RUMAH SAKIT
TOPIK 2
ORGANISASI RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT
A. Klasifikasi RS
Klasifikasi Berdasarkan Jenis Pelayanan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2020, Jenis
Pelayanan Rumah Sakit dibedakan menjadi Rumah Sakit Umum dan Rumah
Sakit Khusus.
1. Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit berdasarkan pelayanan,
sumber daya manusia, peralatan, dan bangunan dan prasarana, Adapun jenis-
jenis dari Rumah Sakit Umum adalah sebagi berikut:
a. Rumah sakit umum Tipe A
Rumah Sakit Umum Tipe A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan paling sedikit meliputi pelayanan medik dan penunjang medik,
pelayanan keperawatan dan kebidanan serta pelayanan non medik.
Pelayanan non medik termasuk di dalamnya adalah farmasi. Pelayanan
Medik paling sedikit terdiri dari Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik
Spesialis Dasar, Pelayanan Medik Spesialis Penunjang, Pelayanan Medik
Spesialis Lain, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Medik Spesialis Gigi
dan Mulut. Pelayanan gawat darurat harus diselenggarakan 24 (dua puluh
empat) jam sehari secara terus menerus. Tenaga medis terdiri dari 18 dokter
umum, 4 dokter gigi, 6 dokter spesialis untuk spesialis dasar, 3 dokter
spesialis untuk spesialis penunjang, 3 dokter spesialis untuk spesialis lain,
2 dokter subspesialis, 1 dokter gigi spesialis gigi mulut. Tenaga kefarmasian
paling sedikit terdiri dari 15 apoteker. Jumlah tenaga keperawatan sama
dengan jumlah tempat tidur pada instalasi rawat inap.
Pelayanan Medik Spesialis Dasar meliputi Pelayanan Penyakit Dalam,
Kesehatan Anak, Bedah, dan Obstetrik dan Ginekologi. Pelayanan Medik
Spesialis Penunjang terdiri dari Pelayanan Radiologi, Patologi Klinik, Patologi
1
Program Studi Profesi Apoteker – FMIPA – Universitas Udayana
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
2
Program Studi Profesi Apoteker – FMIPA – Universitas Udayana
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
3
Program Studi Profesi Apoteker – FMIPA – Universitas Udayana
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
4
Program Studi Profesi Apoteker – FMIPA – Universitas Udayana
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
inap harus dilengkapi dengan fasilitas yang terdiri dari jumlah tempat tidur
perawatan kelas III paling sedikit 30% dari seluruh tempat tidur untuk
rumah sakit milik pemerintah. 20% dari seluruh tempat tidur untuk rumah
sakit milik swasta. Rumah Sakit umum kelas C merupakan Rumah Sakit
umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 100 (seratus) buah.
d. Rumah sakit umum kelas D
Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan paling sedikit meliputi pelayanan medik dan penunjang medik,
pelayanan keperawatan dan kebidanan serta pelayanan non medik.
Pelayanan non medik termasuk di dalamnya adalah farmasi. Pelayanan
Medik paling sedikit terdiri dari Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik
Umum, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Medik Spesialis
Penunjang. Pelayanan gawat darurat harus diselenggarakan 24 (dua puluh
empat) jam sehari secara terus menerus. Pelayanan Medik Umum meliputi
pelayanan medik dasar, medik gigi mulut, kesehatan ibu dan anak, dan
keluarga berencana. Pelayanan Medik Spesialis Dasar sekurang-kurangnya
2 dari 4 jenis pelayanan spesialis dasar meliputi Pelayanan Penyakit Dalam,
Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi. Pelayanan Medik Spesialis
Penunjang yaitu laboratorium dan Radiologi.
Tenaga medis terdiri dari 4 dokter umum, 1 dokter gigi, 1 dokter spesialis
untuk spesialis dasar. Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri dari 3
apoteker. Jumlah tenaga keperawatan dihitung dengan perbandingan 2
perawat untuk 3 tempat tidur pada instalasi rawat inap.
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik.
