Disusun Oleh:
Hafidatul Aulia P07220120078
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat di selesaikan. Makalah ini sendiri di buat guna memenuhi
salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah ilmu biomedik dasar dengan judul
“HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI”.
Makalah ini disusun berdasarkan sumber-sumber yang ada namun kami
menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran demi perbaikan dan penyempurnaan akan kami terima dengan senang hati.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Pemateri
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................4
A. System transfort: Peredaran darah sistemik dan peredaran darah pulmonal serta
peredaran limfatik............................................................................................................................4
B. Darah: Sel darah merah, putih, dan pembekuan darah serta pembentukan sel-sel
darah menurut usia dan sifat-sifatnya..............................................................................................6
C. Eritreofoesis dan oksigenisasi jaringan sebagai dasar pengaturan sel darah merah.....................
12
D. Pembentukan Hb dan transport O2 dan hubungan asam folat dengan vitamin B12.....................
15
E. Metabolisme Fe (Zat besi).........................................................................................................19
F. Mekanisme homestatis dan pembekuan darah pada saat cidera................................................21
BAB III PENUTUP......................................................................................................................26
A. Kesimpulan...............................................................................................................................26
B. Saran..........................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hematologi adalah cairan yang ada pada manusia sebagai alat transportasi
berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan
tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai
pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Sistem kekebalan atau sistem imun
adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan
organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar,
sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan
melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan
terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
Pada tubuh manusia, terdapat alat transportasi yang berfungsi sebagai
pengedar oksigen dan zat makanan ke seluruh sel-sel tubuh serta mengangkut
karbon dioksida dan zat sisa ke organ pengeluaran. Alat transportasi pada
manusia terkoordinasi dalam suatu sistem yang disebut sistem peredaran darah.
Sistem peredaran darah manusia terdiri atas darah, jantung, dan pembuluh darah.
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen
yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil
metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.
Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo atau hemato
yang berasal dari kata Yunani yang berarti haima yang berarti darah.
1
Darah manusia berwarna merah, namun dalam hal ini warna darah ada dua
jenis warna merah pada darah manusia. Warna merah terang menandakan bahwa
darah tersebut mengandung banyak oksigen, sedangkan warna merah tua
menandakan bahwa darah tersebut mengandung sedikit oksigen atau dalam arti
lain mengandung banyak karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan
oleh adanya hemoglobin. Hemoglobin adalah protein pernafasan (respiratory
protein) yang mengandung besi (Fe) dalam bentuk heme yang merupakan tempat
terikatnya molekul-molekul oksigen.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana system transfort: Peredaran darah sistemik dan peredaran
darah pulmonal serta peredaran limfatik?
2. Bagaimana darah: Sel darah merah, putih, dan pembekuan darah serta
pembentukan sel-sel darah menurut usia dan sifat-sifatnya?
3. Bagaimana eritreofoesis dan oksigenisasi jaringan sebagai dasar
pengaturan sel darah merah?
4. Bagimana pembentukan Hb dan transport O2 dan hubungan asam folat
dengan vitamin B12?
5. Bagaimana metabolisme Fe (Zat besi)?
6. Bagaimana mekanisme homestatis dan pembekuan darah pada saat cidera?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami system transfort: Peredaran darah sistemik
dan peredaran darah pulmonal serta peredaran limfatik.
2. Mengetahui dan memahami darah: Sel darah merah, putih, dan
pembekuan darah serta pembentukan sel-sel darah menurut usia dan sifat-
sifatnya.
3. Mengetahui dan memahami eritreofoesis dan oksigenisasi jaringan sebagai
dasar pengaturan sel darah merah.
2
4. Mengetahui dan memahami pembentukan Hb dan transport O2 dan
hubungan asam folat dengan vitamin B12.
5. Mengetahui dan memahami metabolisme Fe (Zat besi).
6. Mengetahui dan memahami mekanisme homestatis dan pembekuan darah
pada saat cidera.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Transfort: Peredaran Darah Sismetik dan Peredaran Darah
Pulmonal serta Peredaran Limfatik
Sistem peredaran darah manusia yang kedua atau sistem pulmonal bekerja
memompa darah dari ventrikel kanan. Darah yang memiliki kadar oksigen rendah
dipompa menuju arteri pulmonalis. Dari arteri pulmonalis, aliran darah bercabang
menuju arteri dan kapiler yang semakin kecil. Di sinilah karbon dioksida
dilepaskan dari darah ke dalam vesikel paru, dan oksigen segar memasuki aliran
darah. Ketika kita bernapas, karbon dioksida meninggalkan tubuh kita. Darah
yang kaya oksigen mengalir melalui vena paru dan atrium kiri ke ventrikel kiri.
Detak jantung berikutnya memulai siklus baru sirkulasi sistemik.
4
3. Peredaran Limfatik
5
Limfe nodes ini berperan untuk menyaring kelenjar getah bening sebelum dapat
dikembalikan ke sistem peredaran darah. Meskipun node dapat menambah atau
mengurangi ukuran sepanjang hidup, setiap node yang telah rusak atau hancur,
tidak beregenerasi. Pembuluh limfatik aferen membawa unfiltered getah bening
ke node. Produk-produk limbah sini, dan beberapa cairan, yang disaring. Di
bagian lain dari node, limfosit, yang khusus sel darah putih, membunuh patogen
yang mungkin ada. Hal ini menyebabkan pembengkakan umumnya dikenal
sebagai pembengkakan kelenjar bengkak. Kelenjar getah bening juga perangkap
sel-sel kanker dan memperlambat penyebaran kanker sampai mereka kewalahan
oleh itu. Pembuluh limfatik eferen membawa keluar getah bening disaring dari
node untuk melanjutkan kembali ke sistem peredaran darah.
Eritrosit memiliki warna merah pekat, jumlah sel darah merah dalam tubuh
cukup banyak, sel ini berbentuk bulat serta dilengkapi bikonkaf (cekungan) di
6
bagian tengahnya. Uniknya, sel darah merah dilengkapi dengan protein khusus
disebut hemoglobin.
Leukosit atau sel darah putih dalam tubuh jumlahnya lebih sedikit jika
dibandingkan dengan sel darah merah. Akan tetapi, fungsinya sangat-sangat
beragam dan sangat diperlukan oleh tubuh manusia.
Fungsi dari sel dari putih adalah melawan infeksi virus, jamur, bakteri yang
dapat menimbulkan risiko tubuh terserang beragam penyakit, sel darah putih juga
akan memproduksi sifat antibodi yang mampu memerangi beberapa zat asing
dalam tubuh. Perlu Anda pahami, sel darah putih ini diproduksi oleh bagian
sumsum tulang dengan jenis yang berbeda, mulai dari neutrofil, monoctyes,
basofil, eosinofil, dan limsofit. Masa bertahan hidup dari sel darah putih ini cukup
lama. Ia mampu bertahan dalam hitungan hari, bulan hingga tahun tergantung
pada jenisnya masing-masing.
Dalam sirkulasi darah, leukosit terlihat sebagai sel yang tidak bergerak apabila
tidak terdapat zat asing. Namun jika ada zat asing, sel tersebut langsung bergerak
dan bekerja. Jumlah lebih sedikit dibandingkan dengan eritrosit. Sebenarnya
jumlah leukosit ini tergantung pada usia, jenis kelamin dan juga kondisi tubuh
seseorang. Jumlah leukosit pada orang dewasa yang sehat kurang lebih 6.000-
7
10.000/L. Leukosit dibuat dalam sumsum merah, limpa, dan kelenjar limpa
(kelenjar getah bening).
Leukosit atau sel darah putih mempunyai beberapa macam, sampai saat ini
menurut para ahli ada 5 jenis dan setiap jenisnya memiliki kadar yang berbeda-
beda. Berikut adalah jenis-jenis leukosit beserta penjelasannya.
a. Basofil
b. Eosinofila
Eosinofil adalah sel darah putih yang banyak berpartisipasi dalam reaksi
alergi dan imunologi. Penyebab tingginya eosinofil yaitu arthritis, infeksi parasit,
reaksi alergi, dan kondisi kulit seperti ruam kulit.
c. Monosit
Monosit adalah jenis leukosit yang memiliki inti lonjong. Kadar di dalamnya
sekitar 3% – 8% dari jumlah leukosit. Monosit mempunyai fungsi untuk
pertahanan tubuh dari protozoa, virus, dan memakan sel-sel yang sudah berumur
tua.
d. Neutrofilia
Neutrofil mempunyai kadar sekitar 60% – 70% dari leukosit yang bersirkulasi
dalam darah. Dalam sitoplasmanya, neutrofit mengandung glikogen. Sel ini dapat
bertahan pada kondisi yang kurang oksigen. Berumur 1 – 4 hari. Fungsi dari
8
neutrofil sendiri adalah sebagai pertahanan dari mikroorganisme, khususnya
bakteri.
Jumlah neutrofil yang meningkat itu merupakan reaksi tubuh dalam melawan
infeksi atau zat asing yang sifatnya akut. Infeksi oleh bakteri, jamur, virus dan
parasit semuanya itu dapat meningkatkan jumlah neutrofit dalam darah.
Neutrofit juga dapat meningkat terhadap orang yang sedang cedera, seperti
luka bakar atau patah tulang. Selain itu beberapa obat juga mengakibatkan
peningkatan jumlah neutrofil seperti leukimia dan kortikosteroid.
e. Limfositotis
Di antara semua jenis sel darah putih yang ada, hanya limfosit yang tidak bisa
bergerak. Limfosit berfungsi sebagai imunitas atau kekebalan tubuh, zat asing, sel
kanker, dan juga virus. Sedangkan yang lainnya bersifat fogositosis. Kadar
limfosit sekitar 20% – 30% dari jumlah leukosit. Umur limfosit bervariasi, ada
yang beberapa hari sampai bertahun-tahun. Jumlah limfosit yang tinggi bisa
disebabkan oleh peresponan terhadap infeksi terutama pada virus. Beberapa
infeksi bakteri juga dapat meningkatkan leukosit limsofit seperti tuberkulosis.
Bisa juga disebabkan karena limfoma, leukimia limfositik kronis.
3. Pembekuan darah
a. Trombosit
9
Trombosit atau keping darah adalah elemen berbentuk cakram di dalam darah.
Trombosit digolongkan sebagai sel darah, tetapi sebenarnya trombosit adalah
bagian dari sel-sel sumsum tulang yang disebut dengan megakaryocytes.
Trombosit berperan untuk membantu membentuk bekuan darah, guna
memperlambat atau menghentikan perdarahan, serta penyembuhan luka.
Faktor koagulasi adalah protein, sebagian besar diproduksi oleh organ hati.
Ada 13 faktor koagulasi dalam darah dan jaringan tubuh manusia.
Selain kedua zat di atas, unsur yang juga berperan penting pada pembekuan
darah adalah vitamin K. Vitamin ini merupakan nutrisi yang berperan penting
dalam membantu tubuh menghasilkan faktor pembekuan darah. Orang yang
kekurangan vitamin K rentan mengalami perdarahan. Kondisi ini sering
ditemukan pada bayi baru lahir, karena itu mereka seringkali membutuhkan
suntikan vitamin K.
Sel-sel darah dalam tubuh manusia berkembang dari sel embrionik yang
disebut Haematopoietic Stem Cell (HSC). HSC adalah sel-sel heterogen yang
mampu berdiferensiasi menjadi berbagai sel darah. Misalnya sel darah merah, sel
darah putih dan platelet. Perkembangan HSC menjadi sel-sel darah dikontrol oleh
sejumlah zat pengontrol seperti haematopoietic growth factor dan beberapa jenis
sitokinin. Singkatnya, definisi hematopoiesis adalah proses diferensiasi sel punca
hematopoietik menjadi berbagai jenis komponen seluler darah. Proses ini
dikontrol oleh berbagai zat pengontrol khususnya haematopoietic growth factor.
