas: masalah penyakit menular (TB).

4.3 Perencanaan
Intervensi yang diambil sesuai dengan diagnosis keperawatan yang sudah
dibuat. Intervensi keperawatan merupakan suatu acuan rencana perawat dalam
melakukan implementasi atau tindakan keperawatan. Intervensi keperawatan
tersebut mengacu dalam standar dan kriteria yang dilihat dari NIC dan NOC
(Intervensi Terlampir di BAB 3).
Strategi intervensi keperawatan komunitas diantaranya, proses kelompok,
pendidikan kesehatan dan kerja sama intervensi yang direncanakan untuk
mengatasi permasalahan komunitas di Desa Ardirejo berfokus pada pencegahan
primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier yang digunakan untuk
menyelesaikan beberapa tingkatan masalah komunitas berdasarkan garis
pertahanan fleksibel, garis pertahanan normal dan garis pertahanan resisten.
Penyusunan intervensi keperawatan komunitas menggunakan prinsip Community
As Partner yaitu kemitraan dan pemberdayaan. Beberapa intervensi keperawatan
komunitas diantaranya pendidikan kesehatan, screening dini, imunisasi,
perkumpulan profesi, kerja sama lintas program dan sektor, perumusan kebijakan.

4.4 Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan perencanaan keperawatan.
Implementasi masalah keperawatan komunitas dilakukan berdasarkan prinsip
1
kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dan kerja sama antara perawat,
puskesmas dan masyarakat. Implementasi yang dilakukan sudah menjalani proses
koordinasi dengan seluruh masyarakat Desa dan Puskesmas. Implementasi
dilakukan dengan menggunakan pendekatan Health Believe Model (HBM) dan
Health Promotion Model (HPM) yang disesuaikan dengan implementasi dan
kriteria masyarakat Desa Ardirejo. Setelah dilakukan implementasi di Desa
Ardirejo, disusunlah rencana tindak lanjut yang sudah dikoordinasikan dengan
masyarakat, perangkat desa, dan puskesmas agar program-program penanganan
masalah kesehatan komunitas tetap berjalan di Desa Ardirejo meskipun tidak ada
mahasiswa. Koordinasi dengan puskesmas, kader dan tokoh masyarakat yang
terlibat dengan pembuatan program-program dilakukan agar proses monitoring
dan evaluasi tetap berjalan (Implementasi Terdapat di BAB 3).

4.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi disusun dengan
menggunakan SOAP secara operasional. Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara
formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama
proses asuhan keperawatan komunitas, sedangkan evaluasi sumatif adalah
evaluasi akhir. Evaluasi dan rencana tindak lanjut terlampir di BAB 3.

1
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Hasil pengkajian dengan menggunakan kuesioner pada 25% KK darai
populasi warga Desa Ngasem terdapat 218 KK. Jumlah penduduk Desa Desa
Ngasem mengalami ISPA yaitu sebesar20,9%. Sebanyak 165 KK (75,7%) di
Desa Desa Ngasem memilih metode membakar sampah karena menganggap
leboh cepat dan agar tidak banyak menumpuk. Berdasarkan hasil observasi
lingkungan Desa Ngasem belum ada TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
2. Masalah Keperawatan Komunitas di Desa Ngasem ) Ketidakefektifan koping
komunitas: kesehatan lingkungan; 2) Ketidakefektifan koping komunitas:
masalah kesehatan gizi bayi dan balita (bawah garis merah); 3)
Ketidakefektifan koping komunitas: anak remaja merokok; 4)
Ketidakefektifan koping komunitas: masalah pada kelompok pekerja tani:
LBP dan APD; 5) Ketidakefektifan koping komunitas: masalah kesehatan
hipertensi; 6) Ketidakefektifan koping kmunitas: masalah penyakit menular
(TB).
3. Implementasi yang sudah dilakukan adalah kelas parenting yang dilakukan
selama 9 kali pertemuan, pelatihan dan penyuluhan tumbuh kembang (KPSP),
ABAT (Aku Bangga Aku Tahu), Scraening Hipertensi dan Senam Anti
Hipertensi, Screaning TB dan Pendidikan Kesehatan tentang TOSS TB,
Monev Pemilahan Sampah dan Manjemen Sampah, Pendidikan Kesehatan
Posisi Ergonomi di Bidang Pertanian, BUCHERI (Ibu Cermat Gizi),
Pendidikan Kesehatan Penggunaan APD, dan Sosialisasi Pemilahan Sampah
Organik dan Anorganik.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Masyrakat
Masyarakat diharapkan untuk selalu meningkatkan kesehatan, menambah
ilmu pengetahuan dan juga memaksimalkan sistem kesehatan yang telah dibuat di
masyarakat. Kegiatan yang telah dilaksanakan di masyarakat juga diharapkan