Pelayanan keperawatan dan kebidanan meliputi asuhan keperawatan dan
asuhan kebidanan. pelayanan penunjang klinik terdiri dari perawatan high
care unit, pelayanan darah, gizi, farmasi, sterilisasi instrumen dan rekam
medik. Pelayanan penunjang non klinik terdiri dari pelayanan
laundry/linen, jasa boga/dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas,
5
Program Studi Profesi Apoteker – FMIPA – Universitas Udayana
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
6
Program Studi Profesi Apoteker – FMIPA – Universitas Udayana
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
B. Struktur organisasi RS
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang rumah sakit, pada pasal 33 disebutkan bahwa suatu rumah sakit harus
memiliki organisai yang efektif, efisien dan akuntabel. Organisasi rumah sakit
paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit, unsur
7
Program Studi Profesi Apoteker – FMIPA – Universitas Udayana
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
8
Program Studi Profesi Apoteker – FMIPA – Universitas Udayana
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
9
Program Studi Profesi Apoteker – FMIPA – Universitas Udayana
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
10
Program Studi Profesi Apoteker – FMIPA – Universitas Udayana
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
11
Program Studi Profesi Apoteker – FMIPA – Universitas Udayana
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
G. Akreditasi RS
Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia dilaksanakan untuk menilai kepatuhan
rumah sakit terhadap standa akreditas. Menurut Permenkes No. 34 tahun 2017,
akreditasi adalah pengakuan terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit, setelah
dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit telah memenuhi Standar Akreditasi
yang berisi tingkat pencapaian yang harus dipenuhi oleh rumah sakit dalam
meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien. Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit merupakan standar akreditasi baru yang diberlakukan
secara nasional di Indonesia. Keputusan pemberian akreditasi suatu rumah
sakit didasarkan pada tingkat kepatuhan terhadap standar di seluruh
organisasi rumah sakit yang bersangkutan. Pengelompokan Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (SNARS Edisi 1) sebagai berikut:
1. Sasaran Keselamatan Pasien
Adapun beberapa sasaran yang harus dicapai adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi pasien dengan benar
b. Meningkatkan komunikasi yang efektif
c. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai (High Alert
Medications)
d. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar
e. Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
f. Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh
2. Standar Pelayanan Berfokus Pasien
a. Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK) Hak Pasien dan
Keluarga (HPK)
b. Asesmen Pasien (AP)
c. Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP)
d. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
e. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
f. Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)
12
Program Studi Profesi Apoteker – FMIPA – Universitas Udayana
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
13
Program Studi Profesi Apoteker – FMIPA – Universitas Udayana
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
14
Program Studi Profesi Apoteker – FMIPA – Universitas Udayana
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
15
Program Studi Profesi Apoteker – FMIPA – Universitas Udayana
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
16
Program Studi Profesi Apoteker – FMIPA – Universitas Udayana
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
rumah sakit sakit, kebutuhan pasien, dan jenis pelayanan yang disiapkan.
Rumah sakit menyusun suatu formularium yang berisikan semua obat yang
ada di stok atau sudah tersedia, dari sumber luar. Dalam beberapa kasus,
undang-undang atau peraturan bisa menentukan obat dalam daftar atau
sumber obat tersebut. Pemilihan obat adalah suatu proses kerja
sama/kolaboratif yang mempertimbangkan kebutuhan dan keselamatan
pasien, efektivitas terapi, maupun kondisi ekonomi pasien. Dalam hal seleksi
dan pengadaan obat, terdapat suatu proses untuk mengingatkan para pembuat
resep tentang kekurangan obat tersebut dan saran substitusi (penggantinya).
C. PKPO 3 (Penyimpanan)
Penyimpanan obat dilakukan pada instalasi farmasi, gudang, atau di unit
asuhan pasien pada unit-unit farmasi atau di nurse station dalam unit klinis.
Dalam semua lokasi tempat obat disimpan, hal berikut ini adalah jelas:
1. Rumah sakit menetapkan tata laksana penyimpanan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang baik, bernar, serta aman.
2. Rumah sakit mengatur tata kelola bahan berbahaya, obat narkotika dan
psikotropika yang baik, benar, dan aman sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
3. Rumah sakit mengatur tata kelola penyimpanan elektrolit konsentrat yang
baik, benar, dan aman sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4. Rumah sakit menetapkan pengaturan penyimpanan dan pengawasan
penggunaan obat tertentu.
5. Rumah sakit menetapkan regulasi untuk memastikan obat emergensi yang
tersimpan di dalam maupun di luar unit farmasi tersedia, tersimpan aman,
dan dimonitor.
6. Rumah sakit memiliki sistem penarikan kembali (recall), pemusnahan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai tidak layak
digunakan karena rusak, mutu substandar, atau kadaluwarsa.
7. Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan identifikasi dalam proses
penarikan kembali (recall) oleh Pemerintah, pabrik, atau pemasok.
17
Program Studi Profesi Apoteker – FMIPA – Universitas Udayana
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
8. Rumah sakit juga harus menjamin bahwa sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis yang tidak layak pakai karena rusak, mutu
substandard, atau kadaluwarsa tidak digunakan serta dimusnahkan.