Pada individu dewasa, sel-sel HCS bersumber dari sumsum tulang, baik
sumsung tulang belakang dan tulang besar lain seperti tulang femur, pelvic
10
maupun sternum. Sedangkan pada embrio yang mengalami perkembangan, HSC
bersumber dari suatu agregat sel darah yang disebut blood island, dan pada
perkembangan selanjutnya, sel-sel darah akan dibentuk di limpa, hari dan nodus
limfatik. Setelah sumsum tulang terbentuk, jaringan tersebut menghandle
produksi darah. Namun, pematangan dan aktivasi sel-sel darah terjadi di nodus
limfatik. Manusia memiliki lokasi diferensiasi sel darah berbeda. Pada juvenile,
sel darah dihasilkan dan berkembang di tulang panjang seperti tibia dan femur.
Sedangkan pada individu dewasa, terletak pada pelvic, sternum, kranium dan
tulang belakang.
Hepatik: Fase yang dimulai sejak embrio umur 6 minggu terjadi di hati
Sedangkan pada limpa terjadi pada umur 12 minggu dengan produksi yang lebih
sedikit dari hati. Pada fase ini, Hb (haemoglobin) mulai dihasilkan pada sel darah
merah
11
C. Eritreofoesis dan oksigenisasi jaringan sebagai dasar pengaturan sel
darah merah
Eritropoesis adalah proses pembentukan eritrosit (sel darah merah). Pada janin
dan bayi proses ini berlangsungdi limfa dan sumsum tulang, tetapi pada orang
dewasa terbatas hanya pada sumsum tulang (Dorland, Edisi 31). Eritropoiesis
adalah proses pembentukan eritrosit yang terjadi di sumsum tulang hingga
terbentuk eritrosit matang dalam darah tepi yang dipengaruhi dan dirangsang oleh
hormon eritropoietin. Eritropoietin adalah hormonglikoprotein yang terutama
dihasilkan oleh sel-sel interstisium peritubulus ginjal, dalam respon terhadap
kekurangan oksigen atas bahan globulin plasma, untuk digunakan oleh sel-sel
induk sumsum tulang. Eritropoietin mempercepat produksi eritrosit pada semua
stadium terutama saat sel induk membelah diri dan proses pematangan sel
menjadi eritrosit. Di samping mempercepat pembelahan sel, eritropoietin juga
memudahkan pengambilan besi, mempercepat pematangan sel dan
memperpendek waktu yang dibutuhkan oleh sel untuk masuk dalam sirkulasi.
12
Prorubrisit disebut juga normoblast basofilik atau eritroblast basofilik. Ukuran
lebih kecil dari rubriblast. Jumlahnya dalam keadaan normal 1-4 % dari seluruh
sel berinti.
13
Proses Oksigenasi. Sistim pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu
paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot
pernafasan, diagfragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat pernafasan di
otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernafasan 12-15 kali per menit. Ada 3
langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi (Guyton,
2005).
a. Ventilasi
b. Perfusi
14
Paru Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang
mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung. Darah ini
memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaan
oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan
8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat
mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga digunakan jika
sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau tekanan darah sistemik.
c. Difusi
15
dan glisin. Sebagian besar sintesis ini terjadi didalam mitokondria. Langkah awal
sintesis adalah pembentukan senyawa pirol, selanjutnya 4 senyawa pirol bersatu
membentuk senyawa protoporfirin yang kemudian berikatan dengan besi
membentuk molekul hem, akhirnya keempat molekul hem berikatan dengan satu
molekul globin. Satu globin yang disintesis dalam ribosom retikulom endoplasma
membentuk Hb. (Azhar, 2009).