1
dapat dilakukan secara berkesinambuangan oleh para kader yang telah mengikuti
pelatihan-pelatihan kesehatan sehingga dapat mengembangkan peningkatan
kesehatan di masyarakat dapat berjalan secara maksimal. Kepala Desa dan kader
diharapkan dapat melaksanakan rencana tindak lanjut yang sudah dibuat dan
melanjutkan pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan sebelumya secara
berkesinambungan dan berkelanjutan.
5.2.2 Bagi Instansi Pendidikan
Instansi pendidikan diharapkan agar berperan aktif dan terlibat dalam
peningkatan pengetahuan masyarakat serta melakukan pengaplikasian terkait
dengan konsep CAP sehingga SDG’s dapat tercapai dan komunitas yang sehat
dapat diwujudkan.
5.2.3 Bagi Profesi Keperawatan
Diharapkan menjadi tambahan informasi, studi literatur, standard
operational prosedure (SOP), pengembangan keilmuan serta dapat dijadikan
sebagai studi pustaka atau referensi tambahan untuk kegiatan keperawatan
komunitas selanjutnya terkait dengan pengaplikasian konsep CAP di masyarakat.
5.2.4 Bagi Puskesmas
Diharapkan bagi pelayanan kesehatan hasil kegiatan yang dilakukan di
wilayah kerja Puskesmas Ngajum Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang
khususnya dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan
upaya promotif dan preventif dalam pengupayaan peningkatan kesehatan di
masyarakat. Bagi Puskesmas Panti diharapkan dapat mendukung mayarakat,
kader, dan kepala dusun masing-masing desa untuk terus mengembangkan usaha
kesehatan dan meningkatkan status kesehatannya.

1
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, W. 2008. Sistem Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Anderson & Mc.Farlane. 2007. Community as partner: Theory and practice in
nursing. Philadelphia: Lippincott.
Anderson, E. T & McFarlan, Y. 2007. Buku Ajar Keperawatan Komunitas : Teori
dan Praktik Edisi 3. Jakarta : EGC
Craven, R. F., & Hirnle, C. J., 2000. Fundamentals of Nursing: Human Health
and Function. (3rd edition). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Departemen Kesehatan RI. 2008. Petunjuk Teknis Standart Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten atau Kota. Peraturan Menteri Kesehatan
RI
Nanda Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan 2015-2017. Jakarta: EGC
Nasrul Effendy. 2000. Dasar-Dasar Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Edisi-3. Jakarta: EGC
Mubarak, Bambang Adi Santoso, Khoirul Rozikin dan Siti Patonah. 2006. Ilmu
Keperawatan Komunitas. Jakarta: Erlangga.
Stanhope, M. & Lancaster, J. 2004. Community health nursing : Promoting health
of agregates, families and individuals. (5 th ed). St.Louis: Mosby, inc.
[diakses tanggal 30 April 2019].
Sulastomo. 2007. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Sumijatun, dkk. 2006. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta: EGC
Tim Pembina UKS Pusat. 2003. Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Usaha
Kesehatan Sekolah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Zulkifli. 2003. Posyandu dan Kader Kesehatan. Pelaksanaan Program Deteksi
Dini Tumbuh Kembang Balita di Posyandu. http://library.usu.ac.id. Diakses
tanggal 30 April 2019.

1
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai