Anda di halaman 1dari 9

Kuliah 9

Metode kualitatif: Filosofi, paradigm, kerangka konseptual dan pertanyaan


penelitian

Jawaban harus tak umum, harus memposisikan diri sbg individu dalam kerangka
kehidupan masing2. Kalopun topiknya mirip tai motivasi awalnya akan berbeda.
Kita tak perlu takut dengan kemiripan. Dalam proses diskusi dengan pembimbing
nanti jadi bahan penajaman.

3 minggu lagi presentasi proposal

- Filosofi dan tujuan penelitian

Evaluasi penelitian yang evolving atau perubahan sesuai dengan kondisi


masa kini. Sedang memilih topic tapi dipertajam dengan mengambil konteks.

o Kuantittatif : determinannya ditentukan diawal, metodenya


berkembang. Misalnya instrument penelitiannya berdasarkan
pertanyaan tertutup
o Kualitatif : ada kemungkinan determinanya dikembangkan
atau tidak. Pertanyaan terbuka yang berupa kalimat melalui
wawancara. Ada juga cara mendapatkan dengan data lain seperti
observasi, dokumentasi data. Banyak meggunakan teks dan gambar.
o Mixed method : dilakukan bersama tapi ada aturannya. Dalam
kuliah biasa jadi hal yang dicek dalam ujian dalam praktek rilnya.
Bukan hanya sekadar menggabungkanbiasanya dilakukan dengan
kuantitatif dulu baru kualitatifnya ada skenarionya tergantung pada
subjek yang mau diteliti.

Berikut perbedaan pendekatan kuantitatif dan kualittaif.

Dikualitatif dia cenderung subjektif, kita harus tau sebabnya kenapa?


Karena diri kita peneliti menghasilkan data. Klo objektif instrument itu
yang memasukindata. Subjektif dari wawancara kita intepretasikan
sendiri apa maksud si narasumber ini. Di pertanyaan penelitian ada
ebberapa ciri/ khas banyak mempertanyakan pemahaman, sednagkan di
kuantitatif jawabannya lebih spesifik. Kualitatif bisa dijabarin panjang
lebar sedangkan di kuantitatif hanya diberikat alternative jawaban singkat
untuk mengetahui inti dari maslaahnya apa?. Maka dari itu kualitatif
sangat fleksibel dan dinamis karena metodanya itu bisa evolving,
sedangkan kuantittaif bisa terukur dan jelas. kita bisa mmebangun
control jawaban itu sendiri, mengontrol jawabannya ngarang atau tidak.

Model pengambilan sampelnya untuk kuantitatif pasti random dan


terstruktur sedangkan kualitatif purposive dan tak terstuktur. Kualitatif
juga sifatnya naratif makanya dia sangat tematik dan intepretasi.

Intinya model kualitatif akan banyak berhubungan dengan objek yang


akan diteliti dan biasanya jangka wktunya tak sekejap tapi panjang.
Responden yang terlibat bisa terus menerus bertemu. Karena kita
sebagai instrument utama dalam melakukan penelitian.
Bagaimana peneliti menangkap persepsi dari orang2 yang diteliti dari
dalam kita bisa melihat berbagai sudut yang ingin diamati tergantukng
apa yang mau diteliti. Kl dibidang PWK dapat mengambil pada ranah yang
sangat banyak tapi salah satunya bisa berbicara mengenai kepuasan
responden terhadap rusun yang didapat dll. Nah memahami tingkat
kepuasan itu hanya salah satu contoh. Misalnya lagi memahami tingkat
kepuasan responden penghuni rumah susuh pengguna infras setelah ada
sistem air bersih atau persampahan, trotoar juga bisa. Kita bisa
menangkap pendekatan dengan kualitatif. Dalam dua hal ini lebih
nyaman menggunakanapa? Situasi itu lebih mudah pakai apa? Klohousing
pastinya mixed method. Klo kedalaman pasti butuh wawancara.
Masalahnya kadang dengan pembimbing mendesign metodologi yang
kira2 cocok dan jangan sampai mengabaikan kondisi realnya.

Kualitatif itu induktif dengan 5 kategori tujuan.

Contoh misala da kasus tak terduga mengenai perbaikan kampung,


pemerintah bantu masyarakat memperbaiki infras dasar, ternyata
masyarakat itu penghuni merasa klo terlalu cantik lingkungan dan
lingkungannya masyarakat tak butuh itu karena sudah merasa cukup. Jadi
rumah bagus, lingkungan bagus dapet harga yang lebih baik dan langkah
selanjutnya adalah mending cari daerah yang hampir mirip dengan itu.
takterduga (manusia selalu berfikir relatifitas, mereka memposisikan diri
dia bisa hifup di level tertentu/ kapitalistik dan pemerintah sosialistik). Jadi
makna no.3 adalah fenomena diluar peneliti dari semua literartur review
mengenai situasi itu, atau bahwa kasus ini terjadi pada lokasi tertentu.

o Implikasi ketika dalam melakukan 5 hal tadi, kita bisa rangkai jadi 3
sepert pada gambar diatas. Basis pengalaman penelitian, atau juga
bisa
o Bangun bentuk evaluais baru yang lebih praktis untuk melihat apakah
program tersebut benar atau tidak terus dilanjutkan atau tidak.
Misalnya kaya tadi dalam perbaikan kampung, berapa persen
penduduk yang bertahan dan akhirnya menjual rumahnya dan
pindah, itu bisa menjadi outcomes yang tak diharapkan. Memang nilai
lahan meningkat, tapi itu juga karena bansos trus yang dapat
keuntungannya orang lain yang ngebuat itu makanya dalam knteks
pandemic ini jadi sanagt sulit, kra apa yang harus diperbaiki dan
program baru apa yang dapat digunakan?
o Klo bicara mengenai kampung kita butuh peneliti kesehatan, bidang
populasi, bidang srsitektur dalam memahami kebuthan unit hunian
yang lebih pantas tuk orang2 dikampung. RS,RSS dll. Begitu masuk
standar baru mengenai resiko bencana maka perlu lagi kajian, ga bisa
bangut rumah sangat sederhana di daerah rawan bencana. Logisnya
Negara mengontrol kualitas hunian pendudknya supay atak ada
kerugian misal kena angina atau banjir jadi rubuh. Melhat bagaimana
orang miskin di peru namun bisa dihuni maka munculah buku housing
by people, dalam buku itu intinya mengatakan “udahlah biarin aja
biarkan mereka yang penting punya hunian” tugas Negara mencoba
untuk mendekonstruksikan dan juga membantu mereka. Untuk
meneliti sebuah kasus ada baiknya kita paham kasus itu jadi tak dari
nol harus dipelajari terlebih dahulu. Adajuga yang memilih
pemahaman masalah masa lalu, contoh pengembangan masyarakat
di tepi sungai karena a, b,c jadi penelitiannya dari maslah yang udah
ada tapi ditambahin, dia sudah paham karena baca-baca yang terkait
dengan itu.

Ada juga yang tak terduga tapi ada penjelsan kusal (sebab-akibat)
dankonteks proses, bagaimanaia memahami munculnya komunitas
indi, bukan underworld klo itu kaya criminal, konteks indi yang
ternyata kuantifikasinya individu, kapitalisasi besar karena mereka
membuat produk jadi hal2 yang tak terduga bagaimana komunitas
indi dibandung dan di daerah lain.
- Paradigm
Kecuali dengan etnografi dengan institusional etnografi ada yang baru terkait
dengan bicara relasi orang dalam suatu konstitusi memahami pengalaman
sesorang secara individu tapi juga memahami power relation seperti misal
klo belajar pengmas relasi antara ketua RW dan RT di masyarakat tanpa
situasi power relation, kuasa. Misala ada pak RW baru lalu ada program
pemerintah bagaimana amenangani Covid, disitu ada RW lama nah ini ketua
RT baru tak bisa nembus untuk menyampaikan ke wraga karena sudah biasa
nurut ke RW dan RT lama. Kecuali klo kita terpilih karena kita mampu dan
memang punya keahlian.

Klo di tentara siapapun yang baru ditao decamp masih muda dengan
komandan dan kaptennya yang baru lulus dari akademi. Kira2 dia akan
dites? Ya akan di tes juga untuk mengetes kemampuan/ uji nyali apa yang
sudah ia dapat.

Nah dalam institusional etnografi kita bisa memantau dan meneliti banyak
isu seperti ini dibanyak kasus, sebagai warga Negara dapat menilai lebih jauh
dari model ini untuk ebberapa stakeholder apa yang akan terjadi. Dari narasi
mereka yang dicatumkan dalam dokumen2 berita. Bahkan dalam ILC sudah
saling mengungkap.
UU cipta kerja udah keliatan relasinya, contohnya ada alokasi DPR mengetok
UU CK dengan ketebalan 800 lebih halaman lalau pemerintah menunjukan
dari 800 jadi 1000 lebih dan inilah yang dipermsalahkan, ada apa?

Klo banjir, misal banjirnya bagaimana? setinggi apa? Selalu ukurannya begitu
ngga ada dalam cm. sama dengan UU CK ini yang diukur adalah tebalnya
halaman bukan pada jumlah pasal.

Tujuan dan penelitian kualittaif klo kita petakan, ini juga pemetaan plus
minus, kira2 bahwa yang membangun teori content analysis yang kira2
menguji study. D conten analysis juga bisa jadi potensi dalam menguji teori.

Perlu kerangka konseptual karena kualitatif panjang dan perlu di petakan


dari yang tak penting sampai paling penting dan tentukan variable yang
memiliki makna paling banyak. Variable ini ada kasualitas, variable
kemampuan membeli yang membuat dia punya daya beli. Dia cenderung
memilih tinggal di daerah jembatan sungai, dalam kontek ini sangat wajar
banyak peneliti banyak terlibat dengan arsitek, kesehatan, TL dll. Pokonya
prinsipnya kita paham metodologinya.

Bisa juga dilakukan dengan time frame untuk meneliti tiap waktu yang punya
keputusan sendiri dari individu yang terlibat disana. Biasanya kita meneliti
hari ini tuk mengingta apa yang terjadi di masa lalu.

Misal ada perubahan sistem lalau lintas dibandung, kondisinya hanya dua
setelah dan sesudahnya bagaimana? eh ada covid nah kita lihatnya sekarang
setelah ada psbb. Ketika melakukan penelitian sudah membayangkan kasus
seperti itu. Ada juga akumulasi pemahaman. Klo setiap saat dibaca dan
dipahami nanti juga kita bisa sempurnakan tergantung intensitas kita
memenuhi datanya.

Anda mungkin juga menyukai