Sintesis Hb dimulai dari suksinil koA yang dibentuk dalam siklus krebs
berikatan dengan glisin yang dipengaruhi oleh enzim asam aminolevolinat (ALA)
molekul pirol. Koenzim pada reaksi tersebut yaitu piridoksal fosfat (vitamin B6)
yang dirangsang oleh eritropoetin, kemudian empat pirol bergabung untuk
membentuk protoporfirin IX yang kemudian bergabung dengan rantai polipeptida
panjang yang disebut globin yang disintesis di ribosom membentuk sub unit yang
disebut rantai Hb. (Azhar, 2009).
16
Yang paling bagian oksigen (sekitar 97%) kini dilakukan oleh eritrosit atau
BPR Cs. Yang menggabungkan dengan hemoglobin, pigmen yang mengandung
besi pernapasan bawah konsentrasi tinggi membentuk senyawa kimia longgar
oxy-hemoglobin.
Transport oksigen. Sebagian kecil dari oksigen (sekitar 3%) juga larut dalam
plasma dan dilakukan dalam bentuk solusi untuk aliran darah jaringan. Sekarang
ini oksigen bebas, sebelum masuk ke dalam melewati jaringan tepat pertama ke
dalam cairan jaringan dan kemudian memasuki jaringan dengan difusi. Sebagai
imbalannya, karbon dioksida diberikan oleh jaringan, larut dalam cairan jaringan
dan akhirnya masuk ke dalam aliran darah dan disampaikan dari darah 10-26
volume oksigen per 100 volume darah.
17
Hubungan asam folat dengan vitamin B12. Asam folat dan vitamin B12
adalah substansi yang penting untuk proses metabolisme intrasel pada tubuh manusia.
Asupan vitamin diperoleh dari berbagai jenis makanan maupun suplemen tambahan.
Pada kenyataannya, jumlah vitamin B12 yang inadekuat mempengaruhi proses
metabolisme intrasel dari asam folat melalui serangkaian interaksi yang kompleks.
Sumber utama asam folat dapat diperoleh dari sayuran hijau, hati dan gandum.
Sedangkan defisiensi vitamin B12 dapat dengan mudah terjadi pada kaumvegetarian
karena sumber utama vitamin tersebut berasal dari produk hewani.
Asam folat dan vitamin B12 berkorelasi dalam proses metabolisme di dalam
tubuh. Keduanya saling berpengaruh dalam hal kebutuhan. Defisiensi salah satu atau
keduanya pada waktu yang bersamaan dapat menyebabkan anemia makrositik
megaloblastik dan kegagalan sintesis DNA. Faktor-faktor yang mempengaruhi
defisiensi tersebut antara lain, jumlah asupan, peningkatan kebutuhan, malabsorpsi,
dan konsumsi obat-obatan. Defisiensi yang dialami oleh kaum vegetarian murni dapat
memberikan dampak negatif pada proses metabolisme tubuh mereka.
Asam folat dan vitamin B12 memainkan peranan penting dalam tubuh kita.
Menghindari terjadinya defisiensi, kita harus menjaga pola makan kita, yaitu dengan
18
mengkonsumsi produk nabati dan produk hewani yang kaya akan vitamin tersebut.
Bagi kaum vegetarian, produk hewani dapat disubstitusi oleh produk makanan nabati
yang kaya oleh vitamin B12. Susu kedelai, tempe, tauco, oncom, dan sereal adalah
sebagian kecil dari contoh produk makanan tersebut.