D. PKPO 4 (Pemesanan dan Pencatatan)
Peresepan, pemesanan dan pencatatan yang aman diarahkan oleh kebijakan
dan prosedur rumah sakit. Staf medis, perawatan, farmasi dan administratif
berkolaborasi untuk mengembangkan dan memonitor kebijakan dan prosedur
peresepan, pemesanan, dan pencatatan. Staf yang terkait dilatih untuk praktek
penulisan resep, pemesanan dan pencatatan yang benar. Karena peresepan obat
yang tidak terbaca atau pemesanan yang mengacaukan keselamatan pasien
bisa menunda pengobatan, maka kebijakan rumah sakit mengatur tindakan
untuk mengurangi tidak terbacanya resep. Ada daftar dari semua obat terkini
dicatat dalam status pasien dan tersedia di farmasi, keperawatan dan dokter.
Rumah sakit menetapkan suatu prosedur untuk membandingkan daftar obat
pasien yang diminum sebelum masuk rawat inap terhadap order pertama obat.
E. PKPO 5 (persiapan dan penyaluran)
Pelayanan farmasi atau kefarmasian menyiapkan dan mengeluarkan obat
dalam lingkungan yang bersih dan aman sesuai undang-undang, peraturan dan
standar praktek profesional. Untuk menjamin keamanan, mutu, manfaat, dan
khasiat obat yang disiapkan dan diserahkan pada pasien maka rumah sakit
diminta menyiapkan dan menyerahkan obat dalam lingkungan yang aman bagi
pasien, petugas, dan lingkungan serta untuk mencegah kontaminasi tempat
penyiapan obat harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
praktik profesi seperti :
a. Pencampuran obat kemoterapi harus dilakukan di dalam ruang yang
bersih (clean room) yang dilengkapi dengan cytotoxic handling drug safety
cabinet dengan petugas sudah terlatih dengan teknik aseptik serta
menggunakan alat perlindung diri yang sesuai;
b. Pencampuran obat intravena, epidural, dan nutrisi parenteral serta
pengemasan kembali obat suntik harus dilakukan dalam ruang yang
18
Program Studi Profesi Apoteker – FMIPA – Universitas Udayana
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
bersih (clean room) yang dilengkapi dengan laminary airflow cabinet dan
petugas sudah terlatih dengan teknik aseptik serta menggunakan alat
perlindung diri yang sesuai;
c. Staf yang menyiapkan produk steril terlatih dengan prinsip penyiapan obat
dan teknik aseptik.
F. PKPO 6 (pemberian)
Pemberian obat kepada pasien membutuhkan pengetahuan dan pengalaman
yang spesifik. Setiap rumah sakit bertanggung jawab untuk mengidentifikasi
petugas dengan pengetahuan dan pengalaman sesuai persyaratan dan yang
juga diijinkan berdasarkan lisensi, sertifikasi, undang-undang atau peraturan
untuk pemberian obat. Suatu rumah sakit bisa membuat batasan bagi petugas
dalam pemberian obat, seperti bahan yang diawasi atau radioaktif dan obat
investigatif. Dalam situasi emergensi, rumah sakit mengidentifikasi setiap
petugas tambahan yang diijinkan untuk memberikan obat.
G. PKPO 7 (pemantauan)
Standar ini bertujuan agar apabila timbul efek samping obat dapat dilaporkan
oleh profesional pemberi asuhan (PPA) kepada tim farmasi dan terapi yang
selanjutnya dilaporkan pada Pusat Meso Nasional. Apoteker mengevaluasi efek
obat untuk memantau secara ketat respons pasien dengan melakukan
pemantauan terapi obat (PTO). Apoteker bekerjasama dengan pasien, dokter,
perawat, dan tenaga kesehatan lainnya untuk memantau pasien yang diberi
obat. Rumah sakit menetapkan regulasi untuk efek samping obat yang harus
dicatat dan dilaporkan.
Rumah sakit menetapkan proses identifikasi dan pelaporan bila terjadi
kesalahan penggunaan obat (medication error), kejadian yang tidak diharapkan
(KTD) termasuk kejadian sentinel, serta kejadian tidak cedera (KTC) maupun
kejadian nyaris cedera (KNC). Proses pelaporan kesalahan penggunaan obat
(medication error) menjadi bagian dari program kendali mutu dan keselamatan
pasien rumah sakit. Laporan ditujukan kepada tim keselamatan pasien rumah
sakit dan laporan ini digunakan untuk mencegah kesalahan di kemudian hari.
19
Program Studi Profesi Apoteker – FMIPA – Universitas Udayana
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
Terdapat tindak lanjut dan pelatihan dalam rangka upaya perbaikan untuk
mencegah kesalahan obat agar tidak terjadi di kemudian hari. PPA
berpartisipasi dalam pelatihan ini.
20