19
Tahap awal pada metabolism zat besi adalah proses absorpsi, dimana zat besi
dibedakan menjadi 2 bentuk ( Zat besi heme & non-heme ). Pada saat makanan dalam
bentuk zat besi heme masuk kedalam saluran cerna, pada lambung dan duodenum
terjadi pelepasan zat besi heme dari makanan oleh enzim protease, dan zat besi heme
yang mengandung ikatan besi berupa cincin porfirin akan dipecah oleh
hemoksigenase sehingga zat besi dilepaskan dan dapat langsung di absorpsi kedalam
enterosit melalui heme transporter. Sedangkan pada makanan dalam bentuk Zat besi
non heme (Kacang, telur, bayam) agar dapat diabsorpsi harus direduksi dari bentuk
Ferri ( Fe3+ ) menjadi Ferro (Fe2+ ) oleh enzim ferri reductase yang dikatalis oleh HCl
( Karena pada Susana pH hingga 7 dalam duodenum, sebagian besar besi dalam
bentuk Ferri (Fe3+).
Setelah menjadi bentuk Ferro, Ferro akan masuk atau diabsorpsi kedalam
enterosit melalui DMT 1, didalam sel usus sebagain Ferro diikat oleh apo-feritin
menjadi ferritin sebagai simpanan besi dalam sel, sementara sebagian lagi Ferro
menuju sirkulasi darah melalui Ferroportin & Ferro dioksidasi oleh Hephaestin
menjadi bentuk Ferri sebelum masuk menuju sirkulasi darah.
Setelah masuk sirkulasi darah Ferri akan diikat oleh apo-transferin (apo-
transferin disekresikan oleh hati kedalam empedu yang mengalir menuju ductus
biliaris kedalam duodenum) menjadi bentuk transferrin. 75 % transferrin darah
menuju ke prekoursor eritroid di sumsum tulang, saat transferrin masuk kedalam sel
eritroid matang, setelah itu pd sel-sel eritroid terdapat reseptor transferrin dan
mengikat transferrin. Fe dibebaskan dan direduksi menjadi bentuk Ferro, diangkut
melalui DMT 1 ke dalam sitoplasma untuk proses sintesis heme & menjadi Hb.
Setelah Hb sudah berumur ± 120 hari, eritosit akan difagosit oleh makrofag
yang berada pada sirkulasi, lien, sumsum tulang ataupun hati, setelah difagosit,
eritrosit dipecah dan Fe dilepas memasuki sirkulasi darah melalui ferroportin &
20
nantinya akan berikatan dgn apo-tranferin untuk diantarkan untuk sintesis Hb baru
ataupun disimpan dalam bentuk ferritin.
21
Setelah pembuluh darah mulai berkonstriksi, secara bersamaan sebenarnya
trombosit di sekitar area yang cedera tersebut akan segera melekat menutupi
lubang pada pembuluh darah yang robek tsb. Hal ini bisa terjadi karena di
membran trombosit itu terdapat senyawa glikoprotein yang hanya akan melekat
pada pembuluh yang mengalami cedera, sedangkan ia ntar malah mencegah
trombosit untuk melekat di pembuluh darah yang normal. Nah, ketika trombosit
ini bersinggungan dengan epitel pembuluh darah yang cedera tadi, ia kemudian
menjadi lengket pada protein yang disebut faktor von Willebrand yang bocor dari
plasma menuju jaringan yang cedera tadi. Seketika itu morfologinya berubah
drastis. Trombosit yang tadinya berbentuk cakram, tiba-tiba menjadi ireguler dan
bengkak. Tonjolan-tonjolan akan mencuat keluar permukaannya dan akhirnya
protein kontraktil di membrannya akan berkontraksi dengan kuat sehingga
lepaslah granula-granula yang mengandung faktor pembekuan aktif, diantaranya
ADP dan tromboksan A2 tadi. Secara umum, proses ini disebut dengan adhesi
trombosit.
Ketika trombosit melepas ADP dan tromboksan A2, zat-zat ini akan
mengaktifkan trombosit lain yang berdekatan. Ia seolah-olah menarik perhatian
trombosit lainnya untuk mendekat. Karena itu, kerumunan trombosit akan
seketika memenuhi area tersebut dan melengket satu sama lain. Semakin lama
semakin banyak hingga terbentuklah sumbat trombosit hingga seluruh lobang
luka tertutup olehnya. Peristiwa ini disebut agregasi trombosit.
22
untuk menutup luka. Jika satu saja komponen penghatif itu terganggu, proses
keseluruhannya dapat terganggu. Mekanismenya adalah sebagai berikut.
1) Jalur ekstrinsik
23
2) jalur instrinsik
24
Perbedaan antara jalur ekstrinsik dan instrinsik adalah, jalur ekstrinsik
prosesnya lebih cepat, bisa berlangsung dalam 15 detik, sedangkan instrinsik lebih
lambat, biasanya perlu waktu 1 sampai 6 menit untuk menghasilkan pembekuan.
Protrombin adalah senyawa protein plasma, yang dihasilkan oleh hepar dengan
bantuan vitamin K. Makanya jika seseorang kekurangan vitamin K, perdarahan akan
mudah terjadi dan pembekuan sulit terjadi. Konsentrasinya dalam plasma sekitar 15
mg/dl.
25
Faktor stabilisasi fibrin terdapat dalam jumlah kecil dalam bentuk globulin
plasma, tapi juga dilepaskan oleh trombosit yang terperangkap dalam bekuan.
Jika benang-benang fibrin terbentuk, perdarahan akan berhenti. Pada jaringan dan
endotel pembuluh darah yang teluka, akan dilepaskan suatu aktivator kuat yang
disebut aktivator plasminogen jaringan (t-PA). t-PA ini akan mengaktifkan
plasminogen menjadi plasmin. Plasmin ini adalah zat anti-koagulan dalam darah.
Plasmin bekerja dengan cara mencerna benang-benang fibrin dan protein koagulan
lain seperti fibrinogen, faktor V, faktor VIII, protrombin dan faktor XII. t-PA ini
hanya akan dihasilkan pada hari-hari berikutnya, jika pembuluh darah yang luka
sudah tertutup. Sehingga, proses pembentukan benang-benang fibrin juga akan
terhenti.
Setelah terbentuk benang-benang fibrin tersebut secara sempurna, dan darah juga
membentuk bekuan, bekuan itu akan diinvasi oleh fibroblas yang kemudian
membentuk jaringan ikat pada seluruh bekuan tersebut, atau dapat juga bekuan itu
dihancurkan. Proses ini didukung oleh faktor pertumbuhan yang disekresikan oleh
trombosit, dan akan berlangsung berkelanjutan hingga bekuan tersebut akan menjadi
jaringan fibrosa dalam waktu sekitar 1 sampai 2 minggu. Struktur jaringan sekitar
trauma akan bekerja sedemikian rupa untuk memperbaiki kondisinya seperti semula.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
26
tubuh manusia. Jumlah sel darah merah dapat memberikan informasiyang
mengindikasikan adanya gangguan hematologi.
Asam folat dan vitamin B12 berkorelasi dalam proses metabolisme di dalam
tubuh. Keduanya saling berpengaruh dalam hal kebutuhan. Defisiensi salah satu
atau keduanya pada waktu yang bersamaan dapat menyebabkan anemia
makrositik megaloblastik dan kegagalan sintesis DNA. Faktor-faktor yang
mempengaruhi defisiensi tersebut antara lain, jumlah asupan, peningkatan
kebutuhan, malabsorpsi, dan konsumsi obat-obatan.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini penulis jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaannya makalah ini. Akhirnya semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.sehatq.com/artikel/apa-perbedaan-peredaran-darah-besar-dan-kecil
https://moam.info/makalah-sistem-limfe-
wordpresscom_59d457cc1723dd9acbaf9b9d.html
https://luvidwiastuti.wordpress.com/2012/09/07/leukosit-sel-darah-putih/
https://biologicalreviews.net/hematopoiesis-proses-pembentukan-sel-darah/
https://www.academia.edu/9012400/Memahami_dan_Menjelaskan_Eritropoesis
27
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-anatriwija-7592-3-babiis-
a.pdf
https://dustygerbera.wordpress.com/2015/10/12/zat-besi/